spot_img
Latest Phone

Garmin Instinct 3 Tactical Edition: Smartwatch Tangguh untuk Misi Ekstrem

Telko.id - Garmin baru saja menghadirkan Instinct 3 –...

ASUS Vivobook S14: Laptop AI 45+ TOPS untuk Produktivitas Tanpa Batas

Telko.id - ASUS Vivobook S14 (S3407QA), laptop terbaru yang...

Garmin vívoactive 6, Tak Sekadar Pintar, Dukung Gaya Hidup Aktif dan Tampil Lebih Gaya

Telko.id - Garmin Indonesia memperkenalkan vívoactive 6, smartwatch wellness...

Lebih Bugar Setelah Lebaran dengan Smartwatch Garmin

Telko.id - Pernahkah Anda merasa tubuh terasa berat dan...

PC Global Melonjak 4,9% di Q1 2025, Tapi Tarif China Ancam Pasokan

Telko.id - Angka-angka terbaru dari IDC mengungkap fakta mengejutkan:...
Beranda blog Halaman 1505

Telkomsel Sudah Siap Hadapi Pemudik

0

Telko.id – Liburan Natal dan akhir tahun sudah mendekat. Bagi Anda yang pulang ke kampung halaman tidak perlu khawatir akan kehilangan jaringan 4G. Sebab, Telkomsel sudah mempersiapkan jaringannya. Di sejumlah tempat sudah dilakukan peningkatan kapasitas dan kualitas jaringan.

Uji jaringan pun dilakukan, terutama di tempat wisata dan pusat perbelanjaan. Dimana fokus dari uji jaringan ini adalah layanan data yang saat ini penggunaanya terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya.

“Periode akhir tahun merupakaan periode dimana kebutuhan komunikasi pelanggan meningkat, khususnya dalam layanan data. Seiring dengan terus meningkatnya penggunaan layanan data dari tahun ke tahun, fokus kami ialah memberikan layanan dengan kualitas yang prima, sehingga para pelanggan akan mendapatkan pengalaman terbaik ketika menggunakan layanan data Telkomsel,” Ririek Adriansyah, Direktur Utama Telkomsel menjelaskan.

Lebih lanjut, Ririek menjelaskan bahwa tahun ini Telkomsel telah mencanangkan program TrueBEx untuk penyediaan jaringan broadband terbaik di 30 Kota yang meliputi 1.000 POI (Point of Interest) untuk memastikan kecepatan akses layanan data dan stabilitas koneksi jaringan tetap terjaga. Selain itu kehadiran 4G LTE di berbagai kota juga diharapkan akan meningkatkan kenyamanan pelanggan di dalam menggunakan mobile broadband.

Pada periode Natal dan Tahun Baru atau NARU kali ini, Telkomsel memprediksi layanan data mengalami kenaikan yang paling signifikan mencapai 2.000 Terabyte atau naik 22.6% dibandingkan trafik data rata-rata di hari normal sepanjang tahun 2015. Sementara itu, layanan suara diperkirakan menjadi 1,64 Milyar menit atau naik 6,4%, sedangkan trafik SMS diperkirakan menjadi 1,04 Milyar SMS atau naik 18,8% dibandingkan dengan trafik normal hari biasa.

Mengantisipasi hal tersebut, Telkomsel melakukan sejumlah aktivitas, terutama untuk layanan data, seperti peningkatan kapasitas untuk Internet Service yang ditingkatkan menjadi 370,2 GBPS atau naik sekitar 60% dari tahun 2014. Dalam hal kemampuan penanganan pelanggan VLR (Visitor Location Register) ditingkatkan sebesar 239 juta pelanggan (naik 11,7% dari tahun 2014). Kapasitas HLR (Home Location Register) sebesar 303,6 juta pelangan.

Sementara kapasitas OCS (Online Charging System) sebesar 162 juta diharapkan akan memberikan kenyamanan pelanggan dalam berkomunikasi dan mengakses layanan data. Selain itu sebanyak 100.000 BTS Telkomsel yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara, dipastikan berfungsi dengan baik untuk melayani pelanggan dimana pun mereka berada.

Natal dan tahun baru kali ini juga semakin spesial dengen telah tergelarnya jaringan Telkomsel 4G LTE di Jakarta, Bali, Bandung, Medan, Surabaya, Makassar, Lombok, Manado, Batam, Yogyakarta, Balikpapan, Malang, Pekanbaru dan Banjarmasin. Didukung oleh sekitar 3.000 BTS 4G yang mencakup lokasi-lokasi strategis di tiap kota, pelanggan dapat menikmati layanan mobile broadband terbaik dari Telkomsel.

Telkomsel juga telah melakukan identifikasi terhadap 665 titik keramaian utama yang diprediksi akan dipadati oleh pelanggan di masa NARU yang dikenal dengan sebutan PREMIUM, atau singkatan dari: Public Services, Religious Events, Entertainment Event, Malls and Shopping Center, Indoor Events, Uniqueness dan Massive Crowd.

Telkomsel juga mengerahkan 93 Compact Mobile BTS (COMBAT) untuk  menjamin kualitas jaringan selama NARU tetap prima. Dari sisi layanan Telkomsel menyiagakan 392 Armada Mobile GraPARI,  menjamin ketersediaan produk melalui 2.668 modern channel siaga dan 3.658 outlet siaga, serta didukung pula oleh 73 GraPARI Siaga dan Call Centre yang siap melayani tanpa kenal hari libur. (Icha)

Ini Strategi XL Migrasikan Pelanggan ke 4G

0

Telko.id – Jaringan 4G LTE yang sudah semakin menyebar di seluruh Indonesia serta tersedianya perangkat yang mendukung jaringan tersebut, dan dengan harga yang terjangkau pula, membuat para operator mulai berpikir mengenai migrasi pelanggan dari 2G ke 4G.

XL misalnya, mengaku memiliki setidaknya beberapa cara untuk mengusahakan penyerapan migrasi pelanggan 2G untuk beralih ke 3G ataupun 4G.

Untuk 4G sendiri, sampai saat ini total pengguna layanan tersebut mencapai 3 juta yang tergabung dari pelanggan baru ataupun pelanggan 3G yang bermigrasi ke 4G.

Sementara untuk 2G, Pihak XL mengungkapkan perlu adanya regulasi mengenai Handset Control. Kontrol yang dimaksudkan di sini seperti yang terjadi di negara-negara maju, dimana mewajibkan untuk setiap perangkat yang masuk ke Indonesia minimal mampu berjalan di jaringan 4G atau setidaknya 3G. Hal ini dikarenakan setiap Handset 4G mampu berjalan di jaringan 3G ataupun 2G, namun tidak berlaku sebaliknya.

Kontrol ini diyakini dapat menekan pengguna 2G di Indonesia yang tentu akan beralih ke 3G atau bahkan ke 4G dengan harga perangkat yang sudah mulai terjangkau.

Cara kedua, seperti diungkapkan XL, adalah melalui edukasi. Untuk kota-kota besar mungkin sudah tidak asing lagi dengan istilah 4G, namun belum tentu demikian dengan mereka yang ada di pelosok daerah.

Rahmadi Mulyohartono, Head Of Network Planning XL Axiata mengaku pernah bertanya kepada seorang pemuda di pedesaan. Ia menanyakan, “Kamu tahu internet? Jawabnya tidak, tetapi ketika ditanya kamu punya Facebook? Jawabnya iya.”

Hal ini merupakan kasus betapa pentingnya edukasi terhadap jaringan internet dan perbedaan antara 2G, 3G serta 4G kepada seluruh pengguna hingga ke pelosok.

Karena semakin banyak pengguna di daerah yang melek internet, maka akan semakin banyak pula revenue dari para operator tersebut.

Cara ketiga yang dilakukan oleh XL Axiata tentu saja dengan memperkaya handset 4G yang tersedia dengan melakukan program bundling. Sudah bukan rahasia lagi, apabila ketersediaan smartphone 4G yang semakin banyak serta harga yang bersahabat akan semakin mempermudah pengguna untuk beralih dari 3G ke 4G, dari 2G ke 3G atau bahkan langsung ke 4G.

Mengutip perkataan Menteri Kominfo Rudiantara pada saat ajang ‘Golden Ring’ beberapa waktu lalu yang berbunyi, “Tiga tahun lagi, Handset 4G akan tersedia mulai harga 600 ribuan.” Hal ini sekaligus menegaskan program pemerintah dalam usaha untuk memberikan handset dengan harga yang lebih terjangkau bagi end user.

Program Handset Bundling juga sejatinya akan langsung menambah jumlah pengguna 4G XL, pasalnya setiap smartphone yang diikutkan dalam program bundling akan langsung mendapatkan nomor prabayar XL.

Jika tiga strategi ini berjalan dengan mulus, bukan tidak mungkin di tahun depan jumlah pengguna 2G mereka turun drastis dan pengguna 4G mereka terus meroket. Hanya saja tinggal bagaimana pihak XL mengatasi potensi lonjakan trafik di 4G yang saat ini mengalokasikan sekitar 10-15 Mhz di frekuensi 1800 Mhz. [ak/if]

Telat Hadirkan 4G, Tri Janjikan Tidak Akan Perang Tarif

0

Telko.id – Satu-satunya operator seluler penggelar jaringan 4G yang belum meluncurkan secara resmi layanannya, Hutchison 3, menjanjikan tidak akan melakukan perang tarif antar sesama operator.

Hal itu ditujukan guna memberikan kenyamanan bagi para pelanggan. Pasalnya, seperti diakui Tri, perang tarif dengan paket-paket internet malam dan semacamnya, ujung-ujungnya hanya akan merugikan dan menyulitkan pengguna dalam menikmati layanan 4G tersebut.

Tri juga nantinya akan menghadirkan beberapa pilihan paket, namun Danny Buldansyah, Vice President Director Hutchison 3 Indonesia menyebut tidak akan mengarah kepada perang tarif internet.

“Kita juga gak mau perang tarif dan perang harga, Karena nanti ujungnya konsumen juga yang dirugikan,” katanya.

Danny menyebut nantinya paket data 4G akan berbeda dengan yang ada saat ini. Dimana mereka cenderung menyediakan jaringan yang berkualitas dengan harga yang terjangkau.

“Jadi kita lihat orang sesuai kebutuhannya dengan apa. Kalau kita lihat streaming ya segitu-gitu aja asal tidak buffering dan pengguna tidak perlu tahu mengenai kecepatan internet saat itu,” tambahnya.

Terkait kecepatan layanan, Danny menjelaskan, Tri yang memiliki  5 mhz, hanya akan mencapai 20 Mbps dengan pengguna yang masih kosong.

Disinggung mengenai keterlambatan Tri dalam meluncurkan 4G – khususnya bila dibandingkan dengan empat operator penyelenggara 4G lainnya – Danny menyebut bahwa ini sejatinya sesuai dengan apa yang sudah dijadwalkan Tri sebelumnya, yang memang berencana mengkomersialisasikan 4G pada kuartal pertama tahun depan.

“Sebetulnya dari awal rencana kita di Q1, terus setelah meeting gimana kalau kita majuin ke akhir tahun, namun ternyata setelah diskusi internal yang kami lakukan kami tetap luncurkan pada Q1,” ucap Danny lagi.

Ketersediaan perangkat 4G dan masih sedikitnya pelanggan layanannya ini diakui Danny lagi sebagai alasan mengapa Tri tidak bisa dikatakan terlambat. Terlebih, saat ini Tri juga masih terus berkoordinasi untuk memelihara dan memperkuat jaringan 3G mereka. Seperti diketahui, jaringan 3G merupakan penyokong terbesar pendapatan perusahaan. [ak/if]

Small Cell, Solusi Praktis Untuk “Memacu” Kecepatan Data

0

Jakarta – Saat ini, kecepatan internet dan kemudahan akses data di berbagai negara maju telah mencapai puncaknya. Perkembangan internet ini juga merubah pola fikir pengguna yang lebih tertarik menggunakan jalur internet (data) ketimbang jalur voice.

Perubahan ini tidak berbeda dengan kecenderungan para pengguna di Indonesia. Bahkan saat ini pengguna mobile broadband di Indonesia lebih tinggi ketimbang versi desktop nya. Permasalahan di Negara kita adalah dari kecepatan internet yang masih tergolong loyo dan memiliki cukup banyak blank spot.

Pemerintah bersama dengan para penyedia jaringan telah memperbaiki permasalahan tersebut. Hasil kerja keras mereka pun nampaknya cukup sukses dengan menghasilkan coverage yang jauh lebih banyak ketimbang beberapa tahun kebelakang. Namun, permasalahan internet yang masih lambat pada beberapa titik pun belum terselesaikan. Nah, bagaimanakah solusinya?

Small Cell, adalah salah satu solusi untuk memperbaiki kecepatan dan kualitas jaringan di Negeri Ibu Pertiwi ini. Walaupun saat ini coverage jaringan sudah tergolong baik, namun tidak demikian dengan kapasitas dari jaringan itu sendiri.

Hal ini sejatinya dapat dirasakan di beberapa pusat perbelanjaan, gedung-gedung perkantoran dan juga tempat ramai lainnya. Pada lokasi-lokasi tersebut para pengguna memang sukar mengakses internet walaupun pada bar jaringan di smartphone mereka terlihat cukup banyak sinyal di daerah tersebut.

Pengertian Small Cell

Small Cell sendiri merupakan sebuah perangkat yang tertanam di setiap BTS ataupun antenna pada gedung-gedung perkantoran, dan tempat ramai lainnya. Perangkat ini akan membagi-bagi kapasitas dari jaringan internet di suatu lokasi yang tentunya akan menghasilkan kapasitas yang lebih besar di setiap lokasinya.

20130218-VS_Metro_3_V2_800Small Cell memiliki teknologi yang terhubung dengan core frekuensi yang dimiliki operator yang diusungnya, bukan merupakan perpanjangan sinyal dari BTS. Bahkan small cell tidak akan menginterferensi frekuensi lain karena teknologinya memang dibuat khusus untuk memberikan sinyal langsung kepada user yang dituju.

Dari segi efisiensi, Small Cell juga menawarkan efisiensi karena perangkat ini terintegrasi dengan perangkat lain seperti BTS Indoor ataupun perangkat wifi, ketimbang para operator membangun jaringan konvensional yang baru, yang notabene lebih membutuhkan biaya serta waktu pengerjaan yang jauh lebih lama.

Uniknya, menurut Gunadi Dwi Hantoro, selaku Sekjen perkumpulan Small Cell Indonesia, perangkat ini memungkinkan untuk menggabungkan teknologi FDD dan TDD. Dengan hadirnya LTE yang mengusung kedua teknologi tersebut, bukan tidak mungkin kecepatan internet di Indonesia akan lebiih baik lagi.

Untuk sasarannya sendiri, penyedia Small Cell di Indonesia lebih memfokuskan diri di beberapa kota besar di Indonesia yang memiliki tingkat traffik yang tinggi. Beberapa kota tersebut diantaranya, Jakarta, Bali, Medan, Surabaya, dan Makassar.

Pengimplementasian Small Cell di Indonesia

Untuk di Indonesia, sejatinya belum ada pengimplementasian yang nyata terhadap teknologi ini. Namun di beberapa negara Asia Tenggara, teknologi ini sudah berhasil diimplementasikan. Sebut saja, Singapura, Thailand serta Malaysia tengah mengimplementasikan teknologi ini. Sama halnya dengan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris serta Australia.

Di Indonesia, penetrasi saat ini baru pada tahap inisiasi serta perkenalan kepada publik dan para pemangku kepentingan terkait. Namun, Sekjen Small Cell Indonesia megklaim bahwa para operator seluler telah tertarik dan setuju untuk mengaplikasikan teknologi ini yang tentunya bertujuan untuk memberikan pelayanan yang semakin baik bagi para pelanggan.

Regulasi

Sampai dengan saat ini, belum ada reulasi jelas yang mengatur mengenai teknologi ini. Namun, Taufik Hasan, perwakilan dari BRTI yang ditemui pada saat peresmian Small Cell di Jakarta mengungkapkan, untuk membangun jaringan yang lebih baik tidak ada salah nya bekerjasama dengan Small Cell. Kami juga menghimbau agar para operator ikut bekerjasama dengan Small Cell guna memberikan layanan yang lebih baik dan cakupan yang lebih luas dengan tujuan untuk lebih memanjakan para pengguna.

Bukan hanya itu, jika mengacu pada pernyataan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara sebelumnya, pemerintah akan mengupayakan segala hal demi kelancaran dan efisiensi pada industri telekomunikasi Indonesia.

Sebagai informasi, perangkat ini juga mendukung infrastructure sharing yang sedang digaungkan oleh Menkominfo dan para operator jaringan di Indonesia.

Nah, kita tunggu saja mengenai pengimplementasian dari peangkat ini kedepannya. Semoga bisa memperbaiki kualitas internet Indonesia dan tentunya lebih efisien. (AK/HZ)

 

Netcom Cetak Rekor Baru untuk Kecepatan LTE, Berapa?

0

Telko.id – Kabar baik datang dari operator asal Norwegia, Netcom. Perusahaan yang tak lain merupakan anak perusahaan dari TeliaSonera itu mengatakan belum lama ini bahwa mereka telah berhasil membuat rekor baru pada jaringan mobile di Oslo. Perusahaan yang menggunakan teknologi LTE Advanced Pro yang dikembangkan bersama Huawei ini mengklaim telah mencapai kecepatan hingga 1 Gbps.

Demonstrasi terbaru ini didasarkan pada BTS outdoor dan kondisi kehidupan nyata. Netcom menggabungkan empat band frekuensi – terdiri dari 800, 1800, 2100, 2600 MHz – untuk memberikan kecepatan tertinggi baru. Huawei mengatakan ujicoba ini merupakan persiapan menuju pengenalan komersial teknologi 4.5G tahun depan.

“Ini merupakan langkah penting menuju 5G, yang akan hadir dalam beberapa tahun ke depan,” kata Jon Christian Hillestad, CTO TeliaSonera Norwegia seperti dilansir Telecoms, Rabu (16/12).

“Kami tidak tahu persis kecepatan seperti apa yang akan dibutuhkan di masa mendatang, tetapi kami tahu bahwa era digitalisasi, dimana Internet of Things akan terus tumbuh, akan menuntut kecepatan yang jauh lebih tinggi. Masa depan akan membutuhkan bandwidth, kecepatan tinggi dan tidak adanya keterlambatan dalam transfer. Kami sedang mempersiapkan untuk menyambut kenyataan itu dengan LTE Advanced Pro,” katanya.

CMO Huawei Wireless Product Line, Yang Chaobin mengatakan bahwa apa yang disaksikan saat ini hanyalah awal dari era komunikasi nirkabel 4.5G, di mana 1Gbps akan menjadi tingkat acuan jaringan broadband mobile baru.

Sebagai informasi, saat ini jaringan 4G Netcom sudah mencakup 95 persen dari populasi di Norwegia dengan kecepatan hingga 80 Mbps. LTE + tersedia untuk sekitar seperlima dari populasi, memberikan kecepatan hingga 300 Mbps. Demikian dilaporkan Telecompaper.

Eropa akan Larang Remaja Akses Internet dan Facebook?

0

Telko.id – Aturan perlindungan data Eropa yang baru akan mengharuskan perusahaan memerlukan izin orang tua untuk menangani data dari mereka yang berusia di bawah 16 tahun, secara efektif memblokir mereka dari media sosial.

Parlemen Eropa rencananya akan melakukan voting terkait aturan baru yang bisa berdampak pada dilarangnya remaja mengakses layanan internet seperti Facebook, media sosial, layanan pesan atau apapun yang memproses data mereka ini, tanpa persetujuan dari orang tua atau orang yang menjadi walinya.

Menurut Guardian, Rabu (16/12), perubahan di menit terakhir dari peraturan perlindungan data Eropa yang baru ini akan melarang perusahaan menangani data pengguna yang berusia 15 tahun atau lebih muda. Secara tidak langsung menaikkan usia legal bagi mereka yang bisa memiliki akses ke dunia digital menjadi 16 dari 13.

Perusahaan yang ingin memungkinkan mereka yang berusia di bawah 16 tahun untuk menggunakan layanannya, termasuk Facebook, snapchat, Whatsapp dan Instagram, harus mendapatkan persetujuan eksplisit dari wali yang bersangkutan.

RUU menyatakan, “Pengolahan data pribadi dari anak di bawah usia 16 tahun hanya akan halal jika dan sejauh persetujuan tersebut diberikan atau disahkan oleh orangtua dari si anak sebagai penanggung jawab.”

Perusahaan seperti Facebook saat ini memungkinkan pengguna dari usia 13 tahun untuk bergabung dengan layanan mereka. Kebijakan mereka ini didasarkan pada usia persetujuan digital yang menjadi 13, seperti yang didefinisikan oleh Children’s Online Privacy Protection Act (Coppa) atau Aksi Perlindungan Privasi Online Anak Amerika Serikat dan hukum yang serupa di Uni Eropa, yang memungkinkan mereka yang berusia di bawah 13 tahun mendapatkan perlindungan privasi ekstra.

Sampai saat ini, draft RUU perlindungan data Eropa, yang memakan waktu empat tahun untuk membuatnya, menetapkan usia 13 tahun sebagai usia digital, mengikuti Coppa.

Perubahan ini ditentang baik oleh perusahaan teknologi maupun ahli keselamatan anak, yang memperingatkan bahwa peningkatan usia dewasa akan membuat sangat sulit bagi remaja di bawah 16 tahun untuk menggunakan media sosial dan sumber daya dan layanan lainnya yang berbasis internet.

“Pindah usia dari 13 ke 16 merupakan perubahan besar dalam kebijakan yang tampaknya belum dikonsultasikan dengan publik,” ungkap Janice Richardson, mantan koordinator jaringan internet aman Eropa dan konsultan ITU.

Ia menambahkan, memindahkan persyaratan untuk izin orang tua dari usia 13 ke usia 16 akan menyulitkan pendidikan orang-orang muda dan kesempatan bersosialisasi dalam sejumlah cara, namun tidak akan memberikan lebih banyak perlindungan.

Mulai 15 Desember, Pelanggan Wajib Lakukan Registrasi SIM Card

0

Telko.id – Mulai hari ini para pelanggan kartu prabayar yang baru harus meregistrasikan kartu prabayar mereka di outlet tempat pembelian. Hal itu ditujukan sebagai tindakan preventif Kominfo dan para pemangku terkait guna mengurangi kejahatan dan penipuan melalui kartu prabayar.

Para operator seluler juga mengaku siap untuk mematuhi regulasi ini. Pasalnya, sudsh banyak penipuan yang terjadi di tengah masyarakat terkait hal ini.

Merza Fachys, Sekjen ATSI mengungkapkan, “Kita menyepakati mulai tanggal 15 Desember untuk penertiban registrasi prabayar dan mulai hari ini 4444 hanya akan bisa digunakan untuk pendaftaran registrasi kartu prabayar oleh si penjual kartu atau outlet,” ungkapnya.

Hal ini sekaligus memberikan tantangan baru, mengingat banyak outlet tradisional yang tidak memiliki perangkat seperti smartphone dan koneksi internet yang cukup baik.

Sanksi juga tentunya akan diberikan oleh Pemerintah kepada para operator sebelum akhirnya akan diturunkan kepada para outlet apabila ada yang melanggar ketertiban ini.

Sejatinya, hal ini dapat menurunkan jumlah pembeli simcard pada gerai-gerai operator. Namun, berkaca dari jumlah kerugian yang ditimbulkan dari penipuan ini, tindakan penertiban kartu sim dirasa perlu agar tidak ada lagi tindakan penipuan.

Bagaimana dari segi operator? Mereka satu suara dalam hal ini dan mematuhi peraturan menteri yang berlaku. Mengenai kemungkinan turunnya jumlah pengguna kartu baru, pihak operator menyatakan siap. Karena ini juga demi kebaikan pengguna.

Untuk lebih lengkapnya, berikut ketentuan pokok yang diatur dalam Permen Kominfo Registrasi:

1.Registrasi merupakan pencatatan identitas pelanggan jasa telekomunikasi oleh penyelenggara jasa telekomunikasi.

2.Pelanggan mempunyai hak menggunakan jasa telekomunikasi setelah memberikan identitasnya secara benar kepada penyelenggara jasa telekomunikasi.

3.Registrasi untuk pelanggan jasa telekomunikasi pasca bayar dilaksanakan sesuai dengan kontrak antara penyelenggara jasa telekomunikasi dengan pelanggan jasa telekomunikasi pasca bayar.

4.Penyelenggara jasa telekomunikasi wajib menerapkan registrasi untuk setiap pelanggan jasa telekomunikasi pra bayar dan memiliki identitas pelanggan dimaksud.

5.Identitas pelanggan yang dibutuhkan untuk keperluan registrasi pelanggan pra bayar sekurang-kurangnya terdiri atas:

5.1. nomor telepon jasa telekomunikasi pra bayar yang digunakan;

5.2. idenlitas yang terdapat pada pada Kartu Tanda Penduduk/Surat Izin Mengemudi/Pasport/Kartu Pelajar, yaitu nomor, nama, tempat/tanggal lahir dan alamat.

6.Penyelenggara jasa telekomunikasi wajib menyediakan alat dan perangkat yang diperlukan untuk keperluan registrasi pelanggan jasa telekomunikasi pra-bayar.

7.Mekanisme registrasi pelanggan jasa telekomunikasi pra bayar dilaksanakan oleh masing-masing penyelenggara jasa telekomunikasi.

8.Penyelenggara jasa telekomunikasi mengaktifkan nomor pelanggan jasa telekomunikasi pra bayar setelah identitas pelanggan jasa telekomunikasi pra bayar diterima dengan benar dan lengkap.

9.Penyelenggara jasa telekomunikasi wajib menonaktifkan nomor pelanggan jasa telekomunikasi pra bayar yang terbukti atau diketahui menggunakan identitas tidak benar.

10.Dalam hal terjadi penonaktifan nomor pelanggan jasa telekomunikasi pra bayar, penyelenggara jasa telekomunikasi tidak mempunyai kewajiban membayar kerugian apapun kepada pelanggan. [ak/if]

Ajukan Visa AS? Siap-siap Diperiksa Akun Media Sosialnya

0

Telko.id – Mendapatkan visa AS sepertinya akan semakin sulit saja sekarang. Pasalnya, negeri paman Sam ini kini tidak hanya mengharuskan pelamar memasukkan nama negaranya saat mengajukan visa, tetapi juga ‘memberi ijin” untuk mengintip akun media sosialnya. Hal ini sebagaimana diatur dalam persyaratan 5939582, yang juga memungkinkan pemerintah Amerika Serikat memeriksa postingan di akun media sosial pelamar.

Menurut Wall Street Journal, Department of Homeland Security AS, yang bertugas menjaga keamanan negara, saat ini merancang sebuah rencana untuk membuat tahap itu menjadi bagian dari aplikasi visa “sebelum orang-orang tertentu diizinkan masuk ke negara itu.”

Homeland Security sudah mulai melihat beberapa postingan pelamar terpilih awal tahun ini sebagai bagian dari program percontohan, tapi badan ini menjadi lebih serius setelah pihak berwenang menemukan bahwa mereka kecolongan dan tidak melihat posting media sosial salah satu penembak San Bernardino yang pro-jihad. Wanita itu lolos tiga pemeriksaan latar belakang selama proses aplikasi visa ketika dia pindah dari Pakistan ke AS.

Saat ini, rincian mengenai program baru Homeland Security ini masih sedikit, karena pemerintah tidak mau mengungkapkan bagaimana menemukan dan mengidentifikasi postingan yang dianggap sebagai ancaman.

Namun seperti diungkapkan WSJ, tidak sepenuhnya jelas mengenai seberapa cepat lembaga itu memasukkan pemeriksaan media sosial ke dalam proses aplikasi visa. Jadi belum bisa dipastikan mana (dan kapan) pelamar akan harus melalui proses itu.

Telefonica Gandeng MTN Guna Perluas Wilayah Ekspansi

0

Telko.id – Dua raksasa Telekomunikasi asal Amerika Latin dan Afrika bertemu dengan Telefónica bermitra dengan MTN untuk program mitra strategis dan dirancang untuk menghasilkan skala tambahan serta jangkauan geografis yang lebih luas.

MTN berkantor pusat di Afrika Selatan, namun memiliki operasi di seluruh Afrika termasuk Nigeria, dimana perusahaan baru-baru ini didenda oleh pemerintah terkait hal tersebut. Sementara Telefónica adalah perusahaan Spanyol, tetapi beroperasi di banyak negara di Amerika Latin, sehingga mereka berdua memiliki banyak pengalaman untuk mengembangkan pasarnya.

Target utama kemitraan ini adalah perusahaan – terutama perusahaan multinasional yang beroperasi di kedua wilayah dan kategori negara berkembang seperti M2M. Mereka juga akan berkolaborasi pada inisiatif strategis sekitar peluang industri baru dan bagaimana untuk lebih memanfaatkan hal yang sudah ada.

“MTN Group percaya kemitraan strategis dengan Telefónica, yakni salah satu operator terbesar dan paling maju di dunia ini, akan membawa manfaat besar untuk MTN untuk bisa lebih bertumbuh di masa depan,” kata Herman Singh, Group Chief Digital Officer di MTN.

Ia juga menambahkan, “Ruang lingkup pengembangan termasuk proses inovasi kami dan penawaran produk baru seperti pindah ke Dunia Digital , serta memanfaatkan skala gabungan kami di berbagai bidang seperti pengadaan.”

Herman menyebut bahwa kemitraan ini sebagai langkah penting untuk kemajuan bersama.

Sementara itu, Mario Martin selaku Aliansi Group Director Telefonica menyebut bahwa kerjasama ini akan memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaaan telekomunikasi tersebut.

“Telefónica memiliki keyakinan yang kuat dalam keuntungan dari skala dan penyatuan keterampilan yang dibawa oleh kemitraan industri ini serta kami sangat bangga memiliki partner MTN Group sebagai pemain di industri Telekomunikasi dengan track record yang luar biasa.”

“Kami yakin bahwa perjanjian ini akan membawa manfaat penting untuk kedua Grup,” tutup mario. [ak/if]

2019, Dunia akan Keluarkan USD1.3 Triliun untuk Internet of Things

0

Telko.id – IDC memprediksi bahwa belanja global Internet of Things akan mencapai USD1.3 triliun pada tahun 2019, naik dari dari USD698.6 juta di 2015. Asia-Pasifik, disebut-sebut menjadi kawasan ‘paling konsumtif’ jika bicara tentang pengeluaran IOT.

Dilansir dari Total Telecom, Selasa (15/12), perusahaan riset tersebut mengatakan bahwa secara geografis Asia-Pasifik saat ini menghabiskan uang paling banyak untuk IOT, dengan persentase 40% dari total di seluruh dunia. Disusul Amerika Utara dan Eropa Barat di urutan kedua dan ketiga, dengan pengeluaran gabungan lebih dari USD250 miliar.

Dalam hal industri vertikal, IDC menyebut bahwa manufaktur dan transportasi saat ini memimpin klasemen, dengan belanja IoT masing-masing sekitar USD165.6 juta dan USD78.7 juta pada tahun 2015.

“Manufaktur dan transportasi keduanya cocok untuk penyebaran IoT,” kata Vernon Turner, wakil presiden senior dan peneliti IoT di IDC, dalam sebuah pernyataan beberapa waktu lalu.

Ia menambahkan, kedua industri ini telah menghubungkan pemasok, produk, pelanggan, dan bahkan pekerjanya saat ini dan benar-benar telah menuai hasil dari itu. Meskipun, tingkat pertumbuhan akan berbeda di berbagai daerah, mengingat keberagaman dari Internet of Things itu sendiri.

Menurut IDC, di Eropa Tengah dan Timur (CEE), dan Timur Tengah serta Afrika (MEA), sektor IOT yang mengalami pertumbuhan paling cepat adalah bangunan cerdas, di mana IOT digunakan untuk mengoptimalkan operasional gedung melalui otomatisasi, serta pemantauan jarak jauh dan kontrol.

Di Amerika Latin, IDC memprediksi sektor IOT yang mengalami pertumbuhan paling cepat adalah pemeliharaan dan layanan lapangan, dimana data sensor dikumpulkan dan dikirim dari lapangan untuk teknisi.

Di Asia-Pasifik, perusahaan asuransi akan semakin banyak yang mengandalkan remote telematika untuk memantau perilaku pengemudi untuk tujuan perhitungan premi. Sementara di Amerika Utara, teknologi IOT akan dimanfaatkan untuk tujuan pemasaran kontekstual untuk mendapatkan informasi tentang perilaku konsumen, kata IDC.