spot_img
Latest Phone

Garmin Venu X1 Dukung Performa Padel dengan Fitur Canggih

Telko.id - Garmin resmi menghadirkan Venu X1, smartwatch premium...

Garmin quatix 8, Smartwatch Maritim dengan Fitur Canggih

Telko.id - Garmin Indonesia resmi meluncurkan quatix 8, smartwatch...

Moto g86 Power 5G: Spek Lengkap dengan Harga Terjangkau

Telko.id - Smartphone terbaru dari Motorola akan segera diluncurkan....

Apple Kembangkan Chatbot AI Sendiri, Saingan ChatGPT

Telko.id – Perusahaan teknologi besar Apple, mulai bergerak mengembangkan...

Pendapatan Apple Naik 10%, Penjualan iPhone Tembus 3 Miliar Unit

Telko.id - Apple mengumumkan hasil keuangan kuartal III 2025...
Beranda blog Halaman 1474

Komisi Eropa Minta Sikap Aktif OTT Terhadap Konten Berbahaya

0

Telko.id – Komisi Eropa telah menyetujui proposal untuk mereformasi aturan tentang Layanan Media Audiovisual dan memperbanyak regulasi untuk platform video online.

Menurut Telecompaper, Kamis (2/6), perubahan utama dari aturan ini akan terkait pada sikap aktif penyedia layanan online, dimana mereka harus lebih aktif dalam menyikapi konten berbahaya, seperti pornografi dan kekerasan, dan konten lainnya yang menghasut kebencian.

Selain itu, mereka juga akan diminta untuk memastikan setidaknya 20 persen dari konten dalam katalog mereka adalah asal Eropa, dan negara-negara Uni Eropa akan diizinkan untuk meminta penyedia video online untuk berkontribusi secara finansial untuk produksi konten.

Dalam upaya untuk membantu penyiaran bersaing lebih baik dengan sektor online, mereka akan diberikan lebih banyak kebebasan mengenai kapan mereka beriklan sepanjang hari. Sementara batas 20 persen dari waktu antara pukul 07.00 dan pukul 23.00 untuk iklan akan dipertahankan, maksimal 12 menit iklan per jam akan dicabut.

Untuk memastikan regulator penyiaran tetap independen dari pemerintah, Grup Regulator Eropa untuk Layanan Media Audiovisual akan diberikan lebih banyak kekuasaan untuk menilai peraturan kode etik dan memberi saran pada Komisi Eropa.

Komisi juga mengisyaratkan bahwa lebih banyak peraturan bagi penyedia layanan online bisa saja datang di kemudian hari. Menyusul konsultasi publik secara luas yang dilakukan pada platform online tahun lalu.

Perangkat IoT akan Salip Ponsel di 2018, Eropa Pimpin Pertumbuhan

Telko.id – Menurut riset terbaru yang dilakukan Ericsson Mobility Report, pada tahun 2018 nanti perangkat yang terhubung ke Internet of Things (IoT) akan melampaui jumlah ponsel.

Beberapa hal disebut Ericsson sebagai alasan, seperti meningkatnya permintaan untuk perangkat IoT yang terhubung ke perangkat cerdas dan mobil, serta turunnya hargadan aplikasi yang inovatif. Hal ini secara tidak langsung akan memicu pertumbuhan perangkat IoT yang terkoneksi menjadi sebesar 23% CAGR per tahun selama lima tahun ke depan.

Akibatnya, perangkat IoT yang terhubung akan menjadi 16 miliar dari total 28 miliar perangkat yang terhubung pada 2021, kata Ericsson.

Eropa Barat akan memimpin pertumbuhan dengan pasar yang diproyeksikan tumbuh 400 persen pada 2021, didorong oleh persyaratan peraturan di bidang utilitas pintar serta diimplementasikannya mobil Uni Eropa yang terhubung langsung dengan e-call, yakni pada 2018.

Selain itu, laporan itu juga mengungkapkan bahwa pelanggan smartphone diharapkan untuk menyalip jumlah tersebut untuk ponsel basic pada kuartal ketiga untuk pertama kalinya, sebelum meningkat dari 3.4 miliar menjadi 6.3 miliar di tahun 2021. Smartphone menyumbang hampir 80 persen dari semua ponsel yang dijual di tiga bulan pertama tahun itu, kata Ericsson seperti dilaporkan Telecompaper, Kamis (2/6).

Jumlah pelanggan mobile mencapai 7,4 miliar pada akhir Q1, naik 3 persen YoY, sementara jumlah pengguna unik sebenarnya melebihi 5 miliar, yang dipimpin oleh 21 juta net adds di India dan 5 juta di Myanmar.

Pelanggan LTE juga tumbuh pada tingkat yang tinggi pada kuartal pertama, dengan 150 juta pengguna baru menjadikan total global hampir 1,2 miliar. Pada akhir 2021, teknologi LTE akan meningkat menjadi total 4,3 miliar langganan. Ericsson menambahkan bahwa LTE dengan kecepatan data puncak 1 Gbps diharapkan telah tersedia secara komersial tahun ini di pasar seperti Jepang, Amerika Serikat, Korea Selatan dan China.

Sementara itu, lalu lintas data terus tumbuh pada tingkat yang fenomenal di Q1, dengan lalu lintas data mobile global meningkat 60 persen YoY disebabkan meningkatnya jumlah pelanggan smartphone dan meningkatnya konsumsi data per pelanggan. Pada akhir 2021, sekitar 90 persen dari lalu lintas data mobile akan berasal dari smartphone, pungkas Ericsson.

Luncurkan Satelit Sendiri, BRI Ingin Jangkau Daerah Terpencil

0

Telko.id – PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) memiliki rencana untuk meluncurkan satelit sendiri minggu depan. Dipanggil BRIsat, satelit ini merupakan yang pertama di dunia yang didedikasikan untuk layanan perbankan.

BRIsat yang ditujukan untuk menjangkau pelanggan di daerah terpencil ini diharapkan akan bisa online sebelum akhir Agustus.

Menurut Dealstreetasia, Rabu (1/6), BRIsat dijadwalkan akan mengorbit pada roket Arcane 5, milik Arienespace di Kourou, sebuah komune di Guyana, Amerika Selatan, pada tanggal 9 Juni mendatang, tepatnya pukul 3:30 WIB.

“Kami akan mencapai tonggak baru dalam sejarah industri perbankan, ketika BRI menjadi bank pertama yang mengoperasikan satelit,” kata Presiden Direktur BRI, Asmawi Syam.

Syam menambahkan, dengan satelit baru ini BRI berharap bisa menambah 10 juta pelanggan baru di seluruh Indonesia. Saat ini, bank milik negara itu melayani sekitar 50-60 juta pelanggan.

Satelit ini juga akan memungkinkan BRI untuk meningkatkan komunikasi perbankan dengan aman di lebih dari 10.300 cabang yang dimilikinya.

Setelah roket diluncurkan, BRIsat akan diposisikan pada orbitnya pada bujur 150 derajat Timur di atas langit Papua, dan akhirnya diserahkan kepada BRI pada bulan Agustus atau 50 hari setelah peluncuran.

Satelit ini memiliki 45 transponder, terdiri dari 18 untuk KU-band untuk melayani komunikasi non-keuangan dan untuk C-band, untuk memudahkan transaksi keuangan.

Riset : Penonton Konten Streaming Video di India Akan Meningkat

Telko.id – Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Spuul Global mengatakan bahwa potensi viewer untuk konten video pada jaringan telekomunikasi 3G dan 4G akan berkembang seiring dengan kualitas jaringan yang semakin baik serta tarif yang juga akan semakin murah.

Berbagai faktor seperti penetrasi smartphone, peluncuran layanan 4G dan konten beragam adalah faktor kunci yang akan mendorong permintaan video online pada industri meningkat di 2016 hinga 2017 di India. Berkaca dari laporan VNI Cisco, masyarakat di negeri Bollywood akan memiliki 650 juta smartphone pada 2019. Itu berbarti sekitar 650 juta televisi pribadi dalam saku pengguna. Sebagai perbandingan, hanya ada 168 juta TV rumah tangga  di India dengan mayoritas di antaranya hanya memiliki satu buah Televisi saja.

Dilansir dari TelecomLead (1/6), Satu-satunya batu sandungan, menuju pendakian cepat dari ruang Video-On-Demand (VOD) di India adalah infrastruktur fixed broadband berkecepatan tinggi dengan biaya rendah. Sementara perusahaan digital India mulai menjadikan fondasi utama dari usaha mereka mulai dari konten, konektivitas, serta data kecepatan tinggi.

Menurut laporan terbaru dari IAMAI dan IMRB Internasional, jumlah penduduk di India diperkirakan akan mencapai 371 juta jiwa pada Juni 2016. Dari angka ini, 60 persen mengkonsumsi internet pada handset mereka, seperti Smartphone, tablet, dll dan sebanyak 70 miliar menit konten video akan dilihat di India per bulan.

Namun, tidak semua lancar untuk industri VOD. Tantangan pertama yang dihadapi layanan VOD di India saat ini adalah biaya data. Streaming video, mengkonsumsi jumlah yang lebih besar dari data yang dibandingkan dengan layanan pesan seperti WhatsApp. Sebuah film berdurasi 3 jam, pada rendition setidaknya akan memakan sekitar 250MB data pengguna. Sementara 1 GB data 3G memerlukan biaya sekitar Rs 150 pada operator telekomunikasi saat ini, jadi jika menonton film secara keseluruhan akan memakan biaya sekitar Rs 40. Di India sendiri, jumlah ARPU rata-rata per pelanggan telekomunikasi adalah sekitar Rs 200, dengan Rs 40 adalah jumlah yang cukup signifikan.

Dengan biaya data yang tinggi berarti bahwa penyedia layanan VOD harus berinovasi untuk menangani masalah ini.

Peluncuran layanan 4G, seperti Reliance Jio Infocomm harus mengurangi biaya data bagi pengguna internet mobile. Reliance Communications, saat diluncurkan di awal tahun 2000 hadir dengan penawaran ponsel bersubsidi dan tarif suara. Diharapkan, akan ada sesuatu yang mirip dengan peluncuran Jio, menempatkan tekanan pada pemain lama industri untuk mengikuti dan mengakibatkan penurunan harga data bagi pelanggan.

Tantangan kedua yang harus dihadapi oleh layanan VOD di India adalah kecepatan jaringan yang tidak stabil. Streaming video memerlukan jaringan dengan stabilitas yang tinggi dengan kecepatan yang konsisten minimal 2-3 Mbps untuk memberikan pengalaman yang menarik bagi para pengguna. Suatu hal yang menarik untuk dicatat adalah bahwa lebih dari setahun setelah peluncuran 4G, adopsi 3G di India tetap tenang karena berbagai masalah seperti kualitas jaringan yang buruk dari operator yang kekurangan uang untuk dibelanjakan pada ekspansi 3G dan penetrasi rendah 3G karena handset.

Untuk keberhasilan penetrasi 4G di India, operator harus mengatasi tantangan kecepatan transfer tinggi serta bandwidth efisien sehingga konsumen mereka dapat menyaksikan konten video dengan mulus setiap saat. Tanda-tanda awal yang menjanjikan. Ketika Bharti Airtel meluncurkan layanan 4G di Delhi, pengguna secara konsisten melihat kecepatan 30Mbps keatas. Tidak diragukan lagi, kecepatan ini akan mengurangi pengguna 3G dan beralih ke layanan 4G. Akan tetapi, operator  masih harus cukup untuk memberikan layanan gratis. Sebagian besar pemain telekomunikasi telah mengumumkan peluncuran 4G, namun adopsi masih tergolong lambat. Saat ini, hanya 10-12 persen dari smartphone yang digunakan oleh pengguna merupakan ponsel 4G.

4G merupakan sebuah bagian kunci dalam teka-teki perkembangan VOD di India, dan operator seluler yang memiliki layanan VOD serta penyedia konten akan gembira jikalau transformasi ini berhasil dikemudia hari.

Lebih lanjut, berdasarkan laporan dari IDC mengatakan bahwa pelanggan di seluruh tingkatan kota semakin siap untuk menghadapi masa depan, dengan lebih memilih perangkat 4G ketimbang 3G, dengan lebih dari 65 persen dari smartphone menjadi 4G yang kompatibel di semua tingkatan kota. Juga, dengan operator telekomunikasi secara bertahap meningkatkan jejak 4G dan mempromosikan layanan 4G, ini diharapkan dapat menstimulus pertumbuhan eksponensial dalam beberapa bulan mendatang.

“China mulai masuk ke dalam pangsa pasar perangkat 4G dengan merek global di wilayah Tier-2 dan Tier-3, dengan hampir 40 persen dari permintaan yang dihasilkan oleh mereka,” kata Varun Singh,market analyst, Channels, IDC India.

Jelas, 4G akan memberikan bandwidth yang lebih baik dan keterjangkauan yang lebih besar. Hal ini juga akan menyebabkan proliferasi multi-layar atau perangkat yang terhubung lebih baik seperti smartphone, tablet, dan smart TV. Namun untuk mempermudah pengadopsian 4G, pembuat perangkat perlu menghadirkan smartphone dengan harga rendah yang tentunya akan memberikan lebih banyak konsumsi video.

Jika di India VOD akan meningkat di beberapa tahun kedepan, sama halnya dengan di Indonesia. kecenderungan masyarakat perkotaan yang mulai gemar menyaksikan konten televisi melalui jalur streaming akan mulai memberikan pengaruh kepada masyarakat yang tingga di pedesaan. Namun, tentu saja hal ini tidak terlepas dari kesiapan ekosistem yang ada, yakni Network yang murah, Device yang terjangkau serta Application atau konten yang user firendly dan juga menarik serta tidak lupa memberikan unsur edukasi bagi masyarakat.

 

 

Bulan Ini, Three UK Uji Coba Teknologi Ad Blocking

0

Telko.id – Operator 3 (Three) di Inggris telah mengkonfirmasi rencananya untuk menguji coba teknologi ad-blocking pada jaringannya pada bulan Juni ini.

Dalam sebuah pernyataan, perusahaan mengatakan bahwa pelanggan menjadi semakin frustrasi dengan iklan yang tidak relevan dan mengganggu, serta menyedot data mobile mereka.

Dilaporkan Telecompaper, Rabu (1/6), tes ini akan menguji kemampuan teknologi tersebut untuk menyaring iklan yang merusak pengalaman mobile browsing pelanggan tanpa mempengaruhi pengalaman jaringan mereka.

Three mengatakan teknologi ini akan memblokir 95% dari iklan dan pop-up di website, tapi iklan video pra-putar, artikel yang disponsori dan promosi di-feed di jaringan sosial seperti Twitter dan Facebook tidak akan diblokir.

Setidaknya 500.000 pelanggan akan dihubungi Three untuk dimintai kesediaannya berpartisipas dalam uji coba ini, yang rencananya akan dilangsungkan pada 13 Juni mendatang, lapor BBC.

Lebih dari 10 Juta Upaya Panggilan Penipuan Dihadapi Operator di Q1

0

Telko.id – Lebih dari 10 juta upaya panggilan penipuan pada jaringan pelanggan telah berhasil dideteksi dan diblokir oleh BICS – penyedia layanan suara dan mobile data yang berbasis di Belgia – selama tiga bulan pertama di tahun 2016. Hal ini tidak lain berkat platform perusahaan yang diberi nama FraudGuard.

FraudGuard sendiri memungkinkan operator nirkabel untuk secara proaktif melindungi pelanggan terhadap penipuan pada jaringan mereka. Dengan mengumpulkan rincian aktivitas jaringan yang mencurigakan di seluruh basis pelanggan global BICS, platform ini mampu mengidentifikasi dan memblokir aktivitas yang menjurus ke arah penipuan.

Saat ini, database penipuan komprehensif BICS telah diisi oleh lebih dari 400.000 nomor di seluruh dunia yang terkait dengan aktivitas kriminal.

Asosiasi Pengendalian Penipuan Komunikasi memperkirakan, penipuan telekomunikasi global menelan biaya industri sekitar € 3,3 miliar setiap tahun, dengan jenis yang paling umum adalah penipuan International Revenue Share, peretasan PBS dan Wangiri.

Solusi pencegahan penipuan BICS didukung oleh platform crowdsourcing global anti-fraud, yang selain menawarkan layanan VAS lainnya, dirancang untuk secara proaktif melindungi jaringan seluler dari ancaman penipuan saat ini dan yang umum terjadi.

Di antara beberapa operator yang telah mengadopsi FraudGuard adalah operator Prancis, Bouygues Telecom. Menurut PR Newswire, Rabu (1/6), dalam tiga bulan pertama 2016, BICS berhasil memblokir lebih dari 200 serangan yang ditujukan pada Bouygues, membuat operator menghemat sekitar € 130K atau setara Rp 2.5 miliar.

Menurut Katia Gonzalez, Head of Fraud Operations BICS, munculnya jaringan yang semuanya menggunakan IP secara tidak langsung menjadi pemicu kian cepat dan berkembangnya serangan terhadap industri telekomunikasi. Ditambah, industri ini juga menjadi industri yang benar-benar global sehingga memungkinkan serangan bisa datang dari mana spun dan kapan pun.

“Itu sebabnya penting bagi operator jaringan untuk berbagi pengetahuan tentang berbagai insiden untuk memungkinkan langkah-langkah proaktif yang akan diambil oleh rekan-rekan mereka. Hanya dengan kerjasama dan mengadopsi langkah-langkah proaktif lah industri dapat mencegah berkembangnya masalah ini,” katanya.

Hal yang tak jauh berbeda disampaikan Thierry Nedellec, Wholesale Manager di Bouygues. Menurutnya, melindungi pendapatan dari aktivitas penipuan adalah prioritas utama bagi Bouygues, dan perusahaan telah menuai manfaat dari pengadopsian platform FraudGuard dari BICS.

“Lebih dari 200 upaya penipuan diblokir pada awal tahun ini dan tidak ada insiden panggilan sah yang dicegah – semua dengan masukan minimal dari tim operasional kami,” tutupnya.

Operator Arab Ini Ingin Jual Menara

0

Telko.id – Saudi Telecom Co, yang juga merupakan operator telepon terbesar di Arab Saudi, sedang mempertimbangkan untuk menjual beberapa aset menara pemancar seluler mereka, ucap CEO Saudi Telecom.

Dilaporkan Bloomberg (1/6), Margin untuk layanan telekomunikasi tradisional yang tidak lagi digunakan oleh mereka cukup besar dan Saudi Telecom sedang mencari cara untuk mendiversifikasi pendapatan dan meningkatkan efisiensi, ujar Chief Executive Officer mereka, Khaled Bin Hussain Biyari mengatakan dalam sebuah wawancara di Bloomberg TV. Salah satu cara untuk mencapai efisiensi tersebut adalah dengan menjual menara yang mereka miliki.

“Kami serius mempertimbangkan itu, kita melakukan penilaian internal dalam hal apakah nilai itu akan menghadirkan hal yang positif bagi kami, ini bukan tentang uang. Ini tentang menciptakan efisiensi dalam operasi. “Ujar Biyari.

Perlambatan ekonomi di tengah merosotnya harga minyak adalah sebuah fakta lain dari situasi di Arab Saudi, meskipun perusahaan di kerajaan kaya minyak ini masih terus berkembang, namun Saudi Telecom telah berinvestasi besar dalam teknologi cloud, ucap Biyari.

Operator telekomunikasi Arab Saudi telah memeriksa pilihan mereka sehubungan dengan menara untuk beberapa waktu. Sementara itu, pada tahun lalu beberapa pesaing Saudi Telecom juga mengungkapkan telah mempertimbangkan untuk menjual aset menara.

Sedangkan, awal tahun ini ada laporan bahwa tiga operator seluler utama Arab Saudi – Saudi Telecom, Mobily dan Zain – sedang mempertimbangkan untuk menggabungkan aset menara mereka menjadi perusahaan yang terpisah.

Ketiga raksasa telko Arab ini sejatinya tidak berniat untuk bekerjasama dalam bentuk Joint Venture, namun pada bulan Maret lalu, CEO Mobily Ahmad Farroukh mnegatakan kepada Bloomberg bahwa mereka telah menerima sejumlah tawaran indikatif untuk menara telekomunikasi.

Sekadar informasi, tercatat bahwa sekitar 10.000 menara seluler milik Mobily bisa dihargai hingga USD $ 2 miliar. Namun, untuk Saudi Telecom sendiri, mereka tidak memberikan angka pasti mengenai nilai keseluruhan dari asset menara mereka.

Riset: 50% Konsumen China Beli Ponsel Secara Online

Telko.id – Menurut survei terbaru yang dilakukan ABI Research untuk pasar Cina, lebih dari 50% orang yang dimintai pendapat, alias menjadi responden, melaporkan bahwa mereka membeli ponsel secara online. Angka ini terbilang tinggi jika dibandingkan dengan survei serupa yang dilakukan di AS, dimana hanya sekitar 36% dari konsumen saja yang melakukan hal serupa.

Hal ini, menurut Analis Senior ABI Research, Marina Lu, tidak lain dikarenakan pasar telekomunikasi seluler China didominasi oleh prabayar, yang berarti bahwa konsumen China (mungkin) tidak merasa seperti diikat oleh penyedia layanan mobile seperti yang dirasakan konsumen AS. “Prinsip yang sama berlaku untuk pelanggan kontrak, karena hanya melibatkan penawaaran kontrak SIM di China tanpa mengikutsertakan ponsel,” katanya.

Selain itu, banyak operator seluler di wilayah ini juga mengurangi subsidi untuk smartphone dan membebankan pajak handset kepada pelanggan. Hal ini semakin melemahkan ikatan antara pelanggan dengan operator mobile dan mendorong konsumen untuk membeli ponsel secara online.

Ditambah lagi, tidak banyak toko fisik untuk merek ponsel besar, seperti Apple, Samsung, dan Huawei bisa ditemukan di China seperti halnya di AS. Apple, misalnya, hingga saat ini baru memiliki total 32 toko di China, bandingkan dengan di AS, dimana setidaknya 268 toko telah beroperasi.

Bahkan, beberapa merek lokal China, termasuk Huawei dan Xiaomi, memanfaatkan tren ini (membeli ponsel secara online -red) dengan menjual beberapa perangkat andalan mereka melalui toko online. Huawei Honor dan Xiaomi seri Mi adalah contoh yang paling masuk akal untuk tren ini.

“Toko fisik bisa sangat berguna, karena memungkinkan konsumen untuk mencoba produk terbaru mereka saat berbelanja dan, karena itu, membantu meningkatkan penjualan,” tambah Lu. “Namun mengingat toko fisik di China terbatas, konsumen mungkin berkecil hati dengan proses ini, karena banyaknya orang dan antrian yang panjang selama pemeriksaan.”

Pemerintah Rencanakan Pakai High Throughput Satellite 

0

Telko.id – Sebuah berkah bagi Indonesia yang memiliki wilayah dari Sabang sampai Merauke dengan ribuan pulau di dalamnya. Tak pelak, keanekaragaman budaya pun dimilikinya. Namun, dengan wilayah yang 80% adalah perairan, maka koneksi internet pun menjadi persoalan tersendiri karena sudah pasti akan menjadi mahal dan ada ketidak seragaman kecepatan internet itu sendiri. Itu sebabnya, pemerintah mencanangkan Indonesia Broadband Plan sejak 2014 lalu dan akan diselesaikan pada 2019 mendatang. Salah satunya adalah program Palapa Ring.

Sayang, program Palapa Ring tersebut ternyata masih menyisakan banyak spot yang tidak terjangkau. Seperti daerah terpencil, tidak marketable untuk dibangun jaringan, namun ada penduduknya. Itu sebabnya, pemerintah pun akan menggarap proyek satelit. Seperti yang diungkapkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara. “Satelit tersebut akan menjadi pelengkap dari akses pita lebar tetap (fixed broadband) melalui Palapa Ring yang sedang dikerjakan”.

“(Saat ini) kita fokus ke Palapa Ring dulu. Akses broadband ke segala penjuru, tentunya tidak hanya dengan Palapa Ring, tapi menggunakan solusi lain, bisa pakai satelit,” ujar Rudiantara menjelaskan.

Satelit telekomunikasi tersebut nantinya akan berperan membantu penyebaran akses internet ke berbagai daerah di seluruh Indonesia. Bila Palapa Ring akan mencakupi wilayah Kota dan Kabupaten, maka satelit ini akan memberikan akses internet di kawasan desa, kecamatan, hingga pulau terpencil.

Pemerintah sendiri hingga saat ini masih belum memutuskan, apakah akan mengorbitkan sendiri satelitnya, sewa atau cara lainnya. Di sisi lain, ada BRI yang sudah akan meluncurkan satelit sendiri, yang notabene adalah ‘milik pemerintah’ juga. Rudiantara masih belum bisa memastikan hal tersebut. “Satelit itu bisa punya sendiri atau siapapun, kita belum tahu. Tapi yang pasti, satelit itu harus (kategori) High Throughput Satellite (HTS). Sekarang belum diputuskan punya sendiri atau seperti apa, yang penting Palapa Ring dulu,” ujar Rudiantara menjelaskan.

Nanti, jika sudah diputuskan, satelit itu sebagian besar akan dipergunakan untuk kebutuhan pemerintah. Selain itu, kebutuhan industri pun siap diperankan oleh satelit tersebut.

“Tapi tidak untuk consumer langsung. Saya seneng kalau ada punya slot, mereka luncurkan High Throughput Satellite, jadi bisa langsung device ke satelit,” sahut Rudiantara bersemangat.

Dalam pembiayaan satelit ini, rencananya juga akan diberlakukan skema yang sama dengan yang dilakukan oleh program Palapa Ring yakni mengunakan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha atau (KPBU). Namun, masih belum diputusakan karena saat ini baru dimulai pembahasannya.

Rencananya juga, keberadaan satelit ini tidak akan terlalu jauh selesainya dari dioperasikannya Palapa Ring yang rencananya akan selesai di 2019.

“Intinya pemerintah harus punya network sendiri, bukan berarti semuanya sendiri, tapi beberapnya kita sewa ke ini. Kalau Palapa Ring dioperasikan tahun 2019, setelah itu harus ada jaringan lain yang melengkapinya, (operasi satelit) jangan jauh-jauh dari Palapa Ring,” ujar Rudiantara menjelaskan. (Icha)

 

 

Nokia dan Ericsson Bantu Dua Operator Ini Hadirkan ‘BTS Ransel’

0

Telko.id – Sebagai operator telekomunikasi dan juga vendor jarinngan, kedua perusahaan ini berusaha untuk memecahkan masalah cakupan dan kapasitas pada jaringan selular. Berkaca dari hal tersebut, Nokia Networks dan Vodafone telah mengumumkan radio portabel secara terpisah.

Memiliki target untuk lokasi terpencil, khusus untuk skenario tanggap darurat, Nokia Networks telah mengumumkan Ultra Compact Network (UCN) di Critical Communication World yang bertempat di Amsterdam, Belanda. Nokia menyebut, kalau UCN merupaka sebuah jaringan yang berada di ransel. jaringan 4G yang ringan dan ‘ultra-compact’ yang berbasis pada teknologi small cell.

Dilaporkan Telecoms (1/6), upaya Nokia untuk memberikan base station ponsel secara portabel bertujuan untuk memberikan cakupan jangka pendek bagi responden darurat dan mencakup hingga kisaran 75km dengan kapasitas 400 pengguna pada jaringan 4G LTE. Secara khusus, UCN memperluas jaringan makro dengan menggunakan kabel, satelit atau teknologi microwave  untuk backhaul.

Sekadar informasi, setiap paket  BTS hanya berbobot 5 kg dan membutuhkan daya minimal serta dapat dimatikan dari inverter berbasis mobil atau generator portabel standar. Nokia mengatakan, BTS ini cocok untuk diterbangkan ke suatu tempat menggunakan perangkat udara remote control, seperti drone atau balon udara.

“EE memiliki kesempatan untuk melakukan ujicoba inovasi terbaru dari Nokia di lingkungan indoor dan outdoor pada Mei 2016. Kami sangat terkesan dengan bobot yang ringan, sistem smallcell yang deployable ini. Ini adalah solusi ideal untuk pemulihan bencana dan untuk cakupan sementara, baik untuk pelanggan sektor publik dan swasta. ” ujar EE’s Director of RAN, Mansoor Hanif.

Sementara itu, dalam upaya lain untuk meningkatkan konektivitas nirkabel dengan bobot ringan, Vodafone juga mengumumkan peluncuran fitue serupa, yakni “jaringan dalam tas”. Dalam kemitraan dengan Ericsson, operator asal UK ini mengatakan telah mengerahkan unit radio berbobot ringan di London yang menawarkan kecepatan 4G tetapi menggunakan setengah ukuran dan berat unit yang ada.

Sementara itu, Vodafone tidak memberitahu lebih dalam soal rincian tentang backhaul atau kemampuan jangkauan BTS ransel mereka itu, mereka hanya mengatakan ukuran dan bentuknya saja.

“Kami terus mencari cara baru dan inovatif untuk menyediakan cakupan seluler yang meningkat untuk memenuhi lonjakan permintaan dari pelanggan kami untuk data mobile dan video sambil meminimalkan gangguan terhadap masyarakat umum dan meningkatkan estetika dari daerah sekitarnya,” kata CTO dari Vodafone UK, Jorge Fernandes.

Ia menambahkan, “Kami senang bisa bermitra dengan Ericsson, salah satu pemasok jaringan utama kami pada proyek ini dan berharap untuk lebih terlibat dengan dewan lokal dan pemerintah untuk mencari cara mengurangi ‘pita merah’ di sekitar perencanaan sites untuk instalasi tiang mobile.” Tambahnya.

BTS mini mampu mengakomodir terobosan baru mereka, yakni mendukung LTE-A milik Vodafone dengan menggunakan Carrier Aggregation.  Layanan 4G+ ini rupanya mampu mengelola kecepatan download lebih dari 240 Mbps.