spot_img
Latest Phone

Bocoran Samsung Galaxy Watch8: Desain Baru, Tapi Kecepatan Isi Daya Masih Sama?

Telko.id - Bocoran resmi dari sertifikasi 3C di China...

Garmin Instinct 3 Tactical Edition: Smartwatch Tangguh untuk Misi Ekstrem

Telko.id - Garmin baru saja menghadirkan Instinct 3 –...

ASUS Vivobook S14: Laptop AI 45+ TOPS untuk Produktivitas Tanpa Batas

Telko.id - ASUS Vivobook S14 (S3407QA), laptop terbaru yang...

Garmin vívoactive 6, Tak Sekadar Pintar, Dukung Gaya Hidup Aktif dan Tampil Lebih Gaya

Telko.id - Garmin Indonesia memperkenalkan vívoactive 6, smartwatch wellness...

Lebih Bugar Setelah Lebaran dengan Smartwatch Garmin

Telko.id - Pernahkah Anda merasa tubuh terasa berat dan...
Beranda blog Halaman 1460

Inilah Alasan Lelang Spektrum di India akan Sepi Peserta

0

Telko.id – Operator jaringan telekomunikasi India cenderung mengekang partisipasi mereka selama lelang spektrum yang akan datang karena utang mereka yang terbilang besar.

Sementara itu, lelang Spektrum yang akan dilakukan pada bulan Juni / Juli 2016, akan menyebabkan penambahakan utang mereka menjadi Rs 460.000 crore, ucap lembaga Credit Rating ICRA.

Sekedar informasi, Para pemain Telko teratas, yang diharapkan untuk berpartisipasi dalam lelang spektrum ini adalah Bharti Airtel, Idea Cellular, Vodafone dan Reliance Jio Infocomm.

“Mengingat perkiraan tingkat partisipasi dalam lelang, utang industri akan naik menjadi sekitar Rs 460.000 crore, akan semakin menekank struktur modal industri dan memperburuk metrik perlindungan utang,” kata Sabyasachi Majumdar, wakil presiden senior ICRA, Corporate Ratings Sektor .

Dilaporkan TelecomLead (18/3), penjualan spektrum diharapkan akan bernilai sebesar Rs60.000 sampai  Rs80.000 crore. Sementara tingkat utang konsolidasi industri telekomunikasi naik dari Rs 290.000 crore per Maret 2014 menjadi sekitar Rs 380.000 crore pada Desember 2015. Kenaikan utang ini sejatinya dapat memperburuk tingkat utang / OPBDITA bruto industri sekitar 6,5 kali lipat.

Industri telekomunikasi diperkirakan akan menghadapi tekanan cashflow dan dengan demikian membutuhkan dana tambahan untuk mempertahankan roll out momentum jaringan seluler mereka. Beberapa perusahaan telekomunikasi telah mengambil langkah anorganik dengan menjual saham di aset tertentu, yang, jika berhasil, dapat memberikan sekitar Rs 30.000 crore untuk industri.

tekanan ARPU

Rata-rata Pendapatan kotor Per User (ARPU) milik para operator di India turun, dari Rs 183 di Q3 2015 menjadi Rs 173 di Q4 2015. Sementara untuk data ARPU tumbuh dari Rs 145 menjadi Rs 162 selama periode laporan, sementara untuk Voice ARPU semakin tergerus, dari Rs 140 menjadi Rs 127.

Data ARPU telekomunikasi didorong oleh peningkatan penggunaan, sedangkan realisasi tetap di bawah tekanan. Pertumbuhan basis pelanggan mobile dan penggunaan diharapkan dapat memperlambat, meskipun realisasi tidak diharapkan tumbuh secara material.

Masuknya Reliance Jio Infocomm, perusahaan 4G dari Mukesh Ambani, diharapkan dapat mendorong sebuah kompetisi dan dapat menurunkan pendapatan dari segi Voice dan data dari pemain lainnya. Yang mana seperti diketahui memang telah terjadi penurunan pendapatan dari masing-masing operator di India. Berbicara mengenai persaingan, Vodafone dan Bharti Airtel akan mengumumkan kampanye pemasaran 4G mereka minggu ini. Sementara Idea Cellular akan mengikuti setelahnya.

Persaingan ini sejatinya dapat memberikan stimulus dari setiap operator untuk ikut dalam lelang spektrum, namun jika melihat dari total hutang mereka, rasanya para pemain telko ini perlu berfikir ulang terkait rencana tersebut.

Penawaran merger spektrum, dapat menyebabkan konsolidasi di sektor ini dan merupakan sebuah harapan. Perusahaan telekomunikasi kecil ingin menjual kepemilikan spektrum yang tidak mereka gunakan kepada pemain yang lebih besar dan tertarik dalam peningkatan spektrum yang tentunya  dapat mendatangkan efisiensi jaringan. Solusi ini mungkin akan digunakan oleh operator di India, mengingat jika mengikuti lelang spektrum secara Nasional, harga yang dipatok oleh Pemerintah mereka sangatlah tinggi.

Bharti Airtel dan Videocon Telecom mengumumkan kesepakatan spektrum mereka minggu ini. Dengan Aircel, Tata Docomo, akan menghadapi tekanan lanjutan di pasar telekomunikasi India.

Pengguna 4G Meningkat, China Mobile Siapkan Strategi Ini

0

Telko.id – Operator jaringan telekomunikasi asal negeri Tirai Bambu yakni, China Mobile  melalui Chairman mereka Shang Bing, mengatakan bahwa strategi mereka saat ini akan terfokus pada perluasan layanan digital dan investasi dalam inovasi teknologi, penambahan usaha baru dan model bisnis baru.

Sekedar informasi, China Mobile akan memperkuat bisnis media konten dan memperluas teknologi pintar dan aplikasi untuk beberapa industri kunci.

Sementara itu, China Mobile juga melihat potensi pertumbuhan yang besar dari segmen Internet of Everythings (IOE). Dalam lima tahun ke depan. Berbicara mengenai konektivitas di China sendiri diperkirakan akan melebihi sepuluh miliar device dan menciptakan nilai bisnis lebih dari satu triliun yuan.

Dilaporkan TelecomLead (18/3), pendapatan usaha China Mobile naik sebesar 2,6 persen menjadi 668.300 miliar Renminbi (nama lain dari Yuan) pada tahun 2015.

Untuk pertama kalinya, pendapatan China Mobile dari layanan data melebihi pendapatan dari layanan voice mereka, dengan akuntansi sebesar 52 persen dari pendapatan untuk jasa telekomunikasi.

Berbicara mengenai jaringan 4G, China Mobile memiliki sekitar 1,1 juta BTS yang mendukung jaringan generasi keempat ini. Jaringan 4G mereka sendiri saat ini mampu menyediakan cakupan untuk lebih dari 1,2 miliar orang. Dengan rata-rata kecepatan download China Mobile di jalan perkotaan melebihi 37Mbps.

China Mobile juga menambahkan bahwa lebih dari 200 juta pelanggan 4G pada tahun 2015, dengan total  basis pelanggan 4G mereka menjadi lebih 300 juta user.

Sementara untuk lalu lintas data mobile milik operator ini meningkat sebesar 143,7 persen, dengan pendapatan dari lalu lintas data nirkabel meningkat hingga 30,5 persen, yang mencapai  200.900 miliar Renminbi.

CeBIT Jadi Ajang Pamer IOT?

0

Telko.id – Acara Jerman tech CeBIT seakan dibajak oleh industri IOT yang baru lahir seperti Huawei, ZTE, dan SAP yang memanfaatkan kegiatan ini untuk mengumumkan berbagai macam produk IOT mereka.

Huawei meluncurkan solusi pencahayaan untuk Connected City yang mengklaim dapat mengurangi tagihan energi pencahayaan kota hingga 80% meskipun menggunakan ‘multi-level smart control’. Pada dasarnya, hal ini seperti setiap lampu jalan terhubung ke konsol pusat melalui teknologi 6LoWPAN, yang mana ia dapat dengan mudah beralih dan mati, atau bahkan redup, tergantung sensor yang merekam berapa banyak aktivitas yang terjadi di dekat cahaya dan kondisi cuaca di wilayah tersebut.

“Pencahayaan berdasarkan IOT memberikan dasar yang kuat untuk integrasi dengan berbagai sensor, untuk memfasilitasi fungsi seperti pemantauan lingkungan dan transportasi, serta instalasi fasilitas smart charging. Bukan hanya itu, solusi ini juga menyediakan pengembangan smart cities dengan data berlimpah yang berharga dan interaksi terpadu untuk meningkatkan kehidupan warga, “kata Wu Chou, CTO of Huawei Switch and Enterprise Communications division.

Sementara itu, saingan mereka yakni ZTE mengumumkan tiga inisiatif IOT di ajang yang sama. The BluePillar Smart Streetlamp menggabungkan 4G base station transceiver, IOT sensor bundel dan spot charging untuk kendaraan listrik. Tiga smart meter yang baru juga diluncurkan dan mendukung berbagai standar nirkabel daya rendah termasuk Zigbee dan Lora, yang terakhir yang dianggap sangat baik untuk ‘last mile’ transmisi data.

Terakhir terminal pemeriksaan fisik mHealth yang dirancang untuk memantau tubuh melalui perangkat IOT dpt digunakan dan membantu mengelola kondisi kronis.

“Solusi pencahayaan The BluePillar membawa model operasi yang baru,” ucap Yanmin Bo, Wakil CEO ZTE. “Hal ini memberikan banyak hubungan dalam rantai industri termasuk pemerintah, komite, dewan, operator, perusahaan peralatan dan penyedia layanan, sehingga menghasilkan kolaborasi yang lebih cerdas dan peningkatan produktivitas. Hal ini juga memberikan kesempatan bagi operator untuk memperoleh kesempatan di pasar yang baru,”

Dilaporkan Telecoms (18/3), perusahaan perangkat lunak raksasa asal Jerman, yakni SAP terlihat memperkuat kepercayaan terhadap IOT mereka melalui kemitraan dengan Vodafone untuk menghasilkan ‘IOT foundation bundel for SAP HANA’.  Kolaborasi ini bertujuan untuk memungkinkan perusahaan agar dapat menghubungkan dan mengelola perangkat dengan menggunakan platform IOT Connectivity milik Vodafone untuk mengumpulkan dan memindahkan data dari perangkat ke dalam platform SAP HANA.

Sementara itu, di tempat lain SK Telecoms membuat strategi besar terkait pengumuman IOT mereka. Pengumuman ini melibatkan investasi senilai KRW 84 miliar selama dua tahun ke depan untuk membangun nasional Low-Power Wide-Area Network (LPWAN) dengan mengembangkan modul IOT-berdedikasi, dan upgrade platform yang ThingPlug IOT untuk menawarkan layanan IOT yang inovatif.

Qualcomm Kembangkan Small Cell LTE-U bersama Samsung dan SpiderCLoud

0

Telko.id – Long-Term Evolution Unlicensed atau sering disebut dengan LTE-U adalah salah satu cara untuk mengembangkan small cell yang ideal. Di mana, proposal awal LTE-U ini dikembangkan oleh Qualcomm yang menggunakan radio Communication 4G LTE di spektrum bebas, seperti pada sepktrum 5GHz yang menggunakan peralatan WiFi dual band dan dipasanng pada WiFi Hotspot. Teknologi ini pun menjadi salah satu alternatif yang sangat bermanfaat bagi operator karena LTE-U ini menawarkan kapasitas yang lebih besar dan coverage dan juga meningkatkan user experience.

LTE-U, saat ini dipandang sebagai salah satu cara yang efektif bagi para operator dalam menghadapi permintaan mobile data yang begitu tinggi. Namun, karena teknologi mengkombinasi antara spektrum bebas dan yang berijin atau berlisensi dengan menggunakan WiFi. Itu sebabnya, WiFi menjadi kunci dari LTE-U ini.

Dalam pengembangan selanjutnya, Qualcomm melakuka kerjasama dengan Samsung dan SpiderCloud Wireless. Di mana, chipset Qualcomm’s FSM9955 akan ditanamkan dalam produk Samsung’s LTE-U EFemto cell. Tujuannya adalah agar produk Samsung ini bisa dipergunakan secara cepat dan langsung dengan cara ‘plug-and-play’. Secara teknis, salam satu unit produk ini dapat mendukung 3 carrier dengan kekuatan 20 megahertz per unit nya dengan kemampuan download tertinggi dengan kecepatan 450 megabits per detik.

“Sel-sel Samsung LTE-U EFemto akan menguntungkan pengguna akhir karena memungkinkan berkomunikasi mobile data lebih cepat dan kinerja yang handal. Gangguan pun dapat diminimalisasi karena menggunakan WiFi,” ujar Cho. Kiho Cho, VP Network System Design Lab Samsung menjelaskan.

Sedangkan dengan SpiderCloud, Qualcomm bekerjasama untuk mengembangkan small cell yang dirancang untuk mendukung LTE-U, LTE license assisted access (LAA) dan MulteFire. Dengan LAA, performance akan mirip LTE-U yang tentu menjadi kebutuhan bagi para tenant untuk memberikan layanan terbaik pada para pengunjungnya dengan menggunakan spektrum berlisensi. Begitu juga MulteFire yang memiliki prerformace mirip dengan LTE-U dengan kemudahan seperti WiFi.

Ke depan, pengembangan ini ditargetkan untuk penggunaan di kantor, universita, rumah sakit, hotel dan pusat perbelanjaan. Dengan menggunakan arsitektur SpiderCloud Enterprise RAN yang mampu melayani lebih dari 100 self organizing small cell dan dapat menjangkau hingga 1.5 juta kaki persegi.

“SpiderCloud menggunakan teknologi Qualcomm karena small cell ke depan akan menjadi krusial ketika harus menangani tantangan 1000 kali pertumbuhan mobile data,” ujar Mike Gallagher, CEO SpiderCloud menjelaskan. Lebih lanjut, Mike juga menyatakan bahwa bekerjasama dengan Qualcomm ini akan memberikan solusi pada operator dalam pemasangan dan integrasi LTE small cell yang lebih mudah. (Icha)

Ini DIa! Profile Tiga OTT Nasional Yang Didukung ATSI

0

Telko.id – Pemerintah sangat mendukung pertumbuhan dari OTT Nasional. Untuk itu, ATSI memberikan dukungan kepada aplikasi Over The Top (OTT) terpilih yakni Qlue (qlue.co.id), Catfiz (catfiz.com), dan Sebangsa (sebangsa.com). Seperti apa profile dari OTT Nasional terpilih tersebut?

Qlue, ber-platform sejenis social media yang menawarkan manfaat berupa saluran komunikasi yang efektif antara masyarakat dengan pemerintah, atau dengan pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan publik. Sistem saluran komunikasi yang dibangun ini sekaligus bisa meningkatkan nilai transparansi dengan cara yang mudah, dan dilakukan secara fun. Sarana ini cocok bagi kalangan pemerintah, termasuk pemerintah daerah, untuk mendengarkan suara warga masyarakat. Karena itu, OTT ini pun sangat pas untuk melengkapi program-program Kota Pintar (smartcity). Qlue telah dimanfaatkan oleh Pemda DKI Jakarta, dengan jumlah pengguna mencapai sekitar 200 ribu user.

Seperti juga Qlue, Sebangsa merupakan OTT yang juga berupa sosial media. Namun, OTT ini berbasis komunitas. Jadi, Sebangsa menyediakan media komunikasi yang bisa dimanfaatkan oleh berbagai komunitas. Media sosial ini telah dimanfaatkan oleh sekitar 30 ribu pengguna.

Terakhir, Catfiz, lebih sebagai sarana pengirim pesan (messaging), yang diarahkan sebagai sosial media dan digital-hub. OTT ini menawarkan manfaat berupa platform yang sekaligus punya fungsi untuk keperluan pengiriman barang digital dan transaksi C2C (customer to customer). Mereka pun yakin bahwa teknologi mereka lebih unggul platform lain yang sejenis di Indonesia. Saat ini, Catfiz telah mampu mengantarkan 750 juta pesan per hari. (Icha)

NextDev Junior Ajarkan Pelajar SMA Buat Aplikasi

Telko.id – Ekosistem digital tidak bisa terbentuk begitu saja. Perlu ada yang menginisiasi pada tahap awal. Begitu juga ketika aplikasi lokal ingin diperhitungkan dalam ekosistem digital nasional maupun internasional. Perlu ada edukasi sejak dini agar tujuan membangun ekosistem digital pun dapat terjadi. Telkomsel adalah salah satu yang secara berkesinambungan melakukan edukasi ini. Untuk tahun ini, operator ini menggelar NextDev Junior. Targetnya adalah melatih para siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk membuat aplikasi mobile.

“Saat ini segmen remaja merupakan salah satu pengguna aktif Internet dan berbagai aplikasi digital, yang akan membangun Indonesia di masa mendatang. Untuk itu melalui NextDev Junior, kami memberikan pelatihan pembuatan aplikasi mobile kepada pelajar SMA secara berkelanjutan untuk memperkenalkan dunia aplikasi lebih dini ke segmen ini. Tentunya ini sejalan dengan visi perusahaan untuk menumbuh kembangkan ekosistem digital berbasis aplikasi,” ujar Adita Irwati, Vice President Corporate Communications Telkomsel menjelaskan.

Pada tahap awal, program ini akan diikuti oleh pelajar di 8 lokasi SMA terbaik di D.I Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selanjutnya akan digelar juga NextDev Junior di SMA-SMA terbaik di setiap provinsi secara nasional. Sebagai motivator dan inspirator dari pelaku industri aplikasi, Telkomsel menggandeng Oracle Studio dan Hicca Studio.

Pelatihan NextDev Junior ini terbagi atas tiga tahapan. Tahap pertama diawali dengan seminar bagi seluruh siswa di sekolah terpilih, yang kemudian diikuti dengan penjaringan kandidat siswa dan training bagi siswa terpilih. Pelatihan ini sendiri meliputi pengenalan awal aplikasi mobile, pengenalan perangkat lunak (software) untuk membuat aplikasi, dan pembuatan aplikasi mobile sederhana.

Pada tahap kedua, peserta dilatih untuk membuat aplikasi mobile yang dinamis berdasarkan layout, naskah, dan animasi. Lalu pada tahap terakhir, peserta melakukan penyempurnaan terhadap aplikasi mobile tersebut untuk selanjutnya dipublikasikan sehingga dapat diunduh atau diakses secara online oleh siswa.

Pada ajang NextDev Junior kali ini, tak kurang dari 720 aplikasi mobile hasil kreatifitas para siswa diperkirakan akan dihasilkan pada akhir program. Selanjutnya akan dilakukan kompetisi antar siswa untuk aplikasi yang telah mereka dihasilkan, yang kemudian akan diikutsertakan untuk kompetisi antar sekolah.

Lebih lanjut, Adita menyatakan bahwa dalam NextDev Junior ini, para siswa dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk membuat aplikasi mobile sebagai sarana dan metode baru dalam kegiatan belajar mengajar yang interaktif dan efektif.

The NextDev yang menaungi program NextDev Junior merupakan salah satu program CSR Telkomsel di industri digital kreatif berupa kompetisi pengembangan aplikasi digital, yang diharapkan akan mendukung perkembangan ekosistem digital di Indonesia, dimana salah satu pilar utamanya adalah hadirnya berbagai aplikasi asal Indonesia yang bernilai tambah dan memiliki dampak sosial yang positif. (Icha)

OTT Nasional Siap Jadi Raja di Negeri Sendiri

0

Telko.id – Tidak dapat dipungkiri, saat ini aplikasi yang menguasai Indonesia adalah buatan luar negeri semua. Masyarakat Indonesia hanya sebagai konsumen. Pemerintah, dalam hal ini diwakili oleh Kemenentrian Komunikasi dan Informatika berniat untuk menjadikan OTT nasional go intenational. Dan perbincangan masalah itu sudah dilakukan sejak setahun lalu. Antara Pemerintah dengan Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh lndonesia (ATSI). Akhirnya, impian itupun dapat terealisasi dengan dipilihnya 3 aplikasi lokal, hasil karya putra-putri Indonesia yang akan di dukung pemerintah.

ATSI memberikan dukungan kepada aplikasi Over The Top (OTT) terpilih yakni Qlue (qlue.co.id), Catfiz (catfiz.com), dan Sebangsa (sebangsa.com). ATSI dan Kementrian Kominfo berharap ketiganya akan mampu menjadi katalisator bagi pengembangan industri kreatif yang berbasis pada teknologi digital. Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara beserta anggota ATSI menyerahkan piagam pembinaan kepada pengelola ketiga OTT di Jakarta, Kamis (17/3).

ATSI telah berkomitmen akan memberikan dukungan yang sepadan kepada ketiga OTT agar mereka bisa lebih memasyarakat di Indonesia dan bahkan mengglobal. Semua anggota asosiasi sudah sepakat untuk itu, karena kami sadar benar bahwa program ini merupakan bagian dari upaya mengangkat citra bangsa, sekaligus memotivasi masyarakat untuk mampu memanfaatkan secara maksimal kemajuan teknologi digital,” Alexander Rusli, Ketua ATSI menjelaskan.

Sementara itu, Menkominfo Rudiantara mengatakan, “Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang paling aktif menggunakan berbagai produk digital. Sudah lama Indonesia dikenal sebagai ibukota sejumlah social media. Tidak heran jika semua OTT raksasa dunia kini memiliki perhatian khusus ke kita. Potensi pasar Indonesia sangat besar. Nah, fakta itu semestinya memang menjadi pengingat agar kita jangan hanya menjadi pengguna OTT asing, namun juga mampu menciptakan sendiri OTT yang digunakan oleh orang sedunia. Saya yakin kita pasti bisa, karena teknologi digital pada dasarnya membuka kesempatan luas kepada setiap orang untuk bisa berkreasi.”

Menkominfo menambahkan, perkembangan industri kreatif berbasis digital dalam negeri akan menjadi modal penting bagi bangsa lndonesia untuk bersaing di pentas global. Hal ini juga sejalan dengan kebijakan Pemerintah untuk membangun OTT Nasional guna mendorong terwujudnya Digital Ekonomi di lndonesia. Menteri berharap agar ketiga OTT Nasional tersebut dapat menunjukkan keseriusannya bahwa mereka layak didukung, serta dapat memberikan layanan yang dibutuhkan masyarakat termasuk bagi komunitas Pemerintahan.

Mengenai bentuk riil pembinaan dan dukungan yang akan diberikan kepada ketiga OTT, Alexander Rusli menyebut, ATSI diantaranya akan memberikan dukungan promosi layanan melalui jaringan milik operator, diantaranya pengiriman SMS Broadcast, pencantuman logo , link, dan banner. Bentuk pembinaan ini akan dikaji secara berkala sehingga dapat memberikan hasil yang maksimal bagi para OTT binaan. ” Sebagai langkah awal, dukungan ini kami berikan kepada 3 OTT terpilih dan melibatkan 6 anggota ATSI, yaitu Telkomsel, Indosat Ooredoo, XL Axiata, Hutchison Tri Indonesia, Smartfren dan Telkom. Kami terbuka dengan OTT nasional lainnya serta dengan melibatkan anggota ATSI lainnya,” imbuh Alex.

Ketiga OTT Nasional yang terpilih merupakan karya anak-anak muda Indonesia. Mereka memiliki komitmen kuat serta idealisme untuk mengembangkan dunia digital tanah air. Proses penilaian telah berlangsung sejak Desember 2015 lalu terhadap sekitar 5 OTT. Ketiga OTT terpilih memiliki rencana kerja yang jelas, namun mereka belum dikenal secara luas oleh ke masyarakat.

Yang penting, OTT nasional itu haru mudah. Jadi, ukurannya, kalau menteri bisa install, maka masyarakat pun akan mudah donwload dan install. Masalahnya, menteri itu terkadang tidak punya waktu,” ujar Rudiantara menjelaskan. Lalu, Rudiantara juga menambahkan bahwa target dari OTT nasional ini juga mengalahkan Facebook, Twitter dan lainnya. “Masa Line punya 60 juta pengguna, OTT Nasional tidak bisa melampauinya. Itu sih gampang. Kan, pelanggan selular itu sekarang sekitar 160 juta. Apalagi dengan dukungan semua operator di bawah ATSI. Tinggal di masukan dalam simcard saja. Masa tidak ada yang menggunakan,” ujar Rudiantara menambahkan. (Icha)

Dig-In 2016, Program Edukasi Digital XL Bagi Perusahaan dan StarUp

0

Telko.id – Gaya hidup digital sudah menjadi fenomena. Namun, masih banyak perusahaan yang masih menggunakan secara maksimal fasilitas digital ini untuk mengembangkan maupun mempromosikan perushaannya. Demikian juga dengan para starup. Padahal, saat ini promosi melalui digital jauh lebih efektif dan murah. Bahkan dapat disesuaikan dengan target market yang dituju.

XL adalah salah satu operator yang cukup agresif memberikan edukasi pada para starup maupun perusahaan tentang dunia digital ini. Itu sebabnya, XL setiap tahun mengadakan acara Dig-In yang pada tahun 2016 ini mengusung tema DIGITALisMe. Pada ajang ini, XL memberikan update tentang perkembangan terbaru mengenai industri digital Indonesia dan Dunia.

“DIGITALisMe merupakan sebuah gerakan untuk berpikir secara ‘out of the box’ untuk memaksimalkan pemanfaatan sarana digital, sehingga pelaku pemasaran dapat dengan bangga berteriak, Digital adalah saya!,” ujar Dian Siswarini, Presiden Direktur XL Axiata menjelaskan.

Lebih lanjut, Dian menyatakan bahwa, ajang ini juga diadakan agar kalangan pemasaran dapat mengerti secara mendalam mengenai bagaimana cara beriklan di platform digital secara efektif, dan menjadikan sarana digital sebagai cara terbaik meraih pelanggan dan menaklukan pasar.

Sebenarnya, belanja iklan di Indonesia mencapai 833 juta US$. Sayang, yang memperoleh hanya 2 perusahaan OTT internasional,” ujar Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informatika menjelaskan pada diskusi Dig-In 2016. Namun, ke depan, Rudiantara menjelaskan bahwa diharapkan tidak lagi belanja iklan itu jatuh ke OTT Internasional saja, tetapi juga ke OTT lokal. Itu sebabnya, pemerintah akan mendorong untuk OTT lokal maju.

Dari sisi infrastuktur, Rudiantara menyebutkan bahwa untuk through put, Indonesia sebenarnya sudah bagus mencapai 5.46 Mb/second. Memang, masih dibawah Malaysia, Brasil maupun Rio. Sedangkan untuk di Jakarta mencapai 7Mb/second. Paling tinggi dibandingkan dengan Bangkok dan Kualalumpur.

Untuk masalah Uplink dan Downlink, Indonesia tercatat 33%. Namun, Indonesia ini unik, karena lebih besar angka downlink nya. “Ini perlu di evaluasi, kenapa masyarakat Indonesia senang downlink ketimbang uplink.

Dengan ketersediaan jaringan, maka diharapkan ekonomi kreatif Indonesia pun dapat meningkat. Badan Ekonomi Kreatif menargetkan bahwa pada tahun 2019, ekonomi kreatif ini dapat memberikan kontribusi terhadap GDP atau Gross Domestic Product 12%. Sedangkan untuk penyerapan tenaga kerja diharapkan dapat mencapai 13 juta orang. Kemudian untuk distribusi terhadap devisa bruto mencapai 8.79%.

Bagi XL sendiri, bisnis digital belum terlalu besar kontribusinya terhadap revenue perusahaan. “Pada tahun 2015 saja baru mencapai 4%. Sedangkan pada tahun 2018 diharapkan bisa meningkat hingga 7%,” ujar Ongky Kurniawan, Direktur Digital Service XL menjelaskan. Berdasarkan pencapaian tahun 2015 lalu, bisnis digital ini paling banyak disumbangkan dari mobiel advertising, M2M dan XL tunai. Ke depan, kontribusi Internet of Thing bisa mendominasi. (Icha)

Laba Bersih Menurun, Inilah Strategi China Unicom

0

Telko.id – China Unicom, sebagai operator telekomunikasi terbesar kedua di China, telah mengalami penurunan pertama untuk laba bersih mereka sejak tahun 2010 silam. Hal ini dikarenakan oleh perubahan yang kompleks dari lingkungan bisnis serta persaingan yang ketat diantara para pemain Telko di Negeri Tirai Bambu ini.

Sekedar informasi, laba setahun penuh turun sekitar 12,4% menjadi 10,56 miliar yuan atau setara dengan $ 1,62 miliar, dibandingkan dengan tahun sebelumnya, laba bersih mereka mencapai 12,06 miliar yuan.

Ketua sekaligus CEO China Unicom, Wang Xiaochu menyalahkan kinerja yang buruk pada perubahan kebijakan pemerintah, seperti ‘peningkatan kecepatan dan penurunan tarif’ serta pajak pertambahan nilai pemerintah Beijing yang dikenakan pada operator telekomunikasi pada Juni 2014. Dari Oktober tahun lalu pun, pemerintah juga mewajibkan operator untuk membawa lalu lintas data yang tidak terpakai dari pelanggan individu untuk bulan berikutnya, yang tentunya menempatkan tekanan lebih lanjut pada pendapatan operator.

“Karena lisensi asimetris 4G, keunggulan kompetitif kami di 3G telah memudar dengan cepat,” kata Wang seperti dilaporkan oleh TelecomAsia (17/3).

Pendapatan layanan seluler mereka pun ikut merosot sebesar 8% menjadi 142.620 miliar yuan. Sementara Jumlah pelanggan seluler menurun sebanyak 14.260.000, dan menjadikan mereka hanya memiliki 252.320.000 pelanggan. Sekedar informasi, saingan terbesar mereka, China Mobile melakukan sebuah kampanye yang kuat dalam mempromosikan bisnis 4G sepanjang tahun lalu.

“Menghadapi lingkungan bisnis yang kompleks, perusahaan tengah menyesuaikan waktu yang tepat untuk memprioritaskan operasi guna memfokuskan sumber daya pada 4G,” kata Wang, yang menjadi ketua Unicom pada bulan Agustus silam.

Unicom sendiri sejatinya telah meningkatkan dan mempercepat investasi 4G dari sisi jaringan, terminal dan juga demonstrasi pasar. Hal ini juga sejatinya meningkatkan kecepatan jaringan 4G dengan cakupan 4G yang stabil dan terus menerus bertambah di daerah perkotaan nasional, kabupaten dan kota-kota berkembang serta cakupan mendalam di kota-kota utama. Perusahaan dengan cepat meningkatkan pangsa pasar handset 4G sekaligus mengoptimalkan penyatuan saluran dan pengguna yang terintegrasi juga telah mendorong promosi secara interaktif.

Perusahaan juga telah menandatangani perjanjian strategis dengan China Telecom di bulan Januari lalu, untuk berbagi sumber daya dan meningkatkan efisiensi, awalnya berfokus pada bidang yang meliputi jalur transportasi, desa-desa terpencil, distribusi dalam ruangan baru dan titik-titik baru. Unicom mengatakan hal ini bertujuan untuk mengurangi biaya pembangunan jaringan dan meningkatkan pengalaman pelanggan dengan cepat melalui kerjasama. Kedua perusahaan akan sepenuhnya bekerja sama dalam hal jaringan co-building, standarisasi handset dan mengembangkan layanan baru yang inovatif.

Wang mengatakan pendapatan Unicom telah merosot selama 17 bulan berturut-turut, tetapi dengan ukuran di atas, bisnis operator 4G telah muncul. Unicom juga telah menambahkan 5.270.000 dan 5.380.000 pengguna 4G pada bulan Januari dan Februari, yang juga telah mendorong peningkatan pada bulan-bulan tersebut untuk sektor pendapatan layanan seluler rata-rata perbulan.

“Kami berharap dapat menstabilkan penurunan pendapatan dalam jangka pendek, dan mengubah tabel pada kinerja laba dalam satu tahun,” tutup Wang.

China Mobile Mulai Matikan BTS 3G

0

Telko.id – Beberapa cabang regional dari China Mobile dilaporkan telah mulai mematikan BTS 3G mereka. Hal tersebut dikarenakan layanan 3G mereka sudah kurang populer di kawasan tersebut dan operator juga sudah meninggalkan fokus mereka pada jaringan 3G.

Dilaporkan oleh TelecomAsia (17/2), cabang China Mobile di beberapa provinsi sudah mulai menutup BTS yang hanya mendukung standar TD-SCDMA, menurut beberapa sumber, termasuk orang yang tidak disebutkan namanya yang menyediakan jasa operasi dan pemeliharaan bagi operator.

Sekedar informasi, Keputusan penutupan BTS ini tidak datang dari kantor pusat, melainkan cabang-cabang regional lah yang membuat keputusan sendiri dalam melakukan hal ini. BTS yang tidak bisa diupgrade ke 4G natinya akan ditutup dan sisanya akan ‘retooled’ untuk mendukung TD-LTE.

Standar TD-SCDMA yang didukung oleh pemerintah China, nyatanya tidak pernah benar-benar hadir di antara pelanggan China Mobile, TD-SCDMA ini pu hanya memberikan kecepatan data yang lebih lambat dari CDMA2000 dan standar W-CDMA yang diadopsi oleh saingan mereka yakni Cina Telecom dan China Unicom.

Screenshot_2016-03-17-12-10-21_1

Jika berkaca dari China Mobile statistik operasional, menunjukkan bahwa pada akhir Januari, operator hanya memiliki 162.995.000 pelanggan 3G yang tersisa, dibandingkan dengan sekitar 335.563.000 untuk jaringan 4G. yang mewakili sekitar 80% dari total pelanggan 4G China. Sementara untuk total pelanggan operator ini adalah 828.500.000 pengguna.

Sementara per 29 Februari 2016, jumlah subscriber dari China Mobile mencapai 831.264.000 pelanggan, dengan masing-masing pelanggan 3G naik menjadi 157.132.000 dan pelangggan 4G mereka ikut meningkat menjadi 360.366.000 pelanggan.

Hadirnya jaringan 4G yang juga telh mendukung layanan VoLTE sebenarnya akan lebih membrikan efisiensi bagi tiap operator. Pasalnya, mereka dapat memberikan layanan data dan Voice degan hanya memelihara satu teknologi saja. Dengan begitu, biaya pemeliharaan infrastruktur pun menjadi lebih murah tanpa perlu mengorbankan layanan mereka. Hanya tinggal bagaimana operator tersebut melakukan strategi migrasi pelanggan 3G atau 2G mereka untuk segera berlangganan 4G dengaan VoLTE nya.