spot_img
Latest Phone

Garmin Instinct 3 Tactical Edition: Smartwatch Tangguh untuk Misi Ekstrem

Telko.id - Garmin baru saja menghadirkan Instinct 3 –...

ASUS Vivobook S14: Laptop AI 45+ TOPS untuk Produktivitas Tanpa Batas

Telko.id - ASUS Vivobook S14 (S3407QA), laptop terbaru yang...

Garmin vívoactive 6, Tak Sekadar Pintar, Dukung Gaya Hidup Aktif dan Tampil Lebih Gaya

Telko.id - Garmin Indonesia memperkenalkan vívoactive 6, smartwatch wellness...

Lebih Bugar Setelah Lebaran dengan Smartwatch Garmin

Telko.id - Pernahkah Anda merasa tubuh terasa berat dan...

PC Global Melonjak 4,9% di Q1 2025, Tapi Tarif China Ancam Pasokan

Telko.id - Angka-angka terbaru dari IDC mengungkap fakta mengejutkan:...
Beranda blog Halaman 1504

Peringati Hari jadi, BDV gelar Bandung Digital Ecosystem Day

0

Telko.id – Bandung Digital Valley (BDV) merayakan hari jadi mereka yang keempat pada tanggal 20 Desember. BDV sendiri berdiri dan berkontribusi pada tumbuhnya industri kreatif digital di Indonesia. Kontribusi yang diberikan oleh BDV sebagai Inkubator Bisnis dan Co-Working Space kepada pertumbuhan industri tentunya tidak terlepas dari kerjasama yang sangat baik dengan elemen ekosistem lain, diantaranya komunitas digital, co-working space & inkubator bisnis lain, startup digital dan institusi pendidikan.

Untuk itu, dalam rangka memperingati hari jadinya yang ke-4 BDV mengadakan Expo “Bandung Digital Ecosystem Day” yang akan diikuti oleh berbagai elemen ekosistem digital Bandung diantaranya 10 Komunitas Digital, 6 Co-Working Space & Inkubator serta 20 Startup Digital.

Berdasarkan keterangan pers yang kami terima, kegiatan ini terbuka untuk umum dan diselenggarakan di area Bandung Digital Valley, Gedung Menara IDEC Lantai 4, Jl. Gegerkalong Hilir No. 49 Bandung, pada hari Jumat 18 Desember 2015 pukul 14.00 – 17.00. Dengan mengunjungi Expo ini, pengunjung khususnya mahasiswa, pelaku startup maupun talenta bidang digital dapat mengetahui ekosistem bisnis digital di Bandung dan bagaimana masing-masing elemen ekosistem tersebut dapat mendukung pengembangan karir dan bisnis mereka di bidang digital.

“Bandung adalah cluster penting di industri digital Indonesia, dengan didukung oleh sejumlah perguruan tinggi berkualitas, Bandung telah melahirkan banyak startup yang telah sukses di skala nasional maupun yang sangat berpotensi untuk berkembang di masa yang akan datang dan itulah alasan mengapa BDV sebagai Inkubator pertama Telkom didirikan di Bandung yang berkolaborasi dengan MIKTI (Masyarakat Industri Kreatif Digital Indonesia)” ujar Indra Purnama, Direktur Eksekutif BDV.

BDV diresmikan pada tanggal 20 Desember 2011, sebagai co-working space dan inkubator bisnis untuk startup digital tanah air. Tercatat lebih dari 40 startup digital telah mengikuti program inkubasi di BDV sejak tahun 2012. Selain startup yang diinkubasi, BDV juga memiliki lebih dari 3000 member yang selain dapat memanfaatkan fasilitas co-working space di BDV juga dapat mengikuti event-event untuk mengembangkan pengetahuan bisnis dan keterampilan teknis mereka.

Indra menambahkan, “Dalam usianya yang menginjak 4 tahun, kami sangat senang bahwa BDV bekerjasama dengan elemen-elemen ekosistem yang lain, yaitu co-working space, institusi pendidikan, incubator dan komunitas, telah berkontribusi bagi pertumbuhan industri digital di Indonesia,”

Pada acara Bandung Digital Ecosystem Day, selain expo komunitas, startup, coworking-space dan incubator, juga akan diselenggarakan talk show mengangkat perjalanan usaha dari sejumlah pendiri startup yang berhasil.

Dengan demikian diharapkan dengan penyelenggaraan acara ini semakin banyak lagi talenta yang terinspirasi untuk berkiprah di industri digital Indonesia dan menghasilkan produk digital yang memiliki potensi bisnis yang baik di skala nasional maupun internasional, serta terjalinnya sinergi yang lebih baik lagi diantara pelaku dan elemen ekosistem digital untuk mempercepat pertumbuhan industri digital tanah air.

Kaji Ulang Tarif Interkoneksi, Ini Harapan XL

0

Telko.id – Pemerintah saat ini sedang melakukan pengkajian ulang mengenai tarif interkoneksi pada operator seluler. Tarif interkoneksi yang mahal sejatinya akan berdampak pada mahalnya tarif telepon untuk end user.

Sejatinya, penghitungan ulang tarif interkoneksi sendiri bertujuan untuk menyehatkan industri telekomunikasi indonesia sekaligus juga memberikan layanan yang terjangkau bagi masyarakat umum sebagai end user.

Interkoneksi sendiri memiliki arti keterhubungan antarjaringan telekomunikasi dari penyelenggara jaringan telekomunikasi yang berbeda. Penetapan tarif interkoneksi sejatinya berlaku efektif sejak 1 Januari 2011. Penghitungan tarif dasar ini ditetapkan oleh BRTI selaku pihak regulasi dalam surat bernomor 227 tahun 2010. Berdasarkan surat tersebut, BRTI memutuskan untuk mengubah tarif interkoneksi layanan pesan singkat (sms) dari berbasis sender keep all (SKA) menjadi berbasis biaya (Non-SKA). Keputusan tersebut kemudian efektif pada 1 Juni 2012 dan berlaku untuk seluruh operator penyelenggara telekomunikasi.

Komisioner BRTI I Ketut Prihadi menyebutkan, “Saat ini beban biaya yang harus dibayar oleh pengguna saat menelpon beda operator (off net) lebih tinggi daripada menelepon ke sesama operator (on net) dan kami hanya boleh mengusulkan formula perhitungan saja,” ucapnya pada Rabu kemarin di Jakarta.

Formula terbaru yang diusulkan oleh BRTI adalah tadif off net 2-3 kali lebih tinggi dari on net. Perhitungan tarif interkoneksi ini juga harus dilihat dari beban yang dipanggul oleh operator.

Mahalnya tarif interkoneksi telepon melalui jaringan voice menjadi salah satu alasan pengguna untuk lebih memilih OTT asing yang menggunakan jaringan data untuk telepon seperti Whatsapp dan Line. Padahal hal ini tentunya akan sangat menguntungkan mereka para raksasa OTT asing.

Berbicara mengenai jaringan data, nyatanya sebentar lagi para operator telah menyiapkan alternatif layanan voice lain dengan menggunakan layanan data. Alternatif tersebut ialah dengan menyelenggarakan layanan VoLTE.

VoLTE nantinya juga akan ‘menyedot’ pulsa dan bukan kuota data pengguna. Yang menjadi permasalahan adalah tarif interkoneksi yang masih belum diatur Pemerintah.

Head Of Networking Planning PT XL Axiata, Rahmadi Mulyohartono mengungkapkan adanya tarif interkoneksi yang cenderung murah antar operator. Hal ini bertujuan untuk memberikan pelayanan yang murah dan berkualitas bagi pelanggan.

VoLTE nantinya akan menjadi salah satu cara baru bagi operator untuk menghadirkan paket nelepon yang berimbas pada peningkatan revenue mereka.

Di seluruh dunia, tercatat penyelenggara VoLTE sudah mencapai angka 40 dan diperkirakan jumlah penyebarannya akan bertambah pada kuartal pertama di tahun depan.

‘Home Sweet Home’, Akses Internet Rumah 100 Mbps Jadi Trend Dunia

0

Telko.id – Kegiatan sehari-hari tentu tidak saja dilakukan di luar rumah. Di dalam rumah, banyak kegiatan yang dapat dilakukan. Terlebih, kini digital lifestyle sudah jadi trend bak jamur di musim hujan. Tapi, jika akses internet di rumah lambat? Hmm itu menjadi masalah. Di dunia, para operator tidak saja menambah kualitas dan kapasitas mobile saja, tetapi akses broadband di rumah pun ditingkatkan.

Seperti dalam studi yang dilakukan Bell Labs, bahwa penyelenggara layanan di rumahan dapat diturunkan hingga 40% jika menggunakan gateway residensial ke dalam cloud. Penyederhanaan jaringan digital rumah akan mempermudah koneksi perangkat di dalam rumah.

Studi yang di lakukan oleh Bell Labs ini memang tidak lepas dari produk dari induk nya yakni Alcatel-Lucent. Di mana, vendor ini menyediakan solusi gateway residensial virtual yakni oleh SR 7750 dan lini produk Virtualized Service Router, dan dilengkapi oleh Motive vRGW Controller serta lini produk ISAM CPE 7368 dan ONT. Solusi vRGW perusahaan telah tersedia saat ini, dengan kapabilitas lebih ketika diperkenalkan di paruh pertama 2016.

Apa hasil dari studi dari Bell Labs? Studi Bell Labs mengungkap penghematan biaya di beberapa kategori berikut:

Dalam kepuasan servis terjadi penurunan biaya antara 7-12%

Hal ini dapat terjadi karena gateway residensial lebih sederhana, kemampuan auto-installation lebih ditingkatkan dan kemampuan servis berbasis jaringan menghasilkan tuning up lebih cepat untuk upgrade atau layanan baru dan lebih sedikit kunjungan servis oleh teknisi untuk menangani aktivasi layanan atau upgrade. Kunjungan ke rumah mewakili lebih dari 80% biaya kepuasan servis.

Dalam hal kepastian servis terjadi penurunan biaya antara 63-67%

Berdasarkan data yang ada, masalah yang muncul sebelum menggunakan produk dari Alcatel-Lucent ini ada sekitar 30-40% masalah yang lebih berat daripada sekedar masalah jaringan. Hal ini dapat ditekan karena dapat diatasi dengan virtualisasi dan sentralisasi fungsi-fungsi yang ‘lebih dalam’ . Terlebih jika dikombinasikan dengan kemampuan manajemen perangkat rumah.

Dalam hal manajemen siklus hidup terjadi penurunan biaya sekitar 66%

Variable ini memang kecil porsinya. Walau demikian, dengan adanya jaminan service, kecepatan dan ketangkasan service akan meningkatkan inovasi layanan, waktu pemasaran dan pendapatan. Hal ini menjadi penting bagi operator yang memberikan layanan pada segmen pasar di perumahan.

Selain penghematan, gateway residensial virtual memberikan perbaikan struktur pengalaman konsumen, kecepatan layanan dan ketangkasan operasional.

Mudah-mudahan, akses broadband dengan kecepatan 100 Mbps dapat juga cepat diimplementasikan di seluruh Indonesia. Sehingga masyarakat pun lebih maju dan perekonomian Indonesia pun dapat tumbuh dengan lebih cepat lagi. (Icha)

Penyebaran VoLTE global Sentuh 40 Titik

0

Telko.id – Global Mobile Suppliers Association (GSA) telah mengkonfirmasi bahwa jumlah penerapan VoLTE atau Voice Over LTE secara komersial di seluruh dunia telah mencapai 40 titik.

Ini merupakan percepatan utama dalam penyebaran teknologi VoLTE sebagai salah satu alternatif layanan voice dan cukup terbukti keampuhannya. Volte sendiri ternyata menjadi sebuah solusi yang dapat diandalkan serta hemat biaya.

Data ini juga berada dalam laporan terbaru bertajuk ‘Mobile HD voice Global Update’ yang dikeluarkan oleh GSA. Laporan ini mencatat bahwa sekitar 150 operator seluler di 87 negara telah meluncurkan suara HD oleh teknologi W-AMR.

Alan Hadden, VP Riset GSA menyebutkan bahwa, ” Berkaca dari laporan di atas, kami menyimpulkan bahwa pasar VoLTE melaju dengan cepat dan menjadi tren industri yang paling utama di tahun 2015.”

Sampai dengan saat ini, sebanyak 40 operator telah meluncurkan layanan suara HD menggunakan VoLTE untuk pelanggan 4G LTE mereka di 28 negara, dibandingkan dengan 10 bulan lalu yang dengan hanya 16 sistem. GSA sebelumnya telah menegaskan bahwa 111 operator berinvestasi dalam VoLTE di 52 negara (penyebaran, percobaan, penelitian), dan bahwa 246 perangkat yang mendukung VoLTE termasuk 224 smartphone telah diumumkan.

Sementara itu, seperti dilaporkan Telecoms, Kamis (17/12), GSA juga menyebut jumlah LTE global saat ini dianggap telah mencapai 1 miliar adopsi dan terus meningkat perkembangannya.

Layanan VoLTE sendiri sejatinya mampu memberikan revenue lain bagi operator. Seperti diketahui, VoLTE menjadi salah satu alternatif dari layanan voice di frekuensi 2G yang sudah mulai ditinggalkan pengguna. Saat ini pengguna lebih nyaman mengakses jaringan data. Walaupun untuk voice, namun pengguna lebih nyaman menggunakan OTT sebagai penyedia voice mereka.

Di Indonesia sendiri, beberapa operator telah melakukan ujicoba terhadap layanan ini. Tercatat operator seperti Smartfren dan Telkomsel nampaknya sangat bersemangat sekali dalam pengadopsian layanan VoLTE. Khusus untuk Smartfren, belum lama ini mereka mengklaim akan menghadirkan layanan Voice over LTE pada kuartal pertama di tahun depan dan semua produk Andromax 4G pun mendukung layanan ini, hanya saja tinggal mengupgrade firmware pada smartphone tersebut.

Namun, di Indonesia sendiri, pihak regulator juga belum mengatur besaran tarif yang akan dibebankan ke pengguna yang mengakses layanan ini. Selain itu, ketersediaan perangkat juga masih menjadi kendala untuk penerapan teknologi ini di Indonesia. Satu lagi, permasalahan klasik yang masih terjadi adalah mengenai tarif interkoneksi dari operator satu ke operator lain yang masih harus di selesaikan agar nantinya setiap pengguna merasa nyaman mengakses layanan ini. [ak/if]

Lokal OEM Maju, Intel ‘Sumringah’

0

Telko.id – Tahun ini, Intel cukup merasa puas karena banyak device yang menggunakan prosesor miliknya berkembang cukup pesat di Indonesia. Coba saja lihat, dari data GFK, produsen nomor dua di Indonesia dikuasai oleh Asus. Lalu, para Original equipment manufacturer – OEM atau pemegang merek lokal lain seperti Evercoss dan Advan juga maju pesat. Artinya, pengguna intel di smartphone dan tablet pun cukup tinggi.

“Tahun depan, 2016, kita punya misi Go Big. Ini kami artikan bahwa kita harus lebih besar lagi dari tahun sebelumnya. Jadi, kita tidak hanya puas dengan penggunaan prosesor Intel di berbagai macam device dan merek, tetapi kami juga akan turun tangan ikut mendukung program marketing para partner,” ujar Harry K. Nugraha, Country Manager Intel Indonesia.

Kenapa Intel harus turun tangan? Akan menjadi percuma jika berbagai produk sudah menggunakan Intel tetapi tidak jalan di pasar. Itu sebabnya, Intel harus lebih ‘berpatisipasi’ lagi di program-program marketing.

Saat ini, 87% tablet yang beredar di pasar memiliki harga di bawah Rp.2 juta. Kondisi tersebut dikuasai oleh para lokal OEM. Hampir 71% adalah OEM untuk tablet. Sedangkan untuk smartphone, para lokal OEM ini menyumbangkan 44%. (Icha)

Kualitas Pendidikan Bisa di Upgrade Dengan IT

0

Telko.id – Saat ini, Indonesia membutuhkan sebanyak 58 juta tenaga kerja baru dari 55 juta juta tenaga kerja yang ada. Kualitas yang dibutuhkan adalah 65% diatas dari yang ada saat ini. Artinya, kualitas pendidikan yang dibutuhkan juga harus meningkat. Salah satu cara yang dapat mendorong adalah dengan kehadiran teknologi informatika atau IT dalam pendidikan.

“Kami menyadari bahwa pendidikan merupakan dasar untuk memajukan bangsa. Evercoss mempersembahkan perangkatperangkat yang dapat dimanfaatkan anak bangsa untuk menjangkau berbagai informasi dan ilmu pengetahuan dengan mudah,” ujar Ricky Tanudibrata, Chief Marketing Officer Evercoss menjelaskan.

Kondisi tersebut yang membuat Evercoss merilis Tablet Winner Tab S3. Di mana tablet ini dapat memuat ECBook. Sebuah aplikasi yang dapat memudahan siswa untuk mendownload buku pelajaran secara gratis. Baik SD, SMP, SMA dan SMK. Aplikasi ini sudah pre-installed di Winner Tab S3 dan dapat pula di download di Playstore.

Sebenarnya, masyarakat Indonesia sudah memiliki kebutuhan akan data yang cukup tinggi. Terbukti, di jaringan Telkomsel saat ini ada 56 juta pelanggan yang menggunakan smartphone. Hal ini merupakan indikasi yang positif bahwa kebutuhan akan data sudah menjadi keharusan demi menunjang kegiatan keseharian para pelanggan Telkomsel.

Jadi, secara keseluruha, kondisi ini mencerminkan bahwa peningkatn jumlah smartphone dan trafik di jaringan in-line dengan pemerataan pendidikan. Karena, smartphone ini sekarang banyak digunakan untuk pencarian informasi. “Ke depan, yang perlu dilakukan adalah percepatan di sisi konten pendidikan yang menjadi trobosan baru,” ujar Basuki Ebtayani, GM Device Bundling and Custumization Strategy menjelaskan.

Winner Tab S3 adalah tablet cerdas berlayar 7inch di dukung oleh prosesor Intel Atom X3-C3230RK Quadcore 1.0 GHz, OS Android Lollipop 5.1, RAM 1 GB, ROM 8GB, kamera belakang 3 MP, kamera depan 1,3 MP, layar Multitouch 5 Point 1024×600, dan dual-SIM. Selain itu juga dilengkapi dengan fitur Smart Access yang berfungsi untuk melakukan akses cepat ke berbagai fungsi. (Icha)

Dukung Program Layak Anak, XL Luncurkan Layanan “Layak Anak”

0

Telko.id – Sebagai bagian dari kerjasama Program XmartCity dengan Pemerintah Kota Yogyakarta, PT XL Axiata Tbk (XL) kembali mendukung masyarakat setempat dalam memanfaatkan teknologi digital guna mendukung program Kota Layak Anak. Perusahaan telekomunikasi yang berkantor di Kuningan, Jakarta ini meluncurkan website dan aplikasi Layak Anak di Yogyakarta.

Dalam keterangan tertulisnya, Rabu (16/12), Ongki mengatakan mengatakan langkah ini merupakan wujud dari komitmen XL dalam membantu masyarakat mengatasi berbagai permasalahan sosial melalui teknologi digital, dalam hal ini mengakut wanita dan anak anak.

“Yogyakarta selaku kota wanita, budaya dan pelajar adalah kota yang siap mengaplikasikan teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Karena alasan itulah kami sangat mendukung ajakan Pemkot Yogyakarta untuk mengimplementasikan program Kota Layak Anak sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat,” ungkapnya.

Hal yang tak jauh berbeda diutarakan walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti. Menurutnya, kota Yogyakarta sendiri memang memiliki visi untuk menjadi kota yang layak anak. Usaha untuk itu telah mendapatkan penghargaan Kota Layak Anak sejak 2009 dari Kementerian‎ Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

“Tahun ini, penghargaan tersebut berhasil kami dipertahankan. Dengan implementasi sarana digital Layak Anak ini, maka akan semakin kukuh predikat Kota Yogyakarta sebagai kota yang ramah untuk ditinggali dan tempat pendidikan anak-anak,” katanya.

Rencananya, kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan Kota Yogyakarta akan menambah 21 kampung ramah anak pada tahun ini sehingga jumlahnya menjadi 136 kampung hingga akhir tahun.

Layanan bernama “Layak Anak” ini XL wujudkan dalam format website www.layakanak.org dan aplikasi dengan nama yang sama. Masyarakat Yogyakarta bisa mengunduh aplikasi ini melalui playstore. Pada kedua sarana digital buah kerjasama antara XL dengan STIMIK AMIKOM Yogyakarta ini, terdapat sejumlah fitur, antara lain adalah informasi mengenai keberadaan kampung ramah anak, agenda pokok dan rutin menjamin kesehatan anak, statistik layak anak, serta berita seputar layak anak.

Pada fitur informasi Kampung Ramah Anak (KRA), masyarakat akan bisa mengetahui di mana saja kampung-kampung ramah anak berada. Dengan informasi ini, maka masyarakat bisa saling mengenal, bertukar pengetahuan dan pengalaman, sehingga bisa saling bantu dalam mengembangkan KRA. KRA itu sendiri adalah pembangunan yang berbasis dari RW, yang menyatukan komitmen dan sumberdaya lokal, masyarakat dan dunia usaha yang berada di lingkungan setempat, dalam rangka menghormati, menjamin, dan memenuhi hak anak, melindungi anak dari tindak kekerasan, eksploitasi, pelecehan dan diskriminasi, dan mendengar pendapat anak, yang direncanakan secara sadar, menyeluruh dan berkelanjutan.

Sementara itu pada fitur agenda kesehatan anak, masyarakat terutama para orang tua anak, bisa mengatur agenda rutin dan pokok guna menjamin kesehatan putra-putrinya. Misalnya antara lain jadwal berkunjung ke Posyandu, suntik Campak, BATITA, dan periksa gigi. Pada bagian informasi berita, masyarakat bisa menyimak berita-berita terbaru mengenai tema anak dan wanita.

Layanan yang akan mempermudah masyarakat mendapatkan informasi mengenai anak dan wanita ini disiapkan oleh AMIKOM dan XL selama kurang lebih 8 bulan. Semua isi yang ada di website maupun aplikasi tersebut merupakan hasil kerjasama antara XL, Pemkot, dan PKK Yogyakarta, yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

Program XL XmartCity Yogyakarta merupakan program solusi digital yang terintegrasi untuk ikut membantu memecahkan berbagai masalah sosial perkotaan seperti urbanisasi, transportasi, dan kesehatan. XL dan Pemkot Yogyakarta berkerjasama secara erat untuk membuat layanan aplikasi informasi yang akurat dan up to date yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Sebelumnya, XL juga telah mengimplementasikan layanan Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan dengan menggunakan sarana e-money XL Tunai. Selain itu juga ada kerjasama dalam sharing pengetahuan Digital baik dengan wanita Yogyakarta maupun dengan Generasi Muda.

Selain di Yogyakarta, XL juga menyelenggarakan Program XmartCity di Lombok dan Balikpapan.

Menyusul China Telecom, Giliran 3 Luncurkan 4G LTE di Macau

0

Telko.id – Setelah hina telecom, yang beberapa waktu lalu resmi membawa masuk layanan 4G LTE ke Macau, Kini giliran operator Tri yang melakukan langkah serupa. Perusahaan telekomunikasi yang berkantor pusat di Hong Kong ini mengumumkan peluncuran komersial layanan LTE-nya di Macau, setelah sembilan bulan lalu memenangkan lisensi.

Dilansir dari Total telecom, Kamis (17/12), Hutchison’s 3 telah meluncurkan jaringan 4G yang meliputi 90% dari daerah luar di Macau dan dapat memberikan kecepatan data hingga 112 Mbps.

“Setelah usaha yang tak kenal lelah selama berbulan-bulan untuk menggelar jaringan 4G LTE, kami sangat senang bisa mengumumkan peluncuran komersial layanan 4G LTE kami,” kata Ho Wai-ming, CEO 3 Macau, dalam sebuah pernyataan.

3 adalah salah satu dari empat operator seluler yang memenangkan lisensi 4G di Macau pada bulan Maret lalu. Setelah memungkinkan kemungkinan pendatang baru ke pasar, regulator setempat (dikenal dengan sebutan DSRT), mengalokasikan lisensi untuk operator yang ada di Macau, berdasarkan kriteria tertentu, termasuk potensi manfaat ekonomi ke wilayah tersebut dan untuk pasar telekomunikasi tersebut.

Dengan demikian, 3, SmarTone, China Telecom dan operator incumbent Companhia de Telecomunicacoes de Macau (CTM) memegang lisensi, meninggalkan calon pendatang baru China Mobile dan U Hong Comunicacoes.

Para pemegang lisensi baru diharuskan untuk meluncurkan layanan sebelum akhir 2015. Dan itu dilakukan China Telecom, yang bulan lalu meluncurkan layanan 4G di Macau.

3 rencananya akan memasang tarif 98 pataca aatau sekitar Rp 117 ribu per bulan untuk data 1 GB dan meningkatkan secara bertahap berdasarkan paket data dan airtime. Tak hanya itu, perusahaan telekomunikasi ini juga menawarkan bundel data yang tak terbatas – meskipun kecepatan melambat ketika penggunaan melebihi 10 GB – seharga MOP598 (€ 68,1) per bulan.

Infrastructure Sharing Jadi Trend Dunia, Bagaimana di Indonesia?

0

Telko.id – Bukan hanya di Indonesia, operator mengeluhkan tentang investasi jaringan yang sangat padat modal. Di dunia pun terjadi hal yang sama. Itu sebabnya, berbagai model pembiayaan bermunculan. Yang saat ini dianggap cukup jitu dalam efisiensi pembiayaan adalah melakukan infrastructure sharing atau berbagi infrastruktur. Bisa jadi, dengan pola seperti ini maka akan lebih efisien ketimbang harus melakukan merger ataupun akuisisi. Dimana yang dominan adalah yang memiliki uang.

Sebenarnya berbagi infrastruktur sudah dilakukan juga oleh operator Indonesia. Tetapi baru sampai tahap berbagi tower saja karena dipicu oleh biaya sewa lahan yang kian waktu terus meningkat. Nah, yang dimaksud dengan berbagi infratuktur di sini lebih dari itu. Misalnya, jika saja satu BTS itu memakan biaya Rp.1 miliar, maka komponen yang ada di dalam BTS itu dapat dibagi dengan operator yang ikut. Jadi, otomatis biaya pembangunan BTS menjadi lebih ringan untuk para operator.

Memang, kondisi tersebut tidak akan membuat nyaman bagi para operator yang ‘berkantong tebal’. Tapi bagi yang memiliki dana yang pas-pasan, tentu hal ini menjadi penting untuk kesinambungan usahanya.

Telecommunications Mobile Network Wireless Market Research mempelajari infrastructure sharing yang terjadi di Amerika Latin. Hasilnya? Ada beberapa faktor kunci dalam langkah besar di Amerika Latin ini, yakni:

  1. Dalam pembiayaan, memang tidak dapat sama rata, tergantung dari faktor landscape, penyebaran dalam pembangunan jaringan, namun secara garis besar, dengan adanya mobile infrastructure sharing akan menyebabkan pengurangan biaya operasional hingga 20-30%. Kemudian juga akan ada efisiensi belanja modal atau CAPEX. Setidaknya akan ada penghematan sebanyak 40%.
  2. Sebagai contoh di Amerika Latin, di mana sebagian besar operator sudah melakukan infrastructure sharing secara sukarela, dan mereka sebagian besar telah dipimpin oleh pemain runner-up. Operator yang “berkuasa” lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di pinggiran.
  3. Di Kolombia, Movistar sebagai pemain kedua dan urutan ketiga Tigo terlibat dalam sharing RAN untuk penyebaran jaringan LTE mereka sehingga lebih lengkap ketimbang Carlo sebagai si pemimpin pasar.
  4. Pada beberapa kasus, pihak berwenang meneliti penawaran infrastucture sharing yang ada. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi ancaman anti persaingan. Di Amerika Latin, infrastructure sharing yang dilakukan adalah berbagi site. Ada juga yang berbagi tower untuk mengatasi masalah lingkungan dan keamanan masyarakat sekitarnya. Dengan demikian, kerjasama untuk memenuhi kebutuhan akan telekomunikasi dasar maupun data menjadi lebih ringan.
  5. Dalam infrastructure sharing ini, kompleksitas persoalan yang timbul rendah dan ditambah lagi dengan exposure pembiayaan yang berkurang membuat langkah ini menjadi disukai oleh operator seluler regional. Tingkat investasi yang tinggi untuk melakukan penyebaran LTE dan persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan tambahan frekuensi juga menjadi pertimbangan.
  6. Lelang spektrum di Amerika Latin pun menjadi perangsang operator untuk melakukan infrastucture sharing. Di Brazil dan Kolombia, operator seluler berusaha untuk melakukan kesepakatan dalam infrastructure sharing agar dapat mengurangi biaya rolling jaringan LTE. Dengan demikian mereka dapat memenuhi persyaratan yang ada.
  7. Operator seluler di Amerika Latin kini sudah semakin menerima model outsourcing menara. Kenapa? Karena antara sang pemimpin di jaringan dengan operator lain menjadi semakin kecil perbedaan luas jaringannya. Kemudian juga investasi yang dibutuhkan untuk penyebaran jaringan LTE juga semakin ringan. Itu sebabnya, operator di Amerika Latin kini mempertimbangkan untuk melakukan tower offloading atau outsourcing untuk mencapai manfaat operasional langsung, dan bebas modal. Kemudian, sumber daya yang ada dapat dialokasikan untuk memperbaiki posisi utang atau investasi strategis lainnya.

Lalu, bagaimana di Indonesia? Di Indonesia, tidak semua operator memiliki ‘kantong tebal’ untuk memperluas jangkauan nya. Sedangkan yang membutuhkan koneksi data di Indonesia terus meningkat. Mungkin dengan infrasturcture sharing ini persoalan tersebut dapat dilakukan. Dengan demikian, secara nasional, investasi infrastruktur juga dapat efisien tetapi kebutuhan masyarakat terpenuhi. Yang pasti, untuk melakukan langkah tersebut perlu adanya aturan dari pemerintah agar nanti nya tidak blunder atau timbul persoalan lain. (Icha)

4G LTE Telkomsel Sudah Sampai Malang

0

Telko.id – Dari semua operator yang ada di Indonesia, Telkomsel tergolong yang memiliki agresifitas yang tinggi dalam mengimplemtasikan jaringan 4G LTE. Semua itu dilakukan untuk memberikan para pelanggannya dalam melakukan aktifitas digital lifestyle yang lengkap. Saat ini, Telkomsel sudah masuk ke Malang.

Malang adalah kota terbesar kedua di Jawa Timur dan menjadikannya kota ke 12 yang sudah dapat menikmati layanan 4G LTE dari Telkomsel. Sebelumnya, Telkomsel sudah memberikan layanan 4G LTE secara komersial di Jakarta, Bali, Bandung, Medan, Surabaya, Makassar, Lombok, Manado,  Batam, Yogyakarta, dan Balikpapan. Secara nasional Telkomsel telah memiliki lebih dari 2200 BTS 4G dengan sekitar 2 juta  pelanggan 4G yang menjadikannya komunitas 4G LTE terbesar di Indonesia.

“Malang merupakan kota istimewa yang memiliki berbagai ciri khas. Selain dikenal sebagai salah satu kota tujuan para pelajar untuk menuntut ilmu, Malang juga merupakan kota dengan potensi wisata yang luar biasa. Hadirnya layanan 4G LTE Telkomsel di sini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas para pelajar, dan warga Malang pada umumnya, untuk berkarya, selain juga mendukung aktivitas digital para wisatawan yang berkunjung ke Malang,” Ririek Adriansyah, Direktur Utama Telkomsel menjelaskan.

Menurut Rirek, Malang merupakan salah satu kota di Indonesia dengan pertumbuhan jumlah handset (ponsel) 4G di jaringan Telkomsel dengan angka yang cukup tinggi.  Hal inipun dijawab Telkomsel dengan menghadirkan layanan 4G LTE yang dapat diandalkan, sehingga pelanggan dapat memanfaatkan  device yang dimilikinya dengan maksimal untuk mendapatkan mobile digital lifestyle terbaik.

Pertumbuhan penggunaan layanan data di kota ini pun cukup signifikan, yang dapat terlihat dari angka peningkatan konsumsi data hingga kuartal ketiga 2015, yakni sebesar 104% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya (year on year). Adapun jumlah pelanggan data di Malang saat ini berjumlah sekitar 70% dari sekitar 1.4 juta total pelanggan di kota tersebut.

Untuk memberikan pengalaman terbaik kepada pelanggan dalam menikmati layanan mobile broadband, layanan 4G LTE Telkomsel sudah mencakup 70% kota Malang, termasuk lokasi-lokasi strategis seperti kampus, alun-alun, pusat perbelanjaan, destinasi wisata, area pelayanan publik, dan lain-lain. Dengan hadirnya akses data cepat ini diharapkan akan meningkatkan kepuasan pelanggan dalam menggunakan layanan mobile broadband yang cepat dan stabil.

Layaknya di kota yang telah dilayani oleh Telkomsel 4G LTE lainnya, untuk memperkenalkan layanan Telkomsel 4G LTE yang lengkap dengan kesiapan ekosistemnya seperti device 4G dan berbagai aplikasi, dalam rangkaian acara peluncuran di kota Malang ini, Telkomsel juga akan mengadakan pameran 4G  pada tanggal 13 Desember 2015 di UMM Dome, Malang.

Pada pameran ini para pengunjung dapat secara langsung merasakan digital experience dari layanan-layanan digital Telkomsel seperti LangitMusik dan Moovigo.  Tersedia juga penawaran menarik untuk pembelian berbagai macam gadget, seperti diskon sampai dengan 70% untuk device dari berbagai brand ternama dan harga spesial untuk pembelian device 4G. Tidak hanya itu, pada acara ini juga diadakan pesta Telkomsel Poin dimana pelanggan berkesempatan mendapatkan diskon untuk pembelian smartphone sampai dengan 1,5 juta Rupiah.

Pengunjung juga dapat mencoba aplikasi Destinasia yang berisi informasi mengenai pariwisata di Indonesia, yang dapat memberikan inspirasi dan panduan berlibur. Melalui aplikasi ini, pelanggan akan mendapat kemudahan menemukan objek wisata, akomodasi, informasi kuliner, dan kabar wisata terkini; didukung oleh fitur multimedia dan audio video streaming.

Pelanggan di Malang saat ini sudah dapat menukarkan simcard mereka dengan uSIM, ataupun mendapatkan kartu perdana 4G LTE simPATI dan kartuHALO di pusat layanan pelanggan Telkomsel (GraPARI Malang)  yang terletak di jalan S. Parman, Kepanjen serta Lawang.

Untuk memberikan customer experience terbaik dalam menikmati mobile broadband, Telkomsel berkomitmen menjaga keunggulannya layanan 4G LTE nya yang tercepat, terluas, simple, dengan komunitas terbesar dan beragam konten dan aplikasi berkualitas.

Selain itu, untuk memberikan real-time experience yang akan mendukung mobilitas pengguna layanan dari dan menuju Indonesia, Telkomsel telah bekerjasama dengan 39 mitra operator dari sekitar 33 negara  di 5 benua untuk International Roaming 4G LTE, yang menjadikannya sebagai layanan 4G LTE pertama di Indonesia yang dilengkapi dengan International Roaming. (Icha)