spot_img
Latest Phone

Facebook Gelar Tiga Hari Festival bertajuk Nyasar ke Dimensi Facebook, Ini Targetnya

Telko.id – Facebook Indonesia siap meramaikan akhir pekan ini...

Garmin Manfaatkan Data Wearable, Pengendalian Diabetes Personal

Telko.id - Memperingati Hari Diabetes Sedunia, Garmin Indonesia menyoroti...

Garmin Instinct Crossover AMOLED Resmi Hadir di Indonesia

Telko.id - Garmin Indonesia secara resmi meluncurkan dan memperkenalkan...

Garmin Run Indonesia 2025 dan Limbah.id berhasil Kumpulkan Hampir 3 Ton Sampah

Telko.id — Garmin Indonesia sukses menggelar ajang lari tahunan...

Instagram Safety Camp: Peran Orang Tua Kunci Keamanan Digital Remaja

Telko.id - Meta menyelenggarakan Instagram Safety Camp di Indonesia...
Beranda blog Halaman 1696

Dari Silicon Valley, Pria Asal Surabaya Ini Ciptakan Aplikasi Kencan Online

0

Jakarta – Menjamurnya aplikasi kencan online di luar sana, tampaknya tak menjadi alasan bagi duo entrepreneur asal Silicon Valley – Jim Yang dan Min Gyung Kang – untuk mengendurkan niatnya dalam menghadirkan aplikasi serupa. Buktinya, dengan alasan membantu kaum profesional muda yang senantiasa disibukkan oleh pekerjaan, hingga bahkan tak memiliki waktu untuk pergi kencan, keduanya menciptakan Gather.

Gather sendiri merupakan sebuah layanan pencari jodoh berbasis awan, yang ditujukan untuk membantu masyarakat Jakarta menjalin hubungan asmara. Uniknya, aplikasi ini memiliki sebuah fitur canggih yang hanya dapat digunakan oleh pengguna di Jakarta. Kunci utamanya ialah akun Facebook pengguna.

Dengan Gather, masyarakat Indonesia dapat dijodohkan dengan orang-orang yang berada di dalam lingkaran teman Facebook mereka, termasuk lingkaran tingkat kedua dan ketiga, misalnya teman dari teman.

Cara penggunaan Gather juga terbilang mudah. Pengguna cukup masuk ke akun Facebook, sebelum akhirnya mulai mencari calon pasangan. Mereka dapat melihat informasi singkat pengguna lainnya yang diambil dari Facebook seperti foto profil, pekerjaan, serta kesamaan hobi dan teman.

Setelah itu, pengguna dapat memilih untuk menyukai atau tidak menyukai seseorang. Apabila keduanya saling menyukai, mereka akan dapat melihat profil masing-masing dan mulai berkirim pesan di dalam aplikasi. Sebagai alternatif, pengguna juga dapat mengirimkan balon virtual untuk menunjukkan ketertarikan mereka kepada pengguna lain.

Nah, jika Anda mulai berpikir bahwa ini sedikit banyak menyerupai Tinder, sepertinya itu tidak sepenuhnya salah. Meskipun, Gather sendiri memposisikan dirinya sebagai antitesis dari aplikasi tersebut, yang memiliki reputasi menjodohkan pengguna dengan orang asing. Dengan Gather, pengguna dapat berhubungan dengan teman dari teman mereka.

Fitur ini sangat berguna dimana pengguna – khususnya bagi wanita – bisa merasa lebih aman dan nyaman saat mereka bisa mendapatkan referensi tentang pasangannya di Gather dari teman sebelum melakukan pertemuan.

Selain itu, Gather juga menyediakan analisa berdasarkan lokasi. Melalui fitur ini, pengguna dapat mencari pasangan berdasarkan rutinitas perjalanan mereka di Jakarta. Misalnya, apabila dua pengguna Gather bertemu saat menaiki busway, keduanya bisa saling terhubung di Gather. Fitur ini terbilang unik mengingat aplikasinya juga memberitahu kedua pengguna dimana dan kapan mereka berpapasan di dunia nyata.

Menurut Jim Yang, pria asal Surabaya yang menjadi Co-Founder sekaligus CEO Gather, ada banyak sekali yang bisa disimpulkan dari lokasi.

“Sebagai contoh, apabila Anda bertemu dengan seseorang di sebuah konser atau festival, Anda sudah bisa membuat perkiraan tentang kepribadian orang itu,” katanya dalam keterangan tertulisnya, Selasa (6/10).

Sebagai informasi, Jim sendiri merupakan seorang kelahiran Surabaya, yang mengungsi ke Amerika Serikat pada tahun 1998, setelah malang melintang sebagai entrepreneur di Indonesia. Ketika ekonomi Amerika Serikat mengalami penurunan drastis pada tahun 2004, Jim mengambil ancang-ancang dan mendirikan solusi manajemen identitas bernama Identyx, yang kemudian dijual ke perusahaan penyedia open source software yang terdaftar di bursa saham bernama Red Hat pada tahun 2008.

Sejak saat itu, Jim menjadi seorang angel investor dan advisor untuk sejumlah startup. Salah satu investasinya yang paling terkenal ialah di Refinery29, sebuah media fashion yang sekarang memiliki valuasi sekitar Rp 4,1 triliun. Jim juga memegang posisi sebagai advisor di Founder Dating, sebuah jejaring sosial untuk entrepreneur. Disana ia bertemu dengan Gyung Kang, salah satu anggota yang populer di dalam website. Saat itu Gyung Kang juga sedang mencari ide besar selanjutnya di Silicon Valley. Kesamaan visi kemudian membawa keduanya menghasilkan Gather.

Saat ini, Gather telah tersedia dan dapat diunduh secara gratis di platform iOS, sementara untuk versi Android, akan segera menyusul. Aplikasi Gather juga tersedia dalam bahasa Indonesia.

Pasar Cloud IT Akan Tumbuh 24% di 2015

0

Anda hobi foto-foto? Dengan smartphone yang dilengkapi dengan kamera yang bagus, pasti tangan ‘gatal’ ingin mengabadikan momen penting. Begitu juga dengan Anda yang hobi nonton film atau mendengar lagu. Semua itu, jika disimpan dalam memory card bisa jadi tidak cukup. Lalu, ketika pindah device, Anda pun harus repot pindahkan data-data tersebut. Hal itu yang menyebabkan industri Cloud menjadi terus berkembang.

IDC bahkan dalam rilisnya menyebutkan bahwa pada tahun 2015 ini pasar Cloud IT infrastructure akan tumbuh sebesar 24.1%. Hal ini didorong oleh adanya Public Cloud Data Center yang terus bertumbuh. Termasuk didalamnya server, storage, and Ethernet switch. Tapi diluar dari server dan storage. Dana yang akan diraih oleh industry Cloud ini akan mencapai $32.6 miliar pada akhir 2015. Angka ini juga menunjukan sepertiga dari belanja end user pada enterprise IT infrastructure meningkat dari tahun 2014 yang hanya 27.9%.

Sebagai perbandingkan infrastruktur IT yang dibangun secara tradisional, non-cloud, akan turun di 2015 ini sebesar 1.6% atau sekitar $66.8 miliar. Sedangkan untuk private cloud Infrastruktur IT di 2015 ini akan meningkat sebesar 15.8% atau $12.1 miliar. Begitu juga dengan public cloud IT infrastructure yang akan meningkat 29.6% atau sebesar $20.5 miliar.

IDC juga memprediksikan bahwa anggaran belanja pada cloud IT infrastructure di 2015 ini akan tumbuh disemua daerah, kecuali Eropa Tengah dan Eropa Timur yang saat ini terganggu oleh kekacauan politik dan ekonomi. Kondisi ini cukup memberikan dampak negative pada anggaran belanja IT. Seperti server, storage dan Ethernet switch. Diperkirakan, pertumbuhannya akan mencapai 20% dengan anggaran belanja server paling tinggi akan mencapai 25.5%.

Untuk 5 tahun ke depan, IDC memproyeksikan bahwa industry cloud setiap tahunnya akan tumbuh 15.1% (CAGR) dan meraih $53.1 miliar pada tahun 2019 atau sekitar 46% dari total pembelanjaan entreprise IT infrastructure. Pada waktu yang sama, belanja non-cloud Infrastruktur IT akan turun 1.7% CAGR.

Pembelanjaan terbesar yang dilakukan adalah pada public cloud IT infrastructure dibandingkan dengan private cloud atau sekitar 16.3% dan 13.2% CAGR.

Pada 2019, IDC prediksikan service provider akan membelanjakan sekitar $33.6 miliar di Infrastruktur IT untuk melayani kebutuhan public cloud. Sedangkan untuk private cloud akan mengeluarkan dana sebesar $19.4 miliar.

“Dari survey yang dilakukan IDC mengindikasikan bahwa pertumbuhan terjadi pada pelanggan enterprise untuk membangun cloud dengan multiple IT,” ujar Natalya Yezhkova, Research Direktor Storage System IDC menjelaskan.

Selanjutnya, Natalya juga menyebutkan dalam press release IDC bahwa End user menggunakan cloud dengan alasan efektifitas dan ekonomi. Dan, Natalya berharap bahwa cloud ini juga akan menjadi pendorong untuk para developer untuk dapat melahirkan dan berlari menghasilkan next generation applications untuk masa depan yang lebih baik. (Icha)

 

 

Manisnya Android 6.0 Marshmallow Bakal Mulai Terasa di Nexus

0

Google memang sangat agresif. Operating system Android yang dibuatnya selalu update. Bahkan tidak sampai 1 tahun sudah muncul OS barunya. Hanya dalam kurun waktu 2009 hingga 2015 sudah ada 9 operating system yang dikeluarkan. Itu belum termasuk upgrade dari setiap OS nya. Mulai dari Cupcake sampai dengan Lollipop.

Terakhir adalah Marshmallow yang baru saja diumumkan oleh Google bahwa manisnya OS baru nya ini sudah dapat dirasakan pada device Nexus. Baik Nexus yang sudah beredar maupun Nexus 5X dan Nexus 6P.

Seperti yang dilansir pada Official Android Blogspot, Marshmallow ini dianggap paling manis, pintar dibandingkan dengan OS sebelumnya. Ada fitur Now on Tap yang akan membantu Anda dalam mengoperasikan device berbasis Android Marshmallow ini. Kemudian ada Fitur Battery-Smart yang akan membuat device aktif lebih lama. Dan new app permission yang akan mengontrol atau mengendalikan data-data pribadi.

Device yang sudah mengadopsi Android Marshmallow ini antara lain Nexus 5, Nexus 6, Nexus 7 (2013), Nexus 9 and Nexus Player dapat memperoleh update OS baru ini melalui over the air.

Belum diinformasikan oleh Google seperti apa cara update Marshmallow ini ke device lama. Yang pasti lewat Over The Air atau OTA, hanya saja, apakah digratiskan atau berbayar, masih belum ada info.

Dalam sejarah, boleh dibilang Android ini sangat fenomenal. Mulai dari update OS yang begitu cepat hingga begitu banyak brand global maupun lokal yang menggunakan OS ini. Benar-benar mendobrak arogansi brand yang ada pada waktu kelahirannya itu.

Saat ini, OS Android berdasarkan data dari IDC sudah menguasai 82.8% market share di dunia pada Q2 2015. Jumlah ini sedikit menurun dibandingkan dari tahun sebelumnya dalam periode yang sama yakni 84.8%. Sedangkan pada tahun 2013 sebesar 79.8% dan tahun 2012 sebesar 69.3%.

Kontributor terbesar pada tahun ini adalah Samsung terutama ketika brand asal Korea ini meluncurkan Galaxy S6 dan S6 Edge. Trend peningkatan dibandingkan dengan Q1 205 juga terjadi karena pengapalan device oleh Huawei, Xiaomi dan ZTE yang cukup agresif. (Icha)

Hacker Kembali Beraksi, Kini Giliran 7 Hotel Donald Trump

0

Jakarta – Hacker tak pernah pandang bulu saat melancarkan serangannya. Tak peduli itu sebuah produsen film, perusahaan telekomunikasi, atau bahkan jaringan hotel. Kasus terakhir adalah yang paling anyar, dimana tak kurang 7 hotel milik Donald Trump, yang notabene merupakan jaringan hotel bintang lima dan memiliki cabang di berbagai negara besar di dunia mengkonfirmasi bahwa keamanan mereka telah diretas.

Data yang diambil oleh para hacker meliputi kartu kredit pelanggan dan nomor kartu debit yang mungkin telah dicuri di tujuh hotel Trump setelah sistem pembayaran diretas selama lebih dari setahun.

Perwakilan Trump Hotel mengatakan dalam situsnya bahwa hacker memperoleh akses ke sistem mereka antara bulan Mei 2014 hingga Juni 2015, dari meja resepsionis hotel tersebut. Restoran hotel dan toko cinderamata juga dikabarkan berhasil dibobol oleh para hacker. Demikian seperti dilansir Phys, Selasa (6/10).

 

Operator hotel mengatakan penyelidikan forensik independen belum menemukan bukti terkait informasi pelanggan yang disalah gunakan. Perusahaan juga menawarkan pelanggan yang terkena dampak dari kejadian ini perlindungan pencurian identitas secara gratis.

Adapun ketujuh hotel Trump yang menjadi ‘korban’ hacker ini adalah Trump SoHo New York, Trump International New York, Trump National Doral di Miami, Trump International Chicago, Trump International Waikiki di Hawaii, Trump International Hotel and Tower Las Vegas dan Trump International Toronto.

Saat ini, pihak Trump Hotel mengaku telah bekerjasama dengan pihak berwenang di AS, termasuk Biro Investigasi Federal untuk membantu menangkap penjahat ini dan menuntut mereka untuk sepenuhnya dihukum.

Selain Trump Hotel, jaringan hotel mewah lainnya, seperti Mandarin Oriental juga telah melaporkan pelanggaran data serupa tahun ini.

 

Gandeng FireEye, F5 Networks Siap Hadang Serangan Siber

0

Jakarta – Tembok kokoh untuk menghalau serangan siber tampaknya tak hanya dibangun oleh Trend Micro. F5 Networks, hari ini juga melakukan langkah serupa, dengan menggandeng perusahaan penyedia layanan keamanan FireEye, Inc untuk menghentikan serangan siber yang canggih.

Melalui kerjasama ini, kedua perusahaan menghadirkan solusi keamanan lengkap untuk melindungi enterprise dari ancaman siber yang semakin berkembang, baik dalam hal jumlah maupun tingkat kecanggihan.

Caranya adalah dengan mengkombinasikan infrastruktur pengiriman aplikasi (application delivery) dari F5 dan solusi advanced threat protection dari FireEye Network Security. Selain itu, kedua perusahaan juga menyatukan sistem penjualan, penerapan, serta dukungan di seluruh dunia agar kemitraan ini dapat memberikan pengalamanend-to-end terbaik kepada pelanggan.

“Kemitraan kami dengan F5 ini bertujuan untuk memberikan jawaban atas salah satu masalah utama yang sering di hadapi enterprise di wilayah Asia Pasifik, yaitu menyelaraskan pertumbuhan IT dan sistem keamanannya untuk mampu mendukung laju bisnis,” ungkap Bryce Boland, Chief Technology Officer for Asia Pacificat FireEye dalam keterangan tertulisnya, Selasa (6/10).

Berbagai fitur-fitur utama dari teknologi pengiriman aplikasi (application delivery) dan platform advanced threat management untuk mempercepat penerapan serta meningkatkan kinerja & keamanan aplikasi pun disediakan lewat kemitraan F5 dengan FireEye ini. Disamping hal-hal lainnya, seperti Solusi keamanan komprehensif; Kemampuan untuk memastikan kinerja, skalabilitas, dan tingginya tingkat ketersediaan akses; dan Arsitektur keamanan terpadu.

Solusi keamanan komprehensif, dalam hal ini mengkombinasikan infrastruktur pengiriman aplikasi dengan advanced content security, yang mencakup: network segmentation dan policy management, protocol conformance, DDoS mitigation, SSL inspection, advanced threat protection, intrusion prevention, threat intelligence, forensics, serta analytics.

Kemampuan untuk memastikan kinerja, skalabilitas, dan tingginya tingkat ketersediaan akses, dalam hal ini mengacu pada ekosistem jaringan yang memiliki trafik padat, yakni dengan menyediakan health monitoring dan kemampuan load-balancing dari platform BIG-IP. Sedangkan Arsitektur keamanan terpadu, hadir dengan kelengkapan berupa advanced content security yang berfungsi untuk meningkatkan visibilitas ke dalam aliran trafik data yang terenkripsi.

Solusi lainnya yang juga ditawarkan adalah solusi intelegensi keamanan terkemuka di industri yang mampu menganalisis dan mengenali pola serangan / ancaman di banyak kejadian serta peringatan. Dengan tidak mengkotak-kotakkan analisis setiap kejadian maupun peringatan, sistem ini mampu menyediakan informasi yang menyeluruh tentang aktivitas berbahaya di dalam sistem enterprise.

Tren Internet of Things, Cloud, dan mobilitas yang semakin berkembang dianggap F5 sebagai salah satu mesin pendorong meningkatnya kompleksitas dan kecanggihan serangan siber modern. Oleh karena itu, perubahan terhadap pendekatan keamanan TI dinilai sangat diperlukan.

Kemitraan F5 dengan FireEye melampaui integrasi teknologi semata. Bersama-sama kami mengombinasikan dukungan dan penyediaan solusi kepada pelanggan di seluruh dunia untuk membantu mereka menghadapi tantangan keamanan yang semakin berat di wilayah Asia Pasifik,” pungkas Senior Vice President, F5 Networks, Manu Bonnassie.

Operator Kanada Siapkan Triliunan Rupiah Untuk Serat Optik

0

Jakarta – Perusahaan telekomunikasi asal Kanada, Telus, belum lama ini mengumumkan rencananya untuk menghubungkan sebagian besar rumah dan perusahaan di kota langsung melalui jaringan serat optik. Untuk merealisasikan niatnya ini, Telus menginvestasikan dana sebesar CAD 1 miliar.

Dalam sebuah pernyataan yang dibuat akhir pekan lalu, perusahaan Kanada itu mengatakan bahwa mereka akan menghubungkan setidaknya 400.000 rumah, perusahaan, rumah sakit, pusat-pusat komunitas dan kantor pemerintah kota dalam lima tahun ke depan.

Ketika lingkungan Vancouver pertama terhubung sepenuhnya awal tahun depan, penduduk lokal dan pelaku bisnis akan dapat mengambil keuntungan dari kecepatan internet rumah hingga 150 Mbps.

Telus berencana untuk menawarkan keluarga dan pelaku bisnis di Vancouver kecepatan yang semakin tinggi melalui jaringan gigabit mereka ini di tahun-tahun mendatang, mengingat permintaan terus meningkat. Selain itu, Telus juga mengatakan bahwa infrastruktur serat optik baru ini juga akan menjadi tulang punggung jaringan nirkabel operator, sehingga memungkinkan kapasitas dan kecepatan nirkabel yang lebih. Demikian seperti dilaporkan Telecompaper, Selasa (6/10).

“Membawa infrastruktur serat optik langsung ke rumah dan perusahaan adalah investasi berkelanjutan, dan kontribusi paling signifikan organisasi kami dapat mendorong infrastruktur komunikasi Kanada dan memastikan daya saing global selama beberapa dekade yang akan datang,” kata CEO Telus, Darren Entwistle, seperti dikutip dari Totaltele.

Penyebaran jaringan ini, konon juga merupakan bagian dari rencana jangka panjang Telus yang berniat untuk menginvestasikan dana sebesar CAD 4 miliar pada British Columbia hingga 2018.

Oracle Jualan Data Analitik untuk Perusahaan Telekomunikasi

0

Jakarta – Raksasa perangkat lunak, Oracle baru-baru ini meluncurkan portofolio produk barunya yang disebut Oracle Communications Analytics. Solusi ini ditujukan untuk para penyedia komunikasi.

Dilansir dari Telecoms (6/10), portofolio tersebut meliputi empat solusi, diantaranya Oracle Communications Customer Experience Analytics, Oracle Communications Network Assurance Analytics, Oracle Communications Analytics Big Data Platform, dan Oracle Communications Analytics Diameter Adapter.

Keempat solusi tersebut datang dengan keunggulannya  masing-masing. Solusi Customer Experience Analytics, misalnya, dirancang untuk menawarkan bagian customer care sekumpulan informasi dan analitik di satu tempat  yang sangat berguna. Solusi Network Assurance Analytics menawarkan wawasan ke dalam kinerja jaringan Diameter. Solusi Plattform Analytics Big Data melakukan apa yang biasanya dilakukan oleh platform big data lainnya, sedangkan Adapter Big Data dirancang untuk memberikan informasi dalam bentuk data yang besar.

 

“CSP memiliki keuntungan – mereka memiliki banyak data tentang bagaimana jaringan mereka beroperasi dan jenis pengalaman yang didapat pelanggan,” kata Doug Suriano, GM Oracle Communications.

Namun, seperti ditambahkannya lagi, tanpa tools analisis dan big data yang tepat, data tersebut akan tetap terpakai dan terkunci didalam berbagai sistem. “Portofolio Oracle Communications Analytics kami yang diperluas dirancang dengan memikirkan tantangan ini, menawarkan keahlian Oracle yang lebih luas dalam big data juga pemahaman khusus industri dari pasar komunikasi,” ungkapnya.

Oracle sendiri sejatinya telah menghadirkan beberapa solusi untuk big data. Ada setidaknya 5 solusi, dan untuk yang terbaru ini mereka memanfaatkan big data untuk menciptakan solusi data analitik.

Stop Cyberbullying, Kaspersky Lab Rangkul Organisasi Anti Bully

0

Jakarta – Survei membuktikan, hampir seperempat (22%) orang tua merasa khawatir tidak bisa mengontrol apa yang dilihat dan dilakukan anak-anaknya pada saat online, dan hampir setengahnya (48%) merasa khawatir anak-anak mereka kemungkinan menghadapi cyberbullying.

Berkaca dari penelitian tersebut, Kaspersky Lab baru-baru ini mengumumkan kemitraannya dengan ENABLE (European Network Against Bullying in Learning and Leisure Environments) dalam rangka membina inovasi TI muda serta mengatasi isu global bullying. Bersamaan dengan itu, perusahaan juga turut mendukung acara Hackathon yang digelar ENABLE.

Hadir sebagai bagian dari Europeran Coding Week 2015, yakni sebuah ajang coding yang akan mempertemukan 80-100 orang, termasuk anak-anak muda, ahli dan pembuat kebijakan bidang pendidikan, hak-hak anak dan anti-bullying, ENABLE Hackathon akan berlangsung pada 13 Oktober.

ENABLE Hackaton sendiri mendorong anak-anak muda, berusia 9-17 tahun, bekerja sama dalam tim untuk merancang sebuah aplikasi atau alat kreatif, yang dapat membantu mengurangi tindak bullying.

Sebagai mitra terkait, Kaspersky Lab akan memilih tim yang membawa terobosan terbaru dalam hal solusi teknologi terhadap bullying. Tim yang menang akan  mendapatkan hadiah berupa kunjungan ke pabrik dan museum Ferrari di Maranello, Italia, untuk kemudian bertemu dan menyapa langsung pembalap Scuderia Ferrari Formula One.

PrintDalam keterangan tertulisnya, Senin (5/10), Janice Richardson, Senior Advisor di European Schoolnet, sekaligus mantan co-ordinator Insafe Network dan co-ordinator dari ENABLE mengungkapkan rasa senangnya atas keterlibatan Kaspersky Lab dalam perhelatan ini. Menurutnya, Kaspersky Lab tidak hanya memiliki pengetahuan teknis yang luar biasa, tetapi juga paham akan pentingnya mengurangi tindak bullying – khususnya cyberbullying – di seluruh dunia.

Kami ingin melihat anak-anak muda mengembangkan keterampilan online mereka, sementara kami juga membantu mereka untuk memahami dinamika yang terjadi di bullying serta memberikan pengarahan kepada mereka ketika bekerja dalam tim supaya dapat menemukan solusi kreatif untuk menghentikan tindak bullying ini,” katanya.

Hal senada diuraikan David Emm, Kepala Peneliti Keamanan, Global Research and Analysis Team, Kaspersky Lab. Menurutnya, membuat internet menjadi tempat yang lebih aman merupakan komitmen perusahaan. Bullying – terutama cyberbullying dianggap sebagai masalah yang sangat serius yang memiliki implikasi sosial dan emosional. Oleh karena itu, mendidik serta memberikan dukungan kepada anak-anak dan orang tua mereka dalam memerangi ancaman yang mereka hadapi ketika online sangatlah penting.

Dengan mendukung Hackathon, kami memiliki kesempatan lain untuk melakukan hal itu. Kaspersky Lab juga merupakan sponsor resmi tim balap Scuderia Ferrari Formula One, jadi kami merasa senang untuk memberikan hadiah fantastis bagi tim pemenang dari anak-anak muda di acara tersebut,” bebernya.

Kaspersky Lab secara teratur bekerja sama dengan organisasi-organisasi seperti European Schoolnet, yang terbukti berhasil melawan cyberbullying. Di bulan Maret 2015 perusahaan menyelenggarakan panel tingkat tinggi untuk memperdebatkan masalah ini pada Mobile World Congress di Barcelona.

Perusahaan juga berkomitmen untuk menyumbangkan satu Euro ke Insafe Helpline Fund untuk setiap Kaspersky Total Security – Multi-Device yang terjual secara online di Eropa selama bulan Desember 2014, dengan jaminan demi mengamankan minimum sumbangan yang diperlukan untuk memenuhi tambahan 9.000 panggilan mengenai masalah online, seperti cyberbullying dan penyiksaan, pada tahun 2015.

5G Baru akan Komersial 2025!

0

Belum lagi 4G LTE di Indonesia komersial secara keseluruhan di Bumi Pertiwi ini, isu 5G sudah mulai didengungkan oleh para perusahaan jaringan. Bahkan beberapa Negara sudah mulai mengadakan uji jaringan. Seperti DoCoMo, operator besar di Jepang.

Berdasarkan hasil kajian dari dari Jupiter Research, akan ada 240 juta koneksi 5G pada 2025 mendatang. Dan pendapatan yang akan dicapai adalah lebih dari 65 miliar US$. Dengan pertumbuhannya mencapai 266% antara 2020 sampai 2025.

Melihat dari angka yang disuguhkan oleh Jupiter Research ini tentu cukup menggiurkan. Walau demikian, lembaga riset ini mengingatkan bahwa data tersebut hanya merepresentasikan 3% dari koneksi Global Mobile. Artinya, setelah 2025, 5G ini akan jauh lebih besar lagi menghasilkan revenue untuk operator. Di sisi lain, tentu konsumen pun akan mendapatkan pengalaman baru dalam melakukan komunikasi.

International Telecommunication Union (ITU) sendiri, sebagai organisasi telekomunikasi dunia baru akan mengkomersialkan 5G pada tahun 2010. Lembaga ini akan mengatur teknis sistem radio untuk memfasilitasi 5G dengan mempertimbangkan persyaratan jangkauan dari skenario masa yang komprehensif, termasuk teknologi antar generasi. Dengan demikian, 5G akan dapat berkembang perpindahan konsumen ke teknologi baru ini juga dapat berjalan mulus.

Teknologi 5G ini menawarkan kecepatan setidaknya10Gbps dan menggunakan frekuensi 6-100Ghz. Teknologi ini akan menyediakan efisiensi spectral yang tinggi, latency dan memiliki sistem untuk meningkatkan kapasitas. ITU menyatakan bahwa komersial 5G ini baru dapat dilakukan setelah 2020. Baru pada 2025 adopsi besar-besaran terjadi.

Dengan adanya teknologi 5G ini maka para produsen sudah bersiap-siap. Selain untuk mempermudah dalam konektifiti, juga akan mengadopsi Internet of Everything (IoE) yang mampu melakukan koneksi antara decives, Appliances, Vehicles dan infrastruktur di Smart Home dan Smart Cities.

Indonesia sendiri, saat ini masih konsentrasi untuk mengimplemntasikan 4G. “Penerapan teknologi 5G makan waktu lama karena belum adanya model bisnis 5G yang siap digunakan Indonesia,” ujar Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informatika

usai konferensi Indosat IDByte 2015 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta Selatan, Jumat (2/10/2015).

Rudiantara baru akan memikirkan implementasinya setelah model bisnisnya sudah ada. “Kami belum memiliki model bisnisnya. Kalau model bisnisnya sudah ada, baru kita laksanakan. Bahkan Jepang membangun teknologi 5G dengan target selesai pada 2020. Mereka ingin memanfaatkan teknologi tersebut untuk Olympic dan Paralympic,” imbuhnya. (Icha)

 

 

Data Pelanggan Hilang, CEO T-Mobile Naik Pitam

0

Jakarta – CEO T Mobile, John Legere, mengaku geram dengan pelayanan yang diberikan Experian, sebuah perusahaan layanan informasi yang selama ini menjadi mitranya. Pasalnya, perusahaan tersebut dianggal lalai hingga bisa menyebabkan sekitar 15 juta data  pelanggan di AS dicuri.

Informasi profil tersebut terkait dengan siapa saja yang pernah menggunakan layanan T-Mobile dan termasuk data tentang pemeriksaan kredit pada pengguna dan pembiayaan perangkat.

“Jelas saya sangat marah dengan pencurian data ini,” kata John Legere dalam surat langsungnya kepada pelanggan.

Lebih jauh, seperti dilansir dari Telecoms, (5/10), Legere juga mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan kajian menyeluruh terkait hubungannya dengan Experian.

“Sekarang kekhawatiran utama saya adalah setiap konsumen yang terpengaruh. Saya ingin meyakinkan pelanggan kami bahwa sistem  T-Mobile atau jaringan adalah bagian dari industri ini dan tidak melibatkan nomor kartu pembayaran atau informasi rekening bank,” ungkapnya.

Data yang dicuri termasuk nama, tanggal lahir, alamat dan nomor Jaminan Sosial. Untungnya tidak ada transaksi pembayaran kartu atau informasi akuisisi perbankan.

Disisi lain, pihak Experian menyebutkan bahwa mereka sejatinya menjaga data yang bersifat rahasia itu. “Kami mohon maaf atas kekhawatiran dan stres yang disebabkan oleh persoalan ini, “kata Craig Boundy, CEO dari Experian Amerika Utara.

“Kami mengambil langkah-langkah untuk memberikan perlindungan dan dukungan kepada mereka yang terkena insiden ini dan akan terus berkoordinasi dengan penegak hukum selama penyelidikan.” tambahnya.

Experian mengatakan butuh tindakan segera setelah menemukan pelanggaran ini, dengan cara mengamankan server, dan memulai penyelidikan. Hal ini juga langsung dilaporkan ke penegak hukum di AS dan penegakan hukum internasional.

Sebagai kompensasi, setiap pelanggan yang mungkin telah dipengaruhi telah ditawarkan dua tahun layanan monitoring kredit dan resolusi identitas gratis di program Experian’s Protect My ID.