spot_img
Latest Phone

Facebook Gelar Tiga Hari Festival bertajuk Nyasar ke Dimensi Facebook, Ini Targetnya

Telko.id – Facebook Indonesia siap meramaikan akhir pekan ini...

Garmin Manfaatkan Data Wearable, Pengendalian Diabetes Personal

Telko.id - Memperingati Hari Diabetes Sedunia, Garmin Indonesia menyoroti...

Garmin Instinct Crossover AMOLED Resmi Hadir di Indonesia

Telko.id - Garmin Indonesia secara resmi meluncurkan dan memperkenalkan...

Garmin Run Indonesia 2025 dan Limbah.id berhasil Kumpulkan Hampir 3 Ton Sampah

Telko.id — Garmin Indonesia sukses menggelar ajang lari tahunan...

Instagram Safety Camp: Peran Orang Tua Kunci Keamanan Digital Remaja

Telko.id - Meta menyelenggarakan Instagram Safety Camp di Indonesia...
Beranda blog Halaman 1506

Eropa akan Berlakukan Standar yang Sama antara Operator & OTT

0

Telko.id – Standar yang sama seperti halnya operator akan diberlakukan Uni Eropa pada beberapa pemain OTT. Sebuah rancangan usulan baru dari Uni Eropa akan segera memperpanjang aturan keamanan yang saat ini berlaku secara eksklusif untuk operator telekomunikasi seperti Vodafone, Orange, dan Deutsche Telekom untuk layanan web seperti Whatsapp milik Facebook, Skype, dan FaceTime milik Apple.

Aturan baru, seperti dilaporkan Digitaltrends, Rabu (14/(0,  ini akan mewajibkan perusahaan web yang juga memungkinkan pengguna untuk melakukan panggilan dan mengirim pesan untuk menjamin keamanan dan integritas layanan mereka, termasuk melaporkan pelanggaran kepada pihak berwenang dan memiliki rencana kontingensi dan strategi kelangsungan pelayanan.

Tentu saja, ini merupakan kabar baik bagi perusahaan telekomunikasi, yang selama bertahun-tahun menilai pemain OTT seperti Google, Microsoft, dan Facebook tidak menghadapi peraturan ketat yang sama dengan perusahaan-perusahaan komunikasi yang lebih tradisional seperti mereka, meskipun penyediaan layanannya sangat mirip. Perubahan baru yang diusulkan ini juga dapat membantu untuk menyamai skor antara penyedia layanan Eropa dan sebagian besar perusahaan internet yang berbasis di AS, yang telah lama menjadi subjek perdebatan dalam Uni Eropa.

Namun, tidak semua layanan web akan diminta untuk menegakkan kewajiban keamanan yang sama, karena beberapa dari layanan ini “tidak melakukan kontrol atas transmisi jasa mereka melalui jaringan telekomunikasi,” lapor Reuters.

“Penyedia layanan seperti ini harus memastikan tingkat keamanan yang sepadan dengan tingkat risiko yang ditimbulkan terhadap keamanan layanan komunikasi yang mereka berikan,” bunyi draft dokumen itu.

Oleh karena itu, jika ada pelanggaran keamanan yang berdampak signifikan pada layanan mereka, aplikasi dan perusahaan harus memberitahukan otoritas nasional “tanpa penundaan.”

Setelah diresmikan minggu ini, proposal yang baru masih akan memerlukan persetujuan dari Parlemen Eropa dan negara-negara anggota Uni Eropa, yang berarti perubahan undang-undang masih dimungkinkan.

Deutsche Telekom Capai 1.2 Gbps Dalam Uji Coba LTE-A Pro

0

Telko.id – Ericsson dan Telstra boleh saja berbangga hati, pasca keberhasilannya menembus angka 978 Mbps dalam uji coba LTE-A terbaru, namun pencapaian yang jauh lebih baik dicetak Deutsche Telekom. Bekerjasama dengan Huawei, operator raksasa Jerman ini melesat dengan kecepatan 1,2 Gbps dalam demo LTE.

Demo ini dilakukan di Berlin, dengan melibatkan salah satu BTS makro DTyang digabungkan dengan small cell. Throughput tertinggi dicapai dengan menggabungkan lima operator dan menggunakan 4×4 multiple-input, multiple-output (MIMO).

“Akses internet cepat tidak bisa terbatas hanya untuk jaringan tetap dan serat optik – pelanggan kami juga menginginkan kecepatan setinggi mungkin untuk kenyamanan maksimal saat di perjalanan,” kata Claudia Nemat, anggota dewan Deutsche Telekom untuk Eropa dan Teknologi, dalam sebuah pernyataan baru-baru ini.

Deutsche Telekom mengatakan demonstrasi yang digelar hari Senin lalu dengan mudah memecahkan rekor kecepatan jaringan sebelumnya di Berlin yang tercatat sebesar 340 Mbps.

“Huawei senang bisa mendukung Deutsche Telekom untuk membuktikan manfaat dari langkah terbaru evolusi teknologi ini, LTE Advanced Pro, dalam penerapan di dunia nyata”, tambah Lin Baifeng, President Huawei Technologies deutschland GmbH disadur dari Totaltelecom, Rabu (14/9)..

Deutsche Telekom bisa dibilang hanyalah satu dari beberapa operator yang mencapai kecepatan LTE lebih dari 1 Gbps.

Akhir Agustus lalu, perusahaan telekomunikasi Finlandia, Elisa juga mengklaim rekor dunia kecepatan LTE baru setelah mencapai 1,9 Gbps, meskipun di bawah kondisi laboratorium.

Sementara itu, Dialog dan Mobitel di Sri Lanka, TDC Denmark, SK Telecom Korea Selatan, Swisscom Swiss, dan tentu saja Telstra Australia telah berbagi rencananya masing-masing untuk menggelar LTE-A Pro.

Global Mobile Suppliers Association (GSA) sendiri memang telah menyatakan pada bulan Agustus lalu, bahwa sembilan jaringan LTE-A Pro sudah terbangun dan berjalan, dan bahwa mereka mengharapkan layanan mobile Gigabit ini akan bisa dikomersialkan pada akhir 2016.

Solusi Terbaru Ericsson Hadirkan Efisiensi

0

Telko.id – Vendor jaringan telekomunikasi dan software, Ericsson  mengumumkan solusi mobile broadband terbaru untuk pasar telekomunikasi di negara berkembang.

Solusi mobile broadband, yang meliputi perangkat lunak dan perangkat keras penambahan Ericsson Radio System, memberikan kemampuan yang dibutuhkan untuk mengurangi total biaya kepemilikan hingga 40 persen ketika menggunakan total solusi situs Ericsson untuk mobile broadband.

Pemanfaatan solusi mobile broadband terbaru dari Ericsson akan memungkinkan operator jaringan telekomunikasi untuk memastikan pengembalian dari investasi di pasar rendah ARPU.

Dilaporkan TelecomLead (14/9), perangkat mobile broadband Ericsson memungkinkan operator untuk mengidentifikasi sites di daerah cakupan GSM / EDGE yang memiliki jumlah pengguna tertinggi yang sudah memiliki perangkat yang siap akan internet. Operator telekomunikasi nantinya dapat menentukan di lokasi mana yang lebih masuk akal untuk mengkonversi situs tersebut menjadi HSPA atau 4G LTE.

“Ericsson mendukung target International Telecommunication Union Connect 2020 untuk memastikan bahwa lebih dari 50 persen orang di negara berkembang menggunakan internet pada tahun 2020. Untuk mencapai tujuan ini, kita akan perlu untuk menghubungkan sekitar 500.000 pengguna baru ke internet setiap hari, “kata Arun Bansal, kepala unit Bisnis Jaringan Produk, Ericsson.

Solusi mobile broadband yang baru ini mengatasi kesenjangan yang signifikan dalam adopsi internet antara negara maju dan berkembang. Karena pada saat ini, hanya empat dari sepuluh orang di negara-negara berkembang yang terhubung ke internet dan sekitar 15 persen dari populasi dunia tidak memiliki akses listrik.

Solusi baru termasuk Ericsson Site Manager software akan dipasangkan dengan Ericsson Site Controller, Radio 2219, Antenna Radio Terpadu, AIR 2488, MINI-LINK 6363, MINI-LINK 6651 unit indoor dan tambahan baru untuk keluarga Ericsson Enclosure. Ini mencakup perangkat lunak baru untuk Zero Touch WCDMA dan Aliran solusi Pengguna.

Sertifikasi Smartphone Merek Global Bakal Dihapus

0

Telko.id – Saat ini, untuk memasok telepon selular ke Indonesia diperlukan sertifikasi yang dikeluarkan oleh Kominfo melalui dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika. Dan baru saja, Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara mengatakan pihaknya akan menghapus sertifikasi telepon seluler terutama untuk merek-merek global (global brand) pada Januari 2017 mendatang, seperti yang dilansir dari kantor berita Antara (13/09).

“Rencananya mulai Januari 2017, tidak perlu proses sertifikasi brand global. Katakanlah brand besar Iphone, Samsung, memang balai uji kita lebih canggih dari brand global?” katanya dalam diklat manajemen perubahan di Jakarta, Selasa.

Dirgantara menambahkan bahwa balai uji global brand jauh lebih mumpuni. Sehingga bila suatu barang lulus standarisasi internasional dapat segera dirasakan oleh masyarakat.

Untuk melindungi konsumen, Kementerian Komunikasi dan Informatika nantinya bekerjasama dengan Kementerian Perdagangan melakukan uji petik di pasar. “Brand ini spesifikasinya memenuhi standar internasional, nanti kita lakukan pengecekan di pasar bersama Kementerian Peradagangan,” katanya.
Harapannya, dengan penghapusan uji sertifikasi pada ponsel tersebut akan semakin memperlancar arus teknologi yang masuk sehingga masyarakat lebih diuntungkan.

Saat ini, untuk memperoleh sertifikasi dibutuhkan sekitar satu bulan sebelum ponsel tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat. Hal ini merugikan, karena teknologi terkini yang ada di dalam ponsel tersebut, baik aplikasi, maupun feature lainnya terlambat dimanfaatkan.
Padahal, dengan teknologi-teknologi yang baru tersebut diharapkan masyarakat dapat segera memanfaatkan sehingga semakin mendorong dan mendukung perkembangan perekonomian.

Dengan adanya penghapusan sertifikasi tersebut masyarakat akan lebih cepat dapat merasakan sentuhan teknologi terbaru yang lebih bermanfaat. Bila dalam setahun sebuah global brand meluncurkan dua varian produk, maka waktu yang dihemat sekitar 16 persen.
Dirgantara pun mengatakan bahwa rencana tersebut, telah dikomunikasikan dengan sejumlah global brand dan mendapat tanggapan positif.

Sementara itu, untuk produksi lokal, nantinya Kementerian komunikasi dan informatika akan masuk seperti misalnya saat desain, sehingga produsen tidak perlu lagi melakukan sertifikasi atas produk yang sudah jadi. Kementerian Komunikasi dan Informatika, nantinya akan melakukan uji petik saja atas barang yang telah ada di pasar.

Rencana Kominfo tersebut, menurut Rudiantara sudah dibicarakan dengan asosiasi manufaktur industri ponsel lokal.

Menurut Rudiantara dalam kesempatan tersebut, kebijakan yang dilakukan kementerian komunikasi dan informatika harus mampu menjadi ‘enabler’ (pengembang) perekonomian dan bermanfaat bagi masyarakat.(Icha)

Vodafone Akuisisi Operator MVNO Australia?

0

Telko.id – Vodafone akan mengambil alih operasi lokal dari mitra mobile virtual network operator (MVNO) Lebara Mobile beserta 130.000 pelanggan mereka, dengan biaya akuisisi yang dirahasiakan.

Dilansir dari ITNews (13/9), Lebara Mobile telah menjadi Vodafone MVNO sejak 2009 ketika membawa operasinya ke Australia.

Perusahaan MVNO ini juga merupakan keluarga dari Lebara Group, yang berkantor pusat di Inggris, didirikan pada tahun 2001 dan memiliki 1000 karyawan dan 5 juta pelanggan aktif di seluruh operasinya di delapan negara, yang semuanya terletak di Eropa dengan pengecualian Australia.

Bisnis diarahkan membantu para migran untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan teman-teman di negara lain.

Akuisisi ini berarti Vodafone akan menjalankan bisnis Lebara seluler di Australia. Namun Vodafone menolak untuk memberikan nilai terhadap kesepakatan ini.

“Lebara Mobile telah membangun kehadiran merek yang kuat dan basis pelanggan setia di Australia, dan kami melihat peluang untuk mengembangkan bisnis lebih lanjut,” ucap chief strategy officer Vodafone, Dan Lloyd dalam sebuah pernyataan.

“Dengan sumber daya perusahaan dari VHA di balik itu, kami berharap merek Lebara Mobile untuk menjadi kekuatan lebih kuat di pasar ponsel Australia.”

Vodafone mengatakan akan menjalankan bisnis seperti biasa untuk pelanggan Lebara Mobile, yang sudah menggunakan jaringan Vodafone 4G, dan karyawan perusahaan.

Perusahaan telko ini akan terus menjual produk Lebara Mobile melalui mitra ritel yang ada termasuk Coles, Woolworths dan toko-toko.

Fortinet : Mobil Tanpa Pengemudi dan Bahaya yang Mengintai

0

Telko.id – Mobil merupakan salah satu alat transportasi favorit bagi sebagian besar masyarakat dunia. Dengan perkembangan teknologi di industri otomotif, kedepannya diperkirakan akan tersedia mobil tanpa pengemudi yang harusnya menunjang aktivitas sehari-hari masyarakat.

Berdasarkan keterangan pers yang diterima tim Telko.id mengungkapkan, Negara-negara seperti Inggris, Perancis, dan Swiss telah menguji bentuk mobil otonom di jalanan umum. Menurut Gartner, kendaraan tanpa pengemudi akan mewakili sekitar 25 persen dari populasi pengguna kendaraan berpenumpang di pasar yang matang pada tahun 2030.

Tapi seperti biasa, hadirnya inovasi teknologi juga berbanding lurus dengan kejahatan siber yang kerap mengintai.

Mungkin untuk sebagian orang, jalan raya penuh dengan mobil tanpa pengemudi merupakan visi cemerlang untuk masa depan, namun dari sudut pandang peretas, mereka mewakili kesempatan lain untuk menghadirkan malapetaka. Mengingat kenaikan serangan siber yang semakin canggih dan pembobolan data selama beberapa tahun terakhir, memastikan keselamatan pengemudi dari ancaman siber telah menjadi fokus utama pembangunan dan tantangan dalam industri otomotif dan keamanan.

Seperti diketahui, mobil tanpa pengemudi adalah moda transportasi yang sangat canggih, bahkan mungkin tanpa adanya alat kemudi. Mereka memiliki komponen yang jauh lebih kompleks dibanding mobil tradisional, dan bergantung pada sensor, radar, peta GPS, serta berbagai kecerdasan buatan untuk mengaktifkanpengemudi otomatis.

Sistem panduan dan keselamatan yang baru ini harus diintegrasikan ke dalam sistem elektronik onboard yang sudah ada dalam kendaraan modern, melakukan koneksi nirkabel ke produsen, dan mungkin bahkan menawarkan jasa pihak ketiga melalui Internet.

Disitulah masalah dimulai,  dengan peretasan dari jarak jauh yang dapat mengakses kendaraan dan mengorbankan salah satu sistem onboard, sehingga berbagai risiko, dari mulai risiko privasi, pencurian data komersial dan risiko fisik bagi awak dan properti.

Fortinet mencoba memprediksi beberapa serangan yang mungkin akan menargetkan mobil-mobil yang memiliki koneksi tinggi dan otonom, seperti :

Keistimewaan eskalasi dan sistem yang saling bergantung satu dengan yang lainnya 

Tidak semua sistem dan jaringan dalam mobil akan dibuat sama. Penyerang akan mencari kerentanan dalam layanan yang kurang memiliki pertahanan, seperti sistem hiburan, dan mencoba untuk “lompat” lintas jejaring intra-mobil untuk sistem yang lebih sensitif melalui sistem komunikasi terpadu dari mobil. Misalnya, jumlah komunikasi yang terbatas biasanya diperbolehkan antara sistem manajemen mesin dan sistem hiburan untuk menampilkan isyarat (“Kesalahan Mesin” atau “Cruise Control Aktif”) yang berpotensi untuk dimanfaatkan oleh peretas.

Stabilitas dan prediktabilitas sistem

Sistem lama mobil yang konvensional sudah serba lengkap, dan biasanya datang dari produsen tunggal. Sebagai mobil otonom yang baru dikembangkan, mereka akan sangat perlu menyertakan perangkat lunak yang disediakan oleh berbagai vendor termasuk software dengan sumber terbuka. Teknologi Informasi (IT), berbeda dari sistem kontrol industri seperti sistem mobil lama, dan tidak mengenal prediktabilitas. Sistem TI, pada kenyataannya, cenderung gagal dengan berbagai cara yang tak terduga. Hal ini mungkin ditoleransi jika hanya soal situs web yang tidak aktif sampai server dinyalakan kembali.

Hal ini kurang dapat diterima dalam sistem panduan yang mengalami penurunan bahkan ketika sebuah sistem Wi-Fi di mobil mengalami crash atau hang.

Ransomware

ransomware tentu meningkat pada PC dan ponsel. Tapi mobil tanpa pengemudi menunjukkan target yang hampir ideal. Pperetas menggunakandisplay dalam mobil untuk menginformasikan kepada pengemudi yang mobilnya telah bergerak dan bahwa uang tebusan harus dibayar untuk mengembalikan kendaraan untuk beroperasi normal. Sementara laptop atau tablet relatif mudah untuk dipulihkan dengan potensi tidak adanya kerusakan, dengan asumsi backup yang tersedia, sedangkan mobil memiliki cerita yang sangat berbeda.

Tentu beberapa dealer akan terbiasa dengan menyelesaikan masalah seperti ini, dan spesialis bantuan kemungkinan besar akan diperlukan untuk mengatur ulang komponen yang terkena dampak. Sedangkan Biaya tebusan tersebut diperkirakan akan sangat tinggi, dan kemungkinan akan memakan waktu. Sementara itu, kendaraan mungkin harus diderek.

Spyware

Mungkin menjadi sasaran yang lebih menarik bagi para peretas yaitu mengumpulkan data tentang Anda melalui mobil Anda. Mobil tanpa pengemudi menampung data dalam jumlah besar, dan mengetahui banyak informasi mengenai Anda seperti tujuan favorit Anda, rute perjalanan Anda, di mana Anda tinggal, bagaimana dan di mana Anda membeli sesuatu, dan bahkan orang-orang yang bepergian dengan Anda. Bayangkan seorang peretas, mengetahui bahwa Anda sedang bepergian jauh dari rumah, menjual informasi ke kelompok kriminal yang kemudian menerobos masuk ke rumah Anda, atau menggunakan kredensial online Anda untuk mengosongkan rekening bank Anda.

Gelar Demo Live, Ericsson dan Telstra Tembus Kecepatan 979 Mbps

0

Telko.id – Ericsson dan Telstra telah mengumumkan pencapaiannya dalam uji coba LTE-A. Menurut laporan Telcomasia, Selasa (13/9), kedua perusahaan sukses menembus kecepatan downlink 979Mbps dalam demonstrasi menggunakan perangkat tunggal di jaringan seluler end-to-end live.

Menggunakan kombinasi carrier aggregasi LTE Advanced, 64 QAM uplink, 256 QAM downlink dan teknologi MIMO 4×4, perusahaan mencapai kecepatan downlink tersebut menggunakan tes kecepatan UDP dan 883Mbps OTA. kecepatan uplink mencapai 129Mbps.

“Kami semakin dekat untuk memberikan kecepatan download komersial 1Gbps di jaringan kami. Ini akan menghadirkan baik kecepatan dan kapasitas di luar ruangan, bersama dengan cakupan yang lebih luas dan kinerja dalam ruangan,” kata Managing Director Group Ericsson untuk Jaringan, Mike Wright.

Mike menjelaskan, pairing kecepatan data yang lebih tinggi pada downlink dan uplink merupakan tonggak penting dalam pengiriman berkelanjutan dari pengalaman data yang utama. “Tes kami juga menyoroti kemampuan teknik bersama yang kami bawa ke suatu campuran kompleks teknologi software dan hardware baru dalam kondisi akhir di dunia nyata,” imbuh Mike.

Sementara itu, head of radio project management Ericsson, Thomas Noren menambahkan bahwa pemimpin operator seperti Telstra, terus mendorong batas-batas standar LTE, memanfaatkan Carrier aggregasi LTE Advanced, teknologi MIMO 4×4 dan modulasi yang lebih tinggi dengan QAM 64 dan 256, untuk memastikan jaringan mereka siap untuk memenuhi pertumbuhan lalu lintas data yang berkelanjutan dan kinerja tinggi harapan pelanggan.

Softbank Siap Gelar LPWA di Jepang Untuk Dukung IoT

0

Telko.id – SoftBank mengatakan bahwa operator di Jepang ini sudah siap untuk untuk menggelar jaringan Low Power Wide Area atau LPWA pada tahun ini. Teknologi yang digunakan LoRaWAN yang bekerjasama dengan Actility. Sebuah perusahaan yang menjadi pemimpin global untuk infrastruktur dan platform LPWA. Langkah ini dilakukan untuk mendorong terbentuknya bisnis IoT di Jepang.

SoftBank sendiri mengatakan minatnya untuk melakukan pendekatan dan mengintegrasikan secara vertikal pasar IOT dengan menyediakan solusi IOT yang lengkap menggunakan LoRaWAN, termasuk perangkat, BTS, platform jaringan IOT, dan semua layanan yang dibutuhkan untuk menerapkan solusi ini, termasuk konsultasi, seperti yang dilansir dari Telecom TV.

Ke depan SoftBank akan menargetkan manajemen fasilitas komersial. Mulai dari bangunan cerdas, peralatan pemantauan dan remote control serta pelacakan di gudang. Selain itu juga pembacaan otomatis metering listrik dan lain sebagainya. Bahkan seluruh potensi IoT yang ada. Jadi, dengan menggunakan LoRaWAN berbagai hal yang tentang teknologi radio ke depan, termasuk juga LTE Selular dapat diakomodir.

Softbank juga mengatakan bahwa, ke depan, juga akan merencanakan mengembangkan layanan IOT menggunakan teknologi LTE Cat-M1 dan NB-IOT.

Tahun ini SoftBank sangat sibuk karena baru saja melakukan pembelian chip desainer ARM dan juga antusias dengan kehadiran IoT. Hal ini menjadi masuk akal karena untuk memasuki era IoT maka perlu langkah yang tepat. Tahun ini juga, Softbank menggelar 100 BTS MIMO besar-besaran di pra-5G bergerak. Softbank memang ingin menjadi pemain utama di Jepang yang sudah menggelar pra 5G.

Bagi Actility, Hon Hai Precision Industry dan Semtech Corporation, kerjasama dengan Softbank ini juga menambah daftar panjang portfolio yang pernah dilakukan. Setelah beberapa waktu lalu, perusahaan ini juga sudah bekerjasama dengan operator jaringan broadcast di Finlandia, Digita untuk mengaktifkan jaringan Lora secara nasional menggunakan jaringan tiang Digita di Finlandia. (Icha)

Satelit di Frekuensi C-Band Paling Cocok Untuk Indonesia

0

Telko.id – Telekomunikasi broadband memang sudah menjadi rancangan pemerintah terutama Kementrian Komunikasi dan Informatika Indonesia. Kini sudah berjalan proyek Palapa Ring. Selanjutnya, Indonesia berencana untuk memiliki satelit sendiri dan akan memanfaatkan frekuensi C-Band.

Hal ini diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Kominfo Farida Dwi Cahyarini dalam Pembukaan International Satellite Symposium 2016 and Workshop on The Efficient Use of The Orbit/Spectrum Resource di Legian, Badung, Bali.

“Kami percaya bahwa salah satu frekuensi pada satelit, yaitu frekuensi C-Band, adalah  yang paling cocok dan intensif digunakan oleh Indonesia. Banyak negara lain yang terletak di dekat khatulistiwa dengan kelembaban tinggi dan redaman hujan juga mengembangkan (komunikasi satelit). Negara-negara itu menggunakan frekuensi C-Band yang dapat menjadi infrastruktur telekomunikasi, khususnya untuk daerah yang kurang terlayani,” jelasnya.

Salah satu alasan telekomunikasi setelit ini dibutuhkan oleh Indonesia karena wilayah bumi pertiwi ini yang berada di kawasan ring of fire. Rangkaian gunung berapi aktif dipadu dengan lautan dengan potensi tsunami yang ada di Indonesia potensial terjadi bencana alam sewaktu-waktu.

Farida menambahkan Indonesia sudah punya pengalaman dengan satelit sejak 1976, ketika Indonesia meluncurkan satelit pertama PALAPA A-1. Hingga kini, satelit sangat penting bagi Indonesia, terutama untuk membangun infrastruktur broadband di daerah terlayani dan belum terlayani.

Selanjutnya Farida Dwi Cahyarini memamaparkan upaya Pemerintah Indonesia menjangkau wilayah Indonesia yang belum terlayani dengan jaringan telekomunikasi. Jalur telekomunikasi dibangun melalui serat optik dan kabel teresterial sebagai infrastruktur broadband yang disebut sebagai Palapa Ring.

“Palapa Ring adalah jaringan nasional yang akan menjadi tulang punggung Indonesia. Ini teknologi informasi dan komunikasi yang menghubungkan tujuh pulau utama, 33 provinsi, dan 460 kabupaten dengan jumlah 13.000 km serat optik. Palapa Ring dan jaringan satelit secara bersamaan akan mencakupi layanan telekomunikasi broadband di seluruh Indonesia,” jelasnya.

Pemerataan broadband di seluruh wilayah Indonesia tersebut akan dimanfaatkan guna tujuan ekonomi. Jaringan broadband dapat dimanfaatkan mengembangkan potensi ekonomi digital. “Saat ini Indonesia memiliki 93,4 juta pengguna internet dan 71 juta pengguna ponsel pintar. Kami beranggapan bahwa ini merupakan potensi nilai ekonomi, di mana Indonesia harus mengembangkan e-commerce dan bisnis aplikasi digital,” tuturnya.

Chief of Space Service Departement (SSD), Radiocommunication Bureau, International Telecommunication Union (ITU), Yvon Henri menyatakan satelit mempunyai peran yang semakin penting dalam kehidupan sehari-hari dengan menyediakan cakupan di mana-mana. “Baik untuk penyaluran program televisi dan penyiaran, jaringan seluler infrastruktur backhaul, global positioning dan navigasi, meteorologi dan pemantauan sumber daya bumi, akses internet dan telekomunikasi di daerah terpencil atau dalam situasi darurat, dan komunikasi keselamatan,” paparnya.

Yvon Hendri mengatakan bahwa simposium ini dapat dimanfaatkan secara optimal oleh setiap pemangku kepentingan dan industri. ”Jangan ragu untuk menggunakan kesempatan simposium sebagai platform dan kesempatan untuk jaringan antara para pemangku kepentingan di industri. Hasil dari simposium ini juga dapat menjadi pembuka jalan untuk mengatasi masalah dan menjadi acuan untuk merencanakan langkah selanjutnya di masa depan. Termasuk rencana kegiatan ITU, yang akan mempromosikan dan memperkuat industri di semua tingkatan yaitu dari kebijakan dan tingkat regulasi untuk pasar, persaingan, dan bisnis,” tandasnya. (Icha)

SK Telecom Resmi Komersialkan SDRAN

0

Telko.id – SK Telecom telah mengimplementasikan apa yang disebutnya sebagai Software-Defined RAN pertama di dunia, atau dikenal juga sebagai cloud RAN, pada jaringan komersial. Perusahaan menggandeng Nokia untuk mengerjakan proyek ini, menggunakanAirScale Cloud RAN miliknya.

SDRAN sendiri, seperti diketahui, memungkinkan fungsi base station tradisional untuk diimplementasikan pada server IT untuk tujuan umum dan dijalankan sebagai mesin virtual. Arsitektur SDRAN termasuk pemisahan fungsional dari protokol dalam pengolahan baseband. Ini menurunkan sebagian fungsi DU (Digital Unit) menjadi RRU (Remote Radio Unit), yang memungkinkan peningkatan lalu lintas secara lebih efektif dan penerapan beberapa skenario konektivitas secara efisien tanpa tambahan investasi langsung di transportasi atau kapasitas baseband.

Sebelumnya, antarmuka yang dipilih digunakan untuk transmisi data antara DU dan RRU, tetapi dengan SDRAN baru, antarmuka berbasis Ethernet DU-RU yang lebih banyak digunakan dioptimalkan untuk lingkungan komunikasi dan digunakan untuk konfigurasi jaringan yang lebih efisien, kata SK Telecom.

Antarmuka ini juga menangani penundaan sinyal dengan baik, sehingga ketika terjadi penundaan, ini akan menyesuaikan waktu transmisi data dan mencegah perlambatan kecepatan transmisi. Dengan demikian, pelanggan mendapatkan keuntungan dari kualitas data yang lebih baik.

Mengingat jaringan diimplementasikan oleh perangkat lunak, lebih mudah dan lebih cepat untuk menambahkan fungsi jaringan baru. Selain itu, SDRAN akan dapat menawarkan berbagai layanan pihak ketiga, menggunakan MEC (Mobile Edge Computing) untuk menyediakan layanan komunikasi lokal.

Dilaporkan Telecompaper, Selasa (13/9), operator mulai mengerjakan RAN virtual pada tahun 2013 dan melakukan uji lapangan tahun lalu. SK telecom mengatakan berada di trek-nya untuk jaringan LTE yang sepenuhnya tervirtualisasi dan akan menggunakan kemajuan ini untuk mengembangkan arsitektur jaringan 5G-nya.