spot_img
Latest Phone

Garmin quatix 8, Smartwatch Maritim dengan Fitur Canggih

Telko.id - Garmin Indonesia resmi meluncurkan quatix 8, smartwatch...

Moto g86 Power 5G: Spek Lengkap dengan Harga Terjangkau

Telko.id - Smartphone terbaru dari Motorola akan segera diluncurkan....

Apple Kembangkan Chatbot AI Sendiri, Saingan ChatGPT

Telko.id – Perusahaan teknologi besar Apple, mulai bergerak mengembangkan...

Pendapatan Apple Naik 10%, Penjualan iPhone Tembus 3 Miliar Unit

Telko.id - Apple mengumumkan hasil keuangan kuartal III 2025...

ASUS Zenbook S16 OLED, Tipis dengan Performa AI Terbaik

Telko.id - ASUS resmi meluncurkan Zenbook S16 OLED (UM5606WA)...
Beranda blog Halaman 1537

CTI : Operator Seluler Akan Dapatkan Banyak Pemasukan di Era Big Data

0

Telko.id – Computrade Technology International (CTI) Group memprediksi bahwa para pemain di Industri Telekomunikasi Indonesia akan meraup banyak revenue dari fenomena Big Data seperti sekarang ini. Adalah Rachmat Gunawan, selaku Direktur CTI Group yang mengungkapkan bahwa banyak yang bisa dihasilkan oleh para pelaku Industri Telekomunikasi khususnya para operator seluler pada era Big Data ini.

“Telko adalah industri pertama yang bisa memanfaatkan fenomena Big Data, terutama para operator dengan data analitik pengguna yang mereka punya dan juga tentunya para vendor telekomunikasi yang ada di industri ini,” ucapnya kepada tim Telko.id di Jakarta (9/2).

Beberapa sumber pemasukan yang bisa didapatkan oleh para operator seluler di Indonesia erkait dengan tren ini diantaranya adalah data analitik, digital content, dan tentunya volume penggunaan data yang akan meningkat dari para pelanggan mereka, menurut CTI Group. Hadirnya kualitas jaringan yang semakin baik dan cepat, serta internet 4G yang semakin menjangkau seluruh wilayah Indonesia juga menjadi salah-satu modal utama bagi para operator dalam memainkan peran krusial mereka di era Big Data ini.

“Khusus di Industri Telekomunikasi, mereka dapat menjual data analitik dari para pelanggan mereka ke industri lain seperti asuransi untuk mendapatkan ‘insight’ para pengguna, mereka juga saat ini telah memulai dalam pengarapan digital content yang tentunya akan memberikan pemasukan lain bagi para operator disamping peningkatan penggunaan data dari konsumen mereka,” ucap Rahmat.

Sementara itu, berbicara mengenai mengenai kesiapan infrastruktur, pihak CTI Group menyebutkan banyak sekali perangkat atau infrastruktur IT yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan jika ingin bermain di era Big Data ini.

Bahkan, Suresh Nair, Managing Director Hitachi Data Systems Indonesia mengungkapkan, “Beberapa infrstuktur yang harus dimilii antara lain seperti, Storage, Hadoop Operating System, data warehouseing untuk memprovide social media dan lain-lain, dan kami melihat bahwa para operator di Indonesia sudah sangat siap dalam tren ini dan bahkan mereka telah memulainya sejak saat ini,” ucapnya kepada tim Telko.id.

Sementara itu, ketika disinggung mengenai tantangan utama di era Big Data yakni Cyber Security, Rahmat Gunawan menegaskan bahwa sanya CTI Group telah memiliki solusi untuk membantu mengatasi tantangan sekaligus ancaman di era Big Data ini.

“Jika berbicara mengenai Mobility, Cloud, Big Data, dan Social Media, tentunya securiy menjadi isu utama dalam tren ini, Pada acara Infrastructure Summit nanti, Kami aka membahas mengenai cyber security dan bagaimana mengamankan teknologi para klien dari kejahatan siber, kami juga akan menyediakan solusi untuk membantu klien kami me manage latform security yang mereka miliki,” tutupnya.

CTI Group Akan Kembali Gelar Infrastructure Summit

0

Telko.id – Computrade Technology International (CTI Group) selaku penyedia solusi infrastruktur IT, akan kembali menyelenggarakan seminar dan pameran infrastruktur TI di Indonesia. Kegiatan yang nantinya akan diselenggarakan pada 3 Maret 2016 mendatang.

Bertempat di salah satu cafe di kawasan Senayan City, Jakarta (9/2), CTI Group melangsungkan “kick off” untuk acara Infrastructure Summit 2016 tersebut.
Sekedar informasi, dengan teknologi mobiliti semua nya juga menjadi lebih mudah untuk berkomunikasi dan terintegrasi ke penyimpanan cloud sehingga memudahkan pengguna mengirimkan sesuatu.

Yang menjadi tantangan saat ini adalah bagaimana cara menganalisis data yang sangat melimpah seperti saat ini. Latar belakang fenomena inilah yang akhirnya diangkat menjadi tema untuk infrastruktur summit CTI tahun ini.

Rachmat Gunawan, Director CTI Group mengungkapkan, “saat ini kira-kira terdapat tiga miliar pengguna yang terhubung ke internet dan 2 miliar diantaranya terhubung ke sosial media, dunia saat ini juga sudah terkoneksi sedemikian rupa dan kita merasa seakan dunia ini menjadi lebih kecil,” ucapnya.

Ia menambahkan, digitalisasi bisnis telah menjadi faktor esensial dibalik prrtumbuhan bisnis. IDC juga memprediksi bahwa sekitar 60% prmimpin perusahaan di kawasan Asia Pasifik akan menempatkan transformasi digital sebagai strategi utama perusahaan pada 2017 mendatang.

Tahun ini, Tema CTI Infrastructure Summit 2016 adalah ‘Digitizing Your Business to Dicover New Market Opportunities’. Tema inu juga akan memfokuskan pada berbagai solusi TI terkini dan sharing best practice untuk membantu perusahaan mengakselerasi transformasi bisnis dari ranah tradisional menuju digital.

Dalam kegiatan ini juga di paparkan penelitian dari Capgemini mengenai perusahaan yang melakukan transformasi digital berhasil mendapatkan peningkatan sekitar 9% dalam segi pendapatan, 26 % profit, serta 12% dalam penilaian pasar terhadap perusahaan yang bersangkutan.

Rahmat juga mengungkapkan, ” Kami berharap CTI Group dapat menjadi mitra serta membantu perusahaan untuk mengakselerasi Digital Journey mereka,” ucapnya.
Tak lupa, Ia menyebutkan bahwa CTI IT Infrastrucutre Summit 2016bakan menghadirkan berbagai solusi teknologi terkini dan best practice yang dapat menjadi referensi bagi para profesional bisnis dan IT dalam melakukan transformasi digital secara lebih baik dan komperhensif.

Tahun ini, CTI Infrastructure Summit 2016 juga didukung oleh l3mbaga riset gartner dan juga berbagai vendor IT terkemuka seperti HDS Indonesia, IBM, Huawei, Double Take, Defenxor, Tableau, VMware, Dell serta Redhat.

Bagi para pekerja di bidang IT yang hendak melakukan registrasi dan mengikuti kegiatan ini, bisa langsung mengunjungi website mereka di www.itinfrastructuresummit.com.

Google Loon Akan Layani Masyarakat Sri Lanka Pada Maret 2016

0

Telko.id- Sri Lanka telah menandatangani kontrak satu tahun dengan Google untuk memulai uji coba penerbangan dari Project Loon, penelitian dan pengembangan proyek raksasa internet Bertujuan menyediakan akses broadband ke daerah-daerah terpencil dengan menggunakan balon ketinggian tinggi.

Seperti yang dikutip dari Cellular News, Menteri Telekomunikasi dan Digital Infrastruktur Sri Lanka, Harin Fernando menyebutkan bahwa pengujian skema Project Loon akan mulai akhir Februari 2016 dan akan memberikan internet gratis untuk Ratmalana, pinggiran Colombo. Lebih lanjut, Harin Fernando mengatakan bahwa, Google project Loon ini harus memulai layanannya pada bulan Maret 2016.

Untuk dapat meningkatkan jangkauan layanan internetnya, pemerintah Sri Lanka tidak perlu menginvestasikan uang dalam proyek. Cukup memberikan kontribusi dengan memberikan spectrum, pemerintah Sri Lanka akan mendapatkan 25 persen saham di sebuah perusahaan yang akan dibentuk dengan Google.

Dan kesempatan itu diambil oleh pemerintah Sri Lanka. Selanjutnya, pemerintah Sri Lanka juga akan berencana akan menawarkan 10% saham tersebut pada operator telekomunikasi lokal masuk dalam usaha patungan.

Balon ini akan berada di angkasa dua kali lebih tinggi dari pesawat komersial dan harus dapat bertahan diposisinya paling tidak selama 6 bulan sebelum melakukan pengisian kembali. Tujuannya adalah untuk menyiarkan konektivitas internet di wilayah yang luas dengan biaya rendah, meningkatkan cakupan di daerah pedesaan.

“Dengan adanya peningkatan akses Internet, harapannya akan memberikan perangsang bagi pertumbuhan ekonomi,” ujar Menteri Telekomunikasi dan Digital Infrastruktur Harin Fernando.

Menurut Fernando, di Sri Lanka baru 26 persen saja yang menggunakan internet dan berdasarkan hasil penelitian bahwa akses yang lebih besar adalah salah satu cara termudah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sebab, kenaikan 10% dari jumlah penduduk suatu Negara yang terhubung akan menambahkan 1,2 – 1,3% pertumbuhan ekonomi.

Balon Google ini akan melayang di lapisan stratosfer menggunakan sehingga mampu memberikan jangkauan nirkabel udara dengan kecepatan tinggi setara dengan 4G sehingga memungkinkan akses internet yang lebih cepat, lebih mudah dan lebih murah. (Icha)

Ekspansi, Ooredoo Myanmar Siapkan Dana Segar USD 300 Juta

0

Telko.id – Tahun 2016 baru juga dimulai, namun perusahaan Induk Indosat di luar sana, Ooredoo, tampaknya tidak mau berleha-leha. Ditandai dengan kesiapan perusahaan untuk memperluas kekuasaan di Myanmar. Tak tanggung-tanggung, dana segar sebesar USD 300 juta yang diperoleh dari dua institusi keuangan pun disiapkan perusahaan telekomunikasi yang berbasis di Qatar ini.

Adalah Asian Development Bank dan International Finance Corporation (IFC), dua institusi yang dimaksud itu. Keduanya masing-masing akan memberikan Ooredoo Myanmar dengan pinjaman sebesar USD 150 juta.

Ooredoo mengatakan pinjaman ini akan mendukung strateginya untuk pasar Myanmar, memungkinkan untuk mempercepat peluncuran infrastruktur.

“Kami bangga bahwa pemberi pinjaman terkenal di dunia seperti Asian Development Bank dan International Finance Corporation berpartisipasi dalam kesepakatan pendanaan dengan Ooredoo Myanmar untuk lebih memperluas jaringan dan distribusi kami di negara ini,” kata CEO Ooredoo Group, Saud Bin Nasser Al Thani, dalam sebuah pernyataan.

Ia menambahkan, kesepakatan pembiayaan ini menunjukkan komitmen Ooredoo di Myanmar dan potensi yang kuat dari Ooredoo Myanmar untuk mempercepat pengiriman jaringan dan layanan kepada rakyat Myanmar.

Diwartakan Total Telecom, Selasa (9/2), Ooredoo juga menjelaskan bahwa ada rencana aksi lingkungan dan sosial di Myanmar sebagai bagian dari persyaratan kesepakatan pembiayaan.

Ooredoo meluncurkan layanan di Myanmar pada bulan Agustus 2014, menjadi yang pertama dari dua operator asing – selain Telenor – untuk menggelar layanan mobile di pasar yang sangat terbelakang.

Pada akhir September 2015, lebih dari 13 bulan setelah peluncuran, perusahaan telah memiliki 4,8 juta pelanggan, naik dari 1 juta pelanggan di tahun sebelumnya.

Zuckerberg Kecewa India Blokir layanan Free Basics Facebook

0

Telko.id – Keputusan regulator India – Telecom Regulatory Authority (TRAI) – untuk memblokir aplikasi Free Basic milik Facebook akhirnya mendapat tanggapan dari Mark Zuckerberg. Pendiri Facebook tersebut mengaku kecewa dengan keputusan yang diambil pihak berwenang di negeri Bollywood itu.

Pada Senin sore, Mark Zuckerberg menanggapi keputusan yang dibuat oleh regulator India untuk melarang aplikasi besutannya itu, yang diklaim menawarkan akses internet terbatas untuk mereka yang ada di negara-negara berkembang. Langkah ini menyulut ‘perang’ antara Facebook dan TRAI, yang percaya bahwa Free Basic berkompromi dengan netralitas internet, gagasan bahwa pengguna internet harus diberikan akses yang sama terhadap semua konten.

Dalam sebuah posting Facebook yang membela Free Basic, Zuckerberg mengatakan bahwa menghubungkan India adalah tujuan penting yang tidak akan membuatnya menyerah, karena lebih dari satu miliar orang di India tidak memiliki akses ke Internet.

“Kami tahu bahwa menghubungkan mereka dapat membantu mengangkat orang dari kemiskinan, menciptakan jutaan lapangan kerja, dan menyebarkan kesempatan pendidikan. Kami peduli dengan orang-orang ini, dan itu sebabnya kami sangat berkomitmen untuk menghubungkan mereka,” katanya seperti dilansir Fast Company, Selasa (9/2).

Kontroversi seputar Free Basics adalah hasil dari kontrol yang dimiliki Facebook atas situs mana yang termasuk dalam aplikasi. Dengan kata lain, pengertian perusahaan mengenai pemberian akses gratis ke Internet kepada orang banyak adalah untuk menawarkan sebuah aplikasi yang hanya menampilkan konten yang disetujui atau diijinkan Facebook.

Untuk lebih jelasnya, berikut bunyi postingan Zuckerberg yang dimaksud:

Everyone in the world should have access to the Internet.

That’s why we launched Internet.org with so many different initiatives—including extending networks through solar-powered planes, satellites and lasers, providing free data access through Free Basics, reducing data use through apps, and empowering local entrepreneurs through Express Wi-Fi.

Today India’s telecom regulator decided to restrict programs that provide free access to data. This restricts one of Internet.org’s initiatives, Free Basics, as well as programs by other organizations that provide free access to data.

While we’re disappointed with today’s decision, I want to personally communicate that we are committed to keep working to break down barriers to connectivity in India and around the world. Internet.org has many initiatives, and we will keep working until everyone has access to the internet.

Our work with Internet.org around the world has already improved many people’s lives. More than 19 million people in 38 countries have been connected through our different programs.

Connecting India is an important goal we won’t give up on, because more than a billion people in India don’t have access to the Internet. We know that connecting them can help lift people out of poverty, create millions of jobs, and spread education opportunities. We care about these people, and that’s why we’re so committed to connecting them.

Our mission is to make the world more open and connected. That mission continues, and so does our commitment to India.

Pemerintah Buka Lagi Prakualifikasi Tender Palapa Ring Paket Timur

0

Telko.id – Beberapa waktu lalu, project Palapa Ring Paket Barat dan tengah sudah diputuskan oleh pemerintah. Ternyata, paket Timur tidak bisa bersamaan. Pasalnya, wilayah geografis dari paket Timur lebih kompleks. Selain itu, peserta tender yang terdahulu digugurkan karena belum memenuhi persyaratan.

Untuk kebutuhan proses tender ulang tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkomifo) melalui Panitia Pengadaan Badan Usaha Pelaksana membuka kembali prakualifikasi Tender Palapa Ring untuk Paket Indonesia Timur.

Proses pengadaan akan dilakukan sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur dan Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 19 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur.

Ruang lingkup Proyek meliputi pembiayaan, pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan infrastruktur jaringan tulang punggung serat optik di 35 kabupaten/kota di Indonesia sepanjang lebih kurang 6.224 km di darat dan di laut dengan perkiraan nilai proyek sebesar Rp 5,140 triliun.

Proyek ini merupakan Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dengan bentuk kerjasama Bangun-Milik-Guna-Serah selama 15 tahun. Proyek ditargetkan dapat menyalurkan layanan broadband ke pengguna akhir  dengan kecepatan transfer sekurang-kurangnya 10 Mbps di pedesaan dan 20 Mbps di perkotaan yang terintegrasi dengan jaringan milik penyelenggara jaringan telekomunikasi.

Paket Timur ini menjangkau wilayah Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua Barat dan Papua hingga pedalaman Papua. Sebagai informasi, peserta terdahulu yang mengikuti tender Palapa Ring paket timur ini adalah PT iForte Solusi Infotek, Konsorsium PT Matra Mandiri Prima-PT Hitachi High Technologies Indonesia-PT Partibandar Utama, Konsorsium Super Sistem Ultima-Huawei, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, dan PT Indosat Ooredoo Tbk yang membentuk konsorsium bersama PT XL Axiata Tbk. (Icha)

Keluhan Warga Australia Pada Industri Telko Turun 13 Persen

0

Telko.id – Sebuah laporan terbaru yang merinci jumlah keluhan terhadap jaringan tetap, mobile dan internet diterima Telecommunications Industry Ombudsman (TIO) balum lama ini, sebagai proporsi jasa telekomunikasi dalam operasi (SIO). Di sini, ditunjukkan bahwa ada penurunan hampir 13 persen secara keseluruhan dalam hal keluhan.

Dalam laporan Telecommunications Complaints In Context – sebuah laporan kuartalan yang diterbitkan bersama-sama oleh TIO dan Communications Alliance – diketahui bahwa total keluhan per 10.000 SIO untuk semua perusahaan telekomunikasi yang berpartisipasi adalah 4,8 di kuartal Desember 2015. Hal ini menunjukkan penurunan dari 12,7 persen dibandingkan Juli-September 2015.

Amaysim menduduki posisi teratas dengan hanya 0,7 keluhan per 10.000 SIO – turun 22 per sejak kuartal sebelumnya, dan enam kali lebih baik dari rata-rata industri.

Di bawah Amaysim, ada perusahaan telekomunikasi Australia lainnya, yakni Pivotel, yang menerima 0,8 keluhan per 10.000 SIO.

Telstra dan Vodafone mencatat hasil terbaik mereka sejak September 2013, dengan masing-masing mencatat 4,9 dan 3,5 keluhan per 10.000 SIO.

Optus melihat hasil terbaiknya dalam hampir setahun, menerima 5,9 keluhan per 10.000 SIO pada Oktober-Desember 2015. Hasil ini hanya sedikit lebih tinggi daripada periode yang sama tahun sebelumnya (5,4).

“Peningkatan berkelanjutan dalam kinerja pelayanan pelanggan antara perusahaan yang berpartisipasi, konsisten dengan penurunan yang secara signifikan terjadi dalam keluhan ke TIO selama tiga tahun terakhir,” CEO Communications Alliance, John Stanton, menggarisbawahi.

Telecommunication Industry Acting Ombudsman, Diane Carmody mengatakan “Peningkatan berkelanjutan di antara penyedia layanan ini adalah berita baik bagi konsumen.”

Laporan Complains in Context pertama mempublikasikan data dari Juli hingga September 2013. Pada saat itu, ada 7,9 TIO keluhan per 10.000 SIO untuk semua penyedia yang berpartisipasi. Demikian dilaporkan Gizmodo Australia, Selasa (9/2).

Ternyata, Wi-Fi di Gedung Putih Pun Sama Menjengkelkannya

0

Telko.id – Sebagian dari Anda mungkin berpikir, negara sehebat Amerika Serikat yang menjadi basis dari sejumlah raksasa internet dunia pasti akan memiliki kualitas internet di atas rata-rata. Paling tidak, lebih baik dibanding beberapa negara lainnya, termasuk kita yang ada di Indonesia. Tapi, tahukah Anda bahwa anggapan itu ternyata tidak benar? Lepas dari kecepatan LTE negara super power ini yang menduduki peringkat 55 dunia, Wi-Fi di kebanyakan rumah di AS juga tak bisa dibilang istimewa, tak terkecuali yang ada di Gedung Putih.

Hal ini sebagaimana diungkapkan Presiden Obama baru-baru ini, dimana ia mengungkapkan bahwa Wi-Fi di Gedung Putih sama tidak istimewanya dengan Wi-Fi yang ada di rumah-rumah kebanyakan. Beberapa alasan pun diungkap sang presiden terkait kecepatan yang tidak semestinya ini. Salah satunya terkait fakta bahwa Gedung Putih adalah sebuah bangunan tua.

“Karena ini merupakan bangunan tua, maka ada banyak dead spot dimana Wi-Fi tidak bekerja,” katanya.

Obama juga mengatakan bahwa keluarganya juga merasa tidak senang dengan Wi-Fi yang lelet tersebut.

“Anak-anak kadang-kadang merasa jengkel dengan itu,” tambah Michelle Obama seperti dilansir dari Ubergizmo, Selasa (9/2).

Bisa dimengerti mengapa Gedung Putih memiliki jenis Wi-Fi yang menjengkelkan, karena ini memang benar-benar sebuah bangunan tua, tetapi mengingat ini adalah kediaman orang nomor satu di negara yang diklaim memiliki teknologi paling maju di dunia, isu seperti ini harusnya tidak bisa dibiarkan dan harus segera diatasi. Benarkan Mr Obama?

Tahun 2020, pasar Router Inti Akan Meningkat tajam

Telko.id – Jumlah permintaan dari penyedia layanan pasar router inti diperkirakan akan meningkat menjadi $ 3,4 miliar pada tahun 2020 mendatang, dengan pengiriman port 100 GE memacu pertumbuhan, menurut Dell’Oro Group.

Penyebaran dari port 100 GE yang signifikan ini didorong oleh peningkatan lalu lintas IP dan ketersediaan kapasitas line cards yang lebih tinggi. Sementara itu, harga dari 100 GE menurun secara signifikan pada tahun 2015 karena adanya pergeseran campuran dalam jenis router untuk 100 port GE yang terpasang.

Alam Tamboli, analis senior di Dell’Oro Group, mengatakan: “Sebelumnya, 100 GE terutama diinstal pada router inti high-end dan sekarang lebih sedang diinstal pada router yang relatif lebih rendah dari router sebelumnya,” seperti dikutip dari TelecomLead (9/2).

Bukan hanya itu, laporan ini juga menyebutkan bahwa optik canggih di CFP2 dan CPAK telah diturunkan harganya pada port 100 GE dan akan menyebabkan penurunan pada harga jual 100 GE dengan harga per bit ditransmisikan di bawah 10 GE pada tahun 2018 mendatang.

Sementara itu, industri telekomunikasi global mengharapkan bahwa port 100 GE akan bergeser dari penyebaran backbone inti dan menjadi penyebaran inti metro, hal ini juga ikut mendorong permintaan pasar dengan patokan harga untuk produk ini menjadi lebih terjangkau.

Dell’Oro Group sebelumnya juga meramalkan bahwa pasar Mobile Backhaul Transportasi, yang terdiri dari sistem backhaul nirkabel dan serat / tembaga, akan mendorong pertumbuhan sebesar $ 5,3 miliar per tahun selama lima tahun ke depan sebagai kenaikan jangka pendek dalam peralatan backhaul nirkabel akan memberikan energi ke pasar peralatan transmisi Microwave.

Kemudian, Small cell backhaul akan memberikan kontribusi sekitar 25 persen dari pendapatan Mobile Backhaul Transportasi pada tahun 2020. Permintaan untuk Microwave Transmission transceiver radio yang biasa digunakan dalam sejumlah aplikasi termasuk radio mobile juga diperkirakan akan tumbuh pada tingkat tahunan rata-rata 8 persen hingga tahun 2020.

Panggilan VoLte Bisa Berkali Lipat Dari Voice 2G?

Telko.id – Jumlah panggilan melalui VoLte bisa empat sampai lima kali lebih tinggi dari panggilan pada 2G atau 3G, hal tersebut seperti yang diungkapkan pada penelitian oleh Amdocs.

Namun, kualitas layanan VoLTE kemungkinan akan kurang stabil dibandingkan dengan layanan suara tradisional seperti 2G dan 3G.

Dilansir dari Telecom lead (9/2), Laporan tersebut mengatakan ada kebutuhan bagi tiap operator telekomunikasi untuk pertimbangan dalam hal mengoptimalkan radio akses jaringan (RAN) mereka.

Penelitian tentang VoLTE ini didasarkan pada analisis di lebih dari 25 juta koneksi suara dan data yang dihasilkan oleh 80 operator jaringan yang berbeda di seluruh dunia dalam 12 bulan terakhir.

Sementara itu, volume penggunaan data mobile tumbuh sekitar 60 persen secara year-on-year. Dengan hanya 5 sampai 15 persen lalu lintas Wi-Fi melalui perangkat mobile yang mampu secara akurat digambarkan sebagai Wi-Fi offload, selain itu, penyedia layanan harus menyediakan lebih banyak lalu lintas dari jaringan selular ke jaringan Wi-Fi.

Selama lonjakan traffik, pengguna dalam ruangan menghadapi peningkatan sebanyak 25 persen dalam masalah jaringan dibandingkan dengan pengguna di luar ruangan. Operator telekomunikasi secara efektif dapat menargetkan upaya optimalisasi jaringan di daerah-daerah masalah ini untuk memberikan kualitas pengalaman jaringan yang konsisten kepada pengguna mereka.

Riset ini juga menyebutkan bahwa SMS masih menjadi aplikasi pembunuh dengan rata-rata 70 persen dari penonton di acara konser atau acara olahraga mengirimkan setidaknya satu pesan teks selama acara berlangsung, tentunya hal ini dapat menyebabkan lonjakan pada penggunaan jaringan. Hal ini juga menjadikan kebutuhan untuk mengelola kapasitas jaringan selama acara, dengan sel jaringan sekitar lokasi acara ini membawa sekitar 50 persen lalu lintas lebih dari sel-sel di dalam stadion. Sementara itu, roaming internasional juga meng-upload hampir 50 persen lebih banyak data sementara pada event tersebut ketimbang non-roaming.

Terlepas dari kenyataan bahwa roaming internasional dapat menawarkan operator telekomunikasi pendapatan lebih besar dari penggunaan berbasis lokal, pengalaman jaringan mereka juga bisa menurun dan sampai 25 persen lebih buruk.

Lalu, apa solusi yang disarankan oleh Amdocs? Ann Hatchell, kepala pemasaran jaringan di Amdocs, mengatakan, dengan memanfaatkan software RAN, penyedia layanan mendapatkan efisiensi operasional dan meningkatkan kelincahan layanan dengan pendekatan vendor secara netral dan terpusat. Hal ini memungkinkan perusahaan telekomunikasi untuk mengoptimalkan kualitas pengalaman, bahkan pada saat terjadi “kemacetan” jaringan.

Amdocs sendiri merupakan perusahaan IT yang berfokus pada layanan billing system dan CRM asal Israel. Perusahaaan IT ini juga sempat membuat heboh Indonesia ketika mereka menjalin kerjasama dengan Telkomsel. Seperti diketahui, saat itu Indonesia tidak memiliki hubungan bilateral dengan Israel.