spot_img
Latest Phone

ASUS ROG Exclusive Store Surabaya, Hadirkan Pengalaman Gaming Terbaik

Telko.id - ASUS resmi membuka ROG Exclusive Store di...

ASUS ROG Hadir di HoYo FEST 2025 Surabaya

Telko.id - ASUS Republic of Gamers (ROG) kembali berpartisipasi...

Oppo Reno 14 Series: Harga Bersaing, Spesifikasi Diatas Pesaing

Telko.id – Oppo resmi meluncurkan ponsel terbarunya, yaitu Oppo...

OpenAI Siapkan Browser dengan AI, Saingan Google Chrome

Telko.id - OpenAI sebagai induk perusahaan dari ChatGPT sedang...

TECNO Luncurkan POVA 7 Series, Desain Futuristik dan Performa Gaming AI

Telko.id - TECNO resmi meluncurkan POVA 7 Series di...
Beranda blog Halaman 1468

Geser MTN, Vodacom Jadi Operator Terbesar di Afrika

0

Telko.id – Vodacom telah mengambil alih predikat operator terbesar di Afrika dari MTN. Dalam hal ini mengacu pada kapitalisasi pasar, terutama sebagai akibat dari perseteruan MTN dengan Komisi Komunikasi Nigeria (NCC) pembayaran rekor denda.

Bloomberg melaporkan, kapitalisasi pasar MTN adalah sebesar 244 miliar rand atau sekitar US$16.2 miliar pada penutupan pasar di Johannesburg Rabu kemarin, tepat di belakang kapitalisasi pasar Vodacom yang mencatat angka 249 miliar rand.

Angka tersebut, masih menurut Bloomberg, secara tidak langsung menandai pertama kalinya dalam tujuh tahun MTN telah kehilangan statusnya sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar di Afrika. Tercatat bahwa harga saham MTN telah turun 31% sejak 26 Oktober, ketika rekor denda sebesar US$5.2 miliar dari Nigeria dipublikasikan. Pada periode yang sama, Vodacom telah memperoleh keuntungan 12%.

NCC mendenda MTN karena gagal memutuskan atau mematikan kartu SIM yang tak terdaftar sesuai jadwal. Hukuman itu kemudian dikurangi menjadi US$3,9 miliar, namun MTN belum setuju untuk membayar.

Selain berujung dendan, sengketa perusahaan dengan Nigeria ini juga telah menyebabkan mundurnya sang CEO, Sifiso Dabengwa, yang telah digantikan untuk sementara oleh pendahulunya, Phuthuma Nhleko.

“Masalahnya adalah semua ketidakpastian ini tergantung pada MTN,” ungkap Irnest Kaplan, seorang analis telekomunikasi di Vunani Securities.

“Pasar perlu tahu siapa CEO berikutnya, tetapi yang paling penting adalah pasar perlu diberi tahu mengenai negosiasi denda dan apakah ada kemajuan disana. Pasar tidak suka ketidakpastian,” tambah kaplan seperti dikutip Totaltelecom, Jumat (13/5).

Ooredoo Myanmar Hadirkan 4G di Dua Kota Ini

0

Telko.id – Berbeda dengan saudaranya di Indonesia yakni Indosat Ooredoo,  Ooredoo Myanmar belum meluncurkan layanan 4G mereka disana. Meski begitu, kabar baik nampaknya akan menghinggapi para pelanggan mereka, setelah perusahaan telah mengungkapkan rencana untuk meluncurkan layanan 4G di dua kota bulan ini, Ooredoo Myanmar juga sekaligus menjadi operator pertama yang memperkenalkan 4G ke pasar Myanmar.

Lewat CEO Ooredoo Myanmar, Rene Meza mengatakan bahwa operator berencana untuk memperkenalkan 4G di Yangon dan Mandalay untuk pertama kalinya di negara tersebut.

Dilaporkan TelecomAsia (13/5), nantinya untuk penyebaran skala luas akan memerlukan lebih banyak spektrum. Sementara itu, Ooredoo telah ditetapkan untuk membeli spektrum tambahan sebagaimana diatur dalam ketentuan lisensi, dan aplikasi ini baru-baru ini yang diberikan kepada mereka.

Meza mengatakan bahwa sementara pemerintah belum memberikan tanggal pasti ketika spektrum tambahan akan dirilis, namun Ia mengharapkan, setidaknya dalam 12 bulan ke depan spektrum baru bisa dimiliki oleh Ooredoo Mnyanmar.

Seperti diketahui, ketersediaan spektrum adalah topik hangat di antara para pemain di industri mobile di Myanmar. Sampai dengan saat ini, ‘Kominfo’ Myanmar sedang mempertimbangkan untuk memberikan spektrum di frekuensi 900-MHz dan  2100 MHz yang tersedia, bersama dengan band 700-MHz, 1800 MHz, 2300 MHz dan 2600 MHz.

Industri mobile Myanmar telah mengalami perkembangan pesat sejak liberalisasi sektor telekomunikasi nasional pada tahun 2013, yang telah memberikan kontribusi besar pada permintaan untuk spektrum.

Pemerintah baru-baru ini memilih Viettel sebagai mitra asing untuk sebuah konsorsium perusahaan lokal yang akan diberikan lisensi telekomunikasi keempat. Konsorsium akan bersaing dengan Ooredoo Myanmar, serta Telenor Myanmar dan perusahaan patungan antara Jepang KDDI dan MPT Myanmar.

Singtel ‘Terpaksa” Bawa NetLink Trust IPO di 2018

0

Telko.id – Singapore Telecommunications berencana untuk daftar NetLink Trust di bursa lokal dengan nilai sekitar US $ 2 miliar atau setara dengan pemotongan saham Singtel lebih dari 75 persen, seperti dilaporkan Reuters.

Salah satu sumber mengatakan, telco terbesar di Asia Tenggara ini diperkirakan akan menunjuk bank pada akhir tahun ini dan diperkirakan akan melakukan penawaran umum perdana NetLink pada semester kedua 2017.

Singtel, yang pemegang saham terbesar adalah Temasek Holdings, diberi batas waktu hingga April 2018 oleh regulator Infocomm Development Authority Singapura untuk mengurangi sahamnya di NetLink Trust, yang merupakan perusahaan penyedia jaringan broadband kecepatan tinggi.

Menurut sumber Reuters, Singtel telah mempertimbangkan IPO untuk NetLink Trus ini selama beberapa tahun belakangan ini. Terkesan bahwa Singtel berat untuk melepas NetLink. Maklum saja, NetLink merupakan perusahaan yang ‘menguasai’ jaringan fiber di gedung-gedung di Singapura. Namun, Singtel beralasan bahwa langkah koporasi ini belum dilakukan karena pengkajian masih belum selesai sehingga jadwal untuk merealisasikan nya juga belum ada, termasuk juga Singtel belum menunjuk Bank untuk melakukan IPO ini.

“Kami memiliki tenggat waktu yang diberikan oleh Infocomm Development Authority itu April 2018, kami akan bekerja menuju waktu itu,” kata Chua Sock Koong, CEO Grup yang masih menolak untuk memberikn rincian lebih lanjut mengenai rencana tersebut.

Beberapa waktu lalu, Nomura sempat mengatakan bahwa nilai perusahaan NetLink ini bisa mencapai angka yang berkisar dari S $ 4 miliar hingga S $ 4,5 milyar. Bahkan berpotensi untuk meningkat lagi pada saat pencatatan di bursa lokal pada tahun depan. (Icha)

China Unicom Investasikan Rp28 Triliun di Shanghai

0

Telko.id – Investasi yang cukup signifikan dilakukan China Unicom dalam rangka memperluas dan meningkatkan infrastruktur telekomunikasinya. Perusahaan dikabarkan telah membangun platform IoT dan data center baru di Shanghai.

Langkah ini dilakukan menyusul penandatanganan kerjasama “Internet+” dengan pemerintah kota Shanghai.

Sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, China Unicom telah berkomitmen untuk menginvestasikan dana sebesar 14 miliar yuan (Rp28 triliun) untuk memperluas dan meningkatkan jaringan optik tetap dan infrastruktur nirkabel di Shanghai selama lima tahun ke depan.

Dilaporkan Telecomasia, Jumat (13/5), operator mengatakan bahwa mereka berencana untuk menyebarkan carrier aggregasi tri-band pada jaringan 4G untuk meningkatkan kecepatan jaringan dari 150Mbps menjadi 500Mbps pada 2018 dan 1Gbps pada tahun 2020.

Operator seluler terbesar kedua di China dari segi pelanggan ini juga akan menawarkan layanan serat dan mobile broadband berkecepatan tinggi dengan kecepatan hingga 1Gpbs di beberapa area utama di kota.

Selain itu, Unicom juga akan menyebarkan teknologi optik pasif 10Gbps, yang diharapkan dapat mengcover 6 juta rumah dengan FTTx pada tahun 2018 dan 7 juta pada tahun 2020. Operator berharap untuk memiliki cakupan VoLTE di seluruh kota – termasuk audio HD dan video call serta layanan VoWi-Fi – tahun ini.

Untuk membantu mengubah Shanghai menjadi kota pintar, China Unicom juga mengatakan akan menyebarkan platform NB-IoT (Internet of Things Narrow-band) untuk aplikasi seperti parkir cerdas dan pemantauan lingkungan. Pembangunan jaringan NB-IoT diharapkan akan selesai pada tahun 2017 dengan penyebaran 3.000 BTS jaringan.

Unicom juga berencana untuk membangun pusat data baru dan infrastruktur big data untuk memberikan aplikasi komputasi cloud dan layanan untuk manajemen perkotaan dan pelayanan sosial. Selain itu, operator juga akan mendukung transformasi “Internet+” UKM dengan layanan informasi yang inovatif dan platform big data serta layanan awannya.

Area lain yang menjadi fokus perusahaan adalah membantu mengatasi kebutuhan dasar masyarakat umum dengan mempromosikan penggunaan aplikasi inovasi di berbagai bidang, seperti transportasi, kesehatan, pendidikan, wisata dan rumah pintar.

Ericsson-LG Demonstrasi 5G Di Korea Selatan

0

Telko.id – Para vendor jaringan saat ini gencar melakukan uji coba 5G. Maklum saja, jika tidak uji coba, maka kemungkinan teknologi dibeli oleh operator juga kecil. Ericsson-LG adalah salah satu yang melakukan uji coba 5G di Korea Selatan. Seperti yang dilaporkan oleh Kora Herald.

Ericsson LG ini merupakan perusahaan joint venture yang dibuat oleh Ericsson, perusahaan yang memproduksi peralatan jaringan asal Swedia dan produsen elektronik LG Electronics pada Juli 2010 lalu di Seoul. Ericsson memegang saham 75 persen, dan LGE memiliki sisa saham 25 persen di perusahaan.

Hasil uji coba ini cukup menggembirakan karena untuk melakukan download di jaringan 5G, bisa mencapai 26,3 Gbps. Demonstrasi ini sendiri dilakukan di pusat R&D Anyang.

Menurut Patrick Johansson, CEO Ericsson-LG, Ericsson-LG berencana untuk bekerja sama dengan perusahaan telekomunikasi Korea untuk lebih mempromosikan penggunaan teknologi jaringan 5G. Ericsson-LG saat ini sedang mempersiapkan untuk menggunakan sistem jaringan 5G untuk KT dan SK Telecom. Sistem jaringan 5G ini diharapkan dapat diuji coba selama Olimpiade Musim Dingin 2018 Pyeongchang.

Juga pada tanggal 12 Mei, Ericsson-LG memamerkan 5G teknologi pelacakan beam dirancang untuk memungkinkan sistem jaringan untuk melacak dan mengirim sinyal untuk perangkat mobile tertentu. sistem jaringan perusahaan dapat mengirim sinyal telekomunikasi untuk mengemudi kendaraan tak berawak tertentu di jalan dan membantu mobil berkomunikasi dengan pengguna atau mobil lain secara real time.

Berdasarkan beberapa pengguna multi-input dan teknologi multi-output, layanan tracking beam 5G ini memungkinkan untuk melakukan transmisi data yang cukup besar, seperti untuk virtual reality, hologram, dan video UHD. (Icha)

Telkom ‘Ngirit’ 1 Triliun Rupiah Karena Terapkan Green ICT

0

Telko.id – Salah satu cara dalam mengendalikan sebuah perusahaan agar tetap eksis di industri adalah dengan melakukan beberapa efisiensi. Telkom, walaupu merupakan BUMN yang cukup memiliki keuntungan besar di Indonesia, juga tetap melakukan efisiensi. Salah satunya adalah dengan mengimplementasikan Green ICT.

Beberapa waktu lalu, Telkom melakukan pemadaman (shutdown) STO (Sentral Telepon Otomat) ke-84 di Makassar, Sulawesi Selatan. Tepatnya, Rabu, 11 Mei 2016 lalu. Hal ini merupakan bagian dari rangkaian implementasi Green Information and Communications Technology (ICT) di lingkungan Telkom.

Pada tahun 2016 Telkom secara umum memiliki setidaknya 4 program untuk mensukseskan implementasi Green ICT, yaitu Shutdown STO, Rehosting, Scrap Cable dan penerapan Always-On Cloud. “Keseluruhan aktivitas implementasi Green ICT Telkom memberikan benefit efisiensi konsumsi energi dan penghematan biaya secara signifikan mencapai triliunan rupiah,” ujar Abdus Somad, Direktur Network IT & Solution Telkom Indonesia menjelaskan.

Abdus Somad menambahkan bahwa program shutdown STO adalah pemadaman sentral telekomunikasi yang merupakan lokasi beroperasinya kebanyakan perangkat sentral berbasis TDM (Time-Division Multiplexing). “Perkembangan layanan telekomunikasi dalam beberapa dekade terakhir mendorong penyesuaian teknologi. Seperti yang telah diketahui bahwa pada era 1990-an layanan telephony mendominasi dunia telekomunikasi namun semenjak 2010-an trend ini bergeser kepada layanan IP (Internet Protocol) di mana telephony sudah semakin menurun,” jelas Abdus Somad Arief.

Pemadaman STO memberikan dampak luar biasa baik dari sisi efisiensi energi, beban electricity atau listrik, maupun pembebasan idle space atau ruang lahan. Berdasarkan data eksekusi program di Triwulan I-2016 saja, telah dilakukan pemadaman terhadap 9 STO di Pulau Jawa. Program ini terus bergulir, pada awal April 2016 Telkom melakukan pemadaman 10 STO dengan kapasitas lebih kecil di Sumatera, Jawa Barat, Bali, Nusa Tenggara, serta Sulawesi. Rencananya pada tahun 2016 ini sebanyak 71 STO akan dipadamkan.

Program kedua adalah Rehosting yang merupakan proses re-engineering atau rekayasa terhadap komponen host sentral TDM di STO melalui migrasi ataupun pemindahan host atau induk. Rehosting ini masih berkaitan erat dengan program Shutdown STO, karena dengan pemindahan induk tersebut, maka induk yang ditinggalkan dapat dinon-aktifkan dan dipadamkan. Tahun lalu Telkom berhasil meraih efisiensi cukup signifikan dari program Rehosting dan Downgrade 15 host yang dilakukan pada Triwulan IV-2015.

Adapun Scrap Cable merupakan program ketiga yang dilakukan dalam rangka implementasi Green ICT Telkom. Scrap Cable sendirimerupakan dampak dari pemindahan jaringan akses tembaga menjadi kabel serat optik maupun pemadaman sentral TDM. Akibat pemindahan jaringan tersebut maka terdapat residu kabel tembaga yang tidak tergunakan yang sering disebut sebagai scrap copper cable.

Program keempat wujud implementasi Green ICT Telkom 2016 adalah Always-On Cloud, yaitu layanan penyediaan resource/sumber daya yang disediakan melalui jaringan data ataupun Internet, di antaranya Software as a Service (SaaS), Platform as a Service (PaaS) dan Infrastructure as a Service (IaaS). Konsep layanan yang disediakan adalah sistem yang selalu online setiap saat dan siap digunakan senantiasa selama 7×24 jam.

Ditegaskan Abdus Somad Arief, pelaksanaan empat Program Green ICT tersebut, Telkom secara akumulatif telah sukses meraih cost leadership yang signifikan di tahun 2015, yakni sebesar Rp 766 miliar. Sementara di tahun 2016, hingga bulan April saja Telkom telah meraih cost leadership sebesar Rp 319,22 miliar. “Angka itu diproyeksikan mampu mencapai Rp 1,018 triliun hingga penghujung tahun 2016 dengan asumsi seluruh program akan terlaksana tepat waktu dan seluruh target tercapai sesuai rencana,” pungkasnya. (Icha)

Telkom & SK Telecom Bikin Usaha Patungan di Bidang IoT?

0

Telko.id – PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) sepakat untuk bekerjasama dengan operator asal Korea Selatan, SK Telecom. Kedua perusahaan akan berkolaborasi pada peluang baru di IoT, media, produk cerdas dan rangkaian Lifeware SK Telecom untuk perangkat pintar yang difokuskan pada konsumen.

Sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, SK akan memperkenalkan platform ThingPlug IoT-nya kepada Telkom untuk berbagi pengalaman dalam menyebarkan dan mengoperasikan jaringan LoRa untuk mengembangkan peluang dan layanan IoT yang disesuaikan untuk pasar Indonesia. Selain itu, SK Telecom juga mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kedua perusahaan juga akan membahas gagasan untuk membangun perusahaan patungan untuk bisnis IoT mereka dalam dua tahun ke depan.

Mengenai kemungkinan membuat usaha patungan yang terkait IoT, SK dan Telkom Indonesia juga akan menggunakan solusi media Cloud Streaming untuk membantu mengembangkan solusi TV berbasis cloud untuk pelanggan akhir.

Menurut SK, seperti dilansir Telecom, Jumat (13/5), Cloud Streaming meningkatkan kecepatan transmisi konten dengan menggunakan server berbasis cloud untuk menangani dan memberikan data.

“Melalui MOU ini, SK Telecom akan bekerja sama dengan Telkom untuk mengembangkan peluang bisnis yang saling menguntungkan di berbagai bidang termasuk IoT, kota cerdas dan media,” kata Lee Eung-sang, Executive Vice President dan Head of Global Business Divisi SK Telecom.

Ia menambahkan, dengan kemitraan ini, kedua perusahaan akan terus melakukan upaya bersama untuk memperluas kehadiran mereka di luar pasar Indonesia.

Sebelumnya, Telkom dan SK Telecom juga telah bekerjasama untuk mendirikan usaha patungan di bidang penyediaan konten digital. Kerjasama yang terjadi pada 2010 ini dianggap sangat penting bagi Telkom yang kala itu sedang mengembangkan bisnis TIME (Telecommunication, Information, Multimedia dan Edutainment).

Pasar BTS Akan Menurun, Benarkah?

0

Telko.id – Pasar basestation global memberikan tantangan ke vendor jaringan telekomunikasi seperti Ericsson, Huawei, Nokia, dan ZTE karena operator seluler akan menghabiskan lebih sedikit BTS di tahun-tahun mendatang.

Ini adalah berita buruk bagi semua vendor infrastruktur telekomunikasi – terutama Ericsson karena vendor jaringan telekomunikasi yang berbasis di Stockholm adalah pemimpin pasar di segmen basestation global pada tahun lalu.

Dilaporkan TelecomLead (13/5), tanda pertama yang terlihat adalah bahwa belanja macrocell basestation akan turun 2 persen menjadi USD 48 miliar pada tahun 2016, hal ini dikarenakan operator telekomunikasi mencoba untuk mengefisiensikan Capex mereka.

Penurunan belanja basestation di seluruh dunia akan berada di dua digit setiap tahun setelah penurunan 2 persen pada 2016, ujar laporan ABI Research.

Penurunan belanja basestation berarti bahwa setiap operator telekomunikasi global akan menggeser anggaran Capex untuk solusi yang memerlukan modal sedikit, seperti small cell, DAS, dan untuk memadatkan jaringan WiFi.

Sementara itu, India yang memiliki lebih dari 900 juta pelanggan mobile, akan mendominasi belanja di Asia Pasifik selama beberapa tahun ke depan.

Laporan penelitian telekomunikasi mencatat bahwa cakupan 4G di Amerika Utara hampir lengkap karena kawasan ini mempersiapkan untuk 5G bersama dengan Jepang dan Korea Selatan. Amerika Utara akan memperlihatkan penurunan terbesar sebagai bentuk dari penyebaran untuk cakupan LTE yang berkurang.

kawasan Asia Pasifik masih merupakan pasar basestation terbesar pada tahun 2016, tapi turun dari puncaknya 2015 sebagai Cina melengkapi peluncuran LTE, kata ABI Research.

Sekadar informasi, Ericsson adalah pemimpin di pasar basestation keseluruhan pada tahun 2015. Huawei, Nokia Networks, Alcatel-Lucent dan ZTE adalah vendor basestation top lainnya berdasarkan pendapatan. Tetapi perusahaan-perusahaan jaringan telekomunikasi ini akan menghadapi tantangan di bulan depan.

ABI Research mengatakan sebagai siklus teknologi 5G akan berlangsung, vendor basestation termasuk Ericsson, Huawei, dan Nokia akan menghadapi tantangan untuk menggantikan pendapatan yang hilang dalam jangka pendek. Sementara itu, komersialisasi 5G di awal mungkin akan membantu untuk menggantikan pendapatan yang hilang ini, tidak sampai setelah 2020 bahwa kontribusi ini menjadi bermakna.

ABI Research menunjukkan Ericsson, Huawei, dan Nokia perlu mencari alternatif aliran pendapatan untuk menebus pendapatan yang hilang dari basestations. Kedua vendor baik Ericsson dan Huawei sudah terhuyung-huyung di bawah tekanan karena penurunan penjualan keseluruhan di sebagian besar wilayah yang biasanya mereka kuasai.

Nokia dan STC Selesaikan Ujicoba Pada Frekuensi Unlicensed

0

Telko.id – Vendor infrastruktur jaringan Nokia telah bekerja sama dengan perusahaan telko asal Arab Saudi, STC untuk menguji teknologi LTE unlicensed, teknologi yang dinamakan MulteFire ini diklaim mampu memberikan lebar cakupan 50% lebih baik dibandingkan dengan wifi.

Berdasarkan keterangan pers yang diterima tim Telko.id, teknologi MulteFire akan memungkinkan operator menyederhanakan pengiriman layanan broadband selular berkecepatan tinggi, kualitas tinggi serta menawarkan pengalaman selular tanpa hambatan di lokasi-lokasi publik dan pribadi kepada lebih banyak pelanggan.

Ujicoba di Arab Saudi dirancang untuk menunjukkan bagaimana MulteFire dapat berdampingan dengan wifi untuk memberikan jaringan LTE di lingkungan padat penduduk. MulteFire memungkinkan operator untuk memenuhi tuntutan konektivitas yang meningkat dari kota pintar di masa depan serta kebutuhan IoT pada umumnya. Selain itu, MulteFire melengkapi jaringan-jaringan heterogen (HetNet), yang menggunakan gabungan dari radio small cell dan makro cell.

“Kami adalah operator pertama di dunia yang telah berhasil melakukan uji teknologi MulteFire dengan Nokia,” kata Nasser Al-Nasser, SVP of Technology dan Operations di STC. Ia menambahkan, “Tes ini mendasari komitmen kami untuk mengeksplorasi dan mengidentifikasi teknologi terbaru yang dapat lebih meningkatkan pengalaman layanan secara keseluruhan untuk pelanggan kami bahkan karena permintaan terus tumbuh. MulteFire akan memungkinkan kami untuk memberikan kinerja LTE dengan penyebaran yang disederhanakan,”ucapnya.

Sementara itu, Waseem Al-Marzogi, Pimpinan Bisnis Grup STC, Nokia, mengatakan, “Sebagai salah satu anggota pendiri MulteFire Alliance, Nokia terus mendorong pengembangan spesifikasi teknis global, dan ujicoba ini adalah sebuah langkah penting menuju komersialisasi teknologi ini. Dengan berkolaborasi dengan operator seperti STC, kami dapat mengembangkan cara-cara baru penggunaan spektrum seperti misalnya 5 GHz untuk memenuhi kebutuhan jaringan saat ini dan esok.”

Lebih lanjut mengenai ujiciba ini, setidaknya Nokia melakukan tiga ujicoba seperti,  Ujicoba Neutral Host, yang mana MulteFire memungkinkan pengiriman layanan kecepatan tinggi ke beberapa perangkat end user terlepas dari operator selular mereka, memungkinkan siapapun yang menggunakan perangkat MulteFire dapat mengakses data melalui sebuah titik akses MulteFire. Ujicoba tersebut menunjukkan total throughput download dan upload hingga 120 Mbps.

Ujicoba berikutnya adalah Koeksistensi, ujicoba ini menunjukkan bagaimana MulteFire dapat tetap eksis secara harmonis dengan Wi-Fi ketika Wi-Fi diaktifkan pada frekwensi yang sama dan diletakkan sangat dekat dengan sebuah titik akses MulteFire.

Sementara ujicoba terakhir adalah peningkatan dalam hal coverage, dalam ujicoba ini, menunjukkan range 50% lebih baik dan coverage 2 kali lebih baik dibandingkan dengan Wi-Fi.

Ujicoba ini hanya beberapa hari setelah Qualcomm menerima izin dari FCC untuk menguji LTE-U dalam kemitraan dengan TMUS. Sekadar informasi, pengumuman ini juga merupakan pengumuman kedua dari Nokia di Timur Tengah bulan ini, setelah mendapatkan kesepakatan perluasan jaringan dengan Ooredoo Qatar sebelumnya.

China Unicom Pilih Ericsson Untuk Hadirkan 5G

0

Telko.id – China Unicom telah menandatangani perjanjian dengan Ericsson untuk berkolaborasi pada arsitektur jaringan, 5G, cloud serta IOT.

Dengan perjanjian kedua perusahaan ini sejatinya bertujuan untuk mempercepat percepatan standardisasi jaringan generasi mendatang dan kematangan terhadap infrastruktur jaringan. Kerjasama ini juga bertujuan untuk membangun ekosistem lintas-industri untuk bidang teknologi jaringan.

Dilaporkan TelecomAsia (13/5), kolaborasi ini akan berfokus pada beberapa bidang termasuk kerjasama standardisasi 5G, penelitian teknologi kunci untuk pengujian standar, serta studi mengenai visualisasi jaringan dan memetakan jaringan 5G.

Bukan hanya itu, China Unicom dan Ericsson juga berencana untuk berkolaborasi pada promosi bersama proyek SDN pada kelompok standardisasi, layanan jaringan IOT selular dan perkembangan arsitektur jaringan untuk penggabungan antara  fixed broadband dengan mobile broadband.

“Ericsson adalah mitra strategis jangka panjang dari China Unicom. Sebagai transformasi menuju pendekatan jaringan generasi berikutnya, kami berharap untuk memperkuat kemitraan dengan Ericsson, sebagai perusahaan terkemuka dunia, teknologi dan pengembangan bisnis terutama di 5G, IOT dan cloud berguna untuk memenangkan persaingan di masa depan, ” ujar wakil presiden China Unicom, Guanglu Shao.