spot_img
Latest Phone

ASUS ROG Exclusive Store Surabaya, Hadirkan Pengalaman Gaming Terbaik

Telko.id - ASUS resmi membuka ROG Exclusive Store di...

ASUS ROG Hadir di HoYo FEST 2025 Surabaya

Telko.id - ASUS Republic of Gamers (ROG) kembali berpartisipasi...

Oppo Reno 14 Series: Harga Bersaing, Spesifikasi Diatas Pesaing

Telko.id – Oppo resmi meluncurkan ponsel terbarunya, yaitu Oppo...

OpenAI Siapkan Browser dengan AI, Saingan Google Chrome

Telko.id - OpenAI sebagai induk perusahaan dari ChatGPT sedang...

TECNO Luncurkan POVA 7 Series, Desain Futuristik dan Performa Gaming AI

Telko.id - TECNO resmi meluncurkan POVA 7 Series di...
Beranda blog Halaman 8

OpenAI Siapkan Browser dengan AI, Saingan Google Chrome

0

Telko.id – OpenAI sebagai induk perusahaan dari ChatGPT sedang mempersiapkan untuk meluncurkan sebuah browser web berbasis Artificial Intteligence atau kecerdasan buatan (AI) yang digadang – gadang akan menjadi pesaing kuat Google Chrome.

Browser ini dijadwalkan akan rilis dalam waktu dekat, dan bertujuan untuk merevolusi cara konsumen menjelajahi internet dengan memanfaatkan teknologi AI, menurut laporan Reuters.

Dirancang agar sebagian interaksi pengguna tetap berada dalam antarmuka percakapan seperti ChatGPT alih – laih sekedar mengklik dan berpindah ke situs – situs lain.

Hal ini akan memungkinkan untuk terintegrasi langsung dengan produk – produk AI buatan OpenAI, seperti Operator, ke dalam pengalaman menjalajah pengguna. Dengan begitu browser dapat menjalankan berbagai tugas atas nama pengguna.

Chromium yang merupakan kode sumber terbuka dari browser buatan Google digunakan untuk membangun browser ini.

Chromium juga menjadi dasar bagi beberapa browser pesaing lainnya seperti Edge milik Microsoft, dan Opera.

Tahun lalu, OpenAI dikabarkan merekrut dua wakil presiden Google yang dulunya terlibat dalam pengembangan awal Chrome.

Media The Information menjadi yang pertama melaporkan perekrutan tersebut, serta mengungkap bahwa OpenAI sempat mempertimbangkan untuk membangun browser sejak lama.

Namun, salah satu sumber Reuters menyebutkan bahwa OpenAI akhirnya memutuskan untuk membangun browser sendiri, alih-alih sekadar membuat plug-in untuk browser lain, sehingga mereka memiliki kendali penuh atas data yang dapat mereka kumpulkan.

Baca juga:

Chrome yang merupakan salah satu pilar utama bisnis iklan Alphabet, yang menyumbang hampir tiga perempat dari total pendapatan perusahaan, tidak hanya mengumpulkan informasi pengguna, namun juga untuk mengarahkan lalu lintas pencarian secara default ke mesin pencari Google.

Seorang eksekutif OpenAI bahkan sempat bersaksi pada bulan April lalu bahwa mereka akan tertarik membeli Chrome jika regulator antimonopoli berhasil memaksa Alphabet menjualnya.

Pesan Chrome dalam mengumpulkan data pengguna untuk mendukung bisnis iklan Alphabet terbuktu sangat menguntungkan-hingga Departemen Kehakiman AS pun menuntut agar unit bisnis tersebut dipisahkan, setelah seorang hakim menyatakan bahwa Alphabet menjalankan monopoli illegal.

Menurut perusahaan analitik web StatCounter, Google Chrome saat ini digunakan oleh lebih dari 3 miliar orang dan menguasai lebih dari dua pertiga pangsa pasar browser secara global.

Sementara, bulan lalu, OpenAI mengatakan bahwa mereka memiliki 3 juta pelanggan bisnis berbayar Chatgpt.

Jika browser baru rilisan OpenAI ini diadopsi oleh 500 juta pengguna aktif mingguan ChatGPT, maka posisi dominan Google dalam bisnis iklan online bisa tergoyahkan.

Sejak kemunculan ChatGPT di akhir 2022, OpenAI yang dipimpin oleh Sam Altman telah mengubah lanskap industri teknologi secara drastis.

Namun, kesuksesan awalk itu juga memunculkan persaingan sengit dari para rival seperti Google maupun startup seperti Anthropic.(Icha)

Allo Bank dan Advance.AI Kolaborasi, Hadapi Ancaman Deepfake

Telko.id – Allo Bank yang bekerjasama dengan ADVANCE.AI untuk menanggapi tingginya potensi ancaman penipuan berbasis deepfake AI terutama pada sektor keuangan nasional. Terutama pada proses verifikasi identitas digital dan onboarding nasabah.

Kedua perusahaan ini tengah mendorong kesadaran penggunanya terhadap keamanan digital. Dimana penggunaan konten berbasis Artificial Intelligence (AI) yang mulai dapat menyerupai nasabah oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Konten penipuan Deepfake AI ini dapat menirukan seperti wajah, suara, hingga dokumen palsu yang dapat digunakan untuk membuat akun perbankan hingga melakukan penipuan kepada orang lain.

Mulai dari serangan berbasis electronic Know-Your-Customer (eKYC) sinteteis hingga penipuan melalui panggilan video dengan target utama adalah bank digital dan platform fintech.

Dalam kurun waktu tiga bulan, antara bulan November 2024 hingga Februrari 2025, Sektor keuangan Indonesia sudah mengalami kerugian lebih dari Rp700 miliar (sekitar USD 44 juta).

Menurut laporan dari Indonesia Anti-Scam Centre (IASC) kasus kerugian ini mencakup sejumlah kasus penipuan berbasis deepfake.

Hasil laporan tersebut OJK menyatakan bahwa deepfake merupakan ancaman nyata bagi industri keuangan di Indonesia, serta menekankan pentingnya edukasi publik yang berkelanjutan

Munculnya alat Scams-as-a-Service kini memungkinkan siapapun termasuk pelaku non-teknis maupun sindikat kejahatan untuk dengan mudah membuat konten deepfake, sehingga semakin memperbesar potensi serangan terhadap sektor keuangan.

Baca juga:

“Proses onboarding digital memang memberikan kenyamanan dan efisiensi lebih bagi pengguna. Namun, kemudahan ini juga membuka celah baru bagi aksi penipuan, termasuk penyalah gunaan teknologi deepfake’, ujar Ganda Raharja Rusli, Director of Risk, Compliance and Legal at Allo Bank Indonesia Tbk.

“Bank digital perlu menerapkan strategi optimasi risiko yang mampu menyeimbangkan antara pengalaman nasabah dan aspek keamanan, guna menjaga kepuasan serta loyalitas jangka panjang,” tambahnya.

Ganda menambah kan bahwa kemitraan jangka panjang nya dengan ADVANCE.AI, yang telah terjalin selama tiga tahun, memungkinkan Allo Bank untuk terus menghadirkan visi sebagai platform perbankan digital yang aman, sepenuhnya digital, dan berorientasi pada kebutuhan pengguna di Indonesia.

Integrasi teknologi deteksi multidimensi dan sistem verifikasi berbasis kecerdasan buatan (AI) menjadi kunci untuk memastikan perlindungan optimal bagi nasabah.

Dengan meningkatnya kasus dan kompleksnya modus penipuan deepfake, bank digital perlu mengadopsi langkah – langkah antisipatif yang seimbang.

Allo bank dan ADVANCE.AI mendorong pelaku industri untuk menerapkan pendekatan “security-by-design”, dimana sistem deteksi penipuan diintegrasikan sejak awal dan diterapkan secara menyeluruh sepanjang siklus hidup akun nasabah.

Metode deteksi dan pencegahan penipuan ini mencakup: deteksi liveness dan biometrik wajah, verifikasi multimodal yang menggabungkan biometrik, perilaku pengguna dan kecerdasan perangkat, autentikasi adaptif, dan pengembangan produk yang berkelanjutan.

“Evolusi teknologi deepfake yang begitu cepat dan dampaknya terhadap sektor keuangan menjadi ancaman serius bagi fondasi utama kepercayaan konsumen dalam perbankan digital,” Anggraini Rahayu, Country General Manager ADVANCE.AI.

Anggraini menambahkan bahwa pendekatan keamanan yang proaktif tidak hanya penting untuk melindungi pengguna dari potensi kerugian pribadi, tetapi juga krusial dalam menjaga reputasi institusi keuangan.

Itu sebabnya, ADVANCE.AI, berkomitmen mendukung bank digital seperti Allo Bank dalam menerapkan langkah – langkah keamanan yang inovatif sepanjang perjalanan nasabah, serta menetapkan standar baru dalam pengalaman perbankan digital.

Google Resmi Gabungkan Chrome OS dan Android Jadi Satu Platform

Telko.id – Google secara resmi mengumumkan rencana penggabungan Chrome OS dan Android menjadi satu platform terpadu. Langkah ini menandai perubahan besar dalam strategi software perusahaan.

Pengumuman disampaikan oleh Sameer Samat, Presiden Ekosistem Android di Google, dalam wawancara dengan TechRadar di sebuah acara media baru-baru ini.

Samat mengungkapkan hal ini secara tidak langsung saat bertanya kepada seorang jurnalis mengapa mereka menggunakan Apple Watch, iPhone, dan MacBook. Ketika diminta klarifikasi, ia menjawab:

“Saya bertanya karena kami akan menggabungkan Chrome OS dan Android menjadi satu platform. Saya sangat tertarik melihat bagaimana orang menggunakan laptop saat ini dan apa yang mereka kerjakan.”
— Sameer Samat, Presiden Ekosistem Android di Google.

Pernyataan ini menjadi konfirmasi pertama dari inisiatif yang telah lama beredar sebagai rumor. Menurut laporan sebelumnya, termasuk artikel yang pernah kami bahas di berita teknologi terbaru, Google tidak membangun sistem operasi baru dari nol.

Sebaliknya, perusahaan akan memigrasi fitur dan fungsionalitas Chrome OS langsung ke dalam Android.

Artinya, Android akan menjadi inti sistem, dengan komponen Chrome OS diintegrasikan secara bertahap.

Pendekatan ini memungkinkan Google menyatukan upaya pengembangan tanpa harus memulai dari awal, sekaligus sejalan dengan upaya Android untuk meningkatkan pengalaman layar besar.

Android sendiri sudah mulai bergerak ke arah ini. Google telah merilis serangkaian pembaruan khusus untuk meningkatkan produktivitas di tablet dan laptop, seperti mode desktop, multitasking berbasis jendela, dukungan layar eksternal yang lebih baik, serta perilaku aplikasi yang dioptimalkan untuk layar besar.

Ketertarikan Samat pada penggunaan laptop saat ini mengindikasikan proyek ini masih dalam pengembangan, dengan masukan pengguna berperan penting dalam menentukan hasil akhir.

Meski belum ada timeline rilis yang diumumkan, pernyataannya menunjukkan bahwa pekerjaan sudah dimulai.

Penggabungan ini juga bisa memperkuat posisi Google dalam bersaing dengan ekosistem iPadOS dan macOS milik Apple, terutama bagi pengguna yang sering beralih antar perangkat.

Dengan pengalaman yang lebih konsisten di ponsel, tablet, dan laptop, Google berpotensi mengatasi salah satu tantangan terbesar Android: fragmentasi antar platform.

Meski detailnya masih terbatas, ini adalah sinyal paling jelas bahwa Google ingin menyederhanakan ekosistemnya.

Penyatuan Chrome OS dan Android dapat membantu konsolidasi pengembangan, meningkatkan pengalaman pengguna, dan memperkuat posisi Android untuk produktivitas.

Namun, sejarah Google dalam konsolidasi platform (seperti Fuchsia) menunjukkan bahwa eksekusi adalah kunci utama. Semoga strategi ini membuahkan hasil. (Icha)

ShopeePay Kini Jadi Dompet Digital Serba Bisa untuk Kebutuhan Finansial

0

Telko.id – ShopeePay kini memperkuat posisinya sebagai dompet digital serba bisa dengan menghadirkan beragam fitur transaksi finansial dalam satu aplikasi.

Pengguna bisa menikmati kemudahan kirim uang, isi saldo, tarik tunai tanpa biaya admin, hingga pembayaran QRIS di ratusan ribu merchant di seluruh Indonesia.

Fitur lengkap ShopeePay mencakup pembayaran tagihan listrik, air, BPJS, pembelian pulsa dan paket data dengan harga lebih murah, serta transfer saldo ke e-wallet lain.

Pengguna juga bisa memanfaatkan SPayLater untuk transaksi fleksibel dan SPinjam untuk pengajuan dana tunai. Selain itu, tersedia layanan pesan makanan via ShopeeFood, asuransi kecelakaan diri gratis, dan pengiriman paket instan.

“Kami ingin ShopeePay menjadi solusi keuangan sehari-hari yang relevan bagi masyarakat Indonesia,” ujar Eka Nilam Dari, Director of Business and Partnership ShopeePay Indonesia.

Menurutnya, aplikasi ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan finansial yang semakin dinamis dengan pengalaman transaksi mudah dan aman.

Keamanan transaksi di ShopeePay dilengkapi dengan proteksi berlapis termasuk PIN dan OTP. Aplikasi ini juga menawarkan berbagai promo menarik seperti diskon, cashback, dan voucher eksklusif. Program “Serba Gratis” menghapus biaya admin untuk kirim uang, isi saldo, dan tarik tunai.

ShopeePay saat ini bisa digunakan di merchant offline seperti Indomaret, Alfamart, Point Coffee, Solaria, serta merchant online seperti Google Play, App Store, MyTelkomsel, dan Alfagift. Pengguna juga bisa menikmati promo eksklusif seperti cashback 30% untuk pembelian pulsa Telkomsel.

Aplikasi ShopeePay tersedia untuk diunduh di Google Play Store dan Apple App Store. Informasi promo terbaru bisa diikuti melalui Instagram resmi @shopeepay_id. (Icha)

Telkomsel dan WeTV Hadirkan Akses Langganan WeTV via Paket SIMPATI

0

Telko.id – Telkomsel menggandeng platform streaming WeTV untuk menghadirkan akses langganan gratis selama 30 hari melalui paket kartu perdana SIMPATI #TerbaikUntukmu.

Pelanggan cukup membeli kartu perdana seharga Rp35.000 di aplikasi MyTelkomsel dan memilih benefit SIMPATI Nonton untuk menikmati konten eksklusif WeTV.

Kartu perdana Paket SIMPATI Nonton WeTV ini dilengkapi kuota internet 3GB, 30 menit telepon, dan 30 SMS ke semua operator yang berlaku selama 30 hari.

Selain WeTV, pelanggan bisa memilih lima benefit lain seperti SIMPATI GameOn, Musik, Pintar, Aman, atau Belanja sesuai kebutuhan gaya hidup digital mereka.

Cara Klaim Akses WeTV

Berikut langkah klaim benefit Paket SIMPATI Nonton WeTV ini sebagai berikut:

  1. Buka tautan SMS setelah aktivasi atau akses menu “Pilih Keuntunganmu” di MyTelkomsel, lalu pilih WeTV.
  2. Klik “Beli Paket” dan “Bayar” hingga muncul notifikasi “Transaksi Berhasil”.
  3. Login ke aplikasi WeTV menggunakan nomor Telkomsel untuk mulai menonton.

Komitmen Hiburan Digital Terjangkau

Lesley Simpson, Vice President Digital Lifestyle Telkomsel, menjelaskan, “Kolaborasi dengan WeTV memperkuat komitmen kami menyediakan hiburan digital inklusif. Pelanggan bisa menikmati konten premium tanpa biaya tambahan.”

Febriamy Hutapea, Country Head WeTV, menambahkan, “Kami ingin memudahkan akses konten original lokal, drama Tiongkok, dan hiburan Asia lainnya melalui kerja sama ini.”

Sebagai apresiasi, Telkomsel dan WeTV mengadakan meet and greet dengan boy group Thailand Next1de di Bandung pada 12 Juli 2025, dihadiri 300 pelanggan.

Inisiatif ini sejalan dengan strategi Telkomsel memperluas layanan digital, seperti paket bundling perangkat Samsung dan 24 benefit SIMPATI #TerbaikUntukmu. (Icha)

ATSI Kirim Surat ke Presiden Prabowo Minta Turunkan Biaya Regulasi

0

Telko.id – Industri telekomunikasi tidak sedang baik-baik saja. Terbukti, Asosiasi Penyelenggaraan Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) kembali mengirim kan surat ke Presiden. Jika dulu ke Presiden Joko Widodo, kali ini melayangkan surat untuk Presiden Prabowo.

Langkah ini dilakukan bersama APJII, Apjatel, dan Askalsi yang isi suratnya merupakan sebuah permohonan khusus untuk meminta peninjauan ulang beban biaya regulasi yang mencapai lebih dari 12% dari pendapatan operator.

Ketika era pemerintahan Jokowi-Ma’ruf, pelaku industri telah mengirimkan surat serupa tanpa respon memadai. Kini, di bawah kepemimpinan baru, mereka kembali bersuara lantang.

“Industri telekomunikasi sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Presiden sendiri ingin membangun pendidikan digital, tapi bagaimana mungkin tercapai jika industrinya terjepit?” tegas Marwan O. Baasir, Direktur Eksekutif ATSI saat ditemui Telko.id.

Biaya regulasi yang dimaksud mencakup BHP frekuensi dan kontribusi USO 1,25%—dua komponen yang dinilai terlalu berat di tengah gempuran layanan OTT (seperti Netflix atau Zoom) yang tak terbebani aturan serupa.

Padahal, menurut standar GSMA (asosiasi operator global), batas wajar biaya regulasi seharusnya di bawah 10%.

Dilema Regulasi vs Inovasi Digital

Persoalan ini ibarat lingkaran setan. Di satu sisi, pemerintah membutuhkan pendapatan dari sektor telekomunikasi untuk membangun infrastruktur. Di sisi lain, beban tinggi justru menghambat operator berinovasi atau menurunkan harga layanan.

“Kami ingin industri yang sehat dan kuat, tapi prinsip perpajakan harus dipertimbangkan ulang,” tambah Marwan.

Faktanya, tantangan tak hanya datang dari dalam negeri. Pelaku industri dalam Selular Award 2025 mengungkap, gempuran teknologi AI dan layanan digital asing semakin mempersempit margin keuntungan operator lokal.

Tanpa kebijakan yang mendukung industri telekomunikasi, bukan tidak mungkin Indonesia akan kehilangan daya saing di kancah global.

Harapan di Era Prabowo-Gibran

Surat tersebut bukan sekadar protes, melainkan warning keras dari industri telekomunikasi. Jika tak ada perubahan kebijakan, bisa dipastikan harga layanan telekomunikasi—termasuk paket data—akan semakin mahal.

Padahal, seperti diungkapkan dalam trend industri telco 2023, kebutuhan masyarakat akan konektivitas justru meningkat eksponensial pasca-pandemi.

Pertanyaannya kini: akankah Prabowo mendengarkan keluhan ini? Atau Indonesia akan terus terjebak dalam paradigma lama yang memandang telekomunikasi sebagai “sapi perah” ketimbang tulang punggung transformasi digital?.

Satu hal yang pasti: tanpa langkah nyata, mimpi pendidikan digital dan pemerataan internet cepat hanyalah utopia. Dan masyarakat—termasuk Anda—yang akan menanggung konsekuensinya melalui tagihan yang semakin membengkak. (Icha)

Pemerintah Rencanakan Pembatasan Panggilan WhatsApp, Apa Dampaknya?

0

Telko.id – Bayangkan, suatu hari Anda tidak bisa lagi melakukan panggilan suara atau video melalui WhatsApp. Hanya teks yang bisa dikirim.

Itulah skenario yang mungkin terjadi jika rencana pemerintah untuk membatasi layanan dasar telekomunikasi di aplikasi seperti WhatsApp, Skype, dan Facetime benar-benar diterapkan.

Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) sedang mempertimbangkan aturan baru yang akan membatasi layanan panggilan berbasis Voice over Internet Protocol (VoIP).

Langkah ini bukan tanpa alasan. Denny Setiawan, Direktur Strategi dan Kebijakan Infrastruktur Digital Komdigi, menyebut Uni Emirat Arab sebagai contoh negara yang sudah menerapkan kebijakan serupa. Di sana, layanan teks WhatsApp tetap berjalan, tetapi panggilan suara dan video diblokir.

Lantas, mengapa pemerintah ingin membatasi layanan yang sudah menjadi kebutuhan sehari-hari jutaan orang ini?

Jawabannya terletak pada ketidakseimbangan kontribusi antara operator seluler dan penyedia layanan over-the-top (OTT) seperti WhatsApp dan Instagram.

Mengapa WhatsApp Call dan Video Call Jadi Sorotan?

Denny Setiawan menjelaskan bahwa operator seluler telah mengeluarkan biaya besar untuk membangun infrastruktur telekomunikasi.

Namun, penyedia layanan OTT seperti WhatsApp, Instagram, dan Facebook tidak berkontribusi secara finansial, meski menikmati keuntungan dari meningkatnya penggunaan internet.

“Sekarang kan nggak ada kontribusi dari teman-teman OTT itu, berdarah-darah yang bangun investasi itu operator seluler,” ujarnya.

ATSI (Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia) juga mendukung langkah ini. Marwan O. Baasir, Direktur Eksekutif ATSI, mengatakan bahwa regulasi terhadap OTT diperlukan karena bisnis model mereka harus disesuaikan. “Dulu itu nyaris diwajibkan, sekarang kita dukung (aturan OTT),” ungkapnya.

Bagaimana Nasib Pengguna WhatsApp?

Meski rencana ini masih dalam tahap wacana, dampaknya bisa sangat luas. WhatsApp, yang selama ini menjadi andalan untuk komunikasi murah, mungkin tidak lagi bisa digunakan untuk panggilan suara atau video.

Namun, Denny menegaskan bahwa pemerintah akan mencari jalan tengah agar kebutuhan masyarakat tetap terpenuhi. “Kita cari jalan tengah, bagaimana (memenuhi) layanan masyarakat, tetap butuh kan WA ini,” jelasnya.

Jika aturan ini benar-benar diterapkan, pengguna mungkin harus kembali mengandalkan layanan telepon tradisional atau beralih ke aplikasi lain yang belum terkena pembatasan.

Namun, seperti yang terjadi saat pembatasan akses WhatsApp selama demo 22 Mei, kebijakan ini bisa menimbulkan pro dan kontra di masyarakat.

Selain itu, regulasi ini juga bisa memengaruhi penyebaran informasi. Seperti yang pernah dilakukan WhatsApp dengan membatasi fitur berbagi pesan untuk mengurangi hoax, pembatasan panggilan bisa berdampak pada cara orang berkomunikasi.

Proses Panjang Menuju Regulasi

Denny menegaskan bahwa rencana ini masih dalam tahap awal dan memerlukan diskusi panjang dengan berbagai pihak. “Masih wacana, masih diskusi,” ujarnya. Artinya, belum ada kepastian kapan atau apakah kebijakan ini benar-benar akan diterapkan.

Jika melihat pengalaman sebelumnya, seperti pembatasan akses WhatsApp dan Facebook di masa lalu, kebijakan semacam ini bisa berubah tergantung pada respons publik dan pertimbangan ekonomi.

Yang jelas, rencana ini membuka diskusi tentang bagaimana seharusnya pembagian keuntungan dalam ekosistem digital.

Di satu sisi, operator seluler merasa dirugikan karena harus menanggung biaya infrastruktur. Di sisi lain, pengguna mengandalkan layanan OTT untuk komunikasi yang terjangkau.

Apakah Indonesia akan mengikuti jejak Uni Emirat Arab? Ataukah akan ditemukan solusi lain yang lebih adil bagi semua pihak? Jawabannya masih harus menunggu hasil diskusi dan kajian lebih lanjut. (Icha)

Google Perkenalkan Fitur AI Baru di Search: Panggilan Bisnis Otomatis

Telko.id – Google secara resmi meluncurkan serangkaian fitur berbasis AI terbaru untuk layanan Search, termasuk kemampuan memanggil bisnis lokal secara otomatis.

Pembaruan ini ditujukan untuk pengguna langganan premium, dengan fokus pada efisiensi dan penelitian mendalam.

Fitur utama yang diperkenalkan adalah integrasi model Gemini 2.5 Pro dalam AI Mode. Model ini menawarkan kemampuan lebih canggih dibanding versi standar, seperti pemecahan masalah matematika, bantuan pemrograman, dan analisis kompleks. Pengguna dapat beralih antara asisten default dan Gemini 2.5 Pro melalui menu drop-down baru di Search.

AI mode Gemini models

Selain itu, Google memperluas akses ke fitur Deep Search, yang sebelumnya hanya tersedia untuk segelintir pengguna. Deep Search menggunakan Gemini 2.5 Pro untuk melakukan ratusan pencarian terkait, memindai web, dan menghasilkan ringkasan mendalam dengan sumber terpercaya.

Fitur ini ideal untuk riset mendalam seperti perencanaan karier atau analisis keuangan.

Fitur lain yang mencuri perhatian adalah panggilan bisnis otomatis. Ketika mencari layanan seperti “toko cuci kering terdekat” atau “salon hewan di daerah saya”, Google akan menawarkan opsi “Minta AI memeriksa harga”.

Sistem kemudian menghubungi bisnis tersebut untuk menanyakan harga dan ketersediaan, lalu menyajikan hasilnya dalam bentuk ringkasan.

Fitur ini saat ini tersedia untuk semua pengguna di AS, dengan batas penggunaan lebih tinggi bagi pelanggan Pro dan Ultra. Bisnis tetap memiliki kendali atas cara mereka dihubungi melalui pengaturan Business Profile.

Pembaruan ini menandai langkah Google dalam mengintegrasikan AI lebih dalam ke Search, mengubahnya dari sekadar mesin pencari menjadi asisten pribadi yang cerdas.

Meski beberapa fitur masih terbatas untuk pengguna berbayar, Google berencana memperluas akses secara bertahap. (Icha)

Samsung Galaxy Z Flip 7 Pakai Exynos 2500, Harga Tetap Stabil

Telko.id – Samsung resmi menggunakan chipset Exynos 2500 untuk Galaxy Z Flip 7, keputusan yang membuat harga ponsel lipat terbaru ini tetap stabil dibandingkan pendahulunya, Galaxy Z Flip 6.

Langkah ini kontras dengan Galaxy Z Fold 7 yang mengalami kenaikan harga signifikan karena menggunakan Snapdragon 8 Elite.

Exynos 2500 adalah chipset 3nm yang awalnya direncanakan untuk seri Galaxy S25. Namun, masalah produksi memaksa Samsung beralih ke Snapdragon 8 Elite untuk lini flagship-nya tahun ini.

Dengan memanfaatkan Exynos 2500 di Galaxy Z Flip 7, Samsung berhasil menekan biaya produksi tanpa mengurangi performa inti.

Samsung Galaxy Z Flip 7 phones face down

Menurut sumber internal, penggunaan chipset ini juga memungkinkan Samsung meluncurkan varian lebih terjangkau, Galaxy Z Flip 7 FE.

Langkah ini memperluas jangkauan pasar foldable yang sebelumnya didominasi harga premium.

Meski demikian, preferensi pengguna masih terbelah. Survei menunjukkan 50% responden kurang puas dengan Exynos, sementara 40% menerima asalkan harga tidak naik.

Performa historis Exynos yang kerap di bawah Snapdragon menjadi alasan utama.

Samsung saat ini fokus menyempurnakan Exynos 2600 berbasis 2nm untuk Galaxy S26. Kesuksesan produksi chip ini bisa menjadi kejutan harga positif mengingat Qualcomm dikabarkan akan menaikkan harga chipset mereka. (Icha)

Samsung Buka Kemungkinan S Pen Kembali di Galaxy Foldable Masa Depan

Telko.id – Samsung mengisyaratkan kemungkinan kembalinya S Pen pada perangkat foldable generasi mendatang.

Pernyataan ini disampaikan oleh Kang Min-seok, Executive Director divisi MX (Mobile eXperience) Samsung, setelah perusahaan menghilangkan dukungan Samsung Pen ini di Galaxy Z Fold 7.

Kang menjelaskan bahwa keputusan menghilangkan Pen pada Fold 7 merupakan trade-off untuk membuat perangkat lebih tipis dan ringan.

“Saat ini, pelanggan tidak bisa mendapatkan keduanya: foldable yang ramping dan S Pen,” ujarnya dalam pernyataan resmi yang diterjemahkan dari sumber Korea.

Samsung Galaxy Z Fold 7 standing upright

Namun, Kang memberikan sinyal positif tentang masa depan Samsung Pen ini. Dia menegaskan bahwa Samsung terus berinovasi dan akan mempertimbangkan kembali kehadiran S Pen pada model foldable berikutnya, tergantung pada permintaan pasar.

Sebelumnya, Samsung telah menghapus fitur Bluetooth pada Pen untuk Galaxy S25 Ultra karena rendahnya tingkat penggunaan.

Galaxy Z Fold 7 sendiri telah menjadi lompatan besar dibandingkan pendahulunya, dengan desain yang lebih ramping dan performa ditingkatkan.

Menurut laporan internal, Samsung juga mempertimbangkan menghilangkan Samsung Pen dari Galaxy S26 Ultra untuk memberi ruang baterai lebih besar.

Kebijakan Samsung terhadap Pen ini menuai pro-kontra. Survei informal menunjukkan pembagian 50:50 antara pengguna yang lebih memilih foldable tipis tanpa Samsung Pen dan yang rela menerima perangkat lebih tebal dengan dukungan stylus.

Samsung Innovation Campus Batch 7 dan program Solve for Tomorrow 2025 menunjukkan komitmen perusahaan terhadap inovasi berkelanjutan.

Dengan catatan pendapatan kuartal pertama 2025 yang memecahkan rekor, Samsung memiliki sumber daya untuk mengeksplorasi berbagai opsi desain.

Keputusan akhir tentang nasib Samsung Pen ini kemungkinan akan didasarkan pada data penggunaan dan umpan balik pelanggan dalam beberapa bulan mendatang. (Icha)