spot_img
Latest Phone

Garmin Instinct 3 Tactical Edition: Smartwatch Tangguh untuk Misi Ekstrem

Telko.id - Garmin baru saja menghadirkan Instinct 3 –...

ASUS Vivobook S14: Laptop AI 45+ TOPS untuk Produktivitas Tanpa Batas

Telko.id - ASUS Vivobook S14 (S3407QA), laptop terbaru yang...

Garmin vívoactive 6, Tak Sekadar Pintar, Dukung Gaya Hidup Aktif dan Tampil Lebih Gaya

Telko.id - Garmin Indonesia memperkenalkan vívoactive 6, smartwatch wellness...

Lebih Bugar Setelah Lebaran dengan Smartwatch Garmin

Telko.id - Pernahkah Anda merasa tubuh terasa berat dan...

PC Global Melonjak 4,9% di Q1 2025, Tapi Tarif China Ancam Pasokan

Telko.id - Angka-angka terbaru dari IDC mengungkap fakta mengejutkan:...
Beranda blog Halaman 1502

Perumusan Sertifikasi Pekerja Telko Memasuki Babak Final

0

Telko.id – Proses perumusan standarisasi jaringan seluler kini telah memasuki babak final atau sudah memasuki babak konvensi. Seperti diketahui, beberapa waktu lalu, kegiatan pra konvensi telah dilakukan dan telah mendapatkan beberapa poin penting.

Sementara hari ini, bertempat di salah satu Hotel di kawasan Jakarta Selatan, tim perumus kembali bertemu guna membahas babak finalisasi agar lebih ‘legitimate’.

Lingga Wardhana, salah satu tim perumus menyebutkan, ” saat ini kita memasuki tahap KKNI atau Kerangka Kualifikasi Nasional Idonesia. KKNI adalah pengemasan dari konvensi yang telah kita rumuskan kemarin, seperti level-level yang telah dibuat,” ucapnya saat ditemui tim Telko.id

Untuk standarisasi, setidaknya terdapat tiga subsistem besar. Ketiga subsistem tersebut yakni, Subsistem optimasi, Subsistem operating dan Subsistem management.

Sebagai informasi, dalam setiap subsistem nantinya akan terdapat sembilan level yang menentukan standarisasi serta sertifikasi para pekerja. Level-level ini juga nantinya bertujuan untuk memberikan standarisasi serta pengakuan dari setiap pekerja di industri telekomunikasi.

Saat ini, para pekerja tidak memiliki satuan gaji yang tetap untuk setiap bidang pekerjaan, dengan adanya standarisasi ini, diharapkan nantinya akan ada standarisasi mengenai besaran gaji dari setiap level pekerjaan di industri telekomunikasi, khususnya untuk jaringan seluler.

Sementara untuk Industri, adanya sebuah standarisasi sertifikasi tentunya akan mempermudah mereka dalam mendapatkan Sumber Daya Manusia yang tepat dan sesuai dengan kualifikasi yang ada. Para vendor terkait juga tentunya akan lebih menghemat pengeluaran mereka untuk melakukan training ulang, karena tenaga kerja yang mereka rekrut, sudah memiliki sertifikasi dan sudah ‘siap pakai’.

Standarisasi ini juga nanti nya berguna untuk pihak third party atau SubCon, dengan adanya standarisasi ini, nantinya mereka akan dengan mudah mengatur jenjang-jenjang pekerjaan agar lebih jelas.

Hasil dari pertemuan ini nantinya akan di serahkan kepada Kementrian Komunikasi dan Informasi sebagai pihak regulasi dan tim perumus juga menyerahkan kepada Kominfo untuk tahap pengimplementasian.

Dari total 60 undangan, dalam rapat ini terdapat perwakilan dari berbagai stakeholder terkait. Seperti, Operator, Vendor, Perguruan Tinggi, SubCon, lembaga training serta komunitas dan pihak Regulasi.

Tim perumus juga hanya bertugas sampai dengan tahap perumusan standarisasi saja, namun tidak menutup kemungkinan mereka akan bertransformasi menjadi sebuah lembaga diklat profesi dan lembaga sertifikasi profesi agar dapat berkelanjutan.

Jika memang benar terealisasi, tentunya ini akan membuka sebuah peluang bisnis baru di industri telekomunikasi di Indonesia.

Berbicara mengenai upaya untuk meningkatkan tenaga lokal, Tim perumus juga menyebutkan perlu adanya upaya keras dari berbagai stakeholder seperti kompetensi yang diperketat dan diperbanyak seperti kemampuan bahasa inggris yang mumpuni. Selain itu, kampus-kampus juga sudah harus berkompetensi, serta harus banyak melakukan training di lembaga sertifikasi.

Seberapa Serius Ancaman Ad Blocking?

0

Telko.id – Fenomena ad blocking atau pemblokiran iklan terjadi dengan cepat dan dampaknya sama besar dengan fenomena video streamingPara pelaku industri di Asia Pasifik berpendapat bahwa, meskipun jumlah pengguna yang menginstal ad blocker terus meningkatpemasar dan pengiklan tidak terlalu khawatir tentang hal ini. Benarkah pemasar tidak perlu khawatir dengan fenomena ini?

Industri periklanan tengah menghadapi krisis akibat kemunculan ad blocking.

Banyak dari kita mungkin masih ingat tentang Netflix yang kemunculannya tidak dianggap serius oleh kompetitornya. Namun, kita bisa lihat betapa sukses Netflix sekarang. Di Indonesia ada iFlix, perusahaan yang memposisikan dirinya sebagai “Netflix-nya Asia Tenggara”, kehadirannya bisa jadi akan mengguncang dunia industri. Intinyaindustri periklanan perlu menanganggapi ad blocking dengan serius dan tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang akan hilang begitu saja.

Beberapa orang berpendapat “kalau tidak rusak, mengapa diperbaiki?”. Seperti kita tahu, saat ini konsumen banyak mengkonsumsi konten digital melalui mobile (khususnya aplikasi mobile) dimana software ad blocking tidak berfungsi, sehingga publisher tidak akan terpengaruh. Namun, ini adalah pemikiran jangka pendek dan logika di balik pendapat ini masih dipertanyakan. Manusia tidak akan pernah puas, dan teknologi terus berkembang. Pengguna tentu akan mencari pengalaman yang berbeda dari cara-cara yang gencar dilakukan publisher yang terus berusaha mengambil keuntungan dari ad inventory.

Mengedukasi konsumen/pengguna bisa menjadi solusi untuk masalah tersebut. Jika pengguna mengerti sisi ekonomis dari web dan melihat iklan sebagai bagian dari transaksi yang mendukung terciptanya konten, mereka akan berhenti menginstal ad blocker. Meskipun hal ini terlihat baik secara teori, namun pada kenyataannya hal ini tidak bekerja sebaik yang diharapkan. Banyak orang, termasuk istri saya (yang menjadi konsumen reguler) merasa seolah-olah mereka membayar untuk konten web. Sulit untuk membuat pengguna menaruh simpati pada publisher, terutama ketika mereka diserbu iklan secara terus-menerus.

Bagaimanapun, fenomena ad blocking ini nyata dan kita harus bisa menanganinya sebaik mungkin. Dan semoga kita bisa memberikan pengalaman yang lebih baik kepada para konsumen.

Seiring dengan meningkatnya popularitas fenomena ad blocking, akan muncul pemenang dan juga pecundang. Publisher yang paling rentan adalah mereka yang memiliki konten komoditas(hardsell), kurang bermakna, berkualitas rendah dan konteksnya tidak relevan.

Mereka yang ingin menang harus lebih berfokus pada pengalaman pengguna. Walaupun sebenarnya hal ini tidak serta merta membuat masalah ad blocking menghilang. Mereka yang cukup beruntung karena memiliki konten bernilai dan relevan bahkan bisa konsumen rela membayar untuk bisa mengakses konten tersebut. Kita bisa lihat dari jumlah publisher yang memasang iklan pada konten berbayarSedangkan, mereka yang kurang beruntung terpaksa merelakan sebagian pendapatan mereka untuk memberikan user experience yang lebih baik.

Roopal Julka, Head of Accuen Malaysia, divisi programatik Omnicom, baru-baru ini mengatakan bahwa ad blocking bisa menjadi kesempatan bagi pasar untuk memahami nilai tambah yang sebenarnya dari iklan native. Pada akhirnya, bentuk iklan nantinya tidak akan terlalu mengganggu dan akan ada lebih banyak publisher yang mengadopsi iklan native. Hal ini penting untuk dilakukan dengan konten yang relevan. Misalnya, ada konten tentang perangkat mobile, disponsori oleh brand teknologi dan disajikan secara programatik, maka konten ini tidak akan menciptakan respon yang baik dari audience yang sedang mengumpulkan informasi soal liburan. Contoh-contoh semacam ini banyak dijumpai di web.

Iklan yang tidak tersaring serta retargeting yang sistematik adalah salah satu kunci kenapa sejumlah audience menggunakan ad blocker. Meski “retargeting” untuk mengirimkan pesan berurutan itu masuk akal, kita perlu berpikir tentang bagaimana membuatnya lebih relevan dan tidak berulang-ulang. Contohnya, menyajikan konten yang sama kepada audience yang berada dalam platform e-commerce tanpa membedakan di situs mana mereka berada, adalahpenggunaan teknologi yang kurang optimal dan cenderung menganggu.

Bagaimanapun juga, dengan kemunculan ad-tech, kemampuan untuk menyasar audience yang spesifik berdasarkan atribut dan ketertarikan mereka menjadi lebih penting daripada konteks yang Anda ingin tuju ke audience. Kita harus mengoreksi hal itu. Fokus pada konteks, yang sempat menjadi hal terpenting di bisnis periklanan, telah hilang.

Jadi, meski kemunculan ad blocking menjadi ancaman yang sangat serius dan menyita banyak perhatian dari industri kita, hal ini juga menjadi kesempatan besar untuk mengkoreksi adanya ketidakseimbangan. Konteks dan pola pikir orang saat mereka datang ke situs Anda memiliki arti yang sama besarnya denganjati diri mereka. Publisher yang mampu mencapai keseimbangan ini akan berhasil meraih kesuksesan.

Bukan SK Telecom, MTS lah Operator Pertama yang akan Terapkan 5G

0

Telko.id – 2018 sepertinya akan benar-benar menjadi awal dari penyebaran 5G. Terbukti, dari begitu banyaknya operator seluler yang memilih tahun itu sebagai momentum gelaran 5G. Perusahaan telekomunikasi terbesar di Rusia, MTS, adalah salah satunya.

Bekerjasama dengan Ericsson, MTS mengatakan bahwa mereka mengharapkan untuk menggelar layanan percobaan 5G pada 2018, bertepatan dengan piala dunia FIFA yang akan diselenggarakan di Rusia. Kedua perusahaan mengumumkan nota kesepahaman untuk melakukan penelitian dan pengembangan 5G. Demikian dilaporkan Telecoms, Selasa (22/12).

Sebelumnya, operator seluler asal Korea Selatan, SK Telecom juga telah menguraikan niat serupa, yakni menggelar 5G dalam tiga tahun ke depan, dengan uji coba yang akan dilakukan pada tahun 2017, dan gelaran sesungguhnya pada 2018, atau bertepatan dengan Olimpiade Musim Dingin PyeongChang.

Tentu saja, akan menjadi sebuah kejutan kecil untuk melihat salah satu negara di Timur Jauh menjadi yang pertama mengadopsi 5G. Sebagai informasi, piala dunia FIFA secara tradisional diadakan pada bulan Juni dan Juli. Sementara olimpiade musim dingin idealnya baru digelar menjelang akhir tahun.

Menurut Ericsson, nota kesepahaman yang dibuatnya bersama MTS akan fokus pada pemahaman dan pendefenisian persyaratan spektrum jaringan generasi berikutnya dan kemudian membangun sistem tes. MTS dan Ericsson akan fokus pada pengembangan dan dengan jelas mendefinisikan metodenya, serta evaluasi kinerja dan penerapan potensi komponen kunci teknologi 5G.

CTIO MTS, Andrew Ushatskiy, mengakui bahwa apa yang nyata masih jauh, namun menekankan bahwa kerjasama yang erat dengan Ericsson adalah cara untuk membuat 5G yang masih ambigu menjadi lebih realistis dicapai, lebih cepat dari seharusnya.

“Sementara persyaratan untuk standar komunikasi baru dalam tahap pengembangan, penting bagi perusahaan kami untuk terlibat erat dalam proses ini, yang diikuti dengan penandatangan perjanjian dengan Ericsson,” katanya.

Ia menambahkan, tahun depan, kedua perusahaan akan mulai menggelar serangkaian proyek percontohan pada jaringan MTS, agar keduanya memiliki pemahaman lengkap tentang kinerja solusi dalam jaringan 5G. Dengan bekerja secara proaktif sepanjang proses standarisasi 5G, baik MTS maupun Ericsson akan siap untuk membangun tahap pertama dari jaringan baru yang secara dramatis akan mengubah hidup masyarakat dan segala sesuatu yang ada di sekitarnya, dan akan memberdayakan masyarakat dan cakrawala pengetahuan di segala bidang – rumah, sekolah, kedokteran, ilmu pengetahuan, transportasi, hiburan dan banyak lainnya.

Perlu dicatat, bahwa perjanjian ini juga akan membuat kedua perusahaan terlibat dalam pengujian LTE tanpa izin, serta LTE-M, protokol untuk meningkatkan lalu lintas IOT dan M2M di seluruh jaringan seluler 4G. Dalam mendefinisikan kemungkinan spektrum untuk pengembangan 5G, MTS mengatakan akan menyelidiki solusi penyebaran percontohan di band 15 GHz. Proyek ini juga akan melihat area tes yang dibuat untuk digunakan saat Piala Dunia 2018.

Caplok Operator Baru, Axiata Group Keluarkan Rp 17 Triliun

0

Telko.id – Memiliki beberapa anak perusahaan yang tersebar di sejumlah negara di Asia Tenggara – XL Axiata (Indonesia), Celcom Axiata (Malaysia), Dialog Axiata (Sri Lanka), Robi Axiata (Bangladesh) dan Smart Axiata (Kamboja) – tampaknya belum membuat Axiata Group berpuas hati. Buktinya, perusahaan telekomunikasi yang berbasis di Malaysia ini kembali mencoba memperluas ‘pengaruhnya’, dengan membeli perusahaan baru.

Dilansir dari Telecompaper, Selasa, (22/12), Axiata Group telah sepakat untuk membeli operator seluler asal Nepal, Ncell dari TeliaSonera. Hal ini dilakukan Axiata guna memperluas jejak regionalnya, dan memasuki pasar Nepal.

Melalui anak perusahaannya, Axiata Investments (UK), Axiata telah menandatangani perjanjian bersyarat dengan TeliaSonera dan SEA Telecom Investments untuk mengakuisisi 100 persen Reynolds Holdings seharga USD 1.365 miliar. Ini menghasilkan kepemilikan saham 80 persen untuk Axiata dan mengendalikan saham di Ncell.

TeliaSonera telah setuju untuk menjual 60,4 persen saham di Ncell kepada Axiata seharga USD1.030 miliar secara tunai. TeliaSonera juga akan meniadakan kepentingan ekonomi dalam 20 persen kepemilikan lokalnya dan menerima sekitar USD 48 juta. Transaksi tersebut tergantung pada satu sama lain.

20 persen saham dipegang oleh Niraj Shrestha, yang akan menjual miliknya kepada mitra Axiata Bhavan Singh Shrestha. Menurut peraturan Nepal saat ini, 20 persen dari kepemilikan dalam sebuah perusahaan diharuskan dikelola secara lokal oleh warga negara Nepal.

Axiata mengatakan Nepal menawarkan ruang yang baik untuk ekspansi, dengan penetrasi ponsel hanya 51 persen dan pertumbuhan pelanggan seluler 18 persen pada periode 2012-2014. Ncell mengklaim pangsa pasar pendapatan 57,5 ​​persen dan 48,8 persen pangsa pasar di Nepal. Operator memiliki spektrum 8MHz di band 900MHz, 11MHz di band 1800MHz dan 10MHz di band 2100MHz.

Dengan mengakuisisi Ncell, Axiata mengharapkan sinergi di beberapa daerah. Secara khusus, segmen pekerja asing di luar negeri, di mana ada sekitar satu juta orang Nepal di Malaysia saja, merupakan peluang untuk panggilan internasional intra-ASEAN dan pengiriman uang mobile, kata Axiata.

Axiata juga berharap akan dapat m enerapkan keahliannya di pasar berkembang di jaringan dan ketersediaan teknologi, pemasaran, pengembangan produk, membangun modal manusia dan pengadaan.

Tuntas Sudah, Perseteruan Apple dan Ericsson Terkait Paten LTE

0

Telko.id – Perselisihan panjang antara Ericsson dan Apple terkait paten LTE akhirnya menemui titik akhir, alias telah terselesaikan. Kedua perusahaan baru-baru ini telah menandatangani perjanjian lisensi paten global, meskipun poin-poin spesifiknya tetap menjadi rahasia.

Kontrak tersebut meliputi paten yang berkaitan dengan GSM, UMTS, dan standar LTE serta hak paten lainnya yang tidak dirinci. Disebutkan, bahwa kesepakatan itu akan memiliki jangka waktu selama tujuh tahun, dan termasuk pembayaran awal dari Apple, dan diikuti oleh royalti yang sedang berlangsung. Sayang, karena jumlahnya tidak diungkapkan.

Namun, seperti dilaporkan GSM Arena, Selasa, (22/12), Ericsson mengungkap estimasi pendapatannya tahun ini dari hak kekayaan intelektual, yakni sebesar SEK 13-14 miliar atau sekitar Rp 20-22 Triliun. Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan dengan pendapatan tahun lalu, yang hanya menyentuh angka SEK 9,9 miliar. Nah, bisa dibayangkan betapa besarnya kesepakatan dengan Apple ini.

Sebagai informasi, perseteruan antara Apple Inc. dan Ericsson dimulai pada awal tahun ini, ketika Apple menggugat perusahaan asal Swedia itu dan menyatakan bahwa paten teknologi nirkabel LTE perusahaan yang bersangkutan tidak penting untuk standar industri seluler dan bahwa perusahaan menuntut royalti berlebihan untuk paten ini. Saat itu, Apple mengatakan bahwa mereka tidak melanggar hak paten tersebut dan tidak berutang royalti pada Ericsson.

Pembuat iPhone itu mengatakan bahwa Ericsson mencari royalti untuk teknologi LTE yang dihitung sebagai persentase dari harga seluruh smartphone atau tablet. Padahal, royalti harusnya didasarkan pada nilai chip prosesor yang mencakup teknologi.

.

Sambut Musim Liburan, Indosat Ooredoo Rilis Aplikasi Incloud

0

Telko.id – Banyak cara dilakukan operator seluler dalam menyambut musim liburan 2015 – yang bagi sebagian orang bahkan telah dimulai sejak minggu ini. Indosat Ooredoo, misalnya, menyiasatinya dengan kembali menghadirkan inovasi baru di dunia digital, yaitu “incloud.” Ini merupakan sebuah aplikasi untuk menyimpan dan mengelola beragam dokumen seperti foto, video, musik, berkas lainnya dari perangkat mobile secara online.

“Sebagai sahabat bagi pelanggan, kami dengan bangga dapat menghadirkan inovasi aplikasi penyimpanan file online incloud untuk memberikan pengalaman digital terbaik bagi pelanggan Indosat Ooredoo. Ini merupakan bagian dari perjalanan kami mewujudkan perusahaan telekomunikasi digital terdepan di Indonesia yang menghadirkan inovasi digital bagi masyarakat, serta meningkatkan manfaat dan kemudahan dalam menunjang aktifitas sehari-hari pelanggan, utamanya untuk masa liburan akhir tahun sebentar lagi,” ujar Alexander Rusli, President Director dan CEO Indosat Ooredoo dalam keterangan resminya.

Dengan aplikasi incloud, pelanggan Ooredoo dapat memutar musik, menonton film, melihat album foto, mem-back up kontak, dan membagikan berkas yang sudah disimpan secara online. Ada juga fitur pencadangan otomatis setiap foto atau video yang diambil dengan perangkat smartphone.

Hal ini mengacu pada temuan survei konsumen bahwa ada sekitar 24% populasi yang ingin menggunakan aplikasi penyimpanan file secara online. Saat ini pengguna layanan cloud di seluruh dunia adalah sekitar 1.5 miliar, dengan tingkat pertumbuhan sekitar 16% untuk tahun 2016. Dengan incloud yang disediakan gratis oleh Indosat Ooredoo maka pelanggan akan semakin mudah dan nyaman dalam mengelola file dan dokumen pribadinya.

Berbagai fitur di aplikasi incloud ini sangat bermanfaat bagi pelanggan di masa liburan, dimana berbagai aktifitas liburan yang diabadikan melalui foto dan video dapat disimpan, dikelola dan dibagikan secara online. Aktifitas liburan bersama keluarga dan orang tersayang menjadi sangat menyenangkan dengan kemudahan pengelolaan dokumen melalui incloud ini.

Di samping itu, ketika pelanggan bepergian dan menjalani aktivitas di luar rumah termasuk bepergian keluar kota meningkatkan potensi kehilangan smartphone menjadi lebih besar sehingga proteksi dari kehilangan data kontak telepon ataupun berkas pelanggan sangat dibutuhkan.

Aplikasi incloud yang memiliki fitur back up kontak ataupun dokumen akan sangat membantu dalam melakukan proteksi tersebut. Incloud juga dapat membantu pelanggan ketika membeli smartphone baru dan hendak memindahkan kontak ataupun berkas dari smartphone yg lama.

Untuk memiliki aplikasi incloud ini, pelanggan Indosat Ooredoo cukup mendownload aplikasi incloud melalui Google Playstore, Apple App Store atau menggunakan versi peramban web incloud.indosatooredoo.com. Kemudian daftar akun baru incloud dengan cara menggunakan nomor Indosat Ooredoo yang digunakan oleh pelanggan sebagai nama akun.

Ini Strategi Smartfren Untuk Atasi Lonjakan Trafik

0

Telko.id – Liburan sama dengan ‘kerja keras’. Paling tidak bagi operator seluler. Pasalnya hal ini akan berdampak pada lonjakan trafik, terutama internet di berbagai operator. Khusus untuk Smartfren, mereka memiliki strategi khusus guna mengatasi lonjakan traffik pada jaringannya agar para pengguna tetap nyaman berkomunikasi saat liburan.

Smartfren sudah siap dengan lonjakan trafik yang akan hadir seiring dengan libur natal dan tahun baru. Strategi mereka yakni melakukan program aktivitas monitoring khusus guna menghadapi lonjakan ini.

Menurut Derrick surya, Head of brand and marcomm smartfren, mereka mulai melakukan monitoring khusus sejak tanggal 19 November sampai dengan 4 Januari 2015.

Hal ini ditujukan untuk memberikan kenyamanan bagi pelanggan mereka, terutama pelanggan yang telah beralih ke jaringan super cepat 4G LTE.

Berbicara tentang 4G sendiri, saat ini pelanggan 4G smartfren telah mencapai 800 ribu pelanggan. Angka besar ini sejatinya masih belum memenuhi target dari Smartfren.

Jika berkaca dari pernyataan Roberto Saputera selaku Direktur Marketing Smartfren yang menyebut target mereka hingga akhir tahun adalah sebanyak 1 juta pelanggan 4G.

Sejatinya hanya tinggal beberapa hari lagi kita akan menyebrang ke tahun 2016. Dengan hanya menyisakan sekitar 2 pekan lagi, apakah Smartfren mampu memenuhi target tersebut? Well, kita tunggu saja seberapa besar keberhasilan program bundling serta promo perangkat 4G murah yang diusung Smartfren mampu memenuhi target tersebut sambil melihat apakah internet 4G mereka akan tetap ‘anti lelet’ dengan semakin banyaknya pengguna. [ak/if]

Jobplanet.com Bertekad Kurangi Pengangguran Lewat Internet

0

Telko.id – Seiring dengan semakin berkembangnya internet serta kian lengkapnya ekosistem pendukung membuat segala sesuatunya beralih ke ranah digital. Hal serupa juga terjadi pada kolom pencarian pekerjaan. Biasanya, ‘info loker’ sering ditemui di berbagai surat kabar atau pamflet. Namun sekarang ini nyaris semuanya beralih ke ranah digital.

Jobplanet.com, sebuah situs lowongan pekerjaan teranyar juga hadir dengan diilhami oleh tren di atas. Hadir dengan menyediakan berbagai info lowongan pekerjaan, Jobplanet.com berniat untuk mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah angkatan kerja di Indonesia pada bulan Agustus 2015 adalah sebanyak 122,4 juta orang atau bertambah sebanyak 510 ribu orang jika dibandingkan pada periode yang sama di tahun 2014.

BPS menyebutkan, jumlah penduduk bekerja pada Agustus 2015 adalah sebanyak 114,8 juta orang. Dengan begitu, sekitar 7,6 juta orang atau lebih dari 6% angkatan kerja adalah pengangguran. Meski demikian, tidak berarti sebanyak 114,8 juta orang yang telah bekerja sudah merasa puas dengan pekerjaan yang telah mereka miliki. Banyak pula dari mereka yang merasa terjebak pada karir yang kurang tepat atau lingkungan perusahaan yang tidak kondusif.

Di dalam Jobplanet, pencari kerja bisa mendapatkan berbagai informasi seputar dunia kerja dan ulasan mengenai seluk-beluk perusahaan, seperti ulasan tentang budaya dan suasana kerja di perusahaan, info gaji, serta kisi-kisi pertanyaan dalam wawancara kerja. Platform ini dikembangkan untuk menjadi sumber informasi dan referensi terpercaya bagi para pencari kerja dan karyawan yang ingin meningkatkan karir mereka.

Kemas Antonius, Chief Product Officer, Jobplanet di Indonesia menyebutkan, “Selama ini, informasi mengenai seluk-beluk perusahaan serta informasi soal gaji dan kisi-kisi pertanyaan dalam wawancara kerja amat sulit didapatkan oleh para pencari kerja. Informasi mengenai gaji terutama, dipandang sebagai hal yang bersifat rahasia dan kurang pantas untuk dibicarakan dengan orang lain. Hal inilah yang menjadi tantangan terbesar para pencari kerja dalam menggapai karir yang mereka impikan, yang juga menyebabkan banyak calon karyawan salah langkah dalam melakukan negosiasi gaji atau gagal dalam tes wawancara kerja,” ucapnya.

Menurut keterangan pers yang diterima tim Telko.id, Jobplanet mulai beroperasi di Indonesia sejak bulan Agustus 2015. Hingga awal Desember 2015, komunitas ini telah memiliki sekitar 200.000 anggota dan telah mengumpulkan 80.000 ulasan dalam database-nya, yang terdiri dari ulasan mengenai perusahaan, info gaji, serta kisi-kisi pertanyaan dalam wawancara.

Selain itu, Jobplanet juga telah mengumpulkan sekitar 20.000 perusahaan dalam database-nya. [ak/if]

Spirent Berhasil Uji Sistem Ethernet 50GbE

0

 

Telko.id – Spirent melakukan test Speed Ethernet 50GbE. Uji coba ini dilakukan bersama dengan perusahaan terkemuka di dunia yang melayani Cloud dan infratructure. Alat ini sangat dibutuhkan oleh perusahaan Cloud untuk memastikan layanannya pada masyarakat. Terlebih, saat ini kebutuhak masyarakat terhadap Cloud Service Provider juga sangat tinggi.

Uji system Ethernet 50GbE ini menggunakan interoperability test dengan Full wire-rate-packet generation dan analisis 50GbE. Yang ujikan adalah kualitas layer 1 sampai 3 dan menyorot pada error dan free performance dengan kombinasi yang berbeda, frame lengths dan rates dengan mengirimkan per port dan statistic per stream sepeeri latency, frame out dari sequence, frame counts dan rate, kapabilitas L1 PRBS dan statistic layer 1 untuk membantu mengetahui debug physical link problem.

Dengan demonstrasi ability selama interoperability tes, Spirent melanjutkan untuk membangun leadership di high speed Ethernet dan memperlihatkan QUINT-speed MX3, FX3, DX3 module series untuk 100/50/40/25/10GbE.

“”Menurut Dell’Oro Grup Data 2015, server 50Gbps akan mewakili lebih dari 30 persen pengiriman server di 2019, naik dari dasarnya nol persen hari ini,” kata Abhitesh Kastuar, General Manager Cloud dan IP bisnis Spirent menjelaskan.

Aplikasi virtual application ini akan mendorong kinerja dari server untuk meningkatkan kecepatan akses. Peningkatannya dari 10 hingga 25 dan selanjutnya akan mencapai 50Gpbs. “Saya percaya, adopsi kecepatan dari 25G dan 50G link server akan mendorong langkah menuju 100 GbE dank e depan akan mencapai uplink dari leaf nodes ke spine nodes”, ujar Abhitesh melanjutkan.

Menurut Ethernet konsorsium 25G / 50G, spesifikasi untuk Gigabit Ethernet (50GbE) manfaat lingkungan cloud dan perusahaan data center dengan beban kerja server bandwidth tinggi atau persyaratan latency sangat rendah. Ethernet Konsorsium 25G/50G dibentuk untuk memungkinkan solusi 25GE dan 50GE dijadikan standarisasi. Terlebih sepesifikasi 50GbE menunjukan mampu mengefektifkan biaya, namun disisi lain dapat meningkatkan bandwidth jaringan yang memungkinkan cloud service provider untuk meningkatkan kinerja dan memperluas layanannya. Ada nya konsorsium 25G/50G ini juga diharapkan dapat mempercepat kerja industry di 100GbE. (Icha)

SK Telecom Kembali Gandeng Qualcomm Guna Ciptakan Perangkat 5G

0

Telko.id – SK Telecom akan memperkuat kolaborasi dengan Qualcomm untuk mengembangkan prototipe dari perangkat untuk jaringan generasi kelima (5G).

Operator seluler terbesar di Korea Selatan ini mengatakan bahwa pembangunan ini akan memberikan beberapa fungsi utama dari jaringan baru. Tentunya dengan tujuan untuk pengujian kompatibilitas komunikasi dan kemampuan dari jaringan tersebut.

Chief Technology Officer (CTO) SK Telecom, Choi Jin-sung mengatakan, “Dalam kerja sama yang erat dengan pembuat chip smartphone terkemuka dunia, Qualcomm, kami akan melakukan hal yang terbaik untuk menyediakan layanan percobaan 5G pertama di dunia pada 2018.”

Ia menambahkan, “Pengembangan perangkat prototipe 5G akan menjadi titik balik penting dalam membuka era jaringan untuk generasi mendatang.”

Dilansir dari koreatimes, Senin (21/12), Choi bertemu dengan Executive Vice President dan CTO Qualcomm Matt Grob, di Seoul pada hari Jumat lalu untuk membahas mengenai kerjasama ini.

“Kami memiliki antisipasi besar selama penelitian bersama dan pengembangan teknologi jaringan 5G, karena kami bekerjasama dengan pemimpin dalam teknologi komunikasi nirkabel di Korea Selatan yaitu SK Telecom,” ucap Grob.

Pengembangan perangkat 5G dengan kinerja tinggi dan konsumsi energi yang rendah telah dianggap penting untuk layanan jaringan baru karena konten multimedia yang cukup besar untuk penambahan layanan serta virtual reality.

Nantinya, Kedua perusahaan juga akan memutuskan dimana frekuensi yang mereka gunakan untuk jaringan 5G. Mereka juga secara bersama-sama mengembangkan perangkat prototipe 5G yang kompatibel dengan jaringan.

Kedua perusahaan juga akan berkolaborasi untuk mengembangkan teknologi kunci elemen 5G seperti transmisi data sekelas gigabit dan latency super-rendah untuk koneksi nirkabel. Mereka akan berbicara dengan badan standardisasi global seperti International Telecommunication Union (ITU) dan 3rd Generation Partnership Project (3GPP).

Sebagai informasi, SK Telecom dan Qualcomm telah mempertahankan kemitraan sejak tahun 1996 silam ketika mereka bekerja sama untuk peluncuran teknologi Code Division Multiple Access (CDMA). Baru-baru ini, mereka telah bekerja sama untuk memberikan evolusi jangka panjang (LTE) dan jaringan LTE-A dengan mengembangkan teknologi Carrier aggregation (CA) bersama-sama.

Sementara itu, SK Telecom telah memimpin 5G Forum, yakni forum yang diluncurkan atas kerjasama dengan lembaga-lembaga akademik dan Departemen Ilmu, ICT dan Perencanaan Masa Depan. Forum ini juga mendirikan ‘5G global Innovation Center’ di fasilitas penelitian dan pengembangan yang terletak Bundang, Provinsi Gyeonggi. [ak/if]