spot_img
Latest Phone

Garmin Instinct 3 Tactical Edition: Smartwatch Tangguh untuk Misi Ekstrem

Telko.id - Garmin baru saja menghadirkan Instinct 3 –...

ASUS Vivobook S14: Laptop AI 45+ TOPS untuk Produktivitas Tanpa Batas

Telko.id - ASUS Vivobook S14 (S3407QA), laptop terbaru yang...

Garmin vívoactive 6, Tak Sekadar Pintar, Dukung Gaya Hidup Aktif dan Tampil Lebih Gaya

Telko.id - Garmin Indonesia memperkenalkan vívoactive 6, smartwatch wellness...

Lebih Bugar Setelah Lebaran dengan Smartwatch Garmin

Telko.id - Pernahkah Anda merasa tubuh terasa berat dan...

PC Global Melonjak 4,9% di Q1 2025, Tapi Tarif China Ancam Pasokan

Telko.id - Angka-angka terbaru dari IDC mengungkap fakta mengejutkan:...
Beranda blog Halaman 1437

Oracle Kenalkan Exadata X6 Dengan storage Besar dan OLTP Real Time

0

Telko.id – Oracle merilis Oracle Exadata X6 Database Machine yang memberikan kinerja, kapasitas dan ketersediaan terbaik, semuanya tanpa biaya tambahan. Oracle Exadata terus memimpin industri dengan teknologi terbaru yang memberikan kinerja cepat dan harga terbaik untuk Online Transaction Processing (OLTP), analitik, dan beban kerja database yang terkonsolidasi.

Oracle Exadata X6 menampilkan prosesor Intel Xeon yang terbaru dan tercepat, ultra-fast Infiniband networking, Oracle Exadata Storage Servers dengan storage all-flash atau disk plus flash, serta Storage Server Software eksklusif dari Oracle Exadata. Sejak debutnya di tahun 2008, Oracle Exadata mendefinisikan ulang integrasi perangkat keras, perangkat lunak dan cloud, memperkenalkan lusinan gebrakan yang tidak tertandingi oleh vendor database, sistem, ataupun cloud lainnya.

“Oracle Exadata digunakan oleh empat dari lima bank terbesar, perusahaan telekomunikasi, dan ritel di dunia, karena bisa memberikan OLTP, analitik, serta beban kerja campuran yang jauh lebih baik,” kata Juan Loaiza, Senior Vice President of Systems Technologies, Oracle. Lebih lanjut, Juan juga menambahkan bahwa Oracle Exadata X6 yang baru akan memberikan kinerja flash yang menyaingi kinerja DRAM, dan OLTP yang jauh lebih baik serta dapat diandalkan. Teknologi Oracle Exadata yang sama kini tersedia sebagai layanan cloud untuk mewujudkan layanan cloud database paling efektif di dunia.

Kinerja Level Memori dengan Shared Flash

Oracle Exadata X6 adalah platform database pertama dan satu-satunya yang menggabungkan flash 3D V-NAND canggih dengan intelijen database di storage untuk menyamai throughput DRAM dari shared flash. Oracle Exadata X6 mencapai throughput data lebih dari 300 gigabit per detik di tiap rack, yang lebih cepat 10 kali lipat dibanding all-flash storage lainnya. Oracle Exadata X6 memungkinkan kinerja in-memory dengan biaya sepersepuluh lebih rendah dari platform in-memory.

Oracle Exadata Mematahkan Batasan Petabyte

Varian High Capacity dari Oracle Exadata X6 menggunakan disk 8 terabyte yang berisi helium untuk memberikan kapasitas lebih dari 1.3 petabyte per rack. Selain itu, intelijen flash caching yang terintegrasi memberikan kinerja flash dengan kapasitas disk yang hemat.

Varian Extreme Flash (all-flash) dari Oracle Exadata X6 memberikan NVMe flash lebih dari 358 TB per rack. Kapasitas flash ini melebihi kapasitas maksimal all-flash storage lainnya yang tersedia di pasaran. Oracl Exadata bisa mengukur flash lebih dari 6 petabyte dengan banyak rack.

Teknologi Hybrid Columnar Compression yang terbaik dari Oracle Exadata mampu meningkatkan kapasitas penyimpanan dengan rata-rata 10 kai lipat, menyediakan kapasitas yang lebih ekonomis untuk pergudangan data yang besar dan beban kerja database yang terkonsolidasi.

OLTP yang real-time dan setiap saat Oracle Exadata X6 mematahkan semua batasan untuk OLTP real-time di skala apa pun. Secara tradisional, penskalaan OLTP dibatasi oleh I/O acak, tapi Oracle Exadata X6 mencapai lebih dari 5.6 juta operasi I/P per detik per rack, dengan mudah melampaui all-flash storage lainnya.

Batasan lain untuk kinerja OLTP adalah koordinasi inter-node server. Algoritma berbasis Oracle Exadata InfiniBand yang baru, seperti Direct-toWire protokol dan Smart Fusion Block Transfers meningkatkan kecepatan messaging OLTP hingga tiga kali lipat.

OLTP setiap saat didukung melalui integrasi full-stack yang unik dari Oracle Exadata untuk deteksi kegagalan, pengarahan ulang yang cepat untuk perangkat I/O, dan resolusi masalah yang cepat. Unique Database In-Memory menambah lapisan pelindung untuk beban kerja campuran yang paling sensitif.

Oracle Exadata Database Machines seringkali digunakan untuk konsolidasi database dan aplikasi beban kerja campuran. Untuk bantu mengeliminasi gangguan dengan beban kerj OLTP, Oracle Exadata memprioritaskan beban kerja penting secara end-to-end dari CPU, ke jaringan, dan ke penyimpanan.

Exadata di Cloud

Selain membeli Oracle Exadata X6 untuk penerapan secara on-premise, Oracle kini menawarkan pilihan untuk menggunakan Exadata melalui Oracle Database Exadata Cloud Service. Para ahli di Oracle menerapkan dan menangani Oracle Database Exadata Cloud Service. Layanan ini menawarkan semua fitur dan pilihan Oracle Database Enterprise Edition serta tersedia via linsensi langganan atau meteran.

Oracle baru-baru ini mengumumkan Oracle Cloud at Customer, yang memungkinkan pelanggan untuk menjalankan layanan Oracle Cloud secara on-premise. Semua Oracle Database Cloud Services, termasuk Oracle Exadata Database Cloud Service akan tersedia melalui penawaran ini. (Icha)

Indonesia Masih Banyak Kendala Hadapi Era 4K Ultra HD

Telko.id – Huawei sebagai salah satu vendor jaringan mengadakan 4K Video Submit. Targetnya? Memperkenalkan tentang 4K Video itu sendiri yang membutuhkan ultra broadband untuk pengirimannya. Di dunia sendiri, sudah menjadi trend. Dan Huawei menawarkan end-to-end solution 4K Ultra HD Big Video.

“Layanan 4K Ultra HD ini membutuhkan kolaborasi yang erat dari pemerintah, regulator, content provider dan bebeberapa pihak lainnya agar dapat dinikmati konsumen,” ujar Lim Chee Siong, CMO South Pasific Huawei menjelaskan dalam pembukaan ICT Carnival yang bertahuk Big Video Summit.

Layanan 4K Ultra HD ini juga membutuhkan arsitektur yang berbeda dengan yang saat ini, sehingga membutuhkan pengaturan aristektur jaringan lebih lanjut bagi para provider di Indonesia. Namun, Huawei dan Telkom Surabaya sudah melakukan uji coba mengenai layanan ini. Yang diterapkan adalah solusi video 4K Ultra HD yang merupakan kombinasi dari serta optik pita lebar atau broadband. Layanan ini akan memberikan dampat yang luar biasa pada pengembang layanan pita lebar dan akan menjadi terobosan baru operator dalam bidang pengembangan video. Diharapkan uji coba ini menjadi pilot project untuk Telkom di kota lain karena yang dilakukan oleh Huawei dan Telkom ini end-to-end solution dan sudah tentu melakukan pengaturan ulang arsitekturnya.

Seperti yang sering dibicakan, masa depan broadband ini ada di video. Setiap konten akan mengacu pada video yang sudah pastinya membutuhkan ‘pipa’ yang besar untuk menyalurkannya. Apalagi untuk video 4K Ultra HD ini. “Paling tidak yang dibutuhkan adalah 25 Megabits per second. Sebagai perbandingkan untuk video HD quality saja hanya membutuhkan 5.0 Megabits per second, SD quality hanya 3.0 Megabits per second, broadband quality 1.5 Megabits per second dan 0.5 Megabits per second untuk broadband connectivity,” ujar Chairil Anwar, VP Business Development APAC, Grey Juice Lb Ltd menjelaskan dalam Big Video Summit.

Sayang, untuk di Indonesia masih banyak persoalan yang perlu dibenahi agar layanan video 4K Ultra HD ini dapat dinikmati masyarakat. Terutama dari sisi spekturm. “Di Indonesia setiap spektrum dibagi pada beberapa operator sehingga perlu ada pembenahan lagi jika layanan yang berpotensi menghasilkan dana besar bagi operator ini dapat dilakukan,” ujar Lim Chee Siong, CMO South Pasific Huawei.

Lebih lanjut, Lim juga menambahkan bahwa untuk video 4K Ultra HD ini membutuhkan kapasitas yang besar sehingga membutuhkan spektrum yang besar juga. Dan, Indonesia paling tidak hanya membutuhkan 3 – 4 operator saja. Terutama untuk mobile operator.

Sedangkan untuk fixed, dapat dilayani oleh Telkom karena sudah memiliki fiber optic. Hanya saja masih belum merata di seluruh Indonesia. Jadi, dengan adanya Palapa Ring yang menjadi salah satu cara untuk melaksanakan Indonesia Broadband Plan sudah sudah berada di jalan yang benar.

Lim menambahkan juga bahwa definisi broadband di dunia pun sudah berubah. Di mana untuk broadband standar dunia adalah 25 Megabits per second. Artinya, Indonesia harus juga mengejar ke standar broadband dunia tersebut. Itu yang belum.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Huawe, konsumen itu baru akan merasakan puas ketika melakukan download konten dalam waktu 3 detik saja. Lebih lama dari itu akan ditinggalkan. Artinya, pipa untuk menyalurkan konten pun harus besar, core to server menjadi hal penting.

Dalam rangka mempercepat implementasi pita lebar dan video, Huawei bekerjasama dengan beberapa operator telekomunikasi di Indonesia untuk menyediakan solusi teknis seperti algoritma CODEC video, platform video dan terminal 4K. Termasuk juga menjadi pengalaman menonton video yang didalamnya adalah melakukan peningkatan kualitas jaringan standar dan dasar. Selain itu juga dalam pengoperasian dan pemeliharaan layanan video yang termasuk di dalamnya analitik video Big Data, asisten operasi dan konsultasi operasional. Terbentuknya ekosistem dan kemitraan yang erat pun menjadi faktor penting untuk mengembangkan dan mengekplorasi layanan video 4K Ultra HD ini. (Icha)

LinkedIn Lebih Pilih Singapura Untuk Bangun Data Center Barunya di Wilayah Asia

0

Telko.id – Ini adalah pertama kalinya LinkedIn menambahkan data centernya di luar Amerika Serikat. Sayang, data center itu tidak ditempatkan di Indonesia melainkan di Singapura. Setidaknya, perusahaan jaringan profesional ini menanamkan investasi sebesar USD 80 juta untuk melayani 85 juta anggota di wilayah Asia dan termasuk juga Indonesia yang berjumlah lebih dari 5 juta.

Data center terbaru LinkedIn yang terbentang seluas 23.500 kaki, merupakan satu dari enam data center yang dimiliki LinkedIn secara global. Sejauh ini, LinkedIn telah menginvestasikan dana sebesar SGD 80 juta untuk data center terbaru tersebut, yang diharapkan mampu memperkaya pengalaman pengguna LinkedIn yang terus bertumbuh di wilayah Asia Pasifik, termasuk meningkatkan kecepatan dan akses terhadap layanan LinkedIn saat mereka terhubung dengan kesempatan profesional di dalam jaringan mereka.

Sejak Januari 2013, jumlah anggota LinkedIn di Asia Pasifik bertumbuh lebih dari dua kali lipat hingga mencapai lebih dari 85 juta anggota hingga akhir 2015. Angka ini mencakup lebih dari 16 juta anggota di Asia Tenggara (dimana lebih dari 5 juta anggota berada di Indonesia), lebih dari 34 juta di India dan lebih dari 7 juta anggota berada di Australia. Jumlah ini juga termasuk dengan para pemimpin terkemuka yang tergabung di Linkedin sebagai influencer, termasuk di antaranya adalah Narendra Modi (Perdana Menteri India), Piyush Gupta (CEO di DBS Bank), Tony Fernandes (Group CEO dari AirAsia), Shinzo Abe (Perdana Menteri Jepang) dan Andrew Penn (CEO dari Telstra). Selama periode yang sama, pendapatan LinkedIn di Asia Tenggara meningkat lebih dari 3 kali lipat.

Data center terbaru di Singapura tersebut akan dimanfaatkan untuk mengelola berbagai akses dan trafik LinkedIn yang berasal dari wilayah Asia Pasifik, serta akan membantu mengelola satu per tiga trafik LinkedIn secara global. Selain itu data center ini juga akan melengkapi kebutuhan penyimpanan dan pemrosesan LinkedIn yang terus bertumbuh secara dimana di tahun 2015 pertumbuhan ini mencapai 34%.

“Asia Pasifik merupakan wilayah dengan pertumbuhan tercepat, dalam hal jumlah anggota LinkedIn di luar Amerika Serikat. Kami terus berinvestasi untuk memastikan pengguna mendapatkan pengalaman dan pelayanan terbaik, seiring dengan berkembangnya bisnis kami di wilayah ini,” kata Olivier Legrand, Managing Director of LinkedIn in Asia Pacific. “Dengan membangun data center yang dekat dengan para pengguna dan klien di wilayah ini, kami terus berupaya untuk menyediakan layanan yang lebih cepat dan handal untuk mereka. Selain itu, kami juga ingin berpartisipasi secara aktif untuk memfasilitasi berbagai kesempatan ekonomi di negara ASEAN termasuk Indonesia, Singapura, dan Malaysia.”

LinkedIn bekerja sama dengan Singapore Economic Development Board (EDB) sebagai upaya untuk menancapkan eksistensinya di wilayah ini melalui Singapura, termasuk salah satunya adalah pembangunan data center. Hal ini dilakukan untuk mendukung visi EDB yang ingin menjadikan Singapura sebagai pusat digital di Asia. (Icha)

Ongki Kurniawan Akhiri Jabatannya Sebagai Direktur XL

0

Telko.id – Setelah selama tujuh tahun mengabdikan dirinya untuk PT XL Axiata Tbk (XL), Ongki Kurniawan akhirnya memutuskan untuk mundur dari jabatannya sebagai Direktur/Chief Digital Service Officer (CDSO) di perusahaan telekomunikasi tersebut.

Pengumuman resmi mengenai permintaan pengunduran diri Ongki Kurniawan ini disampaikan XL hari ini, dengan menyebut alasan Pribadi sebagai alasan Ongki untuk mengakhiri karir professionalnya di XL.

Melalui siaran pers yang diterima Telko.id, Jumat (8/4), Presiden Direktur XL, Dian Siswarini menyebut pergantian direksi dan manajemen adalah suatu hal yang wajar di dunia bisnis yang mengedepankan profesionalisme.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada beliau atas kontribusi selama ini bagi XL,” katanya.

Untuk selanjutnya tugas Direktur/Chief Digital Service akan diambil alih oleh Presiden Direktur/Chief Executive Officer XL. Dan seluruh kegiatan operasional sehari-hari tetap dilaksanakan oleh Senior Leaders di Digital Services.

Gandeng Inmarsat, SingTel Tawarkan Solusi Cyber Untuk Maritim

0

Telko.id – Meningkatnya ancaman cyber, tak terkecuali dalam industri maritim, mau tidak mau membuat sejumlah penyedia layanan memutar otak untuk bisa menghadirkan solusi terbaik. SingTel, dalam hal ini adalah salah satunya. Perusahaan telekomunikasi asal Singapura ini menggandeng Inmarsat untuk bersama-sama menawarkan alat keamanan cyber untuk industri maritim global.

Dalam kemitraan ini, SingTel mempercayakan Trustwave, selaku kepanjangan tangannya dalam keamanan cyber untuk menyediakan solusi Unified Threat Management (UTM) untuk diintegrasikan dengan hardware Inmarsat di atas kapal. Tujuannya, melindungi data dan mengurangi risiko cyber pada perusahaan maritim.

Singtel mengatakan layanan UTM menawarkan serangkaian pertahanan keamanan cyber, seperti firewall yang ditingkatkan, anti-virus, pencegahan intrusi dan web-filtering.

Rencananya, Singtel dan Inmarsat akan meluncurkan layanan keamanan cyber maritim barunya ini pada paruh kedua 2016.

“Dengan sistem maritim menjadi lebih digital, sangat penting bagi industri untuk melindungi data di atas kapal dari segala bentuk serangan cyber. Kemitraan kami dengan Inmarsat akan memberikan solusi keamanan cyber bagi perusahaan maritim untuk mengatasi kian pesatnya ancaman cyber, secara global,” ungkap Andrew Lim, Direktur kelompok usaha SingTel Enterprise Group.

Menurut laporan Telecom Asia, Jumat (8/4), layanan baru SingTel ini akan dihantarkan melalui FleetXpress, sebuah layanan komunikasi broadband berkecepatan tinggi milik Inmarsat yang sangat diantisipasi. Layanan ini telah diluncurkan pada bulan Maret lalu untuk operator maritim dan lepas pantai.

“Landscape dari shipping berubah. Mengingat kita bergerak dari shipping tradisional ke era intelijen kapal, ancaman serangan cyber tidak pernah lebih nyata,” tambah Ronald Spithout, Presiden Inmarsat Maritime.

Kolaborasi Singtel dan Inmarsat ini terjadi sehari setelah Inmarsat mengumumkan akan menggunakan armada satelit Xpress global baru untuk memberikan layanan konektivitas dalam penerbangan untuk industri penerbangan.

Sprint Hasilkan USD2.2 Miliar Dari Jual Aset

0

Telko.id – Operator telekomunikasi AS, Sprint, belum lama ini menandatangani kesepakatan untuk menjual dan menyewakan kembali beberapa aset jaringannya yang akan mendatangkan dana segar sebesar USD 2,2 miliar.

Sprint menjual aset tersebut kepada Network LeaseCo, yang akan menggunakannya sebagai jaminan untuk mengumpulkan dana dari investor luar, termasuk perusahaan induk Sprint, Softbank.

Aset-aset ini, yang meliputi peralatan yang digunakan pada menara sel dan membawa tag harga USD 3 miliar, akan disewakan kembali ke Sprint.

Sebelumnya, langkah serupa juga pernah ditempuh Sprint pada bulan November 2015, ketika perusahaan menghasilkan USD 1.1 miliar melalui penjualan dan penyewaan kembali beberapa perangkat mobile high-endnya kepada kelompok investor yang baru dibentuk, Mobile Leasing Solutions.

“Sprint dan Softbank telah bekerja sama lagi untuk menciptakan struktur yang unik yang menyediakan Sprint dengan sumber modal yang menarik,” ungkap CFO Sprint, Tarek Robbiati, dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu.

Ia menambahkan, seperti dilaporkan Total telecom, Jumat (8/4), transaksi ini merupakan langkah penting pertama dalam mengatasi utang yang akan jatuh tempo dan memungkinkan perusahaan untuk tetap fokus pada transformasi yang dicanangkan, yang melibatkan pertumbuhan pendapatan topline dan secara agresif mengontrol biaya bisnis untuk meningkatkan arus kas operasi.

Sekedar informasi, pada akhir Desember 2015 lalu, total utang Sprint tercatat sebesar USD 33.75 miliar, dimana USD 3.68 miliar diantaranya jatuh tempo pada tahun fiskal 2016, yang berlangsung hingga 31 Maret 2017.

Sprint sendiri kini telah mereposisi dirinya sebagai value player di pasar mobile AS. Mereka berharap untuk memperluas basis pelanggan dengan memberikan penawaran yang lebih murah dibanding kompetitor lainnya.

Pengguna VoLTE meningkat, T-Mobile Hadirkan Inovasi Panggilan Terbaru

0

Telko.id – T-Mobile telah meluncurkan sebuah solusi layanan HD voice yang disebut Enhanced Voice Service (EVS). Sementara itu, mereka mengklaim akan menghubungkan 300 juta panggilan VoLTE setiap hari.

Menurut CTO mereka, Neville Ray, EVS menggunakan berbagai pilihan menelepon, mulai dari VoLTE ke wifi calling dan HD video calling. Menulis di blog perusahaan, Ray mengklaim bahwa EVS adalah salah satu solusi panggilan yang paling maju di dunia, meskipun operator ini baru tersandung kasus penurunan kualitas video pada layanan BingeOn nya.

“EVS merupakan next gen teknologi suara yang tepat dan memberikan beberapa manfaat yang sangat keren untuk pelanggan kami dan saya berani bertaruh bahwa kami yang pertama di negara ini, jika tidak didunia, dalam hal penyebaran,” kata Ray seperti dilaporkan Telecoms (8/4).

Ia menambahkan, “Kami tidak pernah berhenti berinovasi dan meningkatkan pengalaman jaringan. Bahkan, kami mendorong teknologi jaringan begitu cepat beberapa tahun kebelakang “tambahnya.

T-Mobile mengklaim bahwa EVS akan meningkatkan kehandalan panggilan suara, dengan High-Fidelity (HiFi) panggilan untuk mencapai suara yang lebih realistis serta cakupan yang lebih luas berdasarkan cakupan VoLTE T-Mobile yang diluncurkan pada tahun 2014, Ray mengakui bahwa mereka telah memiliki 300 juta panggilan VoLTE setiap hari, yang mewakili lebih dari setengah panggilan pada jaringan T-Mobile.

Sekadar informasi, EVS saat ini baru tersedia pada LG G5 dan Samsung Galaxy S7. Namun T-Mobile mengatakan pihaknya berencana untuk membuat layanan ini tersedia di lima model smartphone pada akhir tahun ini.

Reliance Communication Akan Migrasikan Pengguna Ke 4G?

0

Telko.id – Reliance Communications mulai mengatur untuk  mengupgrade pelanggan CDMA mereka menjadi 4G pada bulan Mei 2016.

Sekadar informasi, Reliance Communications dan Reliance Jio Infocomm merupakan layanan komunikasi perusahaan dari dua bersaudara Ambani yang pada bulan Januari telah mengumumkan perjanjian untuk perdagangan dan berbagi gelombang udara, atau spektrum frekuensi radio, pada pita 800 MHz, yang mencakup seluruh India.

Reliance Communications telah membayar Rs 5,383.84 crore kepada pemerintah sebagai biaya untuk sharing spektrum dan perdagangan di 16 sekup untuk band 800-850 MHz.

Dilaporkan TelecomLead (8/4), pemerintah india telah menyetujui perubahan dalam kebijakan di mana spektrum telekomunikasi atau gelombang udara akan diberikan secara administratif daripada dilelang, untuk sampai pada harga yang ditentukan pasar untuk sumber daya yang langka.

“Reliance Jio dan Reliance Communications telah menandatangani kesepakatan perdagangan dan pembagian spektrum di sebagian pasar Reliance Communications, namun ada empat pasar yang tidak memiliki harga berbasis lelang dan karenanya perlunya keputusan kebijakan,” seperti dilaporkan TelecomLead (8/4).

Kedua perusahaan sudah berbagi spektrum di 17 wilayah telekomunikasi di India. Setidaknya, hanya empat wilayah telekomunikasi saja yang tersisa, seperti Rajasthan, Kerala, Karnataka dan Tamil Nadu.

Berbicara mengenai program migrasi pelanggan dari CDMA menuju 4G, sampai dengan saat ini masih belum diketahui program apa yang diberikan oleh Reliance Communication. Namun, seperti yang suah pernah diungkapkan oleh tim Telko.id, Reliance Communication tengah menyediakan perangkat smartphine 4G yang cukup terjangkau oleh berbagai kalangan di India. Hal tersebut menjadi salah satu strategi mereka untuk menyasar pengguna 4G, baik itu pengguna baru ataupun pengguna lama yang ber migrasi.

Sejatinya hal ini juga pernah dan bahkan sedang dilakukan oleh salah satu operator besar di Indonesia yakni Smartfren.

Untuk merangsang pertumbuhan migrasi ke pengguna 4G mereka, Smartfren memberikan berbagai promo menarik. Seperti program trade in, potongan harga, menyediakan tarif 4G yang murah, serta bekerjasama dengan OMH (Open Market Handset) untuk melakukan program bundling. Setidaknya sampai dengan saat ini, pengguna 4G mereka telah mencapai angka sekitar 1,4 juta pelanggan. Dengan total pelanggan mereka mencapai 12 juta lebih pelanggan di seluruh Indonesia.

Baidu : Aplikasi Mobile Semakin Menjanjikan

Telko.id – Baidu kembali menggelar riset bagi dunia digital di Indonesia. Sekadar informasi, riset kedua yang lebih berfokus mengenai masalah aplikasi yg sering digunakan oleh masyarakat Indonesia.

Riset ini diambil berdasarkan umur 13 tahun hingga 55 tahun. Sementara untuk kelasnya lebih ke ABC. Dari studi terbaru Baidu yang dilaksanakan oleh lembaga riset independen terkemuka GfK Indonesia bertajuk Mobile Apps Market Study Indonesia memperlihatkan bahwa penetrasi aplikasi mobile di kalangan pengguna perangkat bergerak ternyata memang lebih tinggi (97%) dibandingkan dengan penetrasi browser (76%). Mereka rata-rata meluangkan waktu 60 menit per hari untuk berinteraksi dengan aplikasi mobile yang telah diunduh ke dalam perangkat bergerak mereka.

Bao Jianlei, Managing Director Baidu Indonesia mengungkapkan, “Aplikasi Mobile telah menjadi warna tersendiri dalam mendorong pertumbuhan bisnis di industri kreatif berbasis teknologi informasi. Dengan menggelar temuan-temuan baru tentang perilaku serta minat pasar Indonesia terhadap aplikasi mobile, Baidu sebagai perusahaan pengembang teknologi terkemuka dunia berkomitmen untuk kian menguatkan pemahaman para stakeholders industri ini tentang semakin pentingnya keberadaan aplikasi mobile dalam mendukung produktivitas dan gaya hidup masyarakat masa kini, sekaligus turut mendorong semakin tumbuhnya bisnis pengembangan aplikasi, khususnya di Indonesia,” ujarnya pada saat media update di Jakarta (7/4).

Berdasarkan riset tersebut, aplikasi mobile menawarkan pendapatan yang semakin menjanjikan dari tahun ke tahun. Di tahun 2013, pendapatan yang berasal dari aplikasi mobile di Indonesia mencapai USD62,1 juta. Tak perlu berselang lama, pendapatan atau revenue yang dihasilkan oleh aplikasi mobile di tahun 2015 di Indonesia mencapai USD118,2 juta. Diperkirakan, di tahun 2016 ini akan mencapai USD142,1 juta dan di tahun 2018 nanti akan mencapai USD197,6 juta.

Aplikasi yang sering diunduh oleh pengguna yakni, Games (38%), Instant Messaging (27%) dan Media Sosial (19%) tercatat sebagai aplikasi mobile yang paling sering diunduh oleh pengguna perangkat bergerak di Indonesia.

Untuk segmen Communication, bbm masih menjadi nomor satu dengan persentase 92 persen. Sementara ada gmail, WhatsApp dan line yang membuntuti dari belakang.
Sedangkan social networking, facebook berhasil menduduki peringkat pertama, dengan google plus, instagram, path dan twitter.

Total revenue mobile apps mencapai 21.2 juta USD dollar dengan sumbangan terbesar dari mobile advertising.

Riset ini juga menyebutkan mengenai alasan seseorang mendelete aplikasi mobile dari smartphon mereka. Aplikasi yang paling sering didelet oleh penggunanya adalah Games, communications, social media, shopping dan transportation. Dengan total 16 persen pengguna menghapus aplikasi mereka tiap bulan. Dari jumlah tersebut, terlihat bahwa Games (50%), Instant Messaging/Komunikasi (29%) dan Media Sosial (16%) sebagai aplikasi yang paling sering dihapus.

Sementara alasan terpopuler dari pengguna ketika menghapus aplikasi mereka adalah karena memakan terlalu besar memori internal serta si pengguna yang sudah jarang menggunakan aplikasi tersebut.

Disinggung mengenai OTT/aplikasi asing yang masih mendominasi riset tersebut, Iwan Setiawan selaku Head of Marketing Baidu Indonesia menjelaskan bahwa developer lokal masih perlu menghadirkan aplikasi yang lebih mudah untuk digunakan oleh end user.

“Harus diakui, developer di Indonesia sudah cukup banyak, namun untuk menghasilkan apps yang bagus, masih perlu usaha besar. Sementara pengguna di Indonesia lebih menginginkan aplikasi yang cukup baik dari segi User Xperience dan User Interface. Selain itu, banyak juga para developer yang belum tau bagaimana cara mempromosikan aplikasi mereka sehingga aplikasi asing masih mendominasi di Indonesia” ujar Iwan.

Iwan juga memprediksi bahwa pada tahun 2018 nanti, jumlah revenue yang bisa dihasilkan dari mobile application berada pada angka 197,6 USD dollar, dengan pertumbuhan mobile advertising yang encapai 53,9 % di tahun tersebut.

Nokia Rumahkan Ribuan Karyawan di Eropa, Bagaimana dengan Indonesia?

0

Telko.id – Seperti telah diprediksi sebelumnya, buntut dari akuisisi Alcatel Lucent oleh Nokia adalah pengurangan tenaga kerja. Terbukti, perusahaan kemarin mengeluarkan sebuah pernyataan terkait rencananya untuk merumahkan setidaknya 3100 karyawan. Jumlah tersebut meliputi 1300 pekerjaan di Finlandia, 1400 pekerjaan di Jerman, dan 400 sisanya di Perancis.

Menurut pernyataan tersebut, seperti dilansir dari Telecom, Kamis (7/4), pengurangan tenaga kerja sendiri dilakukan untuk memenuhi integrasi Alcatel-Lucent dan tantangan atau tren pasar di masa mendatang.

Seperti diketahui, Nokia telah menyelesaikan proses akuisisinya terhadap ALU sejak Januari lalu, dan telah menargetkan USD 1.02 miliar untuk apa yang mereka sebut “sinergi biaya operasional”. Sederhananya, perusahaan ingin menyingkirkan biaya berlebihan di mana Nokia dan ALU memiliki penawaran produk atau unit bisnis serupa atau identik.

Untuk melakukannya, Nokia mau tidak mau harus merumahkan karyawannya selama tiga tahun ke depan. Menurut Nokia, pengurangan akan difokuskan pada daerah-daerah di mana ada tumpang tindih, seperti R&D, sales dan fungsi perusahaan. CEO Rajeev Suri mengatakan komitmen Nokia untuk mengurangi opex yang digandakan akan memiliki konsekuensi manusia.

“Ketika kami mengumumkan akuisisi Alcatel-Lucent kami membuat komitmen untuk memberikan USD 1.02 miliar untuk sinergi ini – dan komitmen itu tidak berubah,” katanya.

Rajeev juga menambahkan, tidak menampik bahwa tindakan ini akan memiliki dampak nyata pada manusia (dalam hal ini karyawan). Oleh karena itu, perusahaan akan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan nilai-nilai perusahaan dan memberikan transisi dan dukungan lain kepada karyawan yang terkena dampak.

Sebelumnya, Nokia tidak bersedia menyebutkan berapa jumlah pekerjaan yang akan terkena dampak dari perampingan ini. Namun sebuah bocoran yang telah dikonfirmasi oleh Financial Times menyebutkan bahwa setidaknya 3100 karyawan akan dirumahkan, dengan rincian 1300 pekerjaan di Finlandia, 1400 pekerjaan di Jerman, dan 400 di Perancis. Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Melalui sumber terdekat (Nokia) yang berhasil dimintai keterangan oleh tim Telko.id, dampak serupa memang tak bisa dipungkiri ikut berimbas pada Nokia Indonesia. Hanya saja, tidak sebesar yang terjadi di Eropa, mengingat jumlah karyawan di Indonesia pun tak sebesar itu.

“Kalau mengenai jumlah tepatnya kami tidak bisa memberitahu, karena memang belum ada rilis resmi. Tapi memang ada,” kata sumber tersebut.

Sekedar informasi, saat ini Nokia Indonesia memiliki 1403 karyawan dimana 57 diantaranya adalah tenaga kerja asing yang berasal dari 21 negara. Sementara former ALU Indonesia memiliki 107 karyawan dengan 5 diantaranya adalah tenaga kerja asing.