spot_img
Latest Phone

ASUS Vivobook S14: Laptop AI 45+ TOPS untuk Produktivitas Tanpa Batas

Telko.id - ASUS Vivobook S14 (S3407QA), laptop terbaru yang...

Garmin vívoactive 6, Tak Sekadar Pintar, Dukung Gaya Hidup Aktif dan Tampil Lebih Gaya

Telko.id - Garmin Indonesia memperkenalkan vívoactive 6, smartwatch wellness...

Lebih Bugar Setelah Lebaran dengan Smartwatch Garmin

Telko.id - Pernahkah Anda merasa tubuh terasa berat dan...

PC Global Melonjak 4,9% di Q1 2025, Tapi Tarif China Ancam Pasokan

Telko.id - Angka-angka terbaru dari IDC mengungkap fakta mengejutkan:...

Lenovo Yoga Slim 9i: Laptop Premium Pertama dengan Kamera di Bawah Layar

Telko.id - Bayangkan sebuah laptop yang tidak hanya memukau...
Beranda blog Halaman 1422

Seperti Apa Masa Depan 5G?

0

Beberapa penelitian dan diskusi terjadi di seluruh dunia antara ahli teknologi, peneliti, akademisi, vendor, operator, dan pemerintah tentang inovasi, implementasi, kelangsungan hidup, dan keamanan dari 5G.

Seperti yang diusulkan, sarat dengan beberapa fitur canggih mulai dari layanan internet kecepatan super tinggi untuk kelancaran layanan di mana-mana, 5G akan membuka banyak masalah. Namun, pertanyaannya adalah – dalam situasi, di mana teknologi sebelumnya (4G dan 3G) masih dalam proses dan di banyak bagian belum dimulai; bagaimana masa depan 5G?

future_scopeTeknologi generasi ke-5 ini dirancang untuk memberikan kemampuan data yang luar biasa, volume panggilan tanpa hambatan, dan data beragam yang disiarkan dalam sistem operasi mobile terbaru. Singkat kata, ini teknologi yang lebih cerdas, yang akan menghubungkan seluruh dunia tanpa batas. Dengan demikian, dunia kita akan memiliki akses universal dan tidak terganggu untuk informasi, komunikasi, dan hiburan yang akan membuka dimensi baru untuk hidup kita dan akan mengubah gaya hidup kita.

Selain itu, pemerintah dan regulator dapat menggunakan teknologi ini sebagai kesempatan untuk pemerintahan yang baik dan dapat menciptakan lingkungan yang sehat, yang pasti akan terus mendorong investasi dalam 5G, teknologi generasi berikutnya.

India Perintahkan Semua Smartphone Diserta Tombol Panik, Kenapa?

0

Telko.id – Tingginya tingkat kriminalitas di India, salah satunya yang terkait kekerasan seksual, mau tak mau membuat Pemerintah lebih waspada. Terbukti, India telah menyatakan bahwa, mulai 2017, semua ponsel harus dijual dengan tombol panik didalamnya. Ini ditujukan agar pengguna dapat langsung mengingatkan layanan darurat. Setahun kemudian, semua perangkat yang dijual juga harus datang dengan GPS sebagai standar agar pihak berwenang dapat cepat menemukan korban kekerasan seksual.

Menurut surat kabar setempat, menekan lama baik tombol 5 atau 9 pada fitur ponsel akan segera menghubungkan pengguna ke polisi. Selain itu, smartphone juga akan harus menyediakan tombol darurat pada layar atau memungkinkan panggilan panik – misalnya – dengan menekan tombol sleep/wake tiga kali berturut-turut.

Dilaporkan Engadget, Rabu (27/4), peraturan ini tidak hanya harus dipatuhi oleh produsen lokal, tetapi juga perusahaan multinasional seperti Samsung dan Apple.

Ini bukan pertama kalinya produsen harus men-tweak desain mereka untuk berurusan dengan undang-undang setempat. Di Rusia, pemerintah memberlakukan retribusi impor 25 persen pada semua smartphone yang tidak mendukung sistem navigasi buatan mereka, GLONASS. Sementara di Indonesia, kita tentu tidak lupa dengan adanya aturan TKDN, bukan?

Langkah Pemerintah India ini datang dari sang Menteri Telekomunikasi, Ravi Shankar Prasad, yang mengatakan bahwa ia membuat keputusan untuk melindungi perempuan di negaranya.

Seperti diketahui, India saat ini berurusan dengan apa yang digambarkan Daily Beast sebagai krisis perkosaan. Jumlah laporan terkait serangan kekerasan seksual di negeri ini sudah naik hampir 13.000 dalam lima tahun terakhir. Itu belum termasuk korban yang tidak melapor. Konon, setiap 15 menit sekali seorang wanita diperkosa di India.

“Teknologi semata-mata dimaksudkan untuk membuat kehidupan manusia lebih baik, dan apa yang lebih baik daripada menggunakannya untuk keamanan perempuan,” kata Prasad seperti dikutip Mashable.

T-Mobile Sukses Tambah 2.2 Juta Pelanggan Baru di Q1 2016

0

Telko.id – Operator AS, T-Mobile menuai hasil positif selama kuartal pertama 2016. Hal ini ditandai dengan keberhasilan perusahaan dalam mengakuisisi 2,2 juta pelanggan baru secara total, dimana lebih dari 1 juta diantaranya adalah pelanggan pasca bayar.

Jumlah tersebut jauh melampaui pencapaian sang pesaing, Verizon, yang dikabarkan hanya berhasil menambah 640.000 pelanggan pasca bayar pada kuartal yang sama. Meskipun, secara total pelanggan T-Mobile – memiliki 65,5 juta pelanggan – masih jauh dibawah Verizon dengan 112.6 juta pelanggan.

Namun, bisnis inti perusahaan menunjukkan hasil yang baik. Menurut laporan Engadget, Rabu (27/4), total pendapatan T-Mobile naik lebih dari 10 persen menjadi US$8.8 juta, dan itu membuat perusahaan untung US$479 juta. Meski sekali lagi, itu bukan apa-apa dibanding keuntungan yang diraih kompetitor terbesar, Verizon, yang mencetak angka US$4.4 miliar kuartal ini.

Bagaimanapun, dengan pencapaian ini masa depan cerah menanti T-Mobile. Perusahaan ini secara dramatis memiliki harapan untuk menambah jumlah pelanggan pasca bayarnya tahun ini, dari minimal 2,4 juta menjadi setidaknya 3,2 juta, dan sekarang berharap untuk meraup setidaknya US$9.7 juta pendapatan untuk 2016 dibandingkan dengan estimasi sebelumnya sebesar US$9.1 miliar.

Kurangi Penipuan, Bangladesh Perketat Registrasi SIM

0

Telko.id – Menteri telekomunikasi Bangladesh, Tarana Halim telah mengungkapkan bahwa SIM card yang pada saat melakukan registrasi tidak disertai dengan otentikasi biometrik akan dinonaktifkan setelah batas waktu pendaftaran 30 April.

Sang Menteri mengatakan bahwa SIM card yang tidak terdaftar pada awalnya akan dinonaktifkan selama tiga jam pada tanggal 1 Mei sebagai peringatan, TelecomAsia melaporkan (27/4).

“SIM yang tidak terdaftar tetap akan dinonaktifkan secara permanen dalam waktu yang sangat singkat setelah tiga jam peringatan tadi,” katanya.

Sekadar informasi, hanya sekitar 70 juta dari total 130 juta pengguna ponsel di Bangladesh yang telah berada pada posisi ‘reregistered’ untuk SIM card mereka melalui sistem otentikasi biometrik. Namun, Tarana mengungkapkan sebuah harapan bahwa semua pengguna ponsel di Bangladesh akan mengikuti proses pendaftaran sesuai dengan tenggat waktu yang diberikan oleh Pemerintah.

Bangladesh sendiri memperkenalkan persyaratan untuk mendaftarkan SIM card pengguna dengan otentikasi biometrik sebagai bagian dari upaya untuk mencegah kegiatan kriminal termasuk operasi ilegal dari bisnis VoIP. Sementara itu, Pakistan sebagai negara tetangga juga telah siap dengan persyaratan seperti itu.

Pemerintah, regulator BTRC dan operator sekarang bekerja untuk meningkatkan kesadaran di kalangan pengguna ponsel tentang perlunya melakukan registrasi SIM card mereka menggunakan otentikasi biometrik dalam waktu yang ditentukan.

Apa yang dilakukan oleh ‘Kominfo’ nya Bangladesh ini sejatinya perlu dicontoh di Indonesia. Pasalnya, dengan registrasi semacam itu, tentunya akan semakin meminimalisir tindakan penipuan melalui jaringan selular yang tersedia bagi seluruh pengguna.

Di Indonesia sendiri, tercatat per 15 Desember tahun lalu, Kemenkominfo telah mewajibkan para operator di Indonesia untuk melakukan registrasi prabayar sesuai dengan kode gerai ataupun counter pulsa tempat dimana pengguna membeli SIM card tersebut. Kewajiban ini berlaku bagi nomor baru yang diregistrasi per 15 Desember 2015.

Diharapkan, setelah melakukan tindakan seperti ini, tidak akan ada lagi penipuan berkedok ‘layanan seks’ via SMS ataupun penipuan ‘Mama Minta Pulsa’.

Microsoft Bicara Soal Smart City di Indonesia

Telko.id – smart city menjadi salah satu topik terhangat yang sedang melanda setiap negara berkembang di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Di Indonesia sendiri tren smart city memang sedang berkembang, terlihat dari beberapa kota besar yang mencoba menerapkan tren ini, namun sangat disayangkan penetrasi smart city tersebut tidak berlangsung di berbagai aspek yang sebetulnya menjadi sebuah kebutuhan bagi warga di kota tersebut.

Microsoft Sendiri, melalui Tony Seno Hartono selaku National Technology Officer Microsoft Indonesia menyebutkan bahwa setidaknya terdapat beberapa kota di Indonesia yang telah menerapkan smart city, meskipun Ia enggan menyebutkan nama kota tersebut.

“Kita pernah melakukan survey di 12 kota secondary di Indonesia, ke 12 kota tersebut sudah cukup baik implementasi dari smart city nya. jadi kalau kita bicarakan smart city sampai level mana di Indonesia, ya setiap kota memiliki leve smart city yang berbeda,” ujar Tony pada diskusi tertutup dengan tim Telko.id di kantor Microsoft Indonesia (26/4).

Ia juga menyebutkan setidaknya ada satu standar yang bisa menjadi tolak ukur untuk smart city yakni ISO 18091. “ISO 18091 berbicara mengenai empat hal, yakni tata kelola pemerintahan, pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, pembangunan sosial yang inklusif yang setiap orang dilibatkan, serta pelestarian lingkungan,” sebutnya.

Tony menyebutkan jikalau empat hal ini berbeda-beda levelnya di setiap kota yang mereka survey tadi. Ia juga mengungkapkan bahwa di Indonesia masih banyak kepala daerah yang kurang paham dengan konsep dari smart city sendiri.

Baca Juga : IDC Cerita Tentang Tren Smart City di Indonesia

“Mereka hanya berfikir bahwa smart city adalah kota yang sistem IT nya canggih, atau misalnya kota yang semuanya serba elektronik, padahal gak seperti itu. Karena smart city adalah masyarakatnya smart,Dia bisa membangun social economy yang bagus berdasarkan resources yang baik juga,” ucap Tony.

Tony menambahkan, kalau dari sisi akademis smart city membutuhkan masyarakat pintar dan ada Universitas di dalamnya, karena Universitas ini nantinya akan mencetak orang-orang pintar.

“Orang-orang pintar nantinya akan menjadi sebuah motor penggerak dari smart city di suatu wilayah,” tambah Tony.

Ia juga mengungkapkan bahwa smart city di setiap wilayah tentu berbeda-beda tema nyaseperti tem pembangunan ekonomi ataupun pariwisata. “Kita (Microsoft) bekerjasama dengan ISO, yakni organisasi standar dunia dan pembangunan smart city berpaduan pada pendekatan itu. Jadi untuk setiap kota itu tergantung mau nya apa dan kita telah mempersiapkan aplikasi-aplikasi smart city dengan tenaga programmer lokal sebagai pembuatnya.” ungkapnya.

Microsoft juga sejatinya memasukan berbagai aplikasi untuk smart city tadi ke cloud dan kedepanya akan memasukan aplikasi tersebut kedalam e-katalog mereka, sehingga mempercepat pengadaan dari peragkat ataupun platform smart city di sebuah wilayah atau kota.

Tony juga menjelaskan alasan mengapa smart city di setiap kota tersebut berjalan sendiri-sendiri. ia menyebutkan, “karena adanya otonomi daerah yang menginginkan berbeda. Ini merupakan suatu tugas dari Kominfo utuk menjadika smart city ini menjadi suatu framework yang nasional yang  mana di dalam fraework tersebut terdapat ‘interoprabilitas’, namun saat ini belum ada aturan atau undang-undang yang mendorong adanya interoperabilitas sehingga kota A membuat sebuah solusi dan kota B membuat sebuah solusi, maka kota A dan B tidak akan nyambung,” jelasnya.

Ia juga menyebutkan solusi smart city apa yang dibutuhkan oleh Ibukota Jakarta. “Saya itu pernah melakukan survey di Jakarta, ada beberapa yang dinilai urgent mengenai kepastian hukum di Jakarta yang dinilai belum terlalu bagus,”

Kepastian hukum yang dimaksud adalah, jikalau seorang karyawan melakukan sebuah kegiatan sesuai dengan prosedur, namun tidak ada kepastian kalau karyawan tersebut pasti aman dan tidak akan dipecat.

“Jadi di Jakarta itu, Kepastian hukum tersebut yang masih kurang,” tutup Tony.

Ambisius, EE Ingin Selimuti 95% Wilayah Inggris dengan 4G

0

Telko.id – Operator Inggris, EE, baru-baru ini mengungkap rencana ambisiusnya terkait 4G. Perusahaan telekomunikasi terbesar ini ingin menyelimuti 95% daratan Inggris dengan layanan 4G mereka pada tahun 2020.

Cakupan ini akan meningkat dari posisinya saat ini, yang telah mencakup 60% dari daratan – paling luas dibanding operator Inggris lainnya.

Dilaporkan Telecomtechnews, Selasa (26/4), rencana EE adalah untuk memberantas area yang tidak tercover internet dan menantang industri mobile untuk mengukur metrik cakupan penting berdasarkan geografi Inggris ketimbang skor populasi usang yang digunakan saat ini.

Menurut Marc Allera, CEO EE, untuk pengguna smartphone rata-rata, area yang tidak tercover internet tidak ditoleransi dan 2G tidak memberikan apa yang mereka butuhkan. “Pelanggan ingin kecepatan 4G kemana pun mereka pergi, dan operator seluler biasanya terlalu sering mengatakan ‘tidak’ untuk cakupan baru. Hari ini, saya katakan ‘ya’, dengan ambisi untuk pergi lebih jauh dibanding yang bisa dilakukan operator manapun, dan dengan tujuan akhir menyelimuti seluruh Inggris dengan 4G,” katanya.

Operator mengatakan akan mempekerjakan 600 customer service, yang berarti semua panggilan pelanggan EE akan dijawab di Inggris dan Irlandia pada akhir tahun. Lebih dari 100 posisi akan disediakan di Merthyr, Tyneside Utara, Plymouth dan Irlandia pada akhir Juni. Sementara 500 pekerjaan yang tersisa, menyediakan layanan untuk pelanggan prabayar dan Home, akan diumumkan pada semester kedua 2016. Demikian menurut Telecompaper.

Tower

Rival EE menyalahkan kebijakan pemerintah yang dianggap menjadi penghalang kunci untuk membangun menara baru, yang notabene diperlukan untuk cakupan yang lebih luas. Dan EE setuju dengan hal ini, seraya mengatakan bahwa reformasi kebijakan diperlukan pada Electronic Communications Code untuk mendukung ambisi operator dalam memperluas cakupannya.

Microsoft : Cloud Computing Akan Jadi Landasan E-Goverment

Telko.id – Microsoft Indonesia, salah satu penyedia platform berbasis cloud meyakini bahwa sistem cloud computing akan mendukung masa depan pemerintahan berbasis digital. Seperti diketahui, Pemerintah Jokowi-Jk telah lama meng kampanye kan e-goverment (pemerintahan berbasis digital) di Indonesia, namun hingga saat ini kejadian di lapangan belum sepenuhnya berhasil menjalankan keinginan tersebut.

Ditemui pada diskusi terbatas dengan beberapa media di kantor Microsoft Indonesia, Tony Seno Hartono, National technology Officer, Microsoft Indonesia menjelaskan bahwa data center konvensional yang ada saat ini sejatinya dinilai masih banyak pemborosan dan kurang efisien dalam hal penggunaannya, sehinga cloud computing menjadi salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut.

Ia juga mengungkapkan, “Setidaknya ada tiga keuntungan dalam menggunakan Cloud, yakni bisa diakses dimana saja, memiliki fleksibilitas, serta bisa diukur penggunaan storage nya terkait dengan berapa biaya yang harus dibayarkan untuk penyimpanan data,” ungkapnya ketika media briefing di kantor Microsoft Indonesia(26/4).

Ia juga menjelaskan bahwa disarankan pemerintah membangun sebuah private cloud yang berada di Indonesia untuk memberikan rasa aman dan kepercayaan kepada teknologi cloud coputing. Disamping itu, Ia juga menyebutkan bahwa pemerintah akan memiliki data yang up-to-date di lapangan, sehingga dapat memecahkan segala permasalahan yang ada saat itu juga.

“Data-data yang tersimpan dalam komputasi awan dapat selalu diperbarui dengan informasi terkini, sehingga dapat membantu pemerintah untuk memiliki data yang up-to-date sesuai dengan perkembangan yang ada,”

Sekadar informasi, Lebih dari dua dekade Pemerintah Indonesiamenyiapkan berbagai macam komponen yang dapat mendukung terciptanya sistem e-goverment. Mulai dari membenahi regulasi, menyusun rencana pitalebar Indonesia, menguatkan konektivitas hingga proyek Palapa Ring. Namun, usaha ini nampaknya masih belum bisa dikatakan berhasil menjadikan Indonesia menerapkan sistem e-goverment, jika dilihat dari survey yang dilakukan oleh PBB berjudul ‘EGoverment Survey 2014’ Indonesia masih berada di peringkat 106 dari 193 negara di dunia dalam hal pengimplementasian e-goverment tadi.

Tony menambahkan, “komputasi awan juga dapat mempermudah pemerintah untuk melakukan proses analisis seperti pemetaan demografis masyarakat, ekonomi dan sosial. Memahami berbagai data seperti ini akan mempermudah pemerintah untuk menetapkan kebijakan ataupun menyelesaikan masalah yang ada,” tambahnya.

Microsoft sendiri saat ini masih menjagokan solusi Microsoft Azzure miliknya, dengan sangat memperhatikan soal keamanan dari platform cloud mereka ini. Hal ini dibuktikan dengan usaha Microsoft untuk berinvestasi  besar guna menghadirkan sistem keamanan kelas wahid pada Azzure miliknya. Sebagai bukti dari investasi besar tersebut, Microsoft Azzure sukses menjadi penyedia layanan cloud computing oleh otoritas perlindungan data Uni Eropa karena komitmennya terhadap undang-undang privasi yang ketat di Uni Eropa.

Tony juga menghimbau agar pemerintah lebih jeli dalam merekrut para staff ahli. Dengan sertifikasi terkait pengoperasian cloud ataupun seseorang yang kompeten dibidangnya. Pasalnya, SDM Indonesia di luar pemerintahan sendiri banyak yang sudah mahir dalam industri cloud computing ini, namun hal tersebut nampaknya berbanding terbalik dengan staff yang dimiliki oleh pemerintah.

Ini Dia Beberapa Tantangan Dalam 5G

0

Tantangan adalah bagian yang melekat dari perkembangan baru; jadi, seperti semua teknologi, 5G juga tak luput dari tantangan-tantangan yang dihadapinya. Seperti di masa lalu misalnya, kita melihat teknologi radio berkembang dengan sangat cepat. Mulai dari 1G ke 5G, perjalanan hanya berusia sekitar 40 tahun (Dengan catatan 1G di tahun 1980-an dan 5G di tahun 2020-an). Namun, dalam perjalanan ini, tantangan umum yang kami amati adalah kurangnya infrastruktur, metodologi penelitian, dan biaya.

challengesHal ini ditandai dengan masih banyaknya negara-negara di luar sana yang menggunakan teknologi 2G dan 3G dan bahkan tidak tahu tentang 4G. Nah, dalam kondisi seperti itu, pertanyaan yang paling signifikan muncul dalam pikiran setiap orang adalah seberapa jauh kelayakan 5G dan apakah ini akan menjadi teknologi yang membawa manfaat bagi beberapa negara maju atau negara berkembang?

Untuk memahami pertanyaan ini, tantangan 5G dikategorikan ke dalam dua bagian, yakni tantangan teknologi dan tantangan umum.

Tantangan teknologi

  • Inter-cell Interference – Ini adalah salah satu masalah teknologi utama yang perlu dipecahkan. Ada variasi dalam ukuran sel makro tradisional dan sel-sel kecil yang secara bersama-sama akan menyebabkan gangguan.
  • technological_challengesEfficient Medium Access Control – Dalam situasi, di mana penyebaran padat jalur akses dan terminal pengguna diperlukan, throughput pengguna akan rendah, latency akan tinggi, dan hotspot tidak akan kompeten untuk teknologi seluler untuk memberikan throughput yang tinggi. Perlu diteliti dengan baik untuk mengoptimalkan teknologi.
  • Traffic Management – Dibandingkan dengan lalu lintas manusia ke manusia yang tradisional di jaringan selular, banyak perangkat Machine to Machine (M2M) dalam sel dapat menyebabkan tantangan sistem yang serius, misalnya tantangan jaringan akses radio (RAN), yang akan menyebabkan overload dan kemacetan.

Tantangan Umum

  • Layanan Multiple – Tidak seperti layanan sinyal radio lainnya, 5G akan memiliki tugas besar untuk menawarkan layanan untuk jaringan, teknologi, dan perangkat heterogen yang beroperasi di wilayah geografis yang berbeda. Jadi, tantangannya adalah standardisasi untuk memberikan layanan yang dinamis, universal, berpusat pada pengguna dan data-rich wireless untuk memenuhi harapan tinggi dari orang.
  • common_challengesInfrastruktur – Para peneliti menghadapi tantangan teknologi standardisasi dan aplikasi layanan 5G.
  • Komunikasi, navigasi, & Sensing – Layanan ini sebagian besar tergantung pada ketersediaan spektrum radio, di mana sinyal tersebut dikirimkan. Meskipun teknologi 5G memiliki daya komputasi yang kuat untuk memproses volume data yang besar yang berasal dari sumber yang berbeda, tapi ini perlu dukungan infrastruktur yang lebih besar.
  • Keamanan dan Privasi – ini adalah salah satu tantangan yang paling penting bahwa 5G harus nemastikan perlindungan data pribadi. 5G harus menentukan ketidakpastian yang terkait dengan ancaman keamanan termasuk kepercayaan, privasi, cybersecurity, yang tumbuh di seluruh dunia.
  • Legislasi dari Cyberlaw – Kejahatan siber dan penipuan lainnya juga dapat meningkat dengan kecepatan tinggi dan teknologi 5G di mana-mana. Oleh karena itu, undang-undang dari Cyberlaw juga merupakan masalah penting, yang sebagian besar adalah melibatkan pemerintah dan politik (isu nasional maupun internasional).

Balon Google Jatuh di Chili?

0

Telko.id – Setelah beberapa waktu lalu sempat dikabarkan jatuh di perkebunan teh di Sri Lanka, proyek balon udara milik Google disebut-sebut kembali mengalami nasib. Menurut laporan Theregister, Selasa (26/4), balon Google tersungkur di area pertanian di Chili, Sabtu pagi waktu setempat.

Tim polisi telah memberi garis batas pada lokasi kecelakaan, yang terletak di sebelah Timur Los Angeles, sekitar 100 km sebelah Tenggara dari kota pesisir Concepción. Hingga Senin kemarin, penyelidikan terhadap sisa-sisa gumpalan balon masih dilakukan.

policia_balloon

Sementara itu, Google sendiri meyakinkan bahwa balon ini telah “berhasil menyelesaikan uji terbang”-nya. Perusahaan menyebut bahwa jatuhnya balon ini sudah direncanakan sebelumnya.

“Pendaratan ini dikontrol secara lokal, dan pada akhirnya balon ini bisa mendarat pelan-pelan di daerah Los Angeles,” katanya

Saat ini, otoritas penerbangan sipil Chili – Dirección General de Aeronautica Civil (DGAC) – masih menyelidiki.

chile_loon_balloon_teaser

Proyek balon udara Google – Project Loon – sendiri dirancang untuk mengapung di ketinggian 20 km sampai 100 hari.Setiap balon dapat menyediakan konektivitas untuk luas tanah dengan diameter sekitar 80 km menggunakan teknologi komunikasi nirkabel yang disebut LTE atau Long-Term Evolution.

Dijelaskan Google, untuk menggunakan LTE, Project Loon bermitra dengan perusahaan telekomunikasi untuk berbagi spektrum seluler sehingga orang akan dapat mengakses Internet di mana saja langsung dari ponsel mereka dan perangkat lain yang mendukung LTE.

Di Indonesia misalnya, tiga operator seluler terbesar, yaitu Telkomsel, Indosat, dan XL Axiata telah tercatat sebagai mitra Google untuk proyek ini dan akan memulai pengujian Project Loon tahun ini.

Yang Jie Resmi Jadi CEO Baru China Telecom

0

Telko.id – Operator China, China Telecom menunjuk Yang Jie sebagai pimpinan dan CEO baru perusahaan. Penunjukkan ini, seperti dilaporkan Total telecom, (selasa (26/4), akan efektif dalam waktu dekat.

Yang Jie sendiri sebelumnya menjabat sebagai pemimpin sementara dan COO China Telecom. Dia menjabat posisi tersebut menyusul pengunduran diri pendahulunya akhir tahun lalu.

Seperti diketahui, pimpinan sekaligus CEO China Telecom, Chang Xiaobing mundur dari jabatannya akhir tahun lalu setelah tersandung kasus korupsi. Sejak saat itu, secara efektif per 30 Desember 2015, Presiden dan Chief Operating Officer (COO) Yang Jie mengambil alih tugas Chang dan bertindak sebagai CEO sementara sampai kesepakatan akhir dibuat oleh dewan perusahaan.

Kepemimpinan Yang di China Telecom akan berjalan sampai rapat umum tahunan 2016 China Telecom diselenggarakan pada 2017 mendatang. Tanggalnya sendiri belum ditentukan, kata perusahaan.

Sebagai pengganti Yang Jie di posisi presiden dan COO, perusahaan juga telah menunjuk Yang Xiaowei, direktur eksekutif perusahaan, yang akan segera efektif.

Baik Yang Jie maupun Yang Xiaowei telah sama-sama memiliki pengalaman panjang dalam sektor telekomunikasi di China.

Yang Jie menjabat sebagai Presiden dan Chief Operating Officer di China Telecommunications Corp Ltd sejak 2 November 2011, sebelum akhirnya menjabat sebagai pimpinan dan Chief Executive Officer sejak 30 Desember 2015 lalu. Sebelumnya, Yang yang merupakan Senior Engineer tingkat Profesor telah menduduki banyak jabatan di sejumlah perusahaan, seperti Wakil Direktur Jenderal Biro Administrasi Shanxi Pos dan Telekomunikasi, General Manager di Shanxi Telecommunications Corporation dan Wakil Presiden China Telecom Beijing Research Institute. Secara total, lelaki yang telah memasuki kepala 5 ini telah memiliki lebih dari 24 tahun pengalaman dalam penanganan masalah yang berkaitan dengan operasi dan manajemen industri telekomunikasi di China.