spot_img
Latest Phone

Oppo Campus Ambassador, Siapkan Talenta Muda di Bidang Teknologi dan Digital

Telko.id – Oppo Indonesia memperkenalkan program terbaru Oppo Campus...

Huawei Watch D2, Bisa Pantau Tekanan Darah 24 Jam

Telko.id - Huawei resmi menghadirkan Huawei Watch D2 di...

Yuk Bikin Galaxy Z Flip6 Jadi Stand Out dengan Flipsuit Case

Telko.id - Huawei resmi memperkenalkan Huawei MatePad Pro 12.2-inch,...

Oppo Pad Air2

Oppo Reno11 Pro (China)

ARTIKEL TERKAIT

Tingkat Stres Meningkat Karena Buffering?

Telko.id – Sebuah studi neuroscience mengukur reaksi pengguna terhadap kinerja jaringan yang menunjukkan bahwa denyut jantung dan tingkat stres mereka meningkat ketika seseorang mengalami keterlambatan dalam loading halaman web dan video atau yang sering kita sebut lagging.

Tingkat pengukuran stres dapat dibandingkan dengan situasi lain dalam kehidupan sehari-hari seperti menonton film horor atau memecahkan masalah matematika dan tingkat stres yabf lebih besar yakni menunggu dalam antrean pembeli di toko kelontong.

Studi yang juga dipersembahkan oleh Ericsson ConsumerLab dan termasuk dalam Laporan Mobilitas Ericsson pada Jaringan Masyarakat dirilis pada bulan Februari lalu, mengukur aktivitas otak, gerakan mata, dan detak jantung ketika seseorang menyelesaikan berbagai aktivitas mereka untuk browsing web dan menonton klip video.

Para peserta yang terkena tingkat keterlambatan tinggi, tingkat menengah dari sama sekali tidak mengalami keterlambatan atau internet lemot, pada saat mereka browsing dan menyaksikan kobten video mereka juga direkam dalam studi ini. Respon ke waktu muatan awal (time-to-konten) dan jeda karena internet mereka kembali ‘lemot’ saat menonton video juga direkam dan dianalisis.

Hasil ini membantu untuk mengungkap bagaimana variasi dalam kinerja jaringan dapat mempengaruhi pengalaman konsumen dan akhirnya mempengaruhi ekuitas dari brand provider yang mereka gunakan.

Diantara temuan dari penelitian ini adalah bahwa rata-rata, penundaan tunggal menghasilkan peningkatan 38% denyut jantung. Sementara delay media 2 detik ketika loading video menyebabkan tingkat stres rata-rata meningkat dari 13% menjadi 16% di atas batas normal. Setelah video mulai streaming, jeda karena buffering menyebabkan tingkat stres lebih meningkat yakni sebesar 15 persen.

Studi ini juga mencatat dengan delay yang mencapai enam detik, setengah dari peserta mengalami 19% peningkatan relatif terhadap tingkat dasar. Sementara lainnya menunjukkan bahwa gerakan mata mereka memperlihatkan gangguan tersebut dan tingkat stres menurun. Seperti dilaporkan oleh TelecomAsia (12/4).

Di luar pengaruh kinerja jaringan yang buruk pada individu, laporan itu menyimpulkan bahwa ia juga memiliki efek pada persepsi brand sebuah provider sebagai peserta yang tidak mengalami keterlambatan kinerja, yang tentunya menunjukkan peningkatan minat peserta ke sebuah provider.

“Ini menunjukkan bahwa mereka menjadi lebih bahagia dengan penyedia layanan seluler mereka. Sebagai perbandingan, kelompok yang mengalami delay menengah dan tinggi merasakan keterlibatan suatu brand adalah netral dan bahkan negatif,” dikutip dari laporan tersebut.

“Menariknya, penundaan media streaming mengakibatkan efek negatif ganda pada penyedia layanan, karena mereka tidak hanya menurunkan minat konsumen mereka tetapi juga menyebabkan peningkatan keterlibatan dengan pesaing mereka yang ternyata menyediakan jaringan internet yang lebih baik. Sementara itu, pengguna yang mengalami delay tingkat tinggi merespon negatif untuk semua brand penyedia layanan seluler.” Tutup laporan tersebut.

Sejatinya, dari laporan ini menunjukan bahwa layanan yang baik dari setiap operator, tentu akan membuat mereka tetap berkibar di bisnis ini. Sebaliknya, ketika layanan yang mereka hadirkan kurang maksimal, tentunya tingkat stres pengguna akan menyebabkan si pengguna tersebut menghilangkan minatnya pada operator tadi dan berpindah ke operator pesaing.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

ARTIKEL TERBARU