spot_img
Latest Phone

Bocoran Samsung Galaxy Watch8: Desain Baru, Tapi Kecepatan Isi Daya Masih Sama?

Telko.id - Bocoran resmi dari sertifikasi 3C di China...

Garmin Instinct 3 Tactical Edition: Smartwatch Tangguh untuk Misi Ekstrem

Telko.id - Garmin baru saja menghadirkan Instinct 3 –...

ASUS Vivobook S14: Laptop AI 45+ TOPS untuk Produktivitas Tanpa Batas

Telko.id - ASUS Vivobook S14 (S3407QA), laptop terbaru yang...

Garmin vívoactive 6, Tak Sekadar Pintar, Dukung Gaya Hidup Aktif dan Tampil Lebih Gaya

Telko.id - Garmin Indonesia memperkenalkan vívoactive 6, smartwatch wellness...

Lebih Bugar Setelah Lebaran dengan Smartwatch Garmin

Telko.id - Pernahkah Anda merasa tubuh terasa berat dan...
Beranda blog Halaman 1539

Tigkatkan Kecepatan 5G, FCC Fokus Pada Frekuensi Tingkat Tinggi

0

Jakarta – FCC atau Federal Communication Commission telah mengumumkan rencana untuk membuat penggunaan spektrum frekuensi yang sangat tinggi di jaringan mobile 5G.

Pada pertemuan FCC minggu ini diusulkan skema baru yang bisa memperluas kecepatan dan kapasitas 5G dengan menciptakan interpretasi jaringan yang lebih fleksibel sesuai dengan aturan layanan untuk frekuensi di 28GHz, 37GHz, 39GHz dan 64-71GHz. Hal ini juga diusulkan untuk mencari komentar publik pada band-band lain di atas 24GHz yang juga bisa digunakan.

Skema ini bisa membuat frekuensi tersebut mencapai kecepatan minimal 1Gbps dan mungkin sampai 10Gbps.

Menurut Komisaris FCC, Mignon Clyburn, Jika aturan tersebut disahkan, maka anggota industri ini akan memiliki lisensi untuk penelitian guna memecahkan keterbatasan blocking jarak sinyal dan hambatan fisik.

Dilansir dari Telecoms, Selasa (27/10), sampai dengan saat ini jaringan 28GHz dan jaringan di atasnya dianggap tidak memenuhi sarat oleh para penyedia layanan internet karena panjang gelombang yang terlalu pendek dan kerugian propagasi sinyal yang terlalu tinggi.

Namun, Clyburn mengatakan perangkat 5G di masa depan akan menggunakan spektrum di bawah 1GHz yang bila dikombinasikan dengan spektrum frekuensi tinggi, akan membantu operator membuat cakupan yang lebih luas dan kecepatan yang lebih tinggi.

FCC bermaksud akan mengotorisasi spektrum yang tak berlisensi dan akan dipertimbangkan sebagai standar jaringan 5G bersama dengan delegasi Amerika Serikat di Jenewa. [AK/IF]

Awal 2016, Inggris Lelang Spektrum 2,3 GHz dan 3,4 GHz

0

Jakarta – Ofcom, selaku badan regulasi komunikasi Inggris telah mengkonfirmasi rencana untuk merilis pilihan frekuensi berkapasitas tinggi bagi penyedia layanan mobile broadband secara lelang pada awal 2016 mendatang.

Pada lelang tersebut, Ofcom akan memprioritaskan kepada mereka yang paling efisien dalam menggunakan spektrum dan juga tidak memblokir operator lain yang membeli blok spektrum yang berdekatan dengan spektrum tersebut.

Dilansir dari Telecoms, Selasa (27/10), pada awal 2016 nanti sebanyak 190 MHz spektrum berkapasitas tinggi akan tersedia di dua band yakni 2,3 GHz dan 3,4 GHz. Spektrum kapasitas tinggi ini sejatinya cocok untuk menampung arus data dalam jumlah besar.

Ofcom menyebutkan, hal ini akan menjadi sebuah kemajuan yang besar dalam kapasitas mobile broadband setidaknya sejak 2013 silam ketika mereka merilis tiga perempat dari spektrum untuk lelang 4G.

Ofcom juga akan bersikap adil dan transparan pada pelelangan ini, mereka mengusulkan untuk melelang spektrum sebanyak 10 MHz untuk frekuensi 2,3 GHz dan 5 MHz untuk frekuensi 3.4 GHz.

Sekedar informasi, di pasaran terdapat banyak handset mobile dari pemain besar seperti Apple iPhone 6, HTC Desire dan Samsung Galaxy yang sudah kompatibel dengan spektrum 2,3 GHz.

Sejatinya frekuensi tersebut saat ini digunakan untuk jaringan mobile broadband 4G berkecepatan tinggi di sepuluh negara di luar Eropa, termasuk Cina, India dan Australia.

Sementara itu, frekuensi 3,4 GHz saat ini sedang digunakan untuk broadband nirkabel berteknologi 4G di enam negara termasuk Inggris, Kanada dan Spanyol.

“Lelang ini merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa Inggris memiliki kemampuan nirkabel guna memberikan dan mendukung teknologi baru,” tutur Philip Marnick selaku Director Ofcom Spectrum Group.

Marnick juga menambahkan lelang ini merupakan bagian dari rencana mereka untuk memenuhi permintaan dengan menyediakan spektrum baru yang juga bisa digunakan untuk kebutuhan yang berbeda. [AK/IF]

Lewat XmartVillage 2.0, XL Sukses Berdayakan Potensi Ekonomi Desa

0

Jakarta – Upaya PT XL Axiata Tbk (XL) untuk terus mengembangkan program pemberdayaan potensi lingkungan dan ekonomi pedesaan melalui program XmartVillage terus berlanjut. Melalui program XmartVillage 2.0 yang telah diterapkan sejak Januari 2015 lalu di Desa Lamajang, Kabupaten Bandung dan Desa Cipacing, Kabupaten Sumedang, operator selular ini terbukti mampu mendorong masyarakat pedesaan dalam memberdayakan potensi desanya secara lebih maksimal dengan mengaplikasikan sejumlah solusi digital.

Dalam keterangan tertulisnya, Senin (26/10), Direktur & Chief  Digital Service Officer  XL, Ongki Kurniawan memaparkan keberhasilan program Xmart Village 2.0 di Bandung.

Xmart Village merupakan bentuk nyata sumbangsih XL untuk memajukan Indonesia yang diwujudkan dalam program-program tepat guna berbasis teknologi digital bagi masyarakat pedesaan. Saat ini, teknologi digital telah membawa seluruh bangsa Indonesia menuju peradaban baru. Teknologi digital juga telah mengubah bagaimana cara kita hidup, berpikir, dan beraktivitas. Teknologi digital memungkinkan apa yang sebelumnya tidak mungkin dan mampu mengubah masalah menjadi peluang,” ungkapnya.

Program  Xmart Village 2.0  tak hanya memberikan akses teknologi komunikasi dan informasi digital bagi daerah-daerah terpencil, tapi juga meningkatkan pemberdayaan masyarakat setempat. Ruang lingkup Xmart Village 2.0 ini lebih besar dibandingkan dengan Xmart Village 1.0 yang sebelumnya telah diimplementasikan di Kamojang, Kabupaten Bandung.

Melalui Xmart Village 2.0, XL memperkenalkan solusi-solusi inovatif terbaru bagi penduduk desa, agar mereka dapat berkreasi untuk memberikan kontribusi secara positif dan efektif terhadap permasalahan yang dihadapi oleh desanya. Dengan terbukanya akses teknologi dan pengetahuan, maka tak ada lagi penghambat bagi masyarakat setempat untuk bergerak lebih cepat dalam membangun dan memanfaatkan potensi desanya.

Ada setidaknya 12 inisiatif yang diimplementasikan XL pada Xmart Village 2.0, yang merupakan perpaduan dari apa yang sudah diterapkan pada Xmart Village 1.0 dengan inisiatif baru. Sebut saja pembuatan website sebagai alat promosi wisata Lamajang dan Cipacing. Website ini mempermudah masyarakat luas untuk mendapat informasi mengenai berbagai aktivitas dan tempat-tempat menarik di kedua desa tersebut.

Selain itu, XL juga memfasilitasi sarana promosi dan penyediaan informasi yang didukung dengan layanan “SMS Blast” yang disebar ke wilayah sekitar. SMS Blast ini berisi konten-konten yang menjadi daya tarik utama desa Lamajang dan Cipacing. 

Untuk mendukung promosi pariwisata, juga disediakan layanan semacam call center sebagai pusat informasi wisata dan berbagai info lainnya. Kehadiran call center ini melengkapi fungsi website dan SMS Blast sebagai alat promosi.

Tri Buka-bukaan Tentang Strategi Ke Depan

0

Telko.id – Beberapa waktu lalu, ada iklan Tri di TV yang membuat air mata ‘meleleh’ ketika menonton. Seorang ibu yang coba berkali-kali menelepon anak nya tetapi tidak ditanggapi anak nya karena sibuk bekerja. Sebuah harapan seorang ibu agar mendapatkan telepon dari sang anak. Tentu bagi yang menonton akan mengambil handphone lalu menghubungi Ibu nya masing-masing. Ya, itu lah program ‘Ubah Bicara’ dari Tri.

Di Industri, program tayangan TV ini sedikit ‘nyeleneh’. Kenapa? Pada saat yang sama, operator lain sedikit melakukan aktifitas iklan di TV. Kalau pun ada, pasti bukan layanan suara yang ditonjolkan. Akan lebih menekankan pada layanan data bahkan 4G LTE.

Namun, dibalik program tersebut, Tri ternyata mampu menambah jumlah pelanggannya. Hingga saat ini, pelanggan Tri bisa mencapai 50 juta. Tentu, ada rahasia dibalik itu semua. Seperti apa rahasia itu?

Muhammad Buldansyah, sebagai wakil direktur Tri Indonesia menjelaskan bahwa program yang ‘Ubah Bicara’ tersebut merupakan salah satu dari upaya untuk memperkenalkan Tri sebagai Full Service Provider. Di Mana sebelumnya, Tri lebih dikenal dengan Operator Data Service. “ Bukan kita tidak senang dengan ‘label’ Operator Data Service, tetapi kami ingin lebih dikenal lagi dengan Full Service Provider,” ujar Muhammad Buldansyah, Wakil Direktur Tri menjelaskan dalam wawancara khusus dengan Telco.id.

Ternyata, progam ini memberikan dampak yang luar biasa bagi Tri. Jumlah pengguna voice bertambah dan trafik juga meningkat. Yang dulu revenue 75% berasal dari pemasukan data, kini, komposisi pendapatan berubah menjadi 60% data dan 40% adalah non data.

Program ‘Ubah Bicara’ ini pun dibuat untuk mempertahankan pelanggan yang loyal. Jika pelanggan data, sangat mudah ‘swing’ ke operator lain. Terutama ketika ada program di operator lain yang lebih menarik. Namun, ketika ada program ini, maka pelanggan menjadi tidak mudah untuk mengganti nomornya karena nomor sudah banyak dikenal keluarga, teman dan rekan kerja. Hal ini lah yang Tri mengklaim bahwa ada peningkatan jumlah pelanggan hingga lebih dari 50 juta.

Dari sisi ARPU juga mengalami kenaikan. Karena selain adanya program ‘Ubah Bicara’ itu, Tri juga melakukan normalisasi harga. “Dulu, kita banyak memberikan free atau bonus. Lalu, kita juga ada free 11 URL, seperti Facebook, Google dan lainnya. Hal itu membuat layanan Tri yang utama tidak digunakan,” ujar Muhammad Danny menjelaskan.

Sekarang, harga di normalisasi dan free URL itu dihapuskan. Otomatis, Average Rate Per Usage atau ARPU pun meningkat. Ternyata, jumlah pelanggan pun tidak lari, bahkan bertambah karena harga setelah normalisasi masih lebih murah ketimbang yang ditawarkan oleh operator lain. Value dan kualitas network Tri masih dirasakan lebih bagus sehingga pelanggan masih bertahan menggunakan Tri.

Jadi, dengan promo ‘Ubah Bicara’ itu konsepnya adalah untuk Creating Voice Community. Walaupun tetap, Tri memberikan perhatian terhadap pelanggan datanya karena basic pelanggan Tri adalah pengguna data dan memberikan harga yang kompetitif.

Tri juga melakukan normalisasi pelanggan. Sebagai upaya untuk memilah dan memilih pelanggan yang potensi. Dan, langkah ini merupakan hal biasa dalam industry. Hanya saja yag dilakukan secara natural. Berbeda dengan yang dilakukan oleh operator lain yang melakukannya dengan cukup drastis. “Pemegang saham kita juga tahu. Dan pemikirannya sama dengan kita, buat apa mempertahankan pelanggan hanya untuk gengsi jumlah pelanggan. Keuntungannya tidak seberapa,” sahut Buldansyah.

Iklan Untuk Creating Revenue

Tri tidak ikut-ikutan operator lain yang menghalalkan iklan pop up yang setiap kali pelanggan akses web, maka akan iklan yang muncul. Tri memang nanti nya akan masuk ke iklan untuk creating revenue lain. Hanya saja, caranya akan berbeda. Langkah yang dilakukan tidak akan Intrusive. Jadi, posisi iklan akan berada dibawah. Lalu, iklan muncul hanya 5 detik kemudian hilang. “Tidak akan sampai directing. Begitu masuk ke website langsung terbuka, harus kita tutup dulu. Itu mengganggu,” sahut Bludansyah.

Contohnya, Airport TV. Ditengah ada kontennya, baru di samping atau dibawahnya ada iklan. Itu kenapa boleh? Kan tidak bayar konten. Sayang, iklan seperti ini, untuk di telekomunikasi masih diwilayah abu-abu. Belum ada yang mengaturnya.

Berburu Spectrum

Bagi operator, spectrum atau frekuensi adalah urat nadi. Jadi, tentu ketika ada auction spectrum semua akan berlomba untuk memperoleh bagian. Begitu juga dengan Tri. Dengan spectrum yang dimiliki sekarang, tentu untuk bergerak kearah pengembangan yang lebih baik menjadi sedikit terhambat. Jadi, ketika pemerintah membuka peluang Auction, Tri pasti ikut.

“Kita akan berusaha sekuat mungkin untuk mendapatkan spectrum tambahan,” ujar Muhammad Danny menjelaskan.

Utilisasi jaringan di Tri sendiri saat ini sangat efisien. Bahkan Tri mengklaim bahwa lebih efisien dari semua oprator di Indonesia. Artinya, dengan 10 Mhz yang sekarang dimiliki dibandingkan dengan trafik data yang ada, Tri sangat efisien. Pasalnya, operator lain, selain operator nomor satu di Indonesia masih lebih banyak jaringannya digunakan oleh pelanggannya untuk layanan Voice dan SMS.

“Kami berharap, pemerintah melihat bahwa Tri adalah perusahaan yang serius . Lihat saja, dari sisi efisiensi frekuensi, Tri bagus dan sebagai provider data, pelanggan dapat menggunakan data via broadband dengan baik dan harga yang affordable,” ujar Buldansyah menjelaskan.

Lebih lanjut, Buldansyah juga berharap bahwa apa yang dilakukan oleh Tri juga mendapat perhatian dari pemerintah. Dengan demikian, Tri dapat masuk jajaran oprator yang memang layak diberikan tambahan frekuensi. Selain itu, Tri juga selalu taat pada aturan pemerintah. Bukan perusahaan yang suka jual beli license.

Selama ini, auction frekuensi seperti dijadikan alat bagi pemerintah untuk memperoleh dana besar. Jika melihat kondisi saat ini, Tri berharap, auction spectrum yang dilakukan nantinya tidak hanya untuk mendapatkan dana besar saja. Pasalnya, Buldansyah melihat bahwa Industri Telekomunikasi di Indonesia ini sudah berat. Regulator charging industry saat ini cukup besar. Apalagi dalam kondisi susah saat ini. Jadi, seandainya, pemerintah melihatnya dari arah kelayakan perusahaan yang akan menerima spectrum tersebut menjadi lebih baik.

Terutama yang memiliki multi playing effects pada Negara. Bukan sekedar uang saja.

Jika diberikan frekuensi, Apa yang akan dilakukan oleh Tri? Buldansyah menyebutkan bahwa Tri akan memberikan layanan data yang lebih baik lagi dari sekarang dan akan menambah coverge yang lebih luas lagi. Apalagi, sekarang ini Tri dapat dijadikan benchmark industry bahwa Tri sangat efisien memanfaatkan jaringan yang ada.

Persoalannya adalah ketika Tri tidak memperoleh tambahan frekuensi? Buldansyah, tidak mau berandai-andai. Pemerintah sudah janji, bahwa auction lelang itu akan dilakukan setelah refarming selesai. Artinya sekitar November. Jadi awal tahun auction sudah bisa dimulai. Auction tersebut akan melelang frekuensi 2100 ada 2 kali 5 Mhz. Jika dikasih ke Tri semua ya, Tri pasti akan ambil. Hanya saja, Kita tahu juga bahwa yang berminat bukan hanya Tri. Semua operator berminat.

Saat ini, LTE sudah mulai dijalankan di frekuensi 1800Mhz. Telkomsel memiliki frekuensi di 1800Mhz cukup besar. Jadi layanan LTE Telkomsel dapat di push di frekuensi itu. Di tempat-tempat yang sibuk. Di mana, lokasi tersebut adalah di kota-kota besar. Yang handset LTE juga sudah banyak.

Dari sisi pemerintah agak delimatis. Pasalnya, jika pendapatan Telkomsel berkurang, maka pendapatan Negara juga berkurang. Jadi, masalah ini sangat complex. Tergantung sebenarnya dari roadmap pemerintah. Industri ini akan dibawa kemana. Berapa player yang akan tetap dipertahankan. Siapa saja dan frekuensi berapa saja yang akan digunakan. Tergantung pada pembagiannya. Baik pelanggan, revenue dan lainnya.

Buldansyah berharap, sebaiknya Telkom Group tidak diberikan KPI berdasarkan keuntungan. Di mana, permintaan terhadap keuntungan Telkom selalu minta ditambah. Sebaiknya, positioning Telkom Group ini adalah mengayomi industry dan membangun coverage di daerah-daerah. Tentu, tanpa mengorbankan keuntungan. Tapi jangan minta ditambah lagi.

4G Bagi Tri

Seperti juga dengan operator lain, 4G merupakan peluang bisnis baru bagi Tri. Hanya saja, operator ini sangat hati-hati dalam memberikan layanan 4G. Bukan apa-apa. Berdasarkan pengalaman Tri di Negara lain, seperti di Eropa dan Australia, kebanyak 4G digunakan untuk providing reasonable speed atau reasonable quality ke costumer. Namun, jika belum bisa tercapai dengan 3G maka harus menggunakan 4G karena lebih efisien . Tapi kalau belum terpenuhi, maka harus menggunakan 4G karena lebih efisien.

Dengan kondisi saat ini, Tri yang memiliki 2 kali 5Mhz akan lebih mengoptimalkan ke arah troughput. Tapi yang pasti, Tri akan mengkombinasikan segala sesuatu yang dimilikinya untuk memberikan layanan yang terbaik bagi pelanggannya.

Pasalnya, saat ini, Tri juga masih dalam tahap penggodokan, apakah 4G akan menjadi product sendiri atau layanan 4G akan diberikan lebih mahal ketimbang 3G. Masih belum tuntas. Dengan 2 kali 5MHz, bisa lebih dioptimalkan ke True Put. Nah, Tri akan mengkombinasikan. “Karena yang penting bagi pelanggan, ketika lihat YouTube tidak buffering. Se simple itu. Tidak peduli itu 3G atau 4G,” ujar Buldansyah menjelaskan. Intinya adalah mengejar efisiensi. Yang ujung-ujung nya adalah Tri membutuhkan spectrum.

Konsolidasi Jumlah Operator di Indonesia

Tidak dapat dipungkiri, saat ini jumlah pelanggan terbesar di Indonesia adalah Telkomsel. Dari sisi pendapatan juga demikian. Hal ini membuat ada gap yang cukup besar antara Telkomsel dengan operator lainnya. Idealnya, operator di Indonesia jumlahnya 2 -3 saja. Dengan demikian, industry akan jauh lebih sehat. Dan operator lain, selain Telkomsel dapat bertahan hidup dengan lebih baik lagi.

Untuk Single Player murni tentu tidak akan terjadi. Yang terjadi adalah, yang satu akan menjadi pemain yang besar sekali dan yang lain adalah nice player. Lebih specifik. Misalnya, yang satu bilang, saya main data, biarlah yang voice yang lain. Begitu jadinya.

Jadi tidak akan mati semua. Seperti sekarang yang dilakukan oleh XL. Dia akan mengarah pada pelanggan kelas atas saja, pelanggan yang berkualitas. Ujung-ujung nya, akan mengarah pada nice market. Tapi, kalau mau pelanggan yang berkualitas, layanannya jangan yang itu-itu juga, sama dengan yang lain. Harus One step ahead.

One head step ahead nya itu akan seperti apa? Dulu, kita tidak pernah berpikir, GoJek akan seperti ini. Layanan yang nanti nya akan diterima pasar dengan baik belum terlihat saat ini. Bisa saja e-commerce atau mobile commerce yang nantinya jadi jawara baru.

Tri sendiri masih akan mengevaluasi lebih dalam lagi. Perlu dipikirkan cara monetizing yang cepat dan jangka panjang. Sehingga, jaringan tidak hanya terbebani saja, tetapi tidak creating money.

Nah, untuk konsolidasi jumlah operator tentu harus ada corporate action dari masing-masing operator. Apakah akuisisi atau merger. Dalam kondisi saat ini sebaiknya hanya ada 2 operator saja. Tapi kalau ada peraturan-peraturan atau kebijakan pemerintah menjadi tiga operator yang sehat, itu juga bagus.

Tri sendiri sangat terbuka. Apakah akan melakukan akusisi ataupun mengakusisi. Hanya saja, rumor yang beredar tentang Indosat akan membeli Tri masih belum ada pembicaraan kearah itu. “Bicara iya, tapi belum sampai ada due diligent. Bagi Tri masih belum urgent. Masih ada harapan-harapan,” ujar Buldansyah menjelaskan.

Jika pun nanti Tri akan merger diakusisi atau pun mengakuisisi, value Tri sudah cukup tinggi. Value itu akan meningkat ketika Tri mendapatkan tambahan frekuensi.

Tri Olah CAPEX dan OPEX Agar Efisien

Capex itu bergantung cara kita beroperasi, kalau kita bilang mau agresif untuk meningkatkan pengguna data hingga 50%. Artinya, dari sisi jaringan juga harus memperluas wilayah juga 50%. Otomatis, penurunan dari unit price di Capex tidak banyak. Tapi itu, volume nya meningkat.

Itu yang pertama, kedua, apakah kita mau mengembangkan coverage ke daerah-daerah baru? Antara, kita mau Capex dan Opex. Misalnya, kita mau sewa jaringan saja? Atau mau bangun jaringan sendiri. Tentu itu akan mempengaruhi Capex dan Opex.

Tri Bagaimana? Akan Mix atau bagaimana? Kita pasti, menekan biaya CAPEX dan OPEX serendah mungkin. Caranya dengan desain yang bagus, harga yang normal. Kita melakukan cost saving baik di CAPEX maupun OPEX. Itu yang dilakukan. Kemudian, yang berikutnya adalah bagaimana Tri akan monetizing semua peluang sesuai dengan yang dimiliki saat ini. Terutama pada saat kondisi dolar seperti sekarang ini. Dengan begitu, CAPEX dan OPEX dapat jauh lebih hemat.

Cara Monetizing banyak jalan. Apakah menaikan harga, buat bundling product yang lebih baik dan lain-lain.

MVNO is a Must

Di Indonesia MVNO tidak bisa berkembang? Kuncinya, di operator adalah di channel dan distribusi. Dengan catatan, network nya sudah ok. Nah, MVNO dituntut punya channel yang specific.

Sekarang masih sulit melihat channel yang specific. Spesificnya di mana. Channel itu dituntut memiliki costumer base yang besar juga. Misalnya, Cinema 21. Dia sudah memiliki cinema di mana-mana, punya pecinta film dan costumer base. Cinema 21 itu punya peluang untuk jadi MVNO. Tri menggarap juga seperti MVNO itu. Hanya saja perlu hati-hati, jangan sampai minta channel saja, tetapi tidak bayar. Kredibilitas yang minta juga dilihat.

Contoh lain adalah perbankan. BNI dan BCA misalnya, sangat memenuhi syarat untuk menjadi MVNO. Pertama karena cabangnya banyak dan berada di seluruh pelosok Indonesia, lalu jumlah nasabahnya juga banyak. Jadi, bisnis MVNO ini memang menarik. Hanya saja, nice market. Industri lain yang berpotensi menjadi MVNO belum tersosialisasi sehingga belum paham juga. Regulasi nya juga oleh pemerintah belum ada. Baru Bakrie dengan Smartfren. Itu hanya dikeluarkan untuk kedua operator tersebut. (Icha – Hamzah)

Internet of Things Jadi Faktor Kunci di Industri Pertanian

0

Jakarta – Menurut data yang diberikan oleh Beecham Research, penduduk dunia diperkirakan akan mencapai 9,6 miliar orang dan sebagian dari mereka akan tinggal di kota pada tahun 2050. Untuk mendukung populasi sebesar itu, produksi pangan pun harus ditingkatkan menjadi 70%.

Produksi pangan yang besar memerlukan sebuah teknologi pendukung yang canggih yang dapat membantu setiap petani dalam menghasilkan panen yang baik dan banyak.

Dilansir dari rcrwireles, Senin (26/10), teknologi yang disebutkan tadi adalah Internet of Things. Internet of Things akan memecahkan berbagai macam kasus di industri pertanian seperti, pemantauan ternak, pertanian dalam ruangan,  budidaya ikan, kehutanan, dan monitoring penyimpanan.

Di Amerika Serikat, beberapa segmen industri nirkabel telah mengimpelemntasikan IoT yang terkait dengan pertanian. AT&T, melalui unit IoT industrinya telah bermitra dengan produsen mesin pertanian John Deere untuk menginstal modem nirkabel di setiap bagian mesin yang diproduksi. AT&T juga membantu mengurangi pembusukan gandum dan meningkatkan hasil melalui sistem sensor.

Sekedar informasi, Sensor merupakan salah satu dari enam komponen smart farming (pertanian cerdas) yang ada didalam laporan Beecham. Lima komponen lainnya meliputi analisis data, hardware dan software, telematika, posisi teknologi, seperti Sistem komunikasi seluler  dan aplikasi.

Sensor IoT juga memungkinkan petani untuk melacak hasil panen, gizi dalam tanah dan juga curah hujan.

Namun, tantangan utama dari pengimpelemntasian teknologi ini adalah kurangnya infrastruktur nirkabel di daerah pedesaan. Meskipun pertumbuhan internet jaringan meningkat, perusahaan nirkabel masih mengukur konektivitas berdasarkan jumlah orang yang terhubung. Mereka meninggalkan beberapa daerah dengan kepadatan penduduk rendah dengan permintaan yang tinggi untuk konektivitas. [AK/IF]

Pembahasan Cetak Biru e-commerce Masuki Tahap Finalisasi

0

Jakarta – Roadmap e-commerce masih dalam tahap pembahasan hingga saat ini. Namun, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara menyatakan bahwa cetak biru e-commerce ini telah memasuki tahap finalisasi sekarang.

“Penyelesaiannya bisa dikatakan masuk dalam tahap finalisasi. Saat ini pemerintah tengah konsentrasi dalam penanganan perekonomian,” kata Rudiantara.

Pembahasan mengenai cetak biru e-commerce juga ikut melibatkan sejumlah kementerian dan lembaga, diantaranya Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keungan, Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perhubungan dan Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo).

“Para Menteri akhir-akhir ini masih belum bisa bertemu membahasnya, karena mereka masih fokus pada paket deregulasi ekonomi,” ujar chief RA.

Berdasarkan rilis yang diterima oleh tim Telko.id, Rudiantara juga belum dapat memastikan kapan kepastian dari cetak biru e-commerce tersebut akan rampung.

 

Sebagai informasi, cetak biru e-commerce sebelumnya ditargetkan Kemkominfo akan diselesaikan pada Agustus 2015 silam. Namun, seiring dengan perkembangan situasi perekonomian, penyelesaian cetak biru tersebut mundur.

Rudiantara menjelaskan, cetak biru e-commerce ini diperlukan guna mendorong perdagangan elektronik lebih pesat.

Di Indonesia, perkembangan e-commerce meningkat pesat. Diperkirakan pada tahun 2015 ini transaksi e-commerce akan terus mengalami peningkatan hingga USD 20 miliar.

“Kita berharap kapitalisasi e-commerce di Indonesia pada 2020 bisa mencapai USD 135 miliar atau sepuluh kali lipat,” kata Rudiantara.

Sementara itu, Kementerian Keuangan telah menyelesaikan draf revisi Undang-Undang (UU) Nomor 36/2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh) yang di dalamnya termasuk pajak e-commerce.

Direktur Peraturan Perpajakan Ditjen Pajak Kemkeu, Poltak Maruli John Liberty Hutagaol mengatakan, dalam revisi UU PPh, akan diatur lebih rinci mengenai pajak transaksi e-commerce.

“Hal ini dilakukan guna memberikan kepastian hukum atas bisnis e-commerce yang mulai subur di Indonesia ini,” katanya.

Poltak menambahkan, Indonesia masih belum memiliki aturan jelas yang mengatur bisnis e-commerce asing, sehingga banyak pelaku e-commerce asing yang masih belum tersentuh pajak.

“Seharusnya setiap pembayaran ke luar negeri terkena PPh pasal 26 sebesar 20%, kecuali perusahaan yang terdapat di negara yang tidak mempunyai perjanjian pajak (tax treaty) dengan Indonesia,” ujarnya.

Senada dengan Poltak, pengamat Perpajakan Yustinus Prastowo setuju pajak transaksi e-commerce diatur lebih spesifik. “Selama ini e-commerce seolah-olah bukan objek pajak. Aturan transfer pricing juga perlu diperketat dan lebih detail,” kata Yustinus. [AK/IF]

Penjualan Jaringan Semakin Lesu, Revenue Ericsson Turun

0

Jakarta – Perusahaan penyedia solusi jaringan asal Swiss, Ericsson, tampaknya harus berlapang dada melihat pencapaian pendapatan mereka tahun ini. Pasalnya, angka tersebut diketahui mengalami penurunan pada kuartal ketiga di tahun ini.

Penyebab utama dari penurunan ini tidak lain karena penjualan jaringan yang semakin lesu. Seperti diketahui, di kawasan Amerika Utara, penjualan Ericsson menurun dari tahun ke tahun. Selain itu perlambatan dalam penyebaran jaringan 4G di daratan China  serta lemahnya penetrasi di Brazil, Rusia dan Timur Tengah juga turut menjadi alasan atas anjloknya pendapatan (revenue) perusahaan pada kuartal ketiga tahun ini.

Dilansir dari Telecoms, Senin (26/10), sebanyak 9% penurunan pendapatan dirasakan oleh raksasa jaringan ini bila dibandingkan dengan kuartal sebelumya. Hal tersebut menjadi lebih buruk tatkala tidak adanya perbaikan di sektor pelayanan yang profesional dari Ericsson.

Kabar baiknya, dari total pendapatan yang mereka cetak, dapat dilihat bahwa penjualan jaringan menyumbang kurang dari 50%. Hal ini akan mempermudah mereka untuk mengurangi resiko yang timbul dari sumber daya internal ataupun sumber daya eksternal.

Chief Financial Officer Ericsson, Jan Frykhammar mengungkapkan, “Kami melihat sebuah dampak nyata pada basis biaya kami, dimana kami dapat meningkatkan profitabilitas dengan cara melakukan penetrasi yang baik di wilayah target kami dan hasil ini membuat kami semakin percaya diri sebagai perusahaan penyedia jaringan.”

Nilai positif lain dapat dilihat dari peningkatan laba bersih yang mereka dapatkan. Tercatat laba bersih Ericsson naik menjadi 47% dari kuartal sebelumnya dan naik sebanyak 19% secara year-on-year. [AK/IF]

TalkTalk ‘Dibobol’ Hacker, Data 4 Juta Pelanggan Dalam Bahaya

0

Jakarta – Perusahaan Telekomunikasi asal Inggris, TalkTalk, melalui blog resminya telah mengkonfirmasi bahwa ada kemungkinan para hacker telah memiliki data identitas pengguna seperti nama, alamat, tanggal lahir, nomor telepon, alamat email, informasi akun TalkTalk, hingga rincian kartu kredit dan rincian bank dari 4 juta pelanggannya.

Dilansir dari Telecoms, Senin (26/10), Dido Harding selaku CEO TalkTalk menegaskan bahwa perusahaan terus memperbarui sistem sebagai langkah keamanan yang diambil terkait ancaman dari penjahat siber ini.

“Kami sangat serius menjaga data pelanggan dari setiap ancaman keamanan dan kami mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memahami apa yang telah terjadi di sini,” katanya.

Namun, Harding mengatakan pada ITV bahwa sampai saat ini mereka tidak mengetahui persis berapa pelanggan yang menjadi korban dari ancaman tersebut.

Bagian FAQ dari situs web TalkTalk mengklaim bahwa mereka percaya data konsumen tetap aman, namun mereka juga mengakui bahwa ada beberapa data yang tidak dienkripsi. Sebagai informasi, ini merupakan serangan siber ketiga yang mempengaruhi  perusahaan tersebut dalam 12 bulan terakhir.

Sebelumnya, sejumlah pelanggan TalkTalk juga sempat mengeluhkan telah menjadi korban scamming yang meminta sejumlah akses pada komputer mereka.

Bahkan, pada Februari  lalu, penjahat siber berhasil masuk ke dalam sistem jaringan komputer perusahaan dan mencuri data-data konsumen mereka.

Ahli keamanan Ryan Wilk, yang juga direktur dari NuData Security memaparkan, “Para pencuri data akan menjual informasi ini kepada agregator yang tentunya akan meningkatkan nilai dari data tersebut. Dengan banyaknya data yang terkumpul, para penipu ini bisa saja membuat rekening Bank palsu atau meminjam sejumlah uang di Bank dengan data diri para korban yang tercuri. Hal ini tentunya akan sangat meresahkan dan membuat permasalahan panjang bagi si korban,” jelas Wilk.

Wilk menambahkan, Sistem keamanan lawas yang digunakan oleh banyak perusahaan telekomunikasi, seperti otentikasi berbasis KBA akan sangat rentan untuk dicuri, Ia menyarankan untuk mengganti sistem tersebut dengan User behavioural analytics (UBA). [AK/IF]

Pandora Lesu di Industri Streaming Musik

0

Jakarta – Semakin baiknya kualitas jaringan internet di seluruh dunia membuat persaingan di semua aspek semakin ketat. Hal yang sama berlaku untuk industri streaming musik.

Pandora, misalnya, perusahaan yang sempat merajai industri musik streaming ini bahkan barus mengatur strategi baru guna bertahan di industri ini.  Pasalnya, Pandora kini terkesan menjadi pecundang dalam industri yang tengah memanas ini.

Dilansir dari Digitaltrend, Senin (25/10), dua hari setelah CEO Apple Tim Cook mengumumkan bahwa Apple Music memiliki 6,5 juta pelanggan berbayar dan 8,5 juta pengguna pada percobaan tiga bulan gratis, Pandora justru mengalami kerugian sebesar USD85.900.000 pada kuartal ketiga tahun ini.

Sejatinya pandora yang hanya mengandalkan streaming radio kalah bersaing dengan kompetitor lain seperti Apple Music, spotify serta Google Play Music yang menghadirkan streaming musik berbayar dan memberikan free selama masa percobaan.

Tidak seperti beberapa pesaingnya, Pandora tidak bisa memberikan keleluasaan bagi pengguna untuk memilih lagu untuk diputar karena hanya berbasis radio streaming. Hal itu nampaknya yang menjadi awal dari kegagalan mereka menjangkau pasar streaming musik kali ini.

Anjloknya peminat pandora semakin dipertegas dengan jumlah “pendengar aktif” mereka yang mengalami penyusutan menjadi 78.100.000 pengguna dari 79.400.000 pada kuartal ketiga tahun ini.

Fenomena Internet Of Things memang mempengaruhi gaya hidup semua orang di dunia ini. Kemajuan teknologi dari sisi smartphone juga sangat mendukung fenomena ini, kita tunggu saja bagaimana hal tersebut akan berlangsung di Indonesia. [AK/IF]

 

87% Smartphone Android Rentan akan Virus

Jakarta – Seperti diketahui sebelumnya, platform Android memang menjadi platform mobile yang sangat rentan terhadap peretasan data. Namun berdasarkan survey terbaru di lapangan mengungkapkan bahwa sebanyak 87 % smartphone Android yang ada di pasaran saat ini tidak aman.

Para ilmuwan Inggris membuktikan bahwa perangkat Android sangatlah berbahaya bila ditinjau dari segi keamanan data. Penelitian mendalam yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Cambridge pada beberapa perangkat dan menganalisis lebih dari 20.000 smartphone dari berbagai merek dan menemukan bahwa 87,7% perangkat Android yang diteliti dikategorikan rentan terhadap paling tidak satu jenis kerentanan yang kritis.

Penelitian ini dilakukan dengan bantuan para penggguna smartphone. Para peserta menyetujui penggunaan aplikasi khusus bernama Device Analyzer dari Google Play. Aplikasi ini membantu untuk mengetahui seberapa tahankah smartphone terhadap serangan yang berdampak luas dengan cara mengirimkan data ke perangkat lunak di masing-masing perangkat.

Dari kesemuanya ada 32 jenis smartphone yang kritis, namun hanya 11 bug yang bisa diterapkan ke semua perangkat, dan diperhitungkan sepanjang percobaan untuk menghasilkan hasil yang adil.

Berdasarkan data dari Securelist.com, dalam jangka waktu 4 tahun (dari Juli 2011 hinga 2015), tingkat mean dari indeks FUM untuk seluruh perangkat Android mengalami penurunan yang mengerikan, – 2,87 dari 10. Smartphone yang paling aman, seperti diperkirakan, adalah Google Nexus. Hal ini tentunya tidaklah mengherankan mengingat Google memperhatikan patching terhadap perangkatnya sendiri.

Platform Android merupakan sistem yang sangat rentan. Kecuali Google merubah OS serta model distribusi untuk memungkinkan adanya mekanisme update yang simultan, regular serta vendor-agnostic untuk memudahkan pengguna dalam pengurusan keamanan perangkat mereka.

Beberapa tips untuk mengatasi kerentanan tersebut diantaranya:

  •  Pasang pembaharuan sistem sesegera mungkin bila sudah tersedia. Jangan menunda apalagi mengabaikannya.
  • Unduh aplikasi yang berasal dari sumber terpercaya dan berhati – hatilah terhadap situs yang nakal. Hal ini tidak menjamin Anda terhindar dari masalah keamanan, namun cara tersebut merupakan salah satu cara untuk menghindari beberapa ancaman tertentu.
  •  Gunakan solusi keamanan – bila vendor smartphone Anda lambat dalam melakukan patch keamanan serta menyelamatkan penggunanya dari eksploitasi, perusahaan antivirus mungkin dapat melakukannya dengan lebih baik.
  • Cobalah untuk tetap mendapatkan informasi terbaru: bacalah berita – berita mengenai keamanan. Jika tidak, maka Anda tidak akan pernah tahu, sebagai contoh, lebih baik menonaktifkan pengunduhan MMS standar untuk menghindari masalah yang terkait dengan kerentanan Stagefright.