spot_img
Latest Phone

Bocoran Samsung Galaxy Watch8: Desain Baru, Tapi Kecepatan Isi Daya Masih Sama?

Telko.id - Bocoran resmi dari sertifikasi 3C di China...

Garmin Instinct 3 Tactical Edition: Smartwatch Tangguh untuk Misi Ekstrem

Telko.id - Garmin baru saja menghadirkan Instinct 3 –...

ASUS Vivobook S14: Laptop AI 45+ TOPS untuk Produktivitas Tanpa Batas

Telko.id - ASUS Vivobook S14 (S3407QA), laptop terbaru yang...

Garmin vívoactive 6, Tak Sekadar Pintar, Dukung Gaya Hidup Aktif dan Tampil Lebih Gaya

Telko.id - Garmin Indonesia memperkenalkan vívoactive 6, smartwatch wellness...

Lebih Bugar Setelah Lebaran dengan Smartwatch Garmin

Telko.id - Pernahkah Anda merasa tubuh terasa berat dan...
Beranda blog Halaman 1538

Indocomtech Bawa Internet of Things ke JCC

0

Jakarta – Ajang pameran komputer Indocomtech 2015 kembali digelar di Jakarta, Rabu (28/10). Bertempat di Hall B Jakarta Convention Center, Senayan, ajang ini tak hanya memungkinkan pengunjung berburu komputer dan aksesorisnya, tetapi juga beragam gadget menarik lain, mulai dari smartphone hingga memory card.

Kali ini, Indocomtech 2015 mengangkat tema “Internet of Things.” Hal ini sejalan dengan kian hangatnya topik tersebut melanda tak hanya Indonesia, tetapi juga seluruh dunia.

Tak heran, berbagai produk yang mendukung IoT, seperti smartphone, smartwatch, smarthome hingga perangkat wearable lainnya yang terkoneksi dengan internet dijajakan di sini.

Seperti diketahui, saat ini pangsa pasar komputer terlihat lesu. Hal ini disebabkan oleh terjadinya migrasi dari yang tadinya perangkat konsumer menjadi perangkat cloud computing. Migrasi ini disebabkan karena perangkat mobile telah mengalami kemajuan dalam hal teknologi dan migrasi ini sekaligus mempertegas penerapan Internet of Things di Indonesia.

Untuk tahun ini, pihak penyelenggara menargetkan pengunjung sebanyak 250 ribu pengunjung dengan total transaksi sebesar 650 Miliar.

Seiring dengan berkembangnya jaringan 4G di Indonesia, produk smartphone yang mendukung jaringan 4G pun dirasa menjadi salah satu buruan utama para pengunjung.

Kegiatan tahun ini juga dilengkapi dengan program Pop Conference yang bertujuan untuk memberikan edukasi kepada para pengunjung dengan tema Smart People – Creative Idea.

Indocomtech 2015 diselenggarakan mulai dari tanggal 28 Oktober sampai 1 November 2015. Sementara untuk harga tiket, pada pengguna akan dikenakan biaya Rp. 15.000 pada hari kerja, dan Rp 20.000 pada akhir pekan. [AK/IF]

XL Catat Pertumbuhan Pendapatan 4%, EBITDA Naik 10%

0

Jakarta – PT XL Axiata Tbk (XL) mengumumkan hasil kinerja perusahaan dalam periode 9 bulan pertama tahun ini (9M 2015), yang berakhir pada 30 September 2015. Dari sini diketahui bahwa pada triwulan ke-3 tahun 2015, perusahaan mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 4% QoQ, yang didorong oleh pertumbuhan pendapatan pada bisnis utama 5% QoQ, dengan kinerja yang solid baik pada layanan voice (naik 11% QoQ), maupun layanan Data (naik sampai 5% QoQ).

Peningkatan terbesar ada pada Laba Sebelum Bunga, Pajak, Depresiasi dan Amortisasi (EBITDA) yang meningkat 10% QoQ menjadi Rp 2,2 triliun, yang mendorong EBITDA margin sebesar 38% sampai 2 poin persentase QoQ. Peningkatan ini terutama sebagai dampak positif dari kebijakan menyangkut penataan  basis pelanggan untuk lebih fokus pada pelanggan yang lebih menguntungkan selain juga guna meningkatkan profitabilitas portofolio produk.

XL terus fokus pada upaya menjadi pemimpin dalam layanan internet mobile di Indonesia. Sejalan dengan tujuan ini, serta meningkatnya kepemilikan ponsel data dan penggunaannya, telah mendorong pertumbuhan yang signifikan pada lalu lintas (trafic) data. Trafic data tumbuh 52% YoY dalam periode 9 bulan pertama 2015 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu dengan total pengguna data 20 juta atau 49% dari total basis pelanggan.

Pertumbuhan smartphone juga telah berhasil mendorong peningkatan penggunaan layanan data di Indonesia. Penetrasi smartphone XL telah meningkat menjadi sebesar 39% dari keseluruhan pelanggan per akhir periode 9M 2015. Pengguna smartphone XL tumbuh 7% YoY dan mencapai 15,6 juta pengguna.

Pada kuartal tersebut, XL memperkenalkan kampanye pemasaran yang cukup sukses, bertajuk “60 Mazda, 60 Hari, 60 Pemenang” untuk meningkatkan dan mendorong isi ulang pulsa pelanggan. Selanjutnya, XL juga telah mengenalkan program “Harga Pas” untuk penjualan pulsa melalui mini market seperti Indomaret dan 7-Eleven guna meningkatkan aktivitas distribusi melalui saluran modern.

Di ranah 4G, XL juga terus mendorong adopsi ponsel di jaringan ini oleh pelanggan sesuai dengan agenda transformasi yang menargetkan pelanggan dengan nilai yang lebih tinggi. Untuk itu, XL juga menawarkan berbagai pilihan jenis smartphone melalui program bundling dengan Samsung, Xiaomi, Alcatel, Lenovo, LG, dan Sharp.

Program 4G LTE adalah bagian penting dari strategi XL untuk menjadi yang terdepan dalam layanan mobile internet sekaligus upaya memenuhi kebutuhan pelanggan atas layanan internet berkecepatan tinggi.

Saat ini XL memiliki 1.018 BTS 4G hingga 9M 2015 sebagai bagian upaya XL dalam meningkatkan cakupan wilayah layanan 4G LTE dalam menyongsong peluncuran komersialisasi layanan 4G LTE. XL juga terus berinvestasi dalam usaha meningkatkan kualitas jaringan dan perluasan jangkauan melalui pembangunan hampir 18.000 BTS 3G hingga akhir 9M 2015. Dengan demikian, saat ini total BTS XL mencapai ke 56.300.

Sepanjang periode 9M 2015, XL telah membelanjakan Rp 3 triliun belanja modal (capex) untuk memperluas infrastruktur layanan data dan layanan seluler, dengan menggunakan dana internal. Total hutang XL menurun menjadi Rp 27.0 triliun dari Rp 30.4 triliun pada akhir sembilan bulan pertama tahun sebelumnya sementara Hutang Bersih / EBITDA sedikit berkurang dari 3.2x ke 2,8X.

Untuk periode 9M 15, XL mencatat rugi bersih sebesar Rp 506 miliar, terutama disebabkan oleh forex sebagai dampak dari penguatan USD. Menyesuaikan dampak tersebut, XL akan mencatatkan laba bersih yang dinormalisasi sebesar Rp 74 miliar.

Kami menyadari sepenuhnya konsekuensi atas kondisi perekonomian global terhadap perusahaan, termasuk yang terkait dengan pinjaman XL dalam mata uang asing. Dengan penyelesaian semua pinjaman dalam US Dollar yang tidak di-hedge, kami berharap beban perusahaan menjadi berkurang, dan dapat mendukung kinerja XL ke depan,” ungkap Dian Siswarini, Presiden Direktur XL dalam keterangan tertulisnya, Rabu (28/10).

Ericsson dan Giesecke & Devrient Kerjasama end-to-end Remote SIM

0

Jakarta – Ericsson dan Giesecke & Devrient (G&D), yang bermarkas di Munich, Germany, telah bekerjasama untuk membawa layanan pengelolaan end-to-end remote SIM. Layanan tersebut akan dibawa melalui Device Connection Platform (DCP), platform Internet of Things/M2M terkemuka dari Ericsson dan platform pengelolaan langganan SmartTrust AirOn dari G&D.

Integrasi dari kedua platform tersebut akan memungkinkan penyediaan dan pengelolaan profil dan kebijakan embedded SIM jarak jauh melalui proses keamanan yang tinggi. Hasilnya, operator dengan DCP-hosted akan dapat mengatur konektivitas embedded SIM secara remote sebagai bagian dari solusi global dari Internet of Things/M2M dan akan diposisikan dengan baik untuk mengembangkan kemitraan yang inovatif dengan original equipment manufacturers (OEMs).

Dalam waktu yang bersamaan, perusahaan dan OEM dapat mengatur perangkat dengan embedded SIM beberapa operator melalui siklus hidup sebuah perangkat, mulai dari proses perakitan sampai siap dikirimkan ke pasar.

Layanan ini akan diberikan menurut spesifikasi embedded SIM dengan standar industri dari GSMA.

Mirela Juravle, Head of M2M Project, INDOSAT mengatakan: “Dengan remote subscription management PoC dalam kemitraan dengan Ericsson dan G&D, Indosat menjadi satu- satunya operator di Indonesia untuk mempertunjukkan teknologi yang inovatif dan memperlihatkan komitmennya untuk menyediakan layanan yang mempermudah penyebaran global M2M di Indonesia dan Asia Tenggara. Memiliki tim ahli IoT/M2M yang terdedikasi, ambisi Indosat untuk menawarkan solusi M2M yang dapat dikombinasikan untuk menawarkan pendekatan yang fleksibel dari konektivitas M2M, konektivitas yang dikelola melalui solusi one-stop-shop untuk konsumen M2M local dan global”.

Anders Olin, Vice President, Network Functions, Ericsson, mengatakan: “Remote management and provisioning sangat penting untuk membangun ekosistem M2M global yang dapat memberikan keuntungan kepada individu, bisnis dan masyarakat. Dengan mengaktifkan kapabilitas dan meminimalisir kompleksitas dari pengaturan perangkat yang terhubung di seluruh dunia, kemitraan kami dengan G&D membawa pengalaman yang tak tertandingi untuk operator, OEM dan perusahaan dalam mengeksplorasi Networked Society.”

Carsten Ahrens, Vice President, Telecommunications Division, G&D, mengatakan: “Kami menghargai kemitraan dengan Ericsson yang mengkombinasikan Device Connection Platform dengan kemampuan manajemen langganan yang sangat aman melalui SmartTrust AirOn dari G&D. G&D merupakan pemimpin pasar dalam mengelolaan langganan dan kami telah mengembangkan sebuah solusi berdasarkan layanan yang dikelola oleh para profesional yang pada hari ini telah mengatur 2 miliar SIM dan beberapa tipe perangkat komunikasi over-the-air dalam berbagai kasus penggunaan.“ (Icha)

Strategi Apple di Internet of Things

0

Jakarta – Begitu disebut, nama Apple begitu menggetarkan para pemain device saat ini. Bagaimana tidak, setiap produk yang bakal diluncurkan pasti saja banyak menunggu, bahkan rela antri untuk mendapatkannya. Siapa yang tidak iri? Lalu, bagaimana Apple melihat masa depannya? Terutama yang berkenaan dengan Internet of Things?

Saat ini Apple sudah mulai perlahan bergeser ke Internet of Things. Perusahaan Amerika ini melihat ada 3 peluang besar yang akan menjadi sumber pemasukan barunya.

Jika melihat masa depan Internet of Things, Apple juga sudah mengetahui hal tersebut. Seperti yang diperkirakan oleh Cisco bahwa pada 2025 akan terdapat 50 milliar device yang memiliki kemampuan Internet of Things. Bahkan IDC research memperkirakan pada 5 tahun mendatang, Internet of Things ini akan memberikan pemasukan hingga $ 7 Triliun. Paling tidak, Apple sendiri akan memiliki 1.9 miliar device yang saling terhubung dan akan menghadilkan revenue $490 miliar pada tahun 2019 mendatang.

Lalu, tiga peluang besar seperti apa yang menjadi perhatian Apple?

Apple Connected Home

Salah satu strategi Apple adalah Connected Home. Saat ini, diperkirakan ada sekitar 200 juta rumah yang saling terhubung di seluruh dunia. Kondisi ini akan meningkat tajam hingga akan mencapai 700 juta rumah yang terhubung pad atahun 2020.

Apple memiliki Homekit yang akan mampu melakukan control secara otomatis pengaturan suhu, lampu, keamanan, kunci pintu, dan lainnya. Kontrol tersebut dapat dilakukan semuanya melalui iPhone atau iPad.

Hanya saja diperlukan platform tertentu yang mampu dibaca oleh semua device yang terhubung terssebut. Nah, Apple saat ini sedang menggodok plaftorm tersebut. Perusahaan ini masih belum membuka pada public tentang platform tersebut. Yang pasti, Apple berjanji bahwa device akan tetap menjadi komponen utama dalam layanan Apple Connected Home ini.

Apple on The Road

Jumlah kendaraan roda empat di dunia saat ini begitu banyak sehingga membuat macet jalanan. Dan jumlah tersebut akan terus meningkat. Diperkirakan pad tahun 2020 akan terdapat 200 juta mobil di jalanan. Di mana satu dengan yang lain akan share informasi tentang kondisi jalan atau mengirimkan data.

Apple sebenarnya sudah mulai ‘menyentuh’ indutsri otomotif ini. Hanya saja masih belum terekplorasi lebih dalam. Apple masuk melalui Car Play. Berdasarkan informasi yang dikutip dari The Street Journal, Apple akan memiliki produk mobil sendiri pada tahun 2019.

Saat ini, Apple sudah mulai melakukan recruitment para ahli otomotif untuk dimasukan dalam jajaran karyawannya. Bahkan, Apple sendiri saat ini sudah membeli bangunan seharga $ 138.000.000 di wilayah San Jose. lokasi ini akan menjadi tempat perakitan Apple. Bahkan sudah dilengkapi dengan garasi yang akan dipenuhi oleh kendaraan test. Bangunan baru ini pun akan dihuni oleh ratusan karyawannya yang bekerja untuk project otomotif dan diberi nama ‘Titan.

Kemungkinan besar, base camp ‘Titan’ ini nantinya akan berada perusahaan otomotif i3 yang memproduksi mobil listrik. Namun, hingga saat ini, ke dua perusahaan tersebut belum ada deal yang nyata.

Project ‘Titan’ ini sebenarnya sudah di approved oleh Tim Cook, CEO Apple beberapa tahun lalu. Kemudian dikerjakan oleh Steve Zadesky, Vice President Apple. Sejak itulah, Apple merekrut 600 karyawan yang dimasukan dalam tim. Ke depan, jumlah nya akan menjadi tiga kali lipat.

Apple Wearable

Apple juga fokus mengembangkan sesuatu yang dapat dipakai dengan IoT. Salah yang sudah diciptakan adalah smart watches. Produk ini memberikan pengalaman baru bagi konsumennya dalam mengirim informasi dan tracking kesehatan secara individual. Ke depan, Smart watches ini akan menjadi identitas bagi seseorang, sebagai dompet, bahkan pemantau yang akan bekerja 24 jam selama seminggu tanpa jeda.

Saat ini, menurut BI Inteligent, Smart watch Apple sudah leading. Dan pada 4 tahun ke depan akan menjadi pemain utama di Smart Watch.

Dan, bukan hanya smart watch saja yang dikembangkan oleh Apple. Peralatan lain yang berada di di rumah, mobil, rumah sakit dan lainnya akan terus hadir sehingga IoT pun menjadi pemandangan biasa nantinya. (Icha)

Siap akan 4G, Indosat Mulai Menggandeng Vendor Smartphone

0

Jakarta – Indosat tampaknya sudah sangat siap dalam menyambut teknologi 4G LTE di Indonesia. Terbukti, operator terbesar kedua di tanah air ini mulai menyasar beberapa vendor untuk diajak bekerjasama. Dalam hal ini, apalagi kalau bukan terkait penyediaan layanan untuk smartphone 4G.

Ditemui dalam acara peluncuran smartphone baru Lenovo di Jakarta, Selasa (27/10), Muhammad Farid, Division Head Device Management Indosat mengungkapkan kesiapan Indosat terkait 4G.

“Indosat adalah operator yang paling siap untuk jaringan 4G. Kami juga telah menggelar 4G secara komersial pada frekuensi 900 Mhz di beberapa kota-kota besar di Indonesia,” tuturnya.

Guna memenuhi ekosistem 4G, Indosat pun bekerjasama dengan beberapa vendor smartphone di Indonesia untuk menghadirkan smartphone 4G yang berjalan di frekuensi 1800 Mhz dengan harga yang terjangkau.

Bermunculannya smartphone 4G LTE dengan harga yang terjangkau akan semakin banyak di pasar Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara belum lama ini, yang menyatakan akan segera hadir smartphone 4G murah pada November mendatang.

Yang paling baru adalah Indosat telah bekerjasama dengan Lenovo guna menghadirkan smartphone Lenovo Vibe P1m, yang dibanderol dengan harga Rp2.099.000.

Sebelumnya, Indosat juga telah menggandeng Samsung untuk menghadirkan smartphone berteknologi 4G LTE untuk para pelanggan mereka. Bukan hanya itu, mereka juga telah mengandeng vendor smartphone lokal yaitu Polytron guna menghadirkan Zap 5 dengan harga satu jutaan.

Faried menambahkan, Indosat juga sudah sangat siap dengan dua jaringan 4G mereka, yakni pada pita frekuensi 900 Mhz dan 1800 Mhz. Ia juga mengungkapkan akan ada kemungkinan untuk melakukan carrier agregation seperti pada jaringan 3G mereka. [AK/IF]

 

Dukung Ekosistem 4G Tanah Air, Lenovo Hadirkan Vibe P1m

0

Jakarta – Lenovo sebagai salah satu vendor smartphone yang sedang naik daun di Indonesia kembali meluncurkan sebuah smartphone dengan kapasitas baterai jumbo.

Hadirnya smartphone yang diberi nama Lenovo Vibe P1m di Indonesia ini juga sekaligus menandai peran serta Lenovo dalam menunjang ekosistem 4G LTE di Indonesia. Seperti diketahui, saat ini Refarming 4G untuk frekuensi 1800 hampir selesai dan setidaknya pada November nanti masyarakat Indonesia dapat menikmati jaringan super cepat LTE secara maksimal.

Anvid Erdian, selaku perwakilan dari Lenovo Indonesia mengungkapkan, “Lenovo Vibe P1m ini sangat support dengan semua jaringan FDD di Indonesia, namun untuk jaringan TDD, Vibe P1m tidak masuk ke Indonesia,” tuturnya di sela-sela peluncuran Lenovo Vibe P1m di Jakarta, Selasa (27/10).

Sementara itu, hadirnya smartphone ini juga semakin memperkuat komitmen Lenovo untuk menyasar ekosistem 4G. Adrie R. Suhadi selaku Country Head Smartphone Division Lenvo Indonesia mengungkapkan,  “Vibe P1m adalah salah satu smartphone 4G terjangkau dari Lenovo dan ke depannya kami akan menghadirkan smartphone 4G dengan lebih terjangkau lagi.”

Sebagai informasi, Lenovo juga merajai pasar 4G di tanah air dengan total market share sebesar 19%. Hasil tersebut berdasarkan laporan dari IDC.

Lenovo juga menggandeng Indosat sebagai operator penyelenggara jaringan 4G LTE di Indonesia. Hal tersebut dimaksudkan agar konsumen Lenovo dapat menikmati pengalaman jaringan 4G LTE dengan sangat baik.

Muhammad Farid, Selaku Division Head Device managment Indosat mengungkapkan, ” Kami menanggapi sangat baik atas kerjasama ini. Indosat juga merupakan operator yang paling siap dengan teknologi tersebut.”

Ia juga menambahkan bahwa kartu SIM yang diberikan pada program bundling ini adalah kartu SIM yang sudah mendukung jaringan 4G Indosat. Sehingga para pengguna tidak perlu lagi mengganti kartu mereka dengan kartu 4G ketika program refarming ini telah selesai diselenggarakan.

Mengenai ketersediaan, perangkat ini sudah bisa dipesan pada channel e-commerce Blibli.com setiap hari Rabu, mulai 28 Oktober – 25 November. Pelanggan juga akan mendapatan harga khusus yakni Rp1.899.000,- dari harga normalnya yaitu Rp2.099.000,-. Selain itu, pelanggan juga akan menapatkan bonus kuota internet 6GB dan kartu SIM 4G dari Indosat.

Tigkatkan Kecepatan 5G, FCC Fokus Pada Frekuensi Tingkat Tinggi

0

Jakarta – FCC atau Federal Communication Commission telah mengumumkan rencana untuk membuat penggunaan spektrum frekuensi yang sangat tinggi di jaringan mobile 5G.

Pada pertemuan FCC minggu ini diusulkan skema baru yang bisa memperluas kecepatan dan kapasitas 5G dengan menciptakan interpretasi jaringan yang lebih fleksibel sesuai dengan aturan layanan untuk frekuensi di 28GHz, 37GHz, 39GHz dan 64-71GHz. Hal ini juga diusulkan untuk mencari komentar publik pada band-band lain di atas 24GHz yang juga bisa digunakan.

Skema ini bisa membuat frekuensi tersebut mencapai kecepatan minimal 1Gbps dan mungkin sampai 10Gbps.

Menurut Komisaris FCC, Mignon Clyburn, Jika aturan tersebut disahkan, maka anggota industri ini akan memiliki lisensi untuk penelitian guna memecahkan keterbatasan blocking jarak sinyal dan hambatan fisik.

Dilansir dari Telecoms, Selasa (27/10), sampai dengan saat ini jaringan 28GHz dan jaringan di atasnya dianggap tidak memenuhi sarat oleh para penyedia layanan internet karena panjang gelombang yang terlalu pendek dan kerugian propagasi sinyal yang terlalu tinggi.

Namun, Clyburn mengatakan perangkat 5G di masa depan akan menggunakan spektrum di bawah 1GHz yang bila dikombinasikan dengan spektrum frekuensi tinggi, akan membantu operator membuat cakupan yang lebih luas dan kecepatan yang lebih tinggi.

FCC bermaksud akan mengotorisasi spektrum yang tak berlisensi dan akan dipertimbangkan sebagai standar jaringan 5G bersama dengan delegasi Amerika Serikat di Jenewa. [AK/IF]

Awal 2016, Inggris Lelang Spektrum 2,3 GHz dan 3,4 GHz

0

Jakarta – Ofcom, selaku badan regulasi komunikasi Inggris telah mengkonfirmasi rencana untuk merilis pilihan frekuensi berkapasitas tinggi bagi penyedia layanan mobile broadband secara lelang pada awal 2016 mendatang.

Pada lelang tersebut, Ofcom akan memprioritaskan kepada mereka yang paling efisien dalam menggunakan spektrum dan juga tidak memblokir operator lain yang membeli blok spektrum yang berdekatan dengan spektrum tersebut.

Dilansir dari Telecoms, Selasa (27/10), pada awal 2016 nanti sebanyak 190 MHz spektrum berkapasitas tinggi akan tersedia di dua band yakni 2,3 GHz dan 3,4 GHz. Spektrum kapasitas tinggi ini sejatinya cocok untuk menampung arus data dalam jumlah besar.

Ofcom menyebutkan, hal ini akan menjadi sebuah kemajuan yang besar dalam kapasitas mobile broadband setidaknya sejak 2013 silam ketika mereka merilis tiga perempat dari spektrum untuk lelang 4G.

Ofcom juga akan bersikap adil dan transparan pada pelelangan ini, mereka mengusulkan untuk melelang spektrum sebanyak 10 MHz untuk frekuensi 2,3 GHz dan 5 MHz untuk frekuensi 3.4 GHz.

Sekedar informasi, di pasaran terdapat banyak handset mobile dari pemain besar seperti Apple iPhone 6, HTC Desire dan Samsung Galaxy yang sudah kompatibel dengan spektrum 2,3 GHz.

Sejatinya frekuensi tersebut saat ini digunakan untuk jaringan mobile broadband 4G berkecepatan tinggi di sepuluh negara di luar Eropa, termasuk Cina, India dan Australia.

Sementara itu, frekuensi 3,4 GHz saat ini sedang digunakan untuk broadband nirkabel berteknologi 4G di enam negara termasuk Inggris, Kanada dan Spanyol.

“Lelang ini merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa Inggris memiliki kemampuan nirkabel guna memberikan dan mendukung teknologi baru,” tutur Philip Marnick selaku Director Ofcom Spectrum Group.

Marnick juga menambahkan lelang ini merupakan bagian dari rencana mereka untuk memenuhi permintaan dengan menyediakan spektrum baru yang juga bisa digunakan untuk kebutuhan yang berbeda. [AK/IF]

Lewat XmartVillage 2.0, XL Sukses Berdayakan Potensi Ekonomi Desa

0

Jakarta – Upaya PT XL Axiata Tbk (XL) untuk terus mengembangkan program pemberdayaan potensi lingkungan dan ekonomi pedesaan melalui program XmartVillage terus berlanjut. Melalui program XmartVillage 2.0 yang telah diterapkan sejak Januari 2015 lalu di Desa Lamajang, Kabupaten Bandung dan Desa Cipacing, Kabupaten Sumedang, operator selular ini terbukti mampu mendorong masyarakat pedesaan dalam memberdayakan potensi desanya secara lebih maksimal dengan mengaplikasikan sejumlah solusi digital.

Dalam keterangan tertulisnya, Senin (26/10), Direktur & Chief  Digital Service Officer  XL, Ongki Kurniawan memaparkan keberhasilan program Xmart Village 2.0 di Bandung.

Xmart Village merupakan bentuk nyata sumbangsih XL untuk memajukan Indonesia yang diwujudkan dalam program-program tepat guna berbasis teknologi digital bagi masyarakat pedesaan. Saat ini, teknologi digital telah membawa seluruh bangsa Indonesia menuju peradaban baru. Teknologi digital juga telah mengubah bagaimana cara kita hidup, berpikir, dan beraktivitas. Teknologi digital memungkinkan apa yang sebelumnya tidak mungkin dan mampu mengubah masalah menjadi peluang,” ungkapnya.

Program  Xmart Village 2.0  tak hanya memberikan akses teknologi komunikasi dan informasi digital bagi daerah-daerah terpencil, tapi juga meningkatkan pemberdayaan masyarakat setempat. Ruang lingkup Xmart Village 2.0 ini lebih besar dibandingkan dengan Xmart Village 1.0 yang sebelumnya telah diimplementasikan di Kamojang, Kabupaten Bandung.

Melalui Xmart Village 2.0, XL memperkenalkan solusi-solusi inovatif terbaru bagi penduduk desa, agar mereka dapat berkreasi untuk memberikan kontribusi secara positif dan efektif terhadap permasalahan yang dihadapi oleh desanya. Dengan terbukanya akses teknologi dan pengetahuan, maka tak ada lagi penghambat bagi masyarakat setempat untuk bergerak lebih cepat dalam membangun dan memanfaatkan potensi desanya.

Ada setidaknya 12 inisiatif yang diimplementasikan XL pada Xmart Village 2.0, yang merupakan perpaduan dari apa yang sudah diterapkan pada Xmart Village 1.0 dengan inisiatif baru. Sebut saja pembuatan website sebagai alat promosi wisata Lamajang dan Cipacing. Website ini mempermudah masyarakat luas untuk mendapat informasi mengenai berbagai aktivitas dan tempat-tempat menarik di kedua desa tersebut.

Selain itu, XL juga memfasilitasi sarana promosi dan penyediaan informasi yang didukung dengan layanan “SMS Blast” yang disebar ke wilayah sekitar. SMS Blast ini berisi konten-konten yang menjadi daya tarik utama desa Lamajang dan Cipacing. 

Untuk mendukung promosi pariwisata, juga disediakan layanan semacam call center sebagai pusat informasi wisata dan berbagai info lainnya. Kehadiran call center ini melengkapi fungsi website dan SMS Blast sebagai alat promosi.

Tri Buka-bukaan Tentang Strategi Ke Depan

0

Telko.id – Beberapa waktu lalu, ada iklan Tri di TV yang membuat air mata ‘meleleh’ ketika menonton. Seorang ibu yang coba berkali-kali menelepon anak nya tetapi tidak ditanggapi anak nya karena sibuk bekerja. Sebuah harapan seorang ibu agar mendapatkan telepon dari sang anak. Tentu bagi yang menonton akan mengambil handphone lalu menghubungi Ibu nya masing-masing. Ya, itu lah program ‘Ubah Bicara’ dari Tri.

Di Industri, program tayangan TV ini sedikit ‘nyeleneh’. Kenapa? Pada saat yang sama, operator lain sedikit melakukan aktifitas iklan di TV. Kalau pun ada, pasti bukan layanan suara yang ditonjolkan. Akan lebih menekankan pada layanan data bahkan 4G LTE.

Namun, dibalik program tersebut, Tri ternyata mampu menambah jumlah pelanggannya. Hingga saat ini, pelanggan Tri bisa mencapai 50 juta. Tentu, ada rahasia dibalik itu semua. Seperti apa rahasia itu?

Muhammad Buldansyah, sebagai wakil direktur Tri Indonesia menjelaskan bahwa program yang ‘Ubah Bicara’ tersebut merupakan salah satu dari upaya untuk memperkenalkan Tri sebagai Full Service Provider. Di Mana sebelumnya, Tri lebih dikenal dengan Operator Data Service. “ Bukan kita tidak senang dengan ‘label’ Operator Data Service, tetapi kami ingin lebih dikenal lagi dengan Full Service Provider,” ujar Muhammad Buldansyah, Wakil Direktur Tri menjelaskan dalam wawancara khusus dengan Telco.id.

Ternyata, progam ini memberikan dampak yang luar biasa bagi Tri. Jumlah pengguna voice bertambah dan trafik juga meningkat. Yang dulu revenue 75% berasal dari pemasukan data, kini, komposisi pendapatan berubah menjadi 60% data dan 40% adalah non data.

Program ‘Ubah Bicara’ ini pun dibuat untuk mempertahankan pelanggan yang loyal. Jika pelanggan data, sangat mudah ‘swing’ ke operator lain. Terutama ketika ada program di operator lain yang lebih menarik. Namun, ketika ada program ini, maka pelanggan menjadi tidak mudah untuk mengganti nomornya karena nomor sudah banyak dikenal keluarga, teman dan rekan kerja. Hal ini lah yang Tri mengklaim bahwa ada peningkatan jumlah pelanggan hingga lebih dari 50 juta.

Dari sisi ARPU juga mengalami kenaikan. Karena selain adanya program ‘Ubah Bicara’ itu, Tri juga melakukan normalisasi harga. “Dulu, kita banyak memberikan free atau bonus. Lalu, kita juga ada free 11 URL, seperti Facebook, Google dan lainnya. Hal itu membuat layanan Tri yang utama tidak digunakan,” ujar Muhammad Danny menjelaskan.

Sekarang, harga di normalisasi dan free URL itu dihapuskan. Otomatis, Average Rate Per Usage atau ARPU pun meningkat. Ternyata, jumlah pelanggan pun tidak lari, bahkan bertambah karena harga setelah normalisasi masih lebih murah ketimbang yang ditawarkan oleh operator lain. Value dan kualitas network Tri masih dirasakan lebih bagus sehingga pelanggan masih bertahan menggunakan Tri.

Jadi, dengan promo ‘Ubah Bicara’ itu konsepnya adalah untuk Creating Voice Community. Walaupun tetap, Tri memberikan perhatian terhadap pelanggan datanya karena basic pelanggan Tri adalah pengguna data dan memberikan harga yang kompetitif.

Tri juga melakukan normalisasi pelanggan. Sebagai upaya untuk memilah dan memilih pelanggan yang potensi. Dan, langkah ini merupakan hal biasa dalam industry. Hanya saja yag dilakukan secara natural. Berbeda dengan yang dilakukan oleh operator lain yang melakukannya dengan cukup drastis. “Pemegang saham kita juga tahu. Dan pemikirannya sama dengan kita, buat apa mempertahankan pelanggan hanya untuk gengsi jumlah pelanggan. Keuntungannya tidak seberapa,” sahut Buldansyah.

Iklan Untuk Creating Revenue

Tri tidak ikut-ikutan operator lain yang menghalalkan iklan pop up yang setiap kali pelanggan akses web, maka akan iklan yang muncul. Tri memang nanti nya akan masuk ke iklan untuk creating revenue lain. Hanya saja, caranya akan berbeda. Langkah yang dilakukan tidak akan Intrusive. Jadi, posisi iklan akan berada dibawah. Lalu, iklan muncul hanya 5 detik kemudian hilang. “Tidak akan sampai directing. Begitu masuk ke website langsung terbuka, harus kita tutup dulu. Itu mengganggu,” sahut Bludansyah.

Contohnya, Airport TV. Ditengah ada kontennya, baru di samping atau dibawahnya ada iklan. Itu kenapa boleh? Kan tidak bayar konten. Sayang, iklan seperti ini, untuk di telekomunikasi masih diwilayah abu-abu. Belum ada yang mengaturnya.

Berburu Spectrum

Bagi operator, spectrum atau frekuensi adalah urat nadi. Jadi, tentu ketika ada auction spectrum semua akan berlomba untuk memperoleh bagian. Begitu juga dengan Tri. Dengan spectrum yang dimiliki sekarang, tentu untuk bergerak kearah pengembangan yang lebih baik menjadi sedikit terhambat. Jadi, ketika pemerintah membuka peluang Auction, Tri pasti ikut.

“Kita akan berusaha sekuat mungkin untuk mendapatkan spectrum tambahan,” ujar Muhammad Danny menjelaskan.

Utilisasi jaringan di Tri sendiri saat ini sangat efisien. Bahkan Tri mengklaim bahwa lebih efisien dari semua oprator di Indonesia. Artinya, dengan 10 Mhz yang sekarang dimiliki dibandingkan dengan trafik data yang ada, Tri sangat efisien. Pasalnya, operator lain, selain operator nomor satu di Indonesia masih lebih banyak jaringannya digunakan oleh pelanggannya untuk layanan Voice dan SMS.

“Kami berharap, pemerintah melihat bahwa Tri adalah perusahaan yang serius . Lihat saja, dari sisi efisiensi frekuensi, Tri bagus dan sebagai provider data, pelanggan dapat menggunakan data via broadband dengan baik dan harga yang affordable,” ujar Buldansyah menjelaskan.

Lebih lanjut, Buldansyah juga berharap bahwa apa yang dilakukan oleh Tri juga mendapat perhatian dari pemerintah. Dengan demikian, Tri dapat masuk jajaran oprator yang memang layak diberikan tambahan frekuensi. Selain itu, Tri juga selalu taat pada aturan pemerintah. Bukan perusahaan yang suka jual beli license.

Selama ini, auction frekuensi seperti dijadikan alat bagi pemerintah untuk memperoleh dana besar. Jika melihat kondisi saat ini, Tri berharap, auction spectrum yang dilakukan nantinya tidak hanya untuk mendapatkan dana besar saja. Pasalnya, Buldansyah melihat bahwa Industri Telekomunikasi di Indonesia ini sudah berat. Regulator charging industry saat ini cukup besar. Apalagi dalam kondisi susah saat ini. Jadi, seandainya, pemerintah melihatnya dari arah kelayakan perusahaan yang akan menerima spectrum tersebut menjadi lebih baik.

Terutama yang memiliki multi playing effects pada Negara. Bukan sekedar uang saja.

Jika diberikan frekuensi, Apa yang akan dilakukan oleh Tri? Buldansyah menyebutkan bahwa Tri akan memberikan layanan data yang lebih baik lagi dari sekarang dan akan menambah coverge yang lebih luas lagi. Apalagi, sekarang ini Tri dapat dijadikan benchmark industry bahwa Tri sangat efisien memanfaatkan jaringan yang ada.

Persoalannya adalah ketika Tri tidak memperoleh tambahan frekuensi? Buldansyah, tidak mau berandai-andai. Pemerintah sudah janji, bahwa auction lelang itu akan dilakukan setelah refarming selesai. Artinya sekitar November. Jadi awal tahun auction sudah bisa dimulai. Auction tersebut akan melelang frekuensi 2100 ada 2 kali 5 Mhz. Jika dikasih ke Tri semua ya, Tri pasti akan ambil. Hanya saja, Kita tahu juga bahwa yang berminat bukan hanya Tri. Semua operator berminat.

Saat ini, LTE sudah mulai dijalankan di frekuensi 1800Mhz. Telkomsel memiliki frekuensi di 1800Mhz cukup besar. Jadi layanan LTE Telkomsel dapat di push di frekuensi itu. Di tempat-tempat yang sibuk. Di mana, lokasi tersebut adalah di kota-kota besar. Yang handset LTE juga sudah banyak.

Dari sisi pemerintah agak delimatis. Pasalnya, jika pendapatan Telkomsel berkurang, maka pendapatan Negara juga berkurang. Jadi, masalah ini sangat complex. Tergantung sebenarnya dari roadmap pemerintah. Industri ini akan dibawa kemana. Berapa player yang akan tetap dipertahankan. Siapa saja dan frekuensi berapa saja yang akan digunakan. Tergantung pada pembagiannya. Baik pelanggan, revenue dan lainnya.

Buldansyah berharap, sebaiknya Telkom Group tidak diberikan KPI berdasarkan keuntungan. Di mana, permintaan terhadap keuntungan Telkom selalu minta ditambah. Sebaiknya, positioning Telkom Group ini adalah mengayomi industry dan membangun coverage di daerah-daerah. Tentu, tanpa mengorbankan keuntungan. Tapi jangan minta ditambah lagi.

4G Bagi Tri

Seperti juga dengan operator lain, 4G merupakan peluang bisnis baru bagi Tri. Hanya saja, operator ini sangat hati-hati dalam memberikan layanan 4G. Bukan apa-apa. Berdasarkan pengalaman Tri di Negara lain, seperti di Eropa dan Australia, kebanyak 4G digunakan untuk providing reasonable speed atau reasonable quality ke costumer. Namun, jika belum bisa tercapai dengan 3G maka harus menggunakan 4G karena lebih efisien . Tapi kalau belum terpenuhi, maka harus menggunakan 4G karena lebih efisien.

Dengan kondisi saat ini, Tri yang memiliki 2 kali 5Mhz akan lebih mengoptimalkan ke arah troughput. Tapi yang pasti, Tri akan mengkombinasikan segala sesuatu yang dimilikinya untuk memberikan layanan yang terbaik bagi pelanggannya.

Pasalnya, saat ini, Tri juga masih dalam tahap penggodokan, apakah 4G akan menjadi product sendiri atau layanan 4G akan diberikan lebih mahal ketimbang 3G. Masih belum tuntas. Dengan 2 kali 5MHz, bisa lebih dioptimalkan ke True Put. Nah, Tri akan mengkombinasikan. “Karena yang penting bagi pelanggan, ketika lihat YouTube tidak buffering. Se simple itu. Tidak peduli itu 3G atau 4G,” ujar Buldansyah menjelaskan. Intinya adalah mengejar efisiensi. Yang ujung-ujung nya adalah Tri membutuhkan spectrum.

Konsolidasi Jumlah Operator di Indonesia

Tidak dapat dipungkiri, saat ini jumlah pelanggan terbesar di Indonesia adalah Telkomsel. Dari sisi pendapatan juga demikian. Hal ini membuat ada gap yang cukup besar antara Telkomsel dengan operator lainnya. Idealnya, operator di Indonesia jumlahnya 2 -3 saja. Dengan demikian, industry akan jauh lebih sehat. Dan operator lain, selain Telkomsel dapat bertahan hidup dengan lebih baik lagi.

Untuk Single Player murni tentu tidak akan terjadi. Yang terjadi adalah, yang satu akan menjadi pemain yang besar sekali dan yang lain adalah nice player. Lebih specifik. Misalnya, yang satu bilang, saya main data, biarlah yang voice yang lain. Begitu jadinya.

Jadi tidak akan mati semua. Seperti sekarang yang dilakukan oleh XL. Dia akan mengarah pada pelanggan kelas atas saja, pelanggan yang berkualitas. Ujung-ujung nya, akan mengarah pada nice market. Tapi, kalau mau pelanggan yang berkualitas, layanannya jangan yang itu-itu juga, sama dengan yang lain. Harus One step ahead.

One head step ahead nya itu akan seperti apa? Dulu, kita tidak pernah berpikir, GoJek akan seperti ini. Layanan yang nanti nya akan diterima pasar dengan baik belum terlihat saat ini. Bisa saja e-commerce atau mobile commerce yang nantinya jadi jawara baru.

Tri sendiri masih akan mengevaluasi lebih dalam lagi. Perlu dipikirkan cara monetizing yang cepat dan jangka panjang. Sehingga, jaringan tidak hanya terbebani saja, tetapi tidak creating money.

Nah, untuk konsolidasi jumlah operator tentu harus ada corporate action dari masing-masing operator. Apakah akuisisi atau merger. Dalam kondisi saat ini sebaiknya hanya ada 2 operator saja. Tapi kalau ada peraturan-peraturan atau kebijakan pemerintah menjadi tiga operator yang sehat, itu juga bagus.

Tri sendiri sangat terbuka. Apakah akan melakukan akusisi ataupun mengakusisi. Hanya saja, rumor yang beredar tentang Indosat akan membeli Tri masih belum ada pembicaraan kearah itu. “Bicara iya, tapi belum sampai ada due diligent. Bagi Tri masih belum urgent. Masih ada harapan-harapan,” ujar Buldansyah menjelaskan.

Jika pun nanti Tri akan merger diakusisi atau pun mengakuisisi, value Tri sudah cukup tinggi. Value itu akan meningkat ketika Tri mendapatkan tambahan frekuensi.

Tri Olah CAPEX dan OPEX Agar Efisien

Capex itu bergantung cara kita beroperasi, kalau kita bilang mau agresif untuk meningkatkan pengguna data hingga 50%. Artinya, dari sisi jaringan juga harus memperluas wilayah juga 50%. Otomatis, penurunan dari unit price di Capex tidak banyak. Tapi itu, volume nya meningkat.

Itu yang pertama, kedua, apakah kita mau mengembangkan coverage ke daerah-daerah baru? Antara, kita mau Capex dan Opex. Misalnya, kita mau sewa jaringan saja? Atau mau bangun jaringan sendiri. Tentu itu akan mempengaruhi Capex dan Opex.

Tri Bagaimana? Akan Mix atau bagaimana? Kita pasti, menekan biaya CAPEX dan OPEX serendah mungkin. Caranya dengan desain yang bagus, harga yang normal. Kita melakukan cost saving baik di CAPEX maupun OPEX. Itu yang dilakukan. Kemudian, yang berikutnya adalah bagaimana Tri akan monetizing semua peluang sesuai dengan yang dimiliki saat ini. Terutama pada saat kondisi dolar seperti sekarang ini. Dengan begitu, CAPEX dan OPEX dapat jauh lebih hemat.

Cara Monetizing banyak jalan. Apakah menaikan harga, buat bundling product yang lebih baik dan lain-lain.

MVNO is a Must

Di Indonesia MVNO tidak bisa berkembang? Kuncinya, di operator adalah di channel dan distribusi. Dengan catatan, network nya sudah ok. Nah, MVNO dituntut punya channel yang specific.

Sekarang masih sulit melihat channel yang specific. Spesificnya di mana. Channel itu dituntut memiliki costumer base yang besar juga. Misalnya, Cinema 21. Dia sudah memiliki cinema di mana-mana, punya pecinta film dan costumer base. Cinema 21 itu punya peluang untuk jadi MVNO. Tri menggarap juga seperti MVNO itu. Hanya saja perlu hati-hati, jangan sampai minta channel saja, tetapi tidak bayar. Kredibilitas yang minta juga dilihat.

Contoh lain adalah perbankan. BNI dan BCA misalnya, sangat memenuhi syarat untuk menjadi MVNO. Pertama karena cabangnya banyak dan berada di seluruh pelosok Indonesia, lalu jumlah nasabahnya juga banyak. Jadi, bisnis MVNO ini memang menarik. Hanya saja, nice market. Industri lain yang berpotensi menjadi MVNO belum tersosialisasi sehingga belum paham juga. Regulasi nya juga oleh pemerintah belum ada. Baru Bakrie dengan Smartfren. Itu hanya dikeluarkan untuk kedua operator tersebut. (Icha – Hamzah)