spot_img
Latest Phone

Garmin quatix 8, Smartwatch Maritim dengan Fitur Canggih

Telko.id - Garmin Indonesia resmi meluncurkan quatix 8, smartwatch...

Moto g86 Power 5G: Spek Lengkap dengan Harga Terjangkau

Telko.id - Smartphone terbaru dari Motorola akan segera diluncurkan....

Apple Kembangkan Chatbot AI Sendiri, Saingan ChatGPT

Telko.id – Perusahaan teknologi besar Apple, mulai bergerak mengembangkan...

Pendapatan Apple Naik 10%, Penjualan iPhone Tembus 3 Miliar Unit

Telko.id - Apple mengumumkan hasil keuangan kuartal III 2025...

ASUS Zenbook S16 OLED, Tipis dengan Performa AI Terbaik

Telko.id - ASUS resmi meluncurkan Zenbook S16 OLED (UM5606WA)...
Beranda blog Halaman 1515

CeBIT Jadi Ajang Pamer IOT?

0

Telko.id – Acara Jerman tech CeBIT seakan dibajak oleh industri IOT yang baru lahir seperti Huawei, ZTE, dan SAP yang memanfaatkan kegiatan ini untuk mengumumkan berbagai macam produk IOT mereka.

Huawei meluncurkan solusi pencahayaan untuk Connected City yang mengklaim dapat mengurangi tagihan energi pencahayaan kota hingga 80% meskipun menggunakan ‘multi-level smart control’. Pada dasarnya, hal ini seperti setiap lampu jalan terhubung ke konsol pusat melalui teknologi 6LoWPAN, yang mana ia dapat dengan mudah beralih dan mati, atau bahkan redup, tergantung sensor yang merekam berapa banyak aktivitas yang terjadi di dekat cahaya dan kondisi cuaca di wilayah tersebut.

“Pencahayaan berdasarkan IOT memberikan dasar yang kuat untuk integrasi dengan berbagai sensor, untuk memfasilitasi fungsi seperti pemantauan lingkungan dan transportasi, serta instalasi fasilitas smart charging. Bukan hanya itu, solusi ini juga menyediakan pengembangan smart cities dengan data berlimpah yang berharga dan interaksi terpadu untuk meningkatkan kehidupan warga, “kata Wu Chou, CTO of Huawei Switch and Enterprise Communications division.

Sementara itu, saingan mereka yakni ZTE mengumumkan tiga inisiatif IOT di ajang yang sama. The BluePillar Smart Streetlamp menggabungkan 4G base station transceiver, IOT sensor bundel dan spot charging untuk kendaraan listrik. Tiga smart meter yang baru juga diluncurkan dan mendukung berbagai standar nirkabel daya rendah termasuk Zigbee dan Lora, yang terakhir yang dianggap sangat baik untuk ‘last mile’ transmisi data.

Terakhir terminal pemeriksaan fisik mHealth yang dirancang untuk memantau tubuh melalui perangkat IOT dpt digunakan dan membantu mengelola kondisi kronis.

“Solusi pencahayaan The BluePillar membawa model operasi yang baru,” ucap Yanmin Bo, Wakil CEO ZTE. “Hal ini memberikan banyak hubungan dalam rantai industri termasuk pemerintah, komite, dewan, operator, perusahaan peralatan dan penyedia layanan, sehingga menghasilkan kolaborasi yang lebih cerdas dan peningkatan produktivitas. Hal ini juga memberikan kesempatan bagi operator untuk memperoleh kesempatan di pasar yang baru,”

Dilaporkan Telecoms (18/3), perusahaan perangkat lunak raksasa asal Jerman, yakni SAP terlihat memperkuat kepercayaan terhadap IOT mereka melalui kemitraan dengan Vodafone untuk menghasilkan ‘IOT foundation bundel for SAP HANA’.  Kolaborasi ini bertujuan untuk memungkinkan perusahaan agar dapat menghubungkan dan mengelola perangkat dengan menggunakan platform IOT Connectivity milik Vodafone untuk mengumpulkan dan memindahkan data dari perangkat ke dalam platform SAP HANA.

Sementara itu, di tempat lain SK Telecoms membuat strategi besar terkait pengumuman IOT mereka. Pengumuman ini melibatkan investasi senilai KRW 84 miliar selama dua tahun ke depan untuk membangun nasional Low-Power Wide-Area Network (LPWAN) dengan mengembangkan modul IOT-berdedikasi, dan upgrade platform yang ThingPlug IOT untuk menawarkan layanan IOT yang inovatif.

Qualcomm Kembangkan Small Cell LTE-U bersama Samsung dan SpiderCLoud

0

Telko.id – Long-Term Evolution Unlicensed atau sering disebut dengan LTE-U adalah salah satu cara untuk mengembangkan small cell yang ideal. Di mana, proposal awal LTE-U ini dikembangkan oleh Qualcomm yang menggunakan radio Communication 4G LTE di spektrum bebas, seperti pada sepktrum 5GHz yang menggunakan peralatan WiFi dual band dan dipasanng pada WiFi Hotspot. Teknologi ini pun menjadi salah satu alternatif yang sangat bermanfaat bagi operator karena LTE-U ini menawarkan kapasitas yang lebih besar dan coverage dan juga meningkatkan user experience.

LTE-U, saat ini dipandang sebagai salah satu cara yang efektif bagi para operator dalam menghadapi permintaan mobile data yang begitu tinggi. Namun, karena teknologi mengkombinasi antara spektrum bebas dan yang berijin atau berlisensi dengan menggunakan WiFi. Itu sebabnya, WiFi menjadi kunci dari LTE-U ini.

Dalam pengembangan selanjutnya, Qualcomm melakuka kerjasama dengan Samsung dan SpiderCloud Wireless. Di mana, chipset Qualcomm’s FSM9955 akan ditanamkan dalam produk Samsung’s LTE-U EFemto cell. Tujuannya adalah agar produk Samsung ini bisa dipergunakan secara cepat dan langsung dengan cara ‘plug-and-play’. Secara teknis, salam satu unit produk ini dapat mendukung 3 carrier dengan kekuatan 20 megahertz per unit nya dengan kemampuan download tertinggi dengan kecepatan 450 megabits per detik.

“Sel-sel Samsung LTE-U EFemto akan menguntungkan pengguna akhir karena memungkinkan berkomunikasi mobile data lebih cepat dan kinerja yang handal. Gangguan pun dapat diminimalisasi karena menggunakan WiFi,” ujar Cho. Kiho Cho, VP Network System Design Lab Samsung menjelaskan.

Sedangkan dengan SpiderCloud, Qualcomm bekerjasama untuk mengembangkan small cell yang dirancang untuk mendukung LTE-U, LTE license assisted access (LAA) dan MulteFire. Dengan LAA, performance akan mirip LTE-U yang tentu menjadi kebutuhan bagi para tenant untuk memberikan layanan terbaik pada para pengunjungnya dengan menggunakan spektrum berlisensi. Begitu juga MulteFire yang memiliki prerformace mirip dengan LTE-U dengan kemudahan seperti WiFi.

Ke depan, pengembangan ini ditargetkan untuk penggunaan di kantor, universita, rumah sakit, hotel dan pusat perbelanjaan. Dengan menggunakan arsitektur SpiderCloud Enterprise RAN yang mampu melayani lebih dari 100 self organizing small cell dan dapat menjangkau hingga 1.5 juta kaki persegi.

“SpiderCloud menggunakan teknologi Qualcomm karena small cell ke depan akan menjadi krusial ketika harus menangani tantangan 1000 kali pertumbuhan mobile data,” ujar Mike Gallagher, CEO SpiderCloud menjelaskan. Lebih lanjut, Mike juga menyatakan bahwa bekerjasama dengan Qualcomm ini akan memberikan solusi pada operator dalam pemasangan dan integrasi LTE small cell yang lebih mudah. (Icha)

Ini DIa! Profile Tiga OTT Nasional Yang Didukung ATSI

0

Telko.id – Pemerintah sangat mendukung pertumbuhan dari OTT Nasional. Untuk itu, ATSI memberikan dukungan kepada aplikasi Over The Top (OTT) terpilih yakni Qlue (qlue.co.id), Catfiz (catfiz.com), dan Sebangsa (sebangsa.com). Seperti apa profile dari OTT Nasional terpilih tersebut?

Qlue, ber-platform sejenis social media yang menawarkan manfaat berupa saluran komunikasi yang efektif antara masyarakat dengan pemerintah, atau dengan pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan publik. Sistem saluran komunikasi yang dibangun ini sekaligus bisa meningkatkan nilai transparansi dengan cara yang mudah, dan dilakukan secara fun. Sarana ini cocok bagi kalangan pemerintah, termasuk pemerintah daerah, untuk mendengarkan suara warga masyarakat. Karena itu, OTT ini pun sangat pas untuk melengkapi program-program Kota Pintar (smartcity). Qlue telah dimanfaatkan oleh Pemda DKI Jakarta, dengan jumlah pengguna mencapai sekitar 200 ribu user.

Seperti juga Qlue, Sebangsa merupakan OTT yang juga berupa sosial media. Namun, OTT ini berbasis komunitas. Jadi, Sebangsa menyediakan media komunikasi yang bisa dimanfaatkan oleh berbagai komunitas. Media sosial ini telah dimanfaatkan oleh sekitar 30 ribu pengguna.

Terakhir, Catfiz, lebih sebagai sarana pengirim pesan (messaging), yang diarahkan sebagai sosial media dan digital-hub. OTT ini menawarkan manfaat berupa platform yang sekaligus punya fungsi untuk keperluan pengiriman barang digital dan transaksi C2C (customer to customer). Mereka pun yakin bahwa teknologi mereka lebih unggul platform lain yang sejenis di Indonesia. Saat ini, Catfiz telah mampu mengantarkan 750 juta pesan per hari. (Icha)

NextDev Junior Ajarkan Pelajar SMA Buat Aplikasi

Telko.id – Ekosistem digital tidak bisa terbentuk begitu saja. Perlu ada yang menginisiasi pada tahap awal. Begitu juga ketika aplikasi lokal ingin diperhitungkan dalam ekosistem digital nasional maupun internasional. Perlu ada edukasi sejak dini agar tujuan membangun ekosistem digital pun dapat terjadi. Telkomsel adalah salah satu yang secara berkesinambungan melakukan edukasi ini. Untuk tahun ini, operator ini menggelar NextDev Junior. Targetnya adalah melatih para siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk membuat aplikasi mobile.

“Saat ini segmen remaja merupakan salah satu pengguna aktif Internet dan berbagai aplikasi digital, yang akan membangun Indonesia di masa mendatang. Untuk itu melalui NextDev Junior, kami memberikan pelatihan pembuatan aplikasi mobile kepada pelajar SMA secara berkelanjutan untuk memperkenalkan dunia aplikasi lebih dini ke segmen ini. Tentunya ini sejalan dengan visi perusahaan untuk menumbuh kembangkan ekosistem digital berbasis aplikasi,” ujar Adita Irwati, Vice President Corporate Communications Telkomsel menjelaskan.

Pada tahap awal, program ini akan diikuti oleh pelajar di 8 lokasi SMA terbaik di D.I Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selanjutnya akan digelar juga NextDev Junior di SMA-SMA terbaik di setiap provinsi secara nasional. Sebagai motivator dan inspirator dari pelaku industri aplikasi, Telkomsel menggandeng Oracle Studio dan Hicca Studio.

Pelatihan NextDev Junior ini terbagi atas tiga tahapan. Tahap pertama diawali dengan seminar bagi seluruh siswa di sekolah terpilih, yang kemudian diikuti dengan penjaringan kandidat siswa dan training bagi siswa terpilih. Pelatihan ini sendiri meliputi pengenalan awal aplikasi mobile, pengenalan perangkat lunak (software) untuk membuat aplikasi, dan pembuatan aplikasi mobile sederhana.

Pada tahap kedua, peserta dilatih untuk membuat aplikasi mobile yang dinamis berdasarkan layout, naskah, dan animasi. Lalu pada tahap terakhir, peserta melakukan penyempurnaan terhadap aplikasi mobile tersebut untuk selanjutnya dipublikasikan sehingga dapat diunduh atau diakses secara online oleh siswa.

Pada ajang NextDev Junior kali ini, tak kurang dari 720 aplikasi mobile hasil kreatifitas para siswa diperkirakan akan dihasilkan pada akhir program. Selanjutnya akan dilakukan kompetisi antar siswa untuk aplikasi yang telah mereka dihasilkan, yang kemudian akan diikutsertakan untuk kompetisi antar sekolah.

Lebih lanjut, Adita menyatakan bahwa dalam NextDev Junior ini, para siswa dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk membuat aplikasi mobile sebagai sarana dan metode baru dalam kegiatan belajar mengajar yang interaktif dan efektif.

The NextDev yang menaungi program NextDev Junior merupakan salah satu program CSR Telkomsel di industri digital kreatif berupa kompetisi pengembangan aplikasi digital, yang diharapkan akan mendukung perkembangan ekosistem digital di Indonesia, dimana salah satu pilar utamanya adalah hadirnya berbagai aplikasi asal Indonesia yang bernilai tambah dan memiliki dampak sosial yang positif. (Icha)

OTT Nasional Siap Jadi Raja di Negeri Sendiri

0

Telko.id – Tidak dapat dipungkiri, saat ini aplikasi yang menguasai Indonesia adalah buatan luar negeri semua. Masyarakat Indonesia hanya sebagai konsumen. Pemerintah, dalam hal ini diwakili oleh Kemenentrian Komunikasi dan Informatika berniat untuk menjadikan OTT nasional go intenational. Dan perbincangan masalah itu sudah dilakukan sejak setahun lalu. Antara Pemerintah dengan Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh lndonesia (ATSI). Akhirnya, impian itupun dapat terealisasi dengan dipilihnya 3 aplikasi lokal, hasil karya putra-putri Indonesia yang akan di dukung pemerintah.

ATSI memberikan dukungan kepada aplikasi Over The Top (OTT) terpilih yakni Qlue (qlue.co.id), Catfiz (catfiz.com), dan Sebangsa (sebangsa.com). ATSI dan Kementrian Kominfo berharap ketiganya akan mampu menjadi katalisator bagi pengembangan industri kreatif yang berbasis pada teknologi digital. Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara beserta anggota ATSI menyerahkan piagam pembinaan kepada pengelola ketiga OTT di Jakarta, Kamis (17/3).

ATSI telah berkomitmen akan memberikan dukungan yang sepadan kepada ketiga OTT agar mereka bisa lebih memasyarakat di Indonesia dan bahkan mengglobal. Semua anggota asosiasi sudah sepakat untuk itu, karena kami sadar benar bahwa program ini merupakan bagian dari upaya mengangkat citra bangsa, sekaligus memotivasi masyarakat untuk mampu memanfaatkan secara maksimal kemajuan teknologi digital,” Alexander Rusli, Ketua ATSI menjelaskan.

Sementara itu, Menkominfo Rudiantara mengatakan, “Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang paling aktif menggunakan berbagai produk digital. Sudah lama Indonesia dikenal sebagai ibukota sejumlah social media. Tidak heran jika semua OTT raksasa dunia kini memiliki perhatian khusus ke kita. Potensi pasar Indonesia sangat besar. Nah, fakta itu semestinya memang menjadi pengingat agar kita jangan hanya menjadi pengguna OTT asing, namun juga mampu menciptakan sendiri OTT yang digunakan oleh orang sedunia. Saya yakin kita pasti bisa, karena teknologi digital pada dasarnya membuka kesempatan luas kepada setiap orang untuk bisa berkreasi.”

Menkominfo menambahkan, perkembangan industri kreatif berbasis digital dalam negeri akan menjadi modal penting bagi bangsa lndonesia untuk bersaing di pentas global. Hal ini juga sejalan dengan kebijakan Pemerintah untuk membangun OTT Nasional guna mendorong terwujudnya Digital Ekonomi di lndonesia. Menteri berharap agar ketiga OTT Nasional tersebut dapat menunjukkan keseriusannya bahwa mereka layak didukung, serta dapat memberikan layanan yang dibutuhkan masyarakat termasuk bagi komunitas Pemerintahan.

Mengenai bentuk riil pembinaan dan dukungan yang akan diberikan kepada ketiga OTT, Alexander Rusli menyebut, ATSI diantaranya akan memberikan dukungan promosi layanan melalui jaringan milik operator, diantaranya pengiriman SMS Broadcast, pencantuman logo , link, dan banner. Bentuk pembinaan ini akan dikaji secara berkala sehingga dapat memberikan hasil yang maksimal bagi para OTT binaan. ” Sebagai langkah awal, dukungan ini kami berikan kepada 3 OTT terpilih dan melibatkan 6 anggota ATSI, yaitu Telkomsel, Indosat Ooredoo, XL Axiata, Hutchison Tri Indonesia, Smartfren dan Telkom. Kami terbuka dengan OTT nasional lainnya serta dengan melibatkan anggota ATSI lainnya,” imbuh Alex.

Ketiga OTT Nasional yang terpilih merupakan karya anak-anak muda Indonesia. Mereka memiliki komitmen kuat serta idealisme untuk mengembangkan dunia digital tanah air. Proses penilaian telah berlangsung sejak Desember 2015 lalu terhadap sekitar 5 OTT. Ketiga OTT terpilih memiliki rencana kerja yang jelas, namun mereka belum dikenal secara luas oleh ke masyarakat.

Yang penting, OTT nasional itu haru mudah. Jadi, ukurannya, kalau menteri bisa install, maka masyarakat pun akan mudah donwload dan install. Masalahnya, menteri itu terkadang tidak punya waktu,” ujar Rudiantara menjelaskan. Lalu, Rudiantara juga menambahkan bahwa target dari OTT nasional ini juga mengalahkan Facebook, Twitter dan lainnya. “Masa Line punya 60 juta pengguna, OTT Nasional tidak bisa melampauinya. Itu sih gampang. Kan, pelanggan selular itu sekarang sekitar 160 juta. Apalagi dengan dukungan semua operator di bawah ATSI. Tinggal di masukan dalam simcard saja. Masa tidak ada yang menggunakan,” ujar Rudiantara menambahkan. (Icha)

Dig-In 2016, Program Edukasi Digital XL Bagi Perusahaan dan StarUp

0

Telko.id – Gaya hidup digital sudah menjadi fenomena. Namun, masih banyak perusahaan yang masih menggunakan secara maksimal fasilitas digital ini untuk mengembangkan maupun mempromosikan perushaannya. Demikian juga dengan para starup. Padahal, saat ini promosi melalui digital jauh lebih efektif dan murah. Bahkan dapat disesuaikan dengan target market yang dituju.

XL adalah salah satu operator yang cukup agresif memberikan edukasi pada para starup maupun perusahaan tentang dunia digital ini. Itu sebabnya, XL setiap tahun mengadakan acara Dig-In yang pada tahun 2016 ini mengusung tema DIGITALisMe. Pada ajang ini, XL memberikan update tentang perkembangan terbaru mengenai industri digital Indonesia dan Dunia.

“DIGITALisMe merupakan sebuah gerakan untuk berpikir secara ‘out of the box’ untuk memaksimalkan pemanfaatan sarana digital, sehingga pelaku pemasaran dapat dengan bangga berteriak, Digital adalah saya!,” ujar Dian Siswarini, Presiden Direktur XL Axiata menjelaskan.

Lebih lanjut, Dian menyatakan bahwa, ajang ini juga diadakan agar kalangan pemasaran dapat mengerti secara mendalam mengenai bagaimana cara beriklan di platform digital secara efektif, dan menjadikan sarana digital sebagai cara terbaik meraih pelanggan dan menaklukan pasar.

Sebenarnya, belanja iklan di Indonesia mencapai 833 juta US$. Sayang, yang memperoleh hanya 2 perusahaan OTT internasional,” ujar Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informatika menjelaskan pada diskusi Dig-In 2016. Namun, ke depan, Rudiantara menjelaskan bahwa diharapkan tidak lagi belanja iklan itu jatuh ke OTT Internasional saja, tetapi juga ke OTT lokal. Itu sebabnya, pemerintah akan mendorong untuk OTT lokal maju.

Dari sisi infrastuktur, Rudiantara menyebutkan bahwa untuk through put, Indonesia sebenarnya sudah bagus mencapai 5.46 Mb/second. Memang, masih dibawah Malaysia, Brasil maupun Rio. Sedangkan untuk di Jakarta mencapai 7Mb/second. Paling tinggi dibandingkan dengan Bangkok dan Kualalumpur.

Untuk masalah Uplink dan Downlink, Indonesia tercatat 33%. Namun, Indonesia ini unik, karena lebih besar angka downlink nya. “Ini perlu di evaluasi, kenapa masyarakat Indonesia senang downlink ketimbang uplink.

Dengan ketersediaan jaringan, maka diharapkan ekonomi kreatif Indonesia pun dapat meningkat. Badan Ekonomi Kreatif menargetkan bahwa pada tahun 2019, ekonomi kreatif ini dapat memberikan kontribusi terhadap GDP atau Gross Domestic Product 12%. Sedangkan untuk penyerapan tenaga kerja diharapkan dapat mencapai 13 juta orang. Kemudian untuk distribusi terhadap devisa bruto mencapai 8.79%.

Bagi XL sendiri, bisnis digital belum terlalu besar kontribusinya terhadap revenue perusahaan. “Pada tahun 2015 saja baru mencapai 4%. Sedangkan pada tahun 2018 diharapkan bisa meningkat hingga 7%,” ujar Ongky Kurniawan, Direktur Digital Service XL menjelaskan. Berdasarkan pencapaian tahun 2015 lalu, bisnis digital ini paling banyak disumbangkan dari mobiel advertising, M2M dan XL tunai. Ke depan, kontribusi Internet of Thing bisa mendominasi. (Icha)

Laba Bersih Menurun, Inilah Strategi China Unicom

0

Telko.id – China Unicom, sebagai operator telekomunikasi terbesar kedua di China, telah mengalami penurunan pertama untuk laba bersih mereka sejak tahun 2010 silam. Hal ini dikarenakan oleh perubahan yang kompleks dari lingkungan bisnis serta persaingan yang ketat diantara para pemain Telko di Negeri Tirai Bambu ini.

Sekedar informasi, laba setahun penuh turun sekitar 12,4% menjadi 10,56 miliar yuan atau setara dengan $ 1,62 miliar, dibandingkan dengan tahun sebelumnya, laba bersih mereka mencapai 12,06 miliar yuan.

Ketua sekaligus CEO China Unicom, Wang Xiaochu menyalahkan kinerja yang buruk pada perubahan kebijakan pemerintah, seperti ‘peningkatan kecepatan dan penurunan tarif’ serta pajak pertambahan nilai pemerintah Beijing yang dikenakan pada operator telekomunikasi pada Juni 2014. Dari Oktober tahun lalu pun, pemerintah juga mewajibkan operator untuk membawa lalu lintas data yang tidak terpakai dari pelanggan individu untuk bulan berikutnya, yang tentunya menempatkan tekanan lebih lanjut pada pendapatan operator.

“Karena lisensi asimetris 4G, keunggulan kompetitif kami di 3G telah memudar dengan cepat,” kata Wang seperti dilaporkan oleh TelecomAsia (17/3).

Pendapatan layanan seluler mereka pun ikut merosot sebesar 8% menjadi 142.620 miliar yuan. Sementara Jumlah pelanggan seluler menurun sebanyak 14.260.000, dan menjadikan mereka hanya memiliki 252.320.000 pelanggan. Sekedar informasi, saingan terbesar mereka, China Mobile melakukan sebuah kampanye yang kuat dalam mempromosikan bisnis 4G sepanjang tahun lalu.

“Menghadapi lingkungan bisnis yang kompleks, perusahaan tengah menyesuaikan waktu yang tepat untuk memprioritaskan operasi guna memfokuskan sumber daya pada 4G,” kata Wang, yang menjadi ketua Unicom pada bulan Agustus silam.

Unicom sendiri sejatinya telah meningkatkan dan mempercepat investasi 4G dari sisi jaringan, terminal dan juga demonstrasi pasar. Hal ini juga sejatinya meningkatkan kecepatan jaringan 4G dengan cakupan 4G yang stabil dan terus menerus bertambah di daerah perkotaan nasional, kabupaten dan kota-kota berkembang serta cakupan mendalam di kota-kota utama. Perusahaan dengan cepat meningkatkan pangsa pasar handset 4G sekaligus mengoptimalkan penyatuan saluran dan pengguna yang terintegrasi juga telah mendorong promosi secara interaktif.

Perusahaan juga telah menandatangani perjanjian strategis dengan China Telecom di bulan Januari lalu, untuk berbagi sumber daya dan meningkatkan efisiensi, awalnya berfokus pada bidang yang meliputi jalur transportasi, desa-desa terpencil, distribusi dalam ruangan baru dan titik-titik baru. Unicom mengatakan hal ini bertujuan untuk mengurangi biaya pembangunan jaringan dan meningkatkan pengalaman pelanggan dengan cepat melalui kerjasama. Kedua perusahaan akan sepenuhnya bekerja sama dalam hal jaringan co-building, standarisasi handset dan mengembangkan layanan baru yang inovatif.

Wang mengatakan pendapatan Unicom telah merosot selama 17 bulan berturut-turut, tetapi dengan ukuran di atas, bisnis operator 4G telah muncul. Unicom juga telah menambahkan 5.270.000 dan 5.380.000 pengguna 4G pada bulan Januari dan Februari, yang juga telah mendorong peningkatan pada bulan-bulan tersebut untuk sektor pendapatan layanan seluler rata-rata perbulan.

“Kami berharap dapat menstabilkan penurunan pendapatan dalam jangka pendek, dan mengubah tabel pada kinerja laba dalam satu tahun,” tutup Wang.

China Mobile Mulai Matikan BTS 3G

0

Telko.id – Beberapa cabang regional dari China Mobile dilaporkan telah mulai mematikan BTS 3G mereka. Hal tersebut dikarenakan layanan 3G mereka sudah kurang populer di kawasan tersebut dan operator juga sudah meninggalkan fokus mereka pada jaringan 3G.

Dilaporkan oleh TelecomAsia (17/2), cabang China Mobile di beberapa provinsi sudah mulai menutup BTS yang hanya mendukung standar TD-SCDMA, menurut beberapa sumber, termasuk orang yang tidak disebutkan namanya yang menyediakan jasa operasi dan pemeliharaan bagi operator.

Sekedar informasi, Keputusan penutupan BTS ini tidak datang dari kantor pusat, melainkan cabang-cabang regional lah yang membuat keputusan sendiri dalam melakukan hal ini. BTS yang tidak bisa diupgrade ke 4G natinya akan ditutup dan sisanya akan ‘retooled’ untuk mendukung TD-LTE.

Standar TD-SCDMA yang didukung oleh pemerintah China, nyatanya tidak pernah benar-benar hadir di antara pelanggan China Mobile, TD-SCDMA ini pu hanya memberikan kecepatan data yang lebih lambat dari CDMA2000 dan standar W-CDMA yang diadopsi oleh saingan mereka yakni Cina Telecom dan China Unicom.

Screenshot_2016-03-17-12-10-21_1

Jika berkaca dari China Mobile statistik operasional, menunjukkan bahwa pada akhir Januari, operator hanya memiliki 162.995.000 pelanggan 3G yang tersisa, dibandingkan dengan sekitar 335.563.000 untuk jaringan 4G. yang mewakili sekitar 80% dari total pelanggan 4G China. Sementara untuk total pelanggan operator ini adalah 828.500.000 pengguna.

Sementara per 29 Februari 2016, jumlah subscriber dari China Mobile mencapai 831.264.000 pelanggan, dengan masing-masing pelanggan 3G naik menjadi 157.132.000 dan pelangggan 4G mereka ikut meningkat menjadi 360.366.000 pelanggan.

Hadirnya jaringan 4G yang juga telh mendukung layanan VoLTE sebenarnya akan lebih membrikan efisiensi bagi tiap operator. Pasalnya, mereka dapat memberikan layanan data dan Voice degan hanya memelihara satu teknologi saja. Dengan begitu, biaya pemeliharaan infrastruktur pun menjadi lebih murah tanpa perlu mengorbankan layanan mereka. Hanya tinggal bagaimana operator tersebut melakukan strategi migrasi pelanggan 3G atau 2G mereka untuk segera berlangganan 4G dengaan VoLTE nya.

Waze Hadirkan Fitur Baru Hindari Kemacetan

0

Telko.id – Waze saat ini digunakan bukan hanya untuk mencari lokasi suatu tempat secara online. Namun, kehadiran dari Aplikasi ini juga nyatanya dapat memberikan gambaran secara real time mengenai apa yang terjadi di jalan raya. Metode seperti ini sejatinya telah mengadopsi tren Internet of Things yang saat ini tengah banyak diperbincangkan oleh orang-orang.

Kembali berinovasi, Waze mengumumkan bahwa versi 4.3 sudah tersedia dan dapat diunduh di App Store untuk semua pengguna iOS. Apa yang berbeda? Update terbaru ini memiliki sebuah fitur unik yang bernama Planned Drives.

Fitur ini sejatinya dapat menghindari pengguna dari kemacetan di jalan dan dapat memberikan pilihan waktu ketika membuat perencanaan untuk bertemu dengan seseorang. Dengan fitur ini, pengguna dapat mengetahui harus berangkat jam berapa menuju tempat pertemuan dan tidak mengalami kemacetan.

Waze akan merekomendasikan waktu yang tepat untuk berangkat. Pengguna juga akan menerima reminder dari Waze apabila sudah mendekati event yang telah direncanakan dengan waktu keberangkatan yang selalu diperbaharui sesuai dengan kondisi jalanan secara real-time sehingga mempermudah untuk mengatur waktu dan menghindari kemacetan menggunakan data analitik yang mereka kumpulkan sebelumnya.

Planned Drives juga menyediakan rekomendasi grafis yang mengilustrasikan tingkat kemacetan hingga 7 hari ke depan.

20160317_110848_1

Berdasarkan keterangan rilis yang diterima tim Telko.id, untuk menghitung kalkulasi waktu keberangkatan terbaik, Waze selalu berada di garda depan dalam inovasi dengan memperhitungkan kondisi jalanan berdasarkan alogoritma cerdas, pengumpulan riwayat lalu lintas serta data analisis prediktif.

Planned Drives tidak hanya menjawab pertanyaan ‘Kapan saya harus berangkat?’ namun juga menyediakan fitur lainnya seperti Calender Alert dan Send ETA yang mempermudah pengelolaan waktu dan jadwal pengguna. Untuk pengalaman terbaik, berikan akses terhadap kalender atau Facebook agar janji temu dan event di Facebook akan masuk ke dalam Planned Drives secara otomatis. Ketika sudah berada di dalam mobil, gunakan Send ETA untuk memberi tahu teman dan keluarga bahwa anda sudah mulai berkendara.

Sekedar informasi, Waze merupakan komunitas pengendara terbesar di dunia yang bekerjasama untuk menghindari kemacetan dan mencapai tujuan dengan selamat. Mereka juga mengklaim, bahwa tidak ada pesaing lain di pasar yang mengoperasikan aplikasi sejenis dengan fitur dan skala sebesar Waze.

Soal Loon, Indonesia Selangkah Lebih Maju dari India

0

Telko.id – Balon internet Google saat ini masih dalam tahap uji coba di Indonesia. Namun implementasi dari program bernama Project Loon itu sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari Menkopolhukam Luhut Panjaitan.

Realisasi dari Project Loon di Indonesia juga diharapkan dapat dilakukan pada tahun 2016 ini. Hal ini dimaksudkan agar balon Google dapat langsung dimanfaatkan operator untuk memancarkan internet ke seluruh masyarakat di daerah rural di Indonesia.

Ketika disinggung mengenai perkembangannya Project Loon sejauh ini, Alexander Rusli selaku CEO dari Indosat mengungkapkan saat ini belum selesai masa uji coba. Sebab ada beberapa tes yang harus dilakukan sebelum benar-benar dikomersialkan.

“Belum selesai. Belum semua variabel dites, masih jalan sekarang,” ujarnya kepada Tim Telko.id beberapa waktu lalu.

Baca Juga : Tahun Ini Balon Google Resmi Beroperasi di Langit Indonesia ?

Google ‘Pede’ Komersialisasi Loon Segera Terlaksana

Meski belum di komersialisasikan, nyatanya perkembangan Project Loon di Indonesia bisa dibilang satu langkah dibandingkan dengan di India. Mengapa? Pasalnya Pemerintah India baru-baru ini menolak permintaan Google terkait frekuensi yang digunakan untuk balon internet mereka tersebut.

Dilansir dari TelecomLead (17/5), Pemerintah telah meminta Google India untuk memberikan revisi proposal untuk Proyek Loon mereka, yang bertujuan untuk menyediakan konektivitas internet di pedesaan India, ucap parlemen India pada Rabu, (16/3).

“Masalah itu dibahas dengan semua pemangku kepentingan dan disimpulkan bahwa pita frekuensi 700 hingga 900 Mhz yang akan digunakan dalam uji coba Proyek Loon sedang digunakan oleh operator seluler. Jika dilakukan ujicoba tersebut, hal itu akan menyebabkan gangguan seluler transmisi, “kata Menteri Komunikasi Ravi Shankar Prasad Lok Sabha.

Ia menambahkan, “Revisi usulan dari Google India dengan perubahan pita frekuensi sampai dengan saat ini belum diterima,”

Jika memang benar seperti itu, maka India belum bisa melakukan pengujian Project Loon pada bulan ini. Bukan hanya itu, kecil kemungkinan dari mereka untuk bisa mengkomersialisasikan Project Loon di tahun ini.