spot_img
Latest Phone

Garmin Instinct 3 Tactical Edition: Smartwatch Tangguh untuk Misi Ekstrem

Telko.id - Garmin baru saja menghadirkan Instinct 3 –...

ASUS Vivobook S14: Laptop AI 45+ TOPS untuk Produktivitas Tanpa Batas

Telko.id - ASUS Vivobook S14 (S3407QA), laptop terbaru yang...

Garmin vívoactive 6, Tak Sekadar Pintar, Dukung Gaya Hidup Aktif dan Tampil Lebih Gaya

Telko.id - Garmin Indonesia memperkenalkan vívoactive 6, smartwatch wellness...

Lebih Bugar Setelah Lebaran dengan Smartwatch Garmin

Telko.id - Pernahkah Anda merasa tubuh terasa berat dan...

PC Global Melonjak 4,9% di Q1 2025, Tapi Tarif China Ancam Pasokan

Telko.id - Angka-angka terbaru dari IDC mengungkap fakta mengejutkan:...
Beranda blog Halaman 1415

Telkom & SK Telecom Bikin Usaha Patungan di Bidang IoT?

0

Telko.id – PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) sepakat untuk bekerjasama dengan operator asal Korea Selatan, SK Telecom. Kedua perusahaan akan berkolaborasi pada peluang baru di IoT, media, produk cerdas dan rangkaian Lifeware SK Telecom untuk perangkat pintar yang difokuskan pada konsumen.

Sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, SK akan memperkenalkan platform ThingPlug IoT-nya kepada Telkom untuk berbagi pengalaman dalam menyebarkan dan mengoperasikan jaringan LoRa untuk mengembangkan peluang dan layanan IoT yang disesuaikan untuk pasar Indonesia. Selain itu, SK Telecom juga mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kedua perusahaan juga akan membahas gagasan untuk membangun perusahaan patungan untuk bisnis IoT mereka dalam dua tahun ke depan.

Mengenai kemungkinan membuat usaha patungan yang terkait IoT, SK dan Telkom Indonesia juga akan menggunakan solusi media Cloud Streaming untuk membantu mengembangkan solusi TV berbasis cloud untuk pelanggan akhir.

Menurut SK, seperti dilansir Telecom, Jumat (13/5), Cloud Streaming meningkatkan kecepatan transmisi konten dengan menggunakan server berbasis cloud untuk menangani dan memberikan data.

“Melalui MOU ini, SK Telecom akan bekerja sama dengan Telkom untuk mengembangkan peluang bisnis yang saling menguntungkan di berbagai bidang termasuk IoT, kota cerdas dan media,” kata Lee Eung-sang, Executive Vice President dan Head of Global Business Divisi SK Telecom.

Ia menambahkan, dengan kemitraan ini, kedua perusahaan akan terus melakukan upaya bersama untuk memperluas kehadiran mereka di luar pasar Indonesia.

Sebelumnya, Telkom dan SK Telecom juga telah bekerjasama untuk mendirikan usaha patungan di bidang penyediaan konten digital. Kerjasama yang terjadi pada 2010 ini dianggap sangat penting bagi Telkom yang kala itu sedang mengembangkan bisnis TIME (Telecommunication, Information, Multimedia dan Edutainment).

Pasar BTS Akan Menurun, Benarkah?

0

Telko.id – Pasar basestation global memberikan tantangan ke vendor jaringan telekomunikasi seperti Ericsson, Huawei, Nokia, dan ZTE karena operator seluler akan menghabiskan lebih sedikit BTS di tahun-tahun mendatang.

Ini adalah berita buruk bagi semua vendor infrastruktur telekomunikasi – terutama Ericsson karena vendor jaringan telekomunikasi yang berbasis di Stockholm adalah pemimpin pasar di segmen basestation global pada tahun lalu.

Dilaporkan TelecomLead (13/5), tanda pertama yang terlihat adalah bahwa belanja macrocell basestation akan turun 2 persen menjadi USD 48 miliar pada tahun 2016, hal ini dikarenakan operator telekomunikasi mencoba untuk mengefisiensikan Capex mereka.

Penurunan belanja basestation di seluruh dunia akan berada di dua digit setiap tahun setelah penurunan 2 persen pada 2016, ujar laporan ABI Research.

Penurunan belanja basestation berarti bahwa setiap operator telekomunikasi global akan menggeser anggaran Capex untuk solusi yang memerlukan modal sedikit, seperti small cell, DAS, dan untuk memadatkan jaringan WiFi.

Sementara itu, India yang memiliki lebih dari 900 juta pelanggan mobile, akan mendominasi belanja di Asia Pasifik selama beberapa tahun ke depan.

Laporan penelitian telekomunikasi mencatat bahwa cakupan 4G di Amerika Utara hampir lengkap karena kawasan ini mempersiapkan untuk 5G bersama dengan Jepang dan Korea Selatan. Amerika Utara akan memperlihatkan penurunan terbesar sebagai bentuk dari penyebaran untuk cakupan LTE yang berkurang.

kawasan Asia Pasifik masih merupakan pasar basestation terbesar pada tahun 2016, tapi turun dari puncaknya 2015 sebagai Cina melengkapi peluncuran LTE, kata ABI Research.

Sekadar informasi, Ericsson adalah pemimpin di pasar basestation keseluruhan pada tahun 2015. Huawei, Nokia Networks, Alcatel-Lucent dan ZTE adalah vendor basestation top lainnya berdasarkan pendapatan. Tetapi perusahaan-perusahaan jaringan telekomunikasi ini akan menghadapi tantangan di bulan depan.

ABI Research mengatakan sebagai siklus teknologi 5G akan berlangsung, vendor basestation termasuk Ericsson, Huawei, dan Nokia akan menghadapi tantangan untuk menggantikan pendapatan yang hilang dalam jangka pendek. Sementara itu, komersialisasi 5G di awal mungkin akan membantu untuk menggantikan pendapatan yang hilang ini, tidak sampai setelah 2020 bahwa kontribusi ini menjadi bermakna.

ABI Research menunjukkan Ericsson, Huawei, dan Nokia perlu mencari alternatif aliran pendapatan untuk menebus pendapatan yang hilang dari basestations. Kedua vendor baik Ericsson dan Huawei sudah terhuyung-huyung di bawah tekanan karena penurunan penjualan keseluruhan di sebagian besar wilayah yang biasanya mereka kuasai.

Nokia dan STC Selesaikan Ujicoba Pada Frekuensi Unlicensed

0

Telko.id – Vendor infrastruktur jaringan Nokia telah bekerja sama dengan perusahaan telko asal Arab Saudi, STC untuk menguji teknologi LTE unlicensed, teknologi yang dinamakan MulteFire ini diklaim mampu memberikan lebar cakupan 50% lebih baik dibandingkan dengan wifi.

Berdasarkan keterangan pers yang diterima tim Telko.id, teknologi MulteFire akan memungkinkan operator menyederhanakan pengiriman layanan broadband selular berkecepatan tinggi, kualitas tinggi serta menawarkan pengalaman selular tanpa hambatan di lokasi-lokasi publik dan pribadi kepada lebih banyak pelanggan.

Ujicoba di Arab Saudi dirancang untuk menunjukkan bagaimana MulteFire dapat berdampingan dengan wifi untuk memberikan jaringan LTE di lingkungan padat penduduk. MulteFire memungkinkan operator untuk memenuhi tuntutan konektivitas yang meningkat dari kota pintar di masa depan serta kebutuhan IoT pada umumnya. Selain itu, MulteFire melengkapi jaringan-jaringan heterogen (HetNet), yang menggunakan gabungan dari radio small cell dan makro cell.

“Kami adalah operator pertama di dunia yang telah berhasil melakukan uji teknologi MulteFire dengan Nokia,” kata Nasser Al-Nasser, SVP of Technology dan Operations di STC. Ia menambahkan, “Tes ini mendasari komitmen kami untuk mengeksplorasi dan mengidentifikasi teknologi terbaru yang dapat lebih meningkatkan pengalaman layanan secara keseluruhan untuk pelanggan kami bahkan karena permintaan terus tumbuh. MulteFire akan memungkinkan kami untuk memberikan kinerja LTE dengan penyebaran yang disederhanakan,”ucapnya.

Sementara itu, Waseem Al-Marzogi, Pimpinan Bisnis Grup STC, Nokia, mengatakan, “Sebagai salah satu anggota pendiri MulteFire Alliance, Nokia terus mendorong pengembangan spesifikasi teknis global, dan ujicoba ini adalah sebuah langkah penting menuju komersialisasi teknologi ini. Dengan berkolaborasi dengan operator seperti STC, kami dapat mengembangkan cara-cara baru penggunaan spektrum seperti misalnya 5 GHz untuk memenuhi kebutuhan jaringan saat ini dan esok.”

Lebih lanjut mengenai ujiciba ini, setidaknya Nokia melakukan tiga ujicoba seperti,  Ujicoba Neutral Host, yang mana MulteFire memungkinkan pengiriman layanan kecepatan tinggi ke beberapa perangkat end user terlepas dari operator selular mereka, memungkinkan siapapun yang menggunakan perangkat MulteFire dapat mengakses data melalui sebuah titik akses MulteFire. Ujicoba tersebut menunjukkan total throughput download dan upload hingga 120 Mbps.

Ujicoba berikutnya adalah Koeksistensi, ujicoba ini menunjukkan bagaimana MulteFire dapat tetap eksis secara harmonis dengan Wi-Fi ketika Wi-Fi diaktifkan pada frekwensi yang sama dan diletakkan sangat dekat dengan sebuah titik akses MulteFire.

Sementara ujicoba terakhir adalah peningkatan dalam hal coverage, dalam ujicoba ini, menunjukkan range 50% lebih baik dan coverage 2 kali lebih baik dibandingkan dengan Wi-Fi.

Ujicoba ini hanya beberapa hari setelah Qualcomm menerima izin dari FCC untuk menguji LTE-U dalam kemitraan dengan TMUS. Sekadar informasi, pengumuman ini juga merupakan pengumuman kedua dari Nokia di Timur Tengah bulan ini, setelah mendapatkan kesepakatan perluasan jaringan dengan Ooredoo Qatar sebelumnya.

China Unicom Pilih Ericsson Untuk Hadirkan 5G

0

Telko.id – China Unicom telah menandatangani perjanjian dengan Ericsson untuk berkolaborasi pada arsitektur jaringan, 5G, cloud serta IOT.

Dengan perjanjian kedua perusahaan ini sejatinya bertujuan untuk mempercepat percepatan standardisasi jaringan generasi mendatang dan kematangan terhadap infrastruktur jaringan. Kerjasama ini juga bertujuan untuk membangun ekosistem lintas-industri untuk bidang teknologi jaringan.

Dilaporkan TelecomAsia (13/5), kolaborasi ini akan berfokus pada beberapa bidang termasuk kerjasama standardisasi 5G, penelitian teknologi kunci untuk pengujian standar, serta studi mengenai visualisasi jaringan dan memetakan jaringan 5G.

Bukan hanya itu, China Unicom dan Ericsson juga berencana untuk berkolaborasi pada promosi bersama proyek SDN pada kelompok standardisasi, layanan jaringan IOT selular dan perkembangan arsitektur jaringan untuk penggabungan antara  fixed broadband dengan mobile broadband.

“Ericsson adalah mitra strategis jangka panjang dari China Unicom. Sebagai transformasi menuju pendekatan jaringan generasi berikutnya, kami berharap untuk memperkuat kemitraan dengan Ericsson, sebagai perusahaan terkemuka dunia, teknologi dan pengembangan bisnis terutama di 5G, IOT dan cloud berguna untuk memenangkan persaingan di masa depan, ” ujar wakil presiden China Unicom, Guanglu Shao.

Gunakan Frekuensi 1800MHz, XL Tingkatkan Kualitas 4G di Yogya

0

Telko.id – Operator seluler XL Axiata meningkatkan kualitas layanan dan memperluas cakupan layanan 4G untuk area Yogyakarta dan sekitarnya. Jika sebelumnya perusahaan memanfaatkan frekuensi 900MHz untuk melayani pelanggan 4G di wilayah tersebut, kini kualitas layanan ditingkatkan dengan mempergunakan frekuensi 1800MHz, yang juga telah digunakan secara global.

Peningkatan kualitas layanan di Yogyakarta sendiri, diakui Presiden Direktur sekaligus CEO XL, Dian Siswarini, tak hanya semata karena Yogya dianggap sebagai pasar bagi XL, tetapi juga tempat di mana XL bisa menunjukkan seperti apa seharusnya suatu perusahaan penyedia layanan telekomunikasi dan data mampu melayani masyarakat Indonesia.

“Apalagi Yogya juga merupakan salah satu basis industri kreatif di Indonesia, sekaligus sebagai Kota Budaya dan Pendidikan. Koneksi internet yang berkualitas adalah kebutuhan yang urgent untuk mendukung aktivitas masyarakat Yogya,” kata Dian dalam sebuah resepsi di halaman Candi Prambanan, Kamis (12/5).

Dian menambahkan, dengan memanfaatkan frekuensi 1800MHz, nantinya kecepatan layanan internet XL tak hanya bisa ditingkatkan hingga 100Mbps, tetapi juga lebih stabil.

Sementara itu, dari sisi ekosistem, layanan pada frekuensi 1800MHz juga akan lebih memudahkan pelanggan dan masyarakat Yogya dalam mendapatkan ponsel 4G di pasar.

Yogyakarta berkesempatan menikmati layanan 4G Xl di frekuensi 900MHz, bersama Medan dan Bogor sejak akhir 2014. Saat itu, pemerintah memang baru memberikan izin penggunaan frekuensi 900MHz untuk layanan 4G. Setelah kemudian pemerintah melakukan penataan ulang frekuensi 1800MHz dan memberikan izin penggunaan frekuensi tersebut untuk layanan 4G LTE (sekitar Oktober 2015), XL hanya mengembangkan 4G LTE dengan menggunakan frekuensi 1800MHz.

Saat ini sudah tersedia lebih dari 200 BTS 4G yang tersebar di berbagai area di Yogyakarta dan sekitarnya. Infrastruktur tersebut akan menopang layanan untuk sekitar 627 ribu pelanggan data, yang diperkirakan akan terus meningkat secara cepat. Saat ini, total pelanggan XL di Yogyakarta sekitar 1,9 juta, yang merupakan pelanggan potensial untuk berpindah ke layanan 4G.

Layanan 4G LTE di Yoyakarta kini akan meng-cover wilayah yang lebih luas dari sebelumnya. Selain area-area di dalam wilayah Kota Yogyakarta, pelanggan dan masyarakat juga bisa memanfaatkan 4G LTE di sekitar wilayah Mlati, Depok, Sewon, Kotagede, Gamping, Kaliurang, Sedayu, dan Pathuk, dimana di area tersebut terdapat kampus, pusat perbelanjaan, pusat bisnis, dan lokasi wisata.

Komisi Eropa Turun Tangan, Hutchison Batal Akuisisi O2

0

Telko.id – Jalan terjal Hutchison untuk menggaet O2 akhirnya berakhir sudah, dengan keluarnya keputusan dari Komisi Eropa yang memblokir rencana akuisisi tersebut.

Kesepakatan yang diusulkan pada bulan Januari tahun lalu ini dilaporkan bernilai lebih dari US$15 miliar. Dan terpaksa batal. “Komisi telah memblokir rencana akuisisi O2 oleh Hutchison di bawah Peraturan Merger Uni Eropa,” kata seorang juru bicara Komisi Eropa seperti dilansir Theverge, Kamis (12/5).

Keputusan ini diambil menyusul kekhawatiran regulator bahwa pelanggan seluler di Inggris akan memiliki lebih sedikit pilihan dan membayar harga yang lebih tinggi sebagai akibat dari proses merger, yang juga akan mengurangi inovasi di sektor mobile yang penting.

Komisi mencatat bahwa kemunculan Hutchison di pasar Inggris telah menciptakan harga yang kompetitif untuk diikuti jaringan lain. Akibatnya, persaingan di pasar ponsel Inggris kian sengit, menurunkan biaya dan meningkatkan keuntungan bagi konsumen.

Sebelumnya, Hutchison berusaha untuk menawarkan konsesi untuk mengamankan akuisisi O2, tetapi sepertinya mereka tidak bisa meyakinkan penyidik.

Pasalnya, ketimbang efisien, komisi sepertinya lebih melihat merger ini sebagai hal yang akan merugikan bagi konsumen.

Dengan adanya pemblokiran ini, Telefonica, sebagai pemilik O2 konon telah memikirkan dua opsi, berusaha untuk menemukan pembeli lain atau menjadikan O2 sebagai perusahaan publik.

Opsi pertama memungkinkan mengingat Virgin Media, selaku pemilik Liberty global telah menunjukkan minatnya untuk memiliki O2.

Pasal Small Cell Bakal Jadi US$ 6 Miliar di 2020

Telko.id – World Summit Small Cell baru saja dibuka. Banyak harapan yang bermunculan dalam ajang pertemuan dunia ini. Ketua Small Cell Forum, Alan Law dalam pembukaan nya mengharapkan ada pertumbuhan sebesar 41% dan mencapai angka US$ 6 miliar hingga 2020 untuk bisnis small cell ini.

Mengutip analis dari Mobile Expert, Law menyebutkan bahwa pengiriman di pasar enterprise akan tumbuh 61% dan 185 ribu unit sudah dikirim pada kuartal pertama tahun ini.

“Saat ini, sudah ada total pengiriman sebanyak 14 juta unit dengan nilai pendapatan sekitar US$ 1 miliar dalam satu tahun. Dan kini akan tumbuh semakin kuat, terutama di pasar enterprise di seluruh unia,” ujar Law saat konferensi, seperti dikutip dari RCR wireless.

Law menambahkan bahwa secara global, pertumbuhan small cell sangat baik walaupun dibeberapa wilayah ada penurunan. Seperti di Latin Amerika dan Eropa, segmen enterprise meningkat sekitar 200% year on year. Begitu juga di Amerika Utara yang terlihat akan meningkat tajam. Dalam 12 bulan terakhir saja terjadi peningkatan 280%. Law juga menyatakan bahwa Indian menjadi pasar yang menjanjikan, apalagi Reliance Jio akan membangun 150 ribu small cell pada tahun ini saja.

Pada kesempatan yang sama, Law juga menyebutkan bahwa Small Cell Forum menerbitkan HetNet Foundations. Hal tersebut untuk dapat menggambarkan peran small cell dalam lingkungan yang heterogen di sisi jaringan. Law pun menambahkan bahwa pada 2020 mendatang, small cell akan bertanggungjawab terhadap 85% dari trafik di jaringan global. (Icha)

Tower Bersama Akan Bangun Tower Di Jakabaring

0

Salah satu penyedia tower provider sinyal, PT Tower Bersama, akan kembali membangun tower microcell dan fiber optic di Kawasan Olahraga Jakabaring Sport City (JSC) untuk mendukung pelaksanaan Asian Games 2018 mendatang.

Hal ini disampaikan langsung oleh Area Partnership Development National PT Tower Bersama, Anjas Jaya Kusuma yang menyebutkan bahwa mereka akan membangun tower di kawasan ini untuk menjaga cakupan serta kapasitas di wilayah tersebut. Namun, pihaknya masih harus menjalani proses penjajakan dan perizinan terlebih dahulu dengan Pemprov Sumsel.

“Apabila ada rekomendasi dari Gubernur kami lanjutkan. Akan ada penentuan titik dengan dilakukan survey bersama pihak pemerintah,” ucap Anjas seperti dilaporkan Solopos (12/5).

Ia juga menuturkan hadirnya tower baru tersebut akan mampu mengcover cakupan jaringan yang tidak tercapai oleh sinyal makro serta untuk memberikan penambahan kapasitas data seluler di wilayah tersebut.

Nantinya, akan ada 20 titik tiang pembangunan tower yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sinyal, menambah kapasitas sinyal, serta menambah kerapatan cakupan jaringan sinyal.

Hal ini dilakukan guna menghadapi perhelatan Asian Games di tahun 2018 mendatang yang tentunya akan banyak orang yang mengakses data, akan ada tumpang tindih sinyal sehingga kualitas jaringan berkurang. Dengan adanya tower ini diharapkan dapat menghilangkan hambatan tersebut.

Alasan lain dari pemasangan tower ini juga dikarenakan sudah ada permintaan dari pihak provider layanan agar bisa memperkuat jaringan mereka di Kawasan Jakabaring, meski Ia urung menyebutkan operator mana yang meminta hal tersebut.

Lebih lanjut, ketika pelaksanaan Asian Games akan memberikan kontribusi penghuni dan mempermudah para peserta dan pengunjung untuk bisa menggunakan teleponnya dan mengakses data tanpa hambatan.

Seperti diketahui,  Tower Bersama Group merupakan penyedia tower yang sudah hadir di Indonesia sejak tahun 2003 silam.

Dengan memiliki banyak perusahaan yang tergabung dalam Tower Bersama Group adalah PT Tower Bersama, PT United Towerindo, PT Telenet Internusa, PT Batavia Towerindo, PT Bali Telekom, PT Prima Media Selaras dan PT Triaka Bersama, Infrastruktur dari TBIG telah menjangkau pulau Jawa, Bali, Sumatera dan Batam. Mereka juga tengah memperluas jangkauan layanan ke wilayah Kalimantan dan Sulawesi.

Nokia Laporkan kerugian € 613 juta Setelah Akuisisi Alcatel-Lucent

0

Telko.id – Nokia telah melaporkan hasil keuangan kuartal pertama 2016. Hasilnya, perusahaan asal Finlandia ini mengumumkan kerugian sebesar € 613 juta. Padahal, di kuartal terakhir 2015 lalu masih mengantongi keuntungan € 169 juta.

Keuntungan non-IFRS dari Nokia ini -tidak termasuk biaya yang berkaitan dengan nilai akusisi Alcatel-Lucent yang mencapai € 15.6 miliar, biaya penurunan nilai goodwill, amortisasi aktiva tidak berwujud, pembelian terkait harga barang, biaya restrukturisasi, dan barang-barang lainnya – adalah € 139 juta untuk bulan Januari sampai Maret.

Sedangkan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) sebesar €462 juta untuk Nokia Networks, termasuk di dalamnya €325 juta dari Ultra Jaringan Broadband dan €137 juta dari IP Networks dan Aplikasi. Untuk Nokia Technologies menyumbangkan pada holding sebesar €108 juta. Sementara Grup umum dan lain masih mencatatkan kerugian sebesar €87 juta. Total kerugian EBITDA Nokia adalah €304 juta, dengan pengecualian non-IFRS.

Kas bersih dan aset likuid dari Nokia pada akhir Maret tercatat sebesar €8,25 miliar atau naik 76 persen dibandingkan tahun lalu yang tercatat sebesar €4,67miliar.

Laba operasional non-IFRS Nokia untuk kuartal ini adalah €345 juta, naik 25 persen dari tahun lalu €276 juta, sedangkan non-IFRS penjualan bersih €5,6 miliar turun 9 persen dari tahun lalu € 6,13 miliar .

Nokia mengatakan bahwa hasil Q1, secara tidak langsung sebanding dengan hasil Q1 tahun lalu, namun, karena penambahan Alcatel-Lucent secara konsolidasi maka ada kerugian yang dicatatkan. Namun, secara keseluruhan, perusahaan menyambut baik hasil yang dicatatkan tersebut.

“Saya senang bahwa kami mampu memberikan keuntungan yang solid yang biasanya dalam kuartal pertama trend nya adalah pasar melemah. Di sisi lain juga ada resiko gangguan yang berhubungan dengan integrasi,” kata CEO Nokia Rajeev Suri menjelaskan, seperti yang dikutip dari ZDnet.

“Sementara penurunan pendapatan kami memang mengecewakan. Kekurangan itu sebagian besar didorong oleh Jaringan Mobile, di mana lingkungan yang menantang walaupun bukan sebuah kejutan,” sahut Rajeev menambahkan.

Rajeev juga menambahkan bahwa Nokia sepakat akan melakukan transisi di daerah-daerah yang paling mendesak dari portfolio yang ada. Termasuk wilayah yang terjadi tumpang tindih dengan sebagian besar pelanggannya. Selain itu, Nokia juga telah memulai proses pengurangan tenaga yang tumpang tindih, dan proses ini akan berawal di Amerika Serikat dan beberapa negara lain. Nokia juga akan melakukan konsolidasi dan menutup beberapa sites yang ada dan 30 sites sudah terjadwalkan untuk kuartal ini. Perusahaan asal Finlandia ini juga akan secepatnya menyelesaikan 40 projek untuk mendorong penghematan pengadaan, dengan 200 proyek lebih yang saat ini sedang berlangsung dan rencana untuk ratusan proyek tambahan yang akan diluncurkan sebagian besar selama Q2 2016.

Untuk bisnis Networks Nokia mampu memberikan kontribusi laba usaha sebesar €337 juta non-IFRS. Termasuk Networks Ultra Broadband yang menambahkan €234 juta serta IP Jaringan dan Aplikasi yang menambahkan €103 juta. Angka tersebut naik 61 persen dibandingkan dengan tahun lalu yang dicatatkan sebesar €209 juta. Hal ini juga membuat penjualan bersih turun 8 persen atau € 5,18 miliar dari € 56,6 miliar. Kondisi tersebut diakibatkan oleh langkah korporasi untuk melakukan penelitian dan pengembangan yang menghabiskan € 951 juta pada, turun 7 persen dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai €1,02 miliar. Selain itu, terjadi penurunan 4 persen dalam dalam penjualan, umum, dan biaya administrasi. Dari € 705 juta pada tahun lalu, menjadi €677 juta pada kuartal pertama ini.

Nokia mencatatkan year on year penjualan bersih Networks bisnis yang menurun pada kuartal pertama di tahun 2016. Hal ini disebabkan oleh penjualan bersih yang lebih rendah di Jaringan Ultra Broadband.

Rinciannya dalam kategori Ultra Broadband Networks ini adalah jaringan seluler mengalami penurunan 15 persen dalam penjualan non-IFRS bersih, dari € 3,69 miliar ke €3,12 miliar, sedangkan jaringan tetap menurun 12 persen, dari € 613 juta menjadi € 541 juta.

Penjualan bersih berdasarkan wilayah untuk Networks adalah € 1,58 miliar pada Amerika Utara, turun 17 persen dari €1,9 miliar. Untuk wilayah Eropa menurun 3% dari € 1,24 miliar menjadi €1,2 miliar. Sedangkan di wilayah APAC mengalami penurunan 6% dari €1,16 miliar menjadi €1,09 miliar. Untuk di Greater China pun terjadi penurunan sebesar 5% menjadi €572 juta dari €604 juta. Di kawasan Timur Tengah dan Afrika, Nokia pun mengalami penurunan penjualan yakni sebesar 11% menjadi €393 juta dari €443 juta. Namun, di wilayah Amerika Latin terjadi kenaikan penjualan sebesar 6% menjadi € 340 juta dari €320 juta pada tahun lalu.

Nokia Teknologi memberikan kontribusi €106 juta laba operasional non-IFRS, turun 40 persen dari tahun lalu yang mencapai €178 juta. Hal itu membuat Nokia mencatatkan €198 juta penjualan bersih, turun 27 persen dari €273 juta. Nokia teknologi juga menghabiskan €58 juta untuk R & D, turun 19 persen dari €72 juta dan dalam penjualan, umum dan biaya administrasi naik 52 persen menjadi €32 juta dari €21 juta pada tahun lalu.

Year on year penjualan Nokia Teknologi pada kuartal pertama 2016 ini mengalami penurunan. Hal ini disebabkan adanya penyesuaian untuk penjualan bersih yang diperoleh dari perjanjian yang ada, bagi hasil yang berkaitan dengan sebelumnya divestasi HKI, dan IPR divestasi di kuartal pertama tahun 2015. Variabel tersebut menjadi factor penentu keuntungan di kuartal pertama 2015 lalu. Serta adanya pendapatan lisensi lebih rendah dari lisensi yang ada serta penurunan penjualan handset, seperti informasi yang disampaikan oleh Nokia dalam laporan keuangannya.

Untuk Nokia Group umum dan lainnya mencatatkan kerugian operasional non-IFRS sebesar €99 juta, sedikit kurang dari tahun lalu yang merugi €111 juta. Sedangkan pada penjualan bersih tercatat ada kenaikan 16% menjadi €236 juta dari €203 juta. Menurut Nokia, hal ini dapat terjadi karena adanya kenaikan penjualan bersih yang diberikan dari Alcatel Submarine Networks, meskipun sebagian telah diimbangi oleh Radio Sistem Frekuensi nya.

Untuk Nokia Group umum dan lainnya ini juga menghabiskan €73 juta untuk R & D, naik 4 persen dari €70 juta dan pada penjualan, umum, dan biaya administrasi, naik 15 persen menjadi €55 juta dari €48 juta.

Nokia pun akan mengatasi kondisi industry saat ini dengan akan melakukan pengurangan jumlah pegawai untuk mencapai bisnis ‘sinergi’ global. Alasannya adalah untuk dapat mengambil posisi saat ini hingga akhir 2018 mendatang, sesuai dengan target yang dicanangkan nya. Pengurangan tersebut akan dilakukan di wilayah yang terdapat tumpang tindih tenaga kerja. Selain itu, Nokia juga akan melakukan penghematan direal estate, jasa, pengadaan, supply chain, dan manufaktur.

Nokia mengatakan bahwa pada April ini akan terjadi pemotongan biaya yang akhirnya pada tahun 2018 akan mencapai €900 juta. Sebagian besar berasal dari redudansi. Perusahaan sendiri masih belum mengungkapkan berapa banyak karyawan akan kehilangan pekerjaan, tetapi Reuters melaporkan bahwa 1.400 anggota staf akan dipotong di Jerman, 1.300 di Finlandia, dan 400 di Perancis – meskipun 500 posisi di R & D akan dibuat di Perancis.

Nokia pun merencanakan untuk mengakuisisi perusahaan Withings yang merupakan perusahaan wearable dan health monitoring sebesar €170 juta tunai. Dan Nokia pun akan menerima 200 karyawan baru di bawah juga payung Nokia Technologies, karena akan menambah portofolio IOT Nokia.

“Dengan akuisisi ini, Nokia akan memperkuat posisinya di Internet of Things dengan cara yang memanfaatkan kekuatan merek Nokia terpercaya, cocok dengan tujuan Nokia memperluas kemungkinan manusia dari dunia yang terhubung, dan menempatkan Nokia di jantung pasar dialamatkan sangat besar, ” seperti yang tercatat dalam laporan keuangannya.

Dengan langkah korporasi tersebut, Nokia mengharapkan dapat selesai pada awal kuartal 3 mendatang.

“Saya senang bahwa tim dari Withings akan bergabung Nokia, sebagai bagian dari Nokia Technologies,” ujar Rajeev menambahkan.

“Kami telah mengatakan secara konsisten bahwa kesehatan digital merupakan daerah kepentingan strategis bagi kita, dan dengan akuisisi ini kami memiliki kesempatan yang sangat baik untuk memperluas dalam apa yang salah satu pasar terbesar di Internet of Things dan membangun peluang lisensi masa depan,” sahut Rajeev menjelaskan. (Icha)

Dibantu Nokia, Operator Arab Ini Ciptakan LTE-A

0

Telko.id – Nokia bekerjasama dengan Zain, yakni operator 4G asal Arab Saudi untuk menghadirkan layanan LTE-Advanced di wilayah Arab Saudi. Kegiatan ini merupakan sebuah penggelaran teknologi tiga kompenen carrier aggregation LTE-Advanced yang akan meningkatkan kecepatan sebesar 187,5 Mbps untuk para pelanggan mereka.

Seperti diketahui, tiga komponen dari Nokia akan Meng-agregat spektrum sebesar 25 Mhz di pita 900 Mhz, 1800 Mhz dan 2100 Mhz. Penggelaran ini juga bertujuan untuk mentransformasi Jeddah menjadi sebuah smart city.

Berdasarkan keterangan pers yang di terima Tim Telko.id(12/5), Jaringan yang diluncurkan di distrik residensial dan bisnis papan atas di Jeddah, akan membawa kota terbesar kedua di Kerajaan Arab Saudi ini selangkah lebih maju menuju smart city.

Sultan AlDeghaither, Chief Technology Officer Zain KSA, berkata, “Konsumen kami dan kebutuhan mereka yang terus meningkat di era digital akan terus mendominasi serta mendorong inovasi teknologi kami. Dengan peluncuran baru ini, kami dapat membantu memenuhi kebutuhan ini dengan memberikan pengalaman ultra bagi konsumen melalui level throughput data lebih tinggi dan kinerja jaringan optimal. Terlebih lagi, teknologi ini akan memungkinkan kami bergerak lebih jauh menuju tujuan kami yaitu mentransformasi Jeddah menjadi model panutan untuk kota-kota terkoneksi secara digital dan cerdas di seluruh dunia, serta memperkaya pengalaman para konsumen Zain di Arab Saudi.”

Sekadar informasi, Carrier aggregation sendiri adalah sebuah teknik yang banyak digunakan dalam standar-standar LTE-Advanced. Teknologi ini memungkinkan operator menyatukan pita-pita spektrum yang tidak berdampingan untuk menciptakan kanal-kanal yang lebih luas, serta menghasilkan kecepatan LTE yang lebih tinggi dari sebelumnya.

Implementasi dari tiga komponen carrier aggregation di pita FDD-LTE (FDD-LTE 3CC) merampungkan ujicoba jaringan komersial yang luas oleh Nokia dan Zain. Sebagai hasilnya, Zain akan mampu meningkatkan kecepatan data di pinggiran sel yakni dekat dengan sel-sel tetangga, di mana interferensi dan kehilangan sinyal dapat berdampak pada pengalaman pelanggan. Selain itu, memenuhi permintaan yang terus berubah dari para pelanggannya, Zain dituntut unuk menyediakan bandwith besar guna menyaksikan film streaming berkualitas HD.

Berkat solusi dari Nokia ini, konsumen Zain akan dapat menikmati kualitas pengalaman yang lebih baik ketika mengunduh video HD atau berbagi gambar di acara-acara di mana traffik jaringan dapat terjadi akibat tingginya kebutuhan akan akses data.

Kecepatan lebih tinggi juga telah tersedia di beberapa area bertraffic tinggi di Jeddah, hal ini akan memungkinkan pengguna perangkat yang mampu menjalankan Cat6 (Category 6) mendapatkan manfaat dari layanan-layanan data intensif yang telah tersedia maupun yang akan datang, seperti contohnya virtual reality (VR).

Nah, sayang sekali hadirnya kualitas jaringan LTE-Advanced sejatinya harus juga di barengi dengan ketersediaan handset pendukung yang mampu berjalan pada layanan tersebut. Seperti diketahui, agar kualitas dari LTE-A tersebut berjalan dengan maksimal, maka diperlukan smartphone yang mendukung 4G Cat6, sementara ketersediaan device ini tidak sebanyak device yang mendukung Cat4.

Di Indonesia sendiri, layanan LTE-A telah diimplementasikan oleh salah satu operator 4G, namun ketersediaan perangkat yang mendukung layanan tersebut di Indonesia masih sangat jarang serta memiliki harga yang kurang mampu dijangkau oleh semua kalangan, semoga kedepannya banyak tersedia handset yang mendukung layanan tersebut, agar bisa memaksimalkan kualitas jaringan dari LTE- Advanced.