spot_img
Latest Phone

Facebook Gelar Tiga Hari Festival bertajuk Nyasar ke Dimensi Facebook, Ini Targetnya

Telko.id – Facebook Indonesia siap meramaikan akhir pekan ini...

Garmin Manfaatkan Data Wearable, Pengendalian Diabetes Personal

Telko.id - Memperingati Hari Diabetes Sedunia, Garmin Indonesia menyoroti...

Garmin Instinct Crossover AMOLED Resmi Hadir di Indonesia

Telko.id - Garmin Indonesia secara resmi meluncurkan dan memperkenalkan...

Garmin Run Indonesia 2025 dan Limbah.id berhasil Kumpulkan Hampir 3 Ton Sampah

Telko.id — Garmin Indonesia sukses menggelar ajang lari tahunan...

Instagram Safety Camp: Peran Orang Tua Kunci Keamanan Digital Remaja

Telko.id - Meta menyelenggarakan Instagram Safety Camp di Indonesia...
Beranda blog Halaman 1689

Internet of Things Jadi Faktor Kunci di Industri Pertanian

0

Jakarta – Menurut data yang diberikan oleh Beecham Research, penduduk dunia diperkirakan akan mencapai 9,6 miliar orang dan sebagian dari mereka akan tinggal di kota pada tahun 2050. Untuk mendukung populasi sebesar itu, produksi pangan pun harus ditingkatkan menjadi 70%.

Produksi pangan yang besar memerlukan sebuah teknologi pendukung yang canggih yang dapat membantu setiap petani dalam menghasilkan panen yang baik dan banyak.

Dilansir dari rcrwireles, Senin (26/10), teknologi yang disebutkan tadi adalah Internet of Things. Internet of Things akan memecahkan berbagai macam kasus di industri pertanian seperti, pemantauan ternak, pertanian dalam ruangan,  budidaya ikan, kehutanan, dan monitoring penyimpanan.

Di Amerika Serikat, beberapa segmen industri nirkabel telah mengimpelemntasikan IoT yang terkait dengan pertanian. AT&T, melalui unit IoT industrinya telah bermitra dengan produsen mesin pertanian John Deere untuk menginstal modem nirkabel di setiap bagian mesin yang diproduksi. AT&T juga membantu mengurangi pembusukan gandum dan meningkatkan hasil melalui sistem sensor.

Sekedar informasi, Sensor merupakan salah satu dari enam komponen smart farming (pertanian cerdas) yang ada didalam laporan Beecham. Lima komponen lainnya meliputi analisis data, hardware dan software, telematika, posisi teknologi, seperti Sistem komunikasi seluler  dan aplikasi.

Sensor IoT juga memungkinkan petani untuk melacak hasil panen, gizi dalam tanah dan juga curah hujan.

Namun, tantangan utama dari pengimpelemntasian teknologi ini adalah kurangnya infrastruktur nirkabel di daerah pedesaan. Meskipun pertumbuhan internet jaringan meningkat, perusahaan nirkabel masih mengukur konektivitas berdasarkan jumlah orang yang terhubung. Mereka meninggalkan beberapa daerah dengan kepadatan penduduk rendah dengan permintaan yang tinggi untuk konektivitas. [AK/IF]

Pembahasan Cetak Biru e-commerce Masuki Tahap Finalisasi

0

Jakarta – Roadmap e-commerce masih dalam tahap pembahasan hingga saat ini. Namun, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara menyatakan bahwa cetak biru e-commerce ini telah memasuki tahap finalisasi sekarang.

“Penyelesaiannya bisa dikatakan masuk dalam tahap finalisasi. Saat ini pemerintah tengah konsentrasi dalam penanganan perekonomian,” kata Rudiantara.

Pembahasan mengenai cetak biru e-commerce juga ikut melibatkan sejumlah kementerian dan lembaga, diantaranya Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keungan, Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perhubungan dan Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo).

“Para Menteri akhir-akhir ini masih belum bisa bertemu membahasnya, karena mereka masih fokus pada paket deregulasi ekonomi,” ujar chief RA.

Berdasarkan rilis yang diterima oleh tim Telko.id, Rudiantara juga belum dapat memastikan kapan kepastian dari cetak biru e-commerce tersebut akan rampung.

 

Sebagai informasi, cetak biru e-commerce sebelumnya ditargetkan Kemkominfo akan diselesaikan pada Agustus 2015 silam. Namun, seiring dengan perkembangan situasi perekonomian, penyelesaian cetak biru tersebut mundur.

Rudiantara menjelaskan, cetak biru e-commerce ini diperlukan guna mendorong perdagangan elektronik lebih pesat.

Di Indonesia, perkembangan e-commerce meningkat pesat. Diperkirakan pada tahun 2015 ini transaksi e-commerce akan terus mengalami peningkatan hingga USD 20 miliar.

“Kita berharap kapitalisasi e-commerce di Indonesia pada 2020 bisa mencapai USD 135 miliar atau sepuluh kali lipat,” kata Rudiantara.

Sementara itu, Kementerian Keuangan telah menyelesaikan draf revisi Undang-Undang (UU) Nomor 36/2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh) yang di dalamnya termasuk pajak e-commerce.

Direktur Peraturan Perpajakan Ditjen Pajak Kemkeu, Poltak Maruli John Liberty Hutagaol mengatakan, dalam revisi UU PPh, akan diatur lebih rinci mengenai pajak transaksi e-commerce.

“Hal ini dilakukan guna memberikan kepastian hukum atas bisnis e-commerce yang mulai subur di Indonesia ini,” katanya.

Poltak menambahkan, Indonesia masih belum memiliki aturan jelas yang mengatur bisnis e-commerce asing, sehingga banyak pelaku e-commerce asing yang masih belum tersentuh pajak.

“Seharusnya setiap pembayaran ke luar negeri terkena PPh pasal 26 sebesar 20%, kecuali perusahaan yang terdapat di negara yang tidak mempunyai perjanjian pajak (tax treaty) dengan Indonesia,” ujarnya.

Senada dengan Poltak, pengamat Perpajakan Yustinus Prastowo setuju pajak transaksi e-commerce diatur lebih spesifik. “Selama ini e-commerce seolah-olah bukan objek pajak. Aturan transfer pricing juga perlu diperketat dan lebih detail,” kata Yustinus. [AK/IF]

Penjualan Jaringan Semakin Lesu, Revenue Ericsson Turun

0

Jakarta – Perusahaan penyedia solusi jaringan asal Swiss, Ericsson, tampaknya harus berlapang dada melihat pencapaian pendapatan mereka tahun ini. Pasalnya, angka tersebut diketahui mengalami penurunan pada kuartal ketiga di tahun ini.

Penyebab utama dari penurunan ini tidak lain karena penjualan jaringan yang semakin lesu. Seperti diketahui, di kawasan Amerika Utara, penjualan Ericsson menurun dari tahun ke tahun. Selain itu perlambatan dalam penyebaran jaringan 4G di daratan China  serta lemahnya penetrasi di Brazil, Rusia dan Timur Tengah juga turut menjadi alasan atas anjloknya pendapatan (revenue) perusahaan pada kuartal ketiga tahun ini.

Dilansir dari Telecoms, Senin (26/10), sebanyak 9% penurunan pendapatan dirasakan oleh raksasa jaringan ini bila dibandingkan dengan kuartal sebelumya. Hal tersebut menjadi lebih buruk tatkala tidak adanya perbaikan di sektor pelayanan yang profesional dari Ericsson.

Kabar baiknya, dari total pendapatan yang mereka cetak, dapat dilihat bahwa penjualan jaringan menyumbang kurang dari 50%. Hal ini akan mempermudah mereka untuk mengurangi resiko yang timbul dari sumber daya internal ataupun sumber daya eksternal.

Chief Financial Officer Ericsson, Jan Frykhammar mengungkapkan, “Kami melihat sebuah dampak nyata pada basis biaya kami, dimana kami dapat meningkatkan profitabilitas dengan cara melakukan penetrasi yang baik di wilayah target kami dan hasil ini membuat kami semakin percaya diri sebagai perusahaan penyedia jaringan.”

Nilai positif lain dapat dilihat dari peningkatan laba bersih yang mereka dapatkan. Tercatat laba bersih Ericsson naik menjadi 47% dari kuartal sebelumnya dan naik sebanyak 19% secara year-on-year. [AK/IF]

TalkTalk ‘Dibobol’ Hacker, Data 4 Juta Pelanggan Dalam Bahaya

0

Jakarta – Perusahaan Telekomunikasi asal Inggris, TalkTalk, melalui blog resminya telah mengkonfirmasi bahwa ada kemungkinan para hacker telah memiliki data identitas pengguna seperti nama, alamat, tanggal lahir, nomor telepon, alamat email, informasi akun TalkTalk, hingga rincian kartu kredit dan rincian bank dari 4 juta pelanggannya.

Dilansir dari Telecoms, Senin (26/10), Dido Harding selaku CEO TalkTalk menegaskan bahwa perusahaan terus memperbarui sistem sebagai langkah keamanan yang diambil terkait ancaman dari penjahat siber ini.

“Kami sangat serius menjaga data pelanggan dari setiap ancaman keamanan dan kami mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memahami apa yang telah terjadi di sini,” katanya.

Namun, Harding mengatakan pada ITV bahwa sampai saat ini mereka tidak mengetahui persis berapa pelanggan yang menjadi korban dari ancaman tersebut.

Bagian FAQ dari situs web TalkTalk mengklaim bahwa mereka percaya data konsumen tetap aman, namun mereka juga mengakui bahwa ada beberapa data yang tidak dienkripsi. Sebagai informasi, ini merupakan serangan siber ketiga yang mempengaruhi  perusahaan tersebut dalam 12 bulan terakhir.

Sebelumnya, sejumlah pelanggan TalkTalk juga sempat mengeluhkan telah menjadi korban scamming yang meminta sejumlah akses pada komputer mereka.

Bahkan, pada Februari  lalu, penjahat siber berhasil masuk ke dalam sistem jaringan komputer perusahaan dan mencuri data-data konsumen mereka.

Ahli keamanan Ryan Wilk, yang juga direktur dari NuData Security memaparkan, “Para pencuri data akan menjual informasi ini kepada agregator yang tentunya akan meningkatkan nilai dari data tersebut. Dengan banyaknya data yang terkumpul, para penipu ini bisa saja membuat rekening Bank palsu atau meminjam sejumlah uang di Bank dengan data diri para korban yang tercuri. Hal ini tentunya akan sangat meresahkan dan membuat permasalahan panjang bagi si korban,” jelas Wilk.

Wilk menambahkan, Sistem keamanan lawas yang digunakan oleh banyak perusahaan telekomunikasi, seperti otentikasi berbasis KBA akan sangat rentan untuk dicuri, Ia menyarankan untuk mengganti sistem tersebut dengan User behavioural analytics (UBA). [AK/IF]

Pandora Lesu di Industri Streaming Musik

0

Jakarta – Semakin baiknya kualitas jaringan internet di seluruh dunia membuat persaingan di semua aspek semakin ketat. Hal yang sama berlaku untuk industri streaming musik.

Pandora, misalnya, perusahaan yang sempat merajai industri musik streaming ini bahkan barus mengatur strategi baru guna bertahan di industri ini.  Pasalnya, Pandora kini terkesan menjadi pecundang dalam industri yang tengah memanas ini.

Dilansir dari Digitaltrend, Senin (25/10), dua hari setelah CEO Apple Tim Cook mengumumkan bahwa Apple Music memiliki 6,5 juta pelanggan berbayar dan 8,5 juta pengguna pada percobaan tiga bulan gratis, Pandora justru mengalami kerugian sebesar USD85.900.000 pada kuartal ketiga tahun ini.

Sejatinya pandora yang hanya mengandalkan streaming radio kalah bersaing dengan kompetitor lain seperti Apple Music, spotify serta Google Play Music yang menghadirkan streaming musik berbayar dan memberikan free selama masa percobaan.

Tidak seperti beberapa pesaingnya, Pandora tidak bisa memberikan keleluasaan bagi pengguna untuk memilih lagu untuk diputar karena hanya berbasis radio streaming. Hal itu nampaknya yang menjadi awal dari kegagalan mereka menjangkau pasar streaming musik kali ini.

Anjloknya peminat pandora semakin dipertegas dengan jumlah “pendengar aktif” mereka yang mengalami penyusutan menjadi 78.100.000 pengguna dari 79.400.000 pada kuartal ketiga tahun ini.

Fenomena Internet Of Things memang mempengaruhi gaya hidup semua orang di dunia ini. Kemajuan teknologi dari sisi smartphone juga sangat mendukung fenomena ini, kita tunggu saja bagaimana hal tersebut akan berlangsung di Indonesia. [AK/IF]

 

87% Smartphone Android Rentan akan Virus

Jakarta – Seperti diketahui sebelumnya, platform Android memang menjadi platform mobile yang sangat rentan terhadap peretasan data. Namun berdasarkan survey terbaru di lapangan mengungkapkan bahwa sebanyak 87 % smartphone Android yang ada di pasaran saat ini tidak aman.

Para ilmuwan Inggris membuktikan bahwa perangkat Android sangatlah berbahaya bila ditinjau dari segi keamanan data. Penelitian mendalam yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Cambridge pada beberapa perangkat dan menganalisis lebih dari 20.000 smartphone dari berbagai merek dan menemukan bahwa 87,7% perangkat Android yang diteliti dikategorikan rentan terhadap paling tidak satu jenis kerentanan yang kritis.

Penelitian ini dilakukan dengan bantuan para penggguna smartphone. Para peserta menyetujui penggunaan aplikasi khusus bernama Device Analyzer dari Google Play. Aplikasi ini membantu untuk mengetahui seberapa tahankah smartphone terhadap serangan yang berdampak luas dengan cara mengirimkan data ke perangkat lunak di masing-masing perangkat.

Dari kesemuanya ada 32 jenis smartphone yang kritis, namun hanya 11 bug yang bisa diterapkan ke semua perangkat, dan diperhitungkan sepanjang percobaan untuk menghasilkan hasil yang adil.

Berdasarkan data dari Securelist.com, dalam jangka waktu 4 tahun (dari Juli 2011 hinga 2015), tingkat mean dari indeks FUM untuk seluruh perangkat Android mengalami penurunan yang mengerikan, – 2,87 dari 10. Smartphone yang paling aman, seperti diperkirakan, adalah Google Nexus. Hal ini tentunya tidaklah mengherankan mengingat Google memperhatikan patching terhadap perangkatnya sendiri.

Platform Android merupakan sistem yang sangat rentan. Kecuali Google merubah OS serta model distribusi untuk memungkinkan adanya mekanisme update yang simultan, regular serta vendor-agnostic untuk memudahkan pengguna dalam pengurusan keamanan perangkat mereka.

Beberapa tips untuk mengatasi kerentanan tersebut diantaranya:

  •  Pasang pembaharuan sistem sesegera mungkin bila sudah tersedia. Jangan menunda apalagi mengabaikannya.
  • Unduh aplikasi yang berasal dari sumber terpercaya dan berhati – hatilah terhadap situs yang nakal. Hal ini tidak menjamin Anda terhindar dari masalah keamanan, namun cara tersebut merupakan salah satu cara untuk menghindari beberapa ancaman tertentu.
  •  Gunakan solusi keamanan – bila vendor smartphone Anda lambat dalam melakukan patch keamanan serta menyelamatkan penggunanya dari eksploitasi, perusahaan antivirus mungkin dapat melakukannya dengan lebih baik.
  • Cobalah untuk tetap mendapatkan informasi terbaru: bacalah berita – berita mengenai keamanan. Jika tidak, maka Anda tidak akan pernah tahu, sebagai contoh, lebih baik menonaktifkan pengunduhan MMS standar untuk menghindari masalah yang terkait dengan kerentanan Stagefright.

Indosat Kembali Gelar Kids & Teens Hackathon

0

Jakarta – Ajang pencarian bakat Kids and Teens Hackaton ke-9, yang bertujuan melatih pola pikir logis anak kembali digelar.

Kegiatan ini di peruntukkan bagi anak berusaia 7-15 tahun yang akan ditantang untuk membuat ide dan coding aplikasi. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Indosat ini sejatinya bertujuan untuk menstimulus anak-anak untuk lebih menyukai dunia pemrograman.

Sebaga informasi, kompetisi ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Indosat Wireless Innovation Contest (IWIC) yang akan berakhir pada 31 Oktober mendatang.

Para peserta dapat memilih kategori pembuatan proposal ide dan pembuatan aplikasi lewat coding competition. Sementara untuk tahun ini, kegiatan Kids & Teens Hackathon terlaksana berkat kerjasama antara indosat dengan Clevio Coder Camp, yang merupakan tempat belajar pemrograman komputer yang diperuntukan untuk anak-anak.

Deva Rachman, Group Head Corporate Communication Indosat mengungkapkan, Teknologi kini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari anak-anak dan remaja, oleh karena itu Indosat mengajak mereka untuk tidak sekedar menjadi pengguna melainkan juga menjadi seorang contentdigelar,” ungkap Deva Rachman, Group Head Corporate Communication Indosat di Jakarta, Sabtu (24/10).

Indosat juga berharap, ajang ini tak hanya akan membuat anak-anak dan remaja semakin menyukai dunia pemrograman, tetapi juga dapat menjadi wadah untuk mewujudkan kreasi dan imajinasi anak-anak ke dalam suatu aplikasi.

Sebagai informasi, IWIC sendiri menghadirkan beberapa kategori peserta diantaranya, Kids (SD), Teens (SMP-SMA), Mahasiswa/umum, Developer, serta kategori untuk Perempuan dan Inbound Tourism.

Kegiatan ini di menangkan oleh Daulah dan Salya, kakak beradik ini membuat ide games chicken farm dan mampu memukau para juri.

 

‘Duit Besar’ Ketika IoT Kawin Dengan Industri otomotif

0

Sepanjang pabrikan mobil masih memproduksi, maka jumlah kendaraan pun akan terus bertambah. Jumlah yang ratusan juta itu menjadi potensi ‘uang’ masuk bagi para developer yang memanfaatkan teknologi Internet Of Things. Menghubungkan antara Cloud ke wireless Technology, smart chips, onboard computer, mobile apps, yang akan mendorong jenis bisnis model baru.

Konektifitas selama perjalanan yang berkaitan dengan penyimpanan data yang besar sudah menjadi kebutuhan. Bahkan, McKinsey & Company (2014) dalam laporannya menyatakan bahwa lebih dari seperempat dari pembeli mobil mengatakan bahwa konektivitas internet lebih penting daripada fitur seperti tenaga mesin dan efisiensi bahan bakar. Menurut perkiraan Gartner, dalam lima tahun ke depan, jumlah mobil yang terhubung dapat melebihi seperempat miliar di seluruh dunia.

Mobil terhubung awan masa depan di sini hari ini – dan tumbuh di nomor. Ini adalah tren didorong sebagian besar oleh permintaan konsumen. Dalam 2014 laporan McKinsey & Company, lebih dari seperempat dari pembeli mobil mengatakan bahwa konektivitas internet lebih penting daripada fitur seperti tenaga mesin dan efisiensi bahan bakar. Dalam lima tahun ke depan, jumlah mobil yang terhubung dapat melebihi seperempat miliar di seluruh dunia, menurut perkiraan Gartner.

Yang dibutuhkan, bukan hanya kecepatan dalam konektifitas saja, tetapi juga stabil. Di indutsri otomotif sendiri sudah mulai merambah ke koneksi nirkable 4G yang diimplementasikan dalam kendaraan produksi terbarunya. Bahkan sudah mulai ada yang membuatnya menjadi standar. Terutama untuk model-model yang akan diproduksi pada tahun 2010.

Teknologi yang digunakan adalah kombinasi WiFi dan teknologi IoT. Kedua teknologi tersebut membuka jalan untuk membangun aplikasi yang dibutuhkan oleh pengemudi maupun penumpang. Seperti Navigasi, info lalu lintas yang realtime, informasi parkir, streaming infotainment dan integrasi antara dashboard, smartphone dan perangkat. Baik berkaitan dengan health tracking dan jam pintar.

Sumber Pendapatan Baru

Industri otomotif yang dikaitkan dengan Big Data akan menggeser pengalaman kita selama berkendara. Tentu ini akan menjadi pengalaman baru, baik bagi pabrikan mobil, penyedia layanan maupun industri lain yang terkait. Termasuk juga industri travel atau wisata.

Pendapatan dari jasa mobil yang sudah memanfaatkan teknologi IoT ini di lima tahun kedepan akan mencapai $ 40 miliar, seperti yang disampaikan oleh SNS Research beberapa waktu lalu. Bahkan, di dalamnya juga termasuk industry keuangan sebagai penjamin kredit mobil dengan mudah melakukan penagihan yang fleksibel. Baik dalam pembayaran di muka, langganan maupun skema pembayaran lainnya.

Semua kegiatan financial tersebut dapat dimanfaatkan oleh perusahaan telekomunikasi sebagai penyedia jaringan IoT sehingga mampu menambah pos-pos pendapatan yang baru. Hal yang sama juga dapat dimanfaatkan oleh para perusahaan pengembang aplikasi.

Layanan yang berkenaan dengan industry otomotis ini sudah dilakukan oleh Ford melalui SYNC dan EnForm dari Lexus. Produsen ini sudah menawarkan berbagai layanan tambahan bagi para konsumen nya yang berbasis Cloud. Seperti Always –On Access, layanan saat darurat, Roadside Assistance, Teen-driver monitoring dan advanced voice control.

Layanan tersebut diberikan secara berlangganan. Artinya, ada pemasukan yang regular bagi para penyedia jaringan maupun pengembang aplikasi. Dari sisi pelanggan, layanan tersebut menambah benefit dan memberikan pengalaman baru yang sungguh sangat diperlukan saat berkendara. Hubungan antara produsen dengan konsumen pun semakin erat, sehingga akan memudahkan ketika akan membuat loyality program. Dan hubungan ini pun akan menjadi lebih lama. Tidak sekedar beli saja. Ada entertain terhadap konsumen dan tentunya, nanti nya jika puas akan terjadi penjualan unit saat keluar unit baru.

Peluang Besar

Dilihat dari contoh di atas, maka layanan otomotif berbasis Cloud berpontensi sangat besar. Jauh lebih besar dibandingkan dengan ketika unit baru atau tipe baru dari sebuah merek mobil dipasarkan. Tapi jangan salah, potensi pun dapat merambah pada kendaraan second.

Seperti yang dilakukan oleh Verizon di Amerika dan Kanada. Pada musim panas lalu meluncurkan layanan HUM, layanan baru untuk purna jual. Untuk $14.99, pelanggannya dapat terhubung dengan Cloud. Layanannya berupa alert accident, system diagnostic dan stolen vehicle locator service untuk mobil yang bukan baru. Semua ini dilakukan dengan memasang Port Onboard Diagnostic (OBD) di samping setir mobil. Port ODB inilah yang menjadi entry point dari aplikasi mobile yang terhubung dengan Cloud, khusus untuk kendaraan bermotor.

Smart Connected Cars

Saat ini, ketika Anda berkendaraan sangat memungkinkan berinterasi dengan sekeliling, bahkan dengan dunia sekalipun. Semua itu dapat dilakukan berkat Cloud Based System yang menggunakan IoT innovations seperti sensor jarak dan Predictive Intelligence. Seperti yang ada pada model Mercedes-Benz yang terbaru. Saat berkendara, Anda dapat terhubung langsung ke Nest, IoT powered smart home system, mengaktifkan control suhu di rumah sebelum Anda sampai di rumah. Sungguh mengasyikan. Setelah lelah bekerja, disambut oleh suhu yang nyaman di rumah.

Potensi koneksi lain yang dapat dilakukan dalam jarak jauh tentu menjadi bisnis model baru di masa depan. Bahkan dengan mudah menginformasikan pada rekan meeting Anda ketika jalanan macet dan akan terlambat datang meeting. Lalu, mampu mengkonfirmasi janji, melakukan reservasi tempat untuk makan malam hingga menu yang diinginkan.

Selain itu, Anda juga dapat pesan tiket film, membayar bensin dan parkir. Semua dilakukan secara mandiri tanpa ada yang ikut campur. Tentu, layanan tersebut membutuhkan mekanisme penagihan secara berlanggan atau berbasis penggunaan. Hal ini harus mulai dipikirkan oleh para service provider. Sehingga ketika datang waktunya, sudah siap dengan skema yang tepat.

Tiga Model Bisnis Potensial

Ada standar monetization, ada tiga model bisnis  yang mungkin dihadapi ketika IoT kawin dengan industri otomotif.

Pertama, Car Sharing. Ke depan, trend Car sharing akan semakin disukai oleh masyarakat. Sebenarnya, seperti model bisnis yang dilakukan oleh Uber. Diperkirakan pada 2030 mendatang, ada sekitar 650 miliar orang seluruh dunia akan menggunakan model Car-Sharing ini, seperti yang disampaikan oleh ABI Research. Contoh bisnis lainnya adalah agen rental mobile maupun pengoperasian kendaraan perusahaan. Bahkan pabrikan pun melihat tren tersebut menjadi cara yang cerdas yang akan meningkatkan jumlah penjualan tradisional.

Kedua, Pay Per Use. Bayar sesuai dengan penggunaan. Ini model bisnis yang menarik. Di mana, ketika semua sudah berjalan, Anda tidak perlu lagi membeli kendaraan dengan harga mahal. Cukup membayar sesuai dengan waktu Anda menggunakan kendaraan tersebut. Biaya perbulan akan dipatok sesuai dengan penggunaan. Tentu, hal ini dapat dijadikan model bisnis yang menarik karena akan sesuaikan dengan jarak tempuh dan sangat menarik bagi masyarakat yang tinggal di Negara berkembang. Hal ini sudah dilakukan oleh Citroen, Pabrikan asal Eropa sejak tahun 2014. Namun, dengan adanya teknologi IoT maka model bisnis ini pasti akan lebih menarik lagi. Tidak saja bagi pengguna kendaraan, pabrikan dan industri pembiayaan.

Ketiga, Direct-To-Consumer Sales. Penjualan langsung ke konsumen sudah dilakukan oleh Tesla Motors. Di mana perusahaan ini menjual IoT Infused. Jadi, Tesla dapat melakukan hubungan langsung dengan para pelanggannya kapan pun dan di mana pun konsumen nya berada. Perusahaan ini dapat secara proaktif melakukan upgrade, pemeliharaan, menambahkan fitur baru dan secara intensif memasukan model terbaru langsung ke setiap dashboard konsumennya.

Dulu, inovasi dari Tesla Motors ini sempat di larang oleh beberapa Negara dan ditekan oleh lobi yang kuat dari para dealers. Namun, di sisi lain, Federal Trande Commission (FTC) sangat mendukung layanan ini.

Maju Terus Pantang Mundur

Inovasi teknologi akan terus berlanjut. Tentu akan mempengaruhi harga atau yang dibayarkan untuk sebuah mobil. Baik untuk kendaraan yang memiliki layanan digital, asuransi mobil dan peralatan serta layanan lainnya. Diproyeksikan, tidak akan sampai 10 tahun, semua layanan tersebut sudah banyak digunakan oleh masyarakat. Nanti akan banyak layanan transportasi yang dijalankan secara pintar dari Cloud.

Satu hal yang tidak dapat dipastikan adalah bagaimana inovasi teknologi di kemudian hari akan menjadi tren. Tetapi yang pasti, dalam sebuah bisnis perlu ada cara yang strategis untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar lagi. Dan peluang itu, akan hadir dengan menggabungkan antara mobil dengan internet. (Icha)

Di Masa Depan, IoT akan Pengaruhi Strategi Pemasaran

0

Jakarta – Ada setidaknya 50 miliar benda, dimana masing-masing memiliki sistem komputasi sendiri yang tertanam didalamnya dan mampu berinteraksi dengan infrastruktur internet yang ada, yang diperkirakan akan menjadi bagian dari Internet of Things (IoT) pada tahun 2020 nanti.

Permasalahannya adalah, laju pembangunan untuk IoT lebih cepat dibandingkan dengan kemajuan yang dibuat dalam bidang perangkat elektronik saat ini, terutama karena pembangunan perangkat elektronik secara global telah mendekati batas maksimum.

Dari segi bisnis, beberapa implikasi pemasaran harus diciptakan guna mengikuti perkembangan teknologi IoT yang sedang berjalan dan terus berkembang.

Strategi Pemasaran IoT

Konsumen akan merespon jauh lebih baik produk yang menawarkan daya tarik. Semua ini mempromosikan loyalitas dan komitmen untuk nama merek tertentu, dan ini tepatnya semacam efek yang selalu diinginkan pemasar untuk dicapai. Di masa depan, tren ini akan ditekankan dan dikembangkan lebih lanjut untuk mendorong hubungan yang lebih erat antara konsumen dan penjual.

Penjual juga akan lebih tepat sasaran dalam menawarkan produk mereka kepada konsumen dengan menggunakan big data analitik. Hal ini terasa perlu untuk memberikan informasi yang tepat kepada calon pelanggan yang paling mungkin untuk melakukan pembelian.

Ini akan membutuhkan investasi yang lebih besar dalam produksi iklan, serta penelitian yang lebih baik untuk mengidentifikasi kelompok konsumen yang tepat untuk menyampaikan pesan.

Layanan nilai tambah dari suatu produk akan menjadi lebih penting dan lebih ditekankan pada era Internet of Things. Sebagai contoh,  jam tangan biasa yang akan bertransformasi menjadi smartwatch, dengan terkoneksi pada jaringan data atau nirkabel, kemudian blender dapur akan digantikan oleh blender dapur pintar, dan jenis strategi akan mulai menembus semua pengembangan produk dan strategi pemasaran.

Steve Reed, VP Development Client, Elevation Market mengungkapkan, “Kita berada pada titik puncak perubahan teknologi secara revolusioner, Nilai yang melekat dari Internet of Things adalah menghubungkan perangkat ke sistem cloud dimanapun lokasi Anda berada saat ini, dengan kemajuan IoT akan membuat setiap industri dapat menikmati banyak peluang untuk memasarkan produk kepada pembeli potensial dan menargetkan pelanggan sehingga mencapai hasil yang instan dan maksimal.”

 

Pemasaran dan periklanan akan diberikan dengan lebih spesifik dan efektif lagi karena banyak perangkat pintar yang akan dipasang di seluruh negara yang dapat menyediakan data penggunaan yang sangat besar. Hal ini akan memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan lebih banyak cara mengenai strategi, dan meningkatkan laba atas investasi untuk masa depan penjualan. Kesempatan yang cepat untuk modifikasi dan perbaikan strategi juga menjadi salah satu keuntungan perusahaan apabila perangkat pintar tadi tidak memberikan hasil yang real.

Perubahan juga terjadi dari sisi Customer Relationship Management (CRM), yang akan berbentuk sebuah aplikasi, sehingga perusahaan akan lebih banyak mendapatkan data pengguna dan mempermudah mereka untuk mendapatkan insight pengguna. CRM pun berguna untuk menganalisis dan mengumpulkan data pelanggan, sehingga perusahaan dapat mengambil tindakan cerdas mengenai basis konsumennya.