spot_img
Latest Phone

Oppo Reno 14 Series: Harga Bersaing, Spesifikasi Diatas Pesaing

Telko.id – Oppo resmi meluncurkan ponsel terbarunya, yaitu Oppo...

OpenAI Siapkan Browser dengan AI, Saingan Google Chrome

Telko.id - OpenAI sebagai induk perusahaan dari ChatGPT sedang...

TECNO Luncurkan POVA 7 Series, Desain Futuristik dan Performa Gaming AI

Telko.id - TECNO resmi meluncurkan POVA 7 Series di...

Google Akhirnya Gabungkan Android dan ChromeOS, Apa Kelebihannya?

Telko.id - Google secara resmi mengonfirmasi rencana besar mereka...

Garmin Venu X1 Resmi Dirilis: Smartwatch Teringan dengan Layar 2 Inci

Telko.id - Garmin Indonesia secara resmi meluncurkan Venu X1,...
Beranda blog Halaman 1406

Semester Pertama, Laba China Telecom Meningkat

0

Telko.id – China Telecom telah melaporkan peningkatan sebesar 6,3% untuk laba bersih pada semester pertama 2016 yang berasal dari pertumbuhan pendapatan yang kuat.

Dilaporkan TelecomAsia (24/8), Laba bersih sendiri mencapai 11,67 miliar yuan dengan pendapatan usaha naik 7,2% menjadi 176800000000 yuan dan pendapatan jasa tumbuh 5,6% ke 155,22 miliar yuan.

Sementara itu, pendapatan layanan seluler tumbuh sebesar 8,3% menjadi 67,5 miliar yuan, atau 43,4% dari total pendapatan layanan.

China Telecom berhasil menambahkan 9 juta total pelanggan seluler selama periode ini menjadi 206.940.000 pelanggan, sedangkan basis pelanggan 4G operator tumbuh dari 31.650.000 pelanggan menjadi 90.100.000. pelanggan broadband nirkabel tumbuh 118 juta.

Sementara pendapatan layanan fixed line naik walaupun kecil, yakni sebesar 3,6% menjadi 87,7 miliar yuan, dengan perusahaan menambahkan 4,9 juta pelanggan broadband wireline untuk 118 juta.

Sementara basis pelanggan FTTH China Telecom tumbuh sebesar 17,35 juta menjadi 88,34 juta atau hampir tiga perempat dari total pelanggan wireline broadband operator.

Ke depannya, Chairman China Telecom Yang Jie berkomentar bahwa strategi nasional “CyberPower” China akan menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi pembangunan yang berkesinambungan dari industri telekomunikasi China.

Perusahaan ini menghadapi persaingan pasar intensif tapi rencana untuk secara proaktif merespon dengan berfokus pada peningkatan bisnis inti sementara mengejar pertumbuhan di lima wilayah berkembang utama, katanya.

M1 Segera Deploy NB-IOT

0

Telko.id – M1 dan Nokia telah bekerja sama untuk menggelar jaringan narrowband Internet of Things (NB-IoT) yang pertama di Singapura pada 2017 mendatang.

Ketika selesai, Nokia selaku vendor pertama untuk penyebaran skala besar dengan mitra operator dalam Asia memperkirakan bahwa hal ini menjadi salah satu penyebaran komersial pertama di dunia untuk NB-IOT.

Dilansir dari TelecomAsia (24/8), jaringan NB-IOT dan perangkat yang dirancang bertujuan untuk memberikan peningkatan kinerja jaringan untuk komunikasi M2M (machine-to-machine). Seperti diketahui, M2M membutuhkan bandwidth rendah, penetrasi dalam ruangan yang kuat, dan konsumsi daya yang rendah, sementara NB-IOT memberikan manfaat spektrum berlisensi seperti kehandalan jaringan dan keamanan .

Standar NB-IOT telah diselesaikan oleh Standar GSMA 3GPP pada bulan Juni 2016. Sedangkan perangkat Commercial NB-IOT diharapkan akan tersedia pada pertengahan 2017.

Menurut Bell Labs Consulting, sejatinya akan ada hingga lima miliar perangkat IOT yang terhubung melalui jaringan seluler pada tahun 2020. Sementara Di Singapura, penyebaran NB-IOT akan mendukung perjalanan mereka ini untuk menjadi Smart Nation dengan didukung oleh data untuk memberikan layanan antisipatif kepada rakyatnya.

“NB-IOT yang segera hadir akan menjadi teknologi yang berpotensi menghadirkan jenis aplikasi dan layanan untuk machine-to-machine dan smart city. Kami berharap dapat bekerja sama dengan mitra NB-IOT untuk mengeksplorasi penggunaan NB-IOT dalam mengembangkan layanan Smart Nation inovatif yang meningkatkan kehidupan warga negara kita dan membuat bisnis kita menjadi lebih produktif, “kata Jacqueline Poh, Chief Executive-designate, Government Technology Agency (GovTech).

Sementara itu, Sandeep Girotra, Senior Vice President Nokia untuk Asia-Pasifik dan Jepang mengungkapkan bahwa kerjasama Nokia dengan M1 untuk penyebaran NB-IOT meletakkan sebuah dasar yang penting untuk aplikasi lebih lanjut dari layanan IOT berbasis LTE.

M1 juga baru-baru ini mengumumkan tengah bekerja sama dengan Nokia pada penyebaran HetNet komersial pertama di Singapura.

Riset : 2017 Perusahaan Telko Gunakan NFV

Telko.id – Michael Howard, senior research director Carrier Networks, IHS Markit mengatakan bahwa sebagian besar penyedia layanan telekomunikasi akan berusaha untuk mendeploy network functions virtualization (NFV) pada 2017 mendatang.

Dilansir dari TelecomLead (24/8), sebanyak 100 persen dari penyedia layanan telekomunikasi yang berpartisipasi dalam survei strategi IHS Markit NFV mengatakan mereka akan mendeploy NFV di beberapa titik. Sementara 81 persen operator jaringan telekomunikasi juga mengharapkan untuk melakukan investasi di NFV 2017.

Lebih lanjut, survei tersebut juga menjelaskan sekitar 59 persen dari operator jaringan telekomunikasi telah mendeploy atau akan mendeploy solusi NFV pada tahun ini.

Namun, mengintegrasikan NFV ke jaringan yang ada adalah masalah bagi sebagian besar responden survei, seperti kurangnya produk carrier-grade.

IHS Markit juga berujar bahwa penyedia layanan telekomunikasi bergerak tengah menuju kearah NFV. Operator-operator percaya bahwa NFV dan pendsmpingnya yakni software-defined network (SDN) merupakan perubahan mendasar dalam sebuah arsitektur jaringan telekomunikasi.

Sekadar informasi, otomatisasi, layanan lebih gesit, lebih banyak pendapatan, efisiensi operasional dan penghematan Capex merupakan manfaat utama dari NFV.

Selain itu, Banyak operator pada tahun 2016 mulai memindahkan Proof of Concept (PoC) NFV mereka, uji laboratorium dan evaluasi untuk bekerja dengan vendor yang mengembangkan dan memproduksi perangkat lunak, yang sedang digunakan secara komersial.

Riset tersebut memprediksi, mayoritas penyebaran NFV di awal tahun depan lebih ditujukan untuk bisnis virtual enterprise customer premises equipment (vE-CPE), atau juga dikenal sebagai vBranch atau enterprise vCPE. Bisnis vE-CPE dapat membantu dengan generasi pendapatan karena memungkinkan operator telekomunikasi untuk mengganti CPE fisik dengan software sehingga mereka dapat dengan cepat berinovasi dan meluncurkan layanan baru.

Laporan IHS Markit juga mengatakan industri telekomunikasi saat ini berada pada tahap awal dari transisi ke jaringan SDN dan NFV architected. Operator akan belajar bahwa beberapa jalan yang tidak berbuah seperti yang diharapkan, produsen peralatan telekomunikasi dan pemasok perangkat lunak juga dapat menciptakan pendekatan baru dan berpeluang menemukan aplikasi baru.

Office 365 Jadi Solusi XL Bertansformasi Digital

0

Telko.id – Sebagai perusahaan yang bergerak di industri telekomunikasi, transformasi digital menjadi sebuah keharusan bagi XL agar mampu bertahan hidup dan menghasilkan efisiensi.

Berkaca dari hal tersebut, XL Axiata kini tengah melakukan transformasi digital untuk karyawan mereka dengan menggandeng Microsoft sebagai penyedia platform. XL sendiri memanfaatkan layanan Office 365 milik Microsoft untuk mulai bertransformasi dari bagian internal perusahaan.

“Langkah pertama yang kami tempuh adalah dengan melihat sisem yang kami gunakan dapat membantu transformasi digital di intermal kami. Kedepannya komputasi awan jauh lebih efektif dan efisien dari segi proses dan kami mulai beralih kearah sana,” ujar Yessie D. Yosetya, Chief Service Management Officer XL pada Jumpa Media di Jakarta (23/8).

Ia menambahkan bahwa penerapan solusi ini sejalan dengan rencana XL yang akan sehera melakukan transformasi di lingkungan kerja dengan menggunakan konsep modern open space dan business process.

Senada dengan Yessie, Riza Aditya selaku Head of IT Service Delivery XL menegaskan bahwa transformasi digital XL berasal pada karyawan internal XL, mulai dari tempat kerja dan tools meeting sehingga memberikan efisiensi dan meningkatkan produktifitas karyawan.

IMG-20160823-WA0002

“Sebagai perusahaan telekomunikasi dan yang paling dekat dengan dunia digital, XL harus bertransformasi. Di era Digital, semuanya harus saling terkoneksi, dengan begitu pencarian sebuah solusi menjadi lebih efektif dan efisien,” ujarnya.

Sementara itu, Kustiawan Kusumo selaku Enterprise Partner Group Director Microsoft Indonesia mengungkapkan bahwa digital transformasi adalah keharusan agar setiap perusahaan mampu bertahan. Sedangkan Office 365 sendiri saat ini telah memiliki sekitar 70 juta akun aktif di seluruh dunia.

Office 365 sendiri merupakan sebuah platform berbasis cloud yang menghadirkan rangkaian aplikasi Microsoft Office seperti Email Exchange, penyimpanan OneDrive yang terkoneksi ke layanan cloud.

Dengan Office 365, meeting bisa dilakukan dimana saja, sehingga menghasilkan efisiensi bagi perusahaan melalui fitur Skype for Business.

Lebih lanjut, mereka menargetkan tiga objektif dari transofmasi digital yakni produktifitas, efisiensi, serta perubahan gaya hidup. Berbicara mengenai Capex saving, XL menargetkan dengan transformasi digital ini mampu memberikan efisiensi kepada perusahaan sebesar 20% untuk Capex hingga akhir tahun. Jika peraturan Network Sharing jadi diberlakukan, kita bisa menghitung berapa efisiensi Capex mereka.

Myanmar Lelang Spektrum 2600MHz Oktober Mendatang

0

Telko.id – Kementerian Transportasi dan Komunikasi Myanmar, melalui Departemen Pos dan Telekomunikasi akan meluncurkan lelang spektrum 2600 MHz pada 17 Oktober mendatang. Nantinya, spektrum ini hanya bisa digunakan untuk penyediaan layanan data broadband.

Dilaporkan Telecompaper, Selasa, (23/8), sekitar 40MHz total spektrum di band 2600MHz (2575-2615 MHz) akan tersedia pada lelang ini, terdiri dari 2x20MHz (2575-2595 MHz, 2595-2615 MHz) yang dibagi ke dalam tiga wilayah.

Setiap penawar akan dapat memenangkan sampai dua lisensi regional sehingga memungkinkan untuk tiga sampai enam pemegang lisensi regional secara total. Lot spektrum akan berada dalam mode TDD.

Kementerian Transportasi dan Komunikasi baru-baru ini menerbitkan daftar perusahaan yang telah menunjukkan ketertarikannya pada lelang Oktober nanti, dan daftar mereka-mereka yang terpilih sebagai penawar potensial. Dua diantaranya adalah Telenor dan MPT, yang tak hanya menunjukkan ketertarikannya pada lelang ini, tetapi juga dipilih sebagai penawar potensial. Sementara itu, Ooredoo diketahui tidak ikut mendaftar.

Penawar yang memenuhi syarat akan diumumkan pada tanggal 28 September, sementara pemenang lelang akan diumumkan pada tanggal 20 Oktober.

Indosat Rangkul Para Disable Untuk Manfaatkan Teknologi Digital

0

Telko.id – Kemajuan dunia digital dan teknologi sangat pesat dan telah menghadirkan berbagai solusi bagi kehidupan sehari-hari masyarakat, dengan munculnya aplikasi-aplikasi dan layanan content lainnya. Kemajuan tersebut juga selayaknya bisa dinikmati oleh semua orang, termasuk untuk mereka yang berkebutuhan khusus.

Mewujudkan semangat menghadirkan dunia digital bagi semua, Indosat Ooredoo baru-baru ini menyelenggarakan kegiatan Disabled Community Gathering yang merupakan salah satu rangkaian Indosat Ooredoo Wireless Innovation Contest ke 10 (IWIC 10). Acara ini mengangkat pentingnya teknologi dan dunia digital yang bisa memudahkan aktivitas para penyandang disabilitas, termasuk mengajak mereka untuk turut aktif menciptakan aplikasi yang bermanfaat untuk sesama.

“Indosat Ooredoo percaya bahwa teknologi dan dunia digital harus accessible, affordable, dan simple untuk semua, tanpa terkecuali bagi saudara-saudara kita yang berkebutuhan khusus. Melalui IWIC 10, kami ingin membangun Indonesia Digital Nation dengan mengajak semua pihak agar memanfaatkan teknologi untuk menciptakan ide dan aplikasi mobile yang keren, berkualitas world-class, dan bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat,” ujar Deva Rachman, Group Head Corporate Communications Indosat Ooredoo menjelaskan.

Disable Community Gathering diisi dengan focus group discussion pembuatan proposal ide yang kemudian didaftarkan langsung di Disable Category IWIC 10. Acara ini dihadiri oleh komunitas Kartunet yang merupakan sebuah situs web yang dikelola oleh Komunitas Kartunet Indonesia sebagai organisasi nirlaba yang didirikan oleh empat orang tunanetra. Kartunet melaksanakan program-program yang fokus pada pemanfaatan media baru dan pemberdayaan penyandang disabilitas. Program digagas oleh kaum muda yang memiliki empati dan pandangan bahwa disabilitas bukan halangan seseorang untuk berkarya.

Selain itu hadir juga komunitas dari Kejabilitas.com yang merupakan sistem informasi berbasis piranti lunak website dan seluler yang menjadi penghubung antara penyandang disabilitas pencari kerja dan penyedia kerja. Dengan sistem informasi ini, penyandang disabilitas bisa menempatkan profil mereka sebagai pencari kerja dan mengakses informasi tentang kesempatan kerja yang tersedia. Sistem ini juga menampung berbagai konten baik visual, audio, dan video, tentang kecakapan hidup (life skill) dan pengembangan diri untuk membantu penyandang disabilitas meningkatkan kemampuan mereka dalam persaingan dunia kerja.

Pada penyelenggaraan IWIC 10 yang bertemakan #changetheworld kali ini, beberapa kategori bisa diikuti oleh peserta diantaranya Special Category for Women & Girls, Disable Category, Kids, Teens, University Student and Public, serta Developers Category yang dapat diikuti oleh peserta sesuai jenjang usia. Seluruh kategori akan berkompetisi untuk ide dan aplikasi di bidang Communications, Lifestyle, & Education; Multimedia & Games; Utility (tools, security, ideas/apps for disabled); tourism; dan Social Innovation. Peserta dapat membuat ide dan aplikasi untuk diaplikasikan di sistem operasi Android, Apple, Symbian, Blackberry, dan Windows Phone. (Icha)

Riset : 84 Persen Operator Telah Hadirkan LTE-A

Telko.id – Stephane TERAL, direktur senior penelitian, infrastruktur dan operator ekonomi seluler, IHS Markit, mengatakan bahwa 84 persen responden yang berasal dari penyedia layanan telekomunikasi sudah menjalankan layanan LTE-Advanced (LTE-A) jaringan.

Berikut adalah hasil dari survei IHS Markit.

Tantangan 4G

# Hambatan untuk menggelar 4G yang tidak ada pada saat ini, dan penggerak utama untuk 4G adalah biaya yang lebih rendah per megabyte data.

# Mudah untuk di upgrade dan standar penyesuaian adalah dua fitur LTE teratas di antara mereka yang disurvei.

# Para responden yang berasal dari Operator melihat Ericsson sebagai vendor LTE teratas, diikuti oleh Nokia dan Huawei.

Dilansir dari TelecomLead (23/8), hasil ini berdasarkan data setahun yang lalu, yakni sekitar setengah dari responden survei menjalankan LTE-Advanced.

Sementara itu, menurut Data Global Mobile Suppliers Association (GSA)  baru-baru ini menunjukkan bahwa 521 operator telekomunikasi telah meluncurkan secara komersial layanan LTE, LTE-Advanced atau jaringan LTE-Advanced Pro di 170 negara. Sekitar 147 operator ini juga telah mengerahkan LTE-Advanced, dan 9 diantaranya telah meluncurkan secara komersial jaringan LTE-Advanced Pro.

Perusahaan riset tersebut memprediksi akan ada sekitar 560 penyebaran jaringan LTE pada akhir 2016 berkat fokus pada pembuatan investasi di LTE-Advanced.

Layanan LTE-Advanced menjadi layanan yang paling ingin diluncurkan di antara responden operator telekomunikasi dengan  agregasi operator antar-band, diikuti oleh peningkatan koordinasi gangguan antar-sel dan mengkordinasikan LTE-Advanced multipoint. Tiga dan empat komponen pembawa agregasi meningkat cepat, dan lima komponen akan datang segera.

Tiga perempat dari para responden juga menawarkan layanan Voice over LTE (VoLTE) sementara hanya seperempat pada tahun lalu. IHS memprediksi bahwa hal ini tidak akan menyebabkan layanan 2G punah dan berlaku juga untuk 3G.

Lebih dari 50 persen responden operator telekomunikasi juga berencana untuk menyebarkan LTE di spektrum unlicensed (LTE-U) pada tahun 2018. Mereka beroperasi di pasar yang sangat kompetitif yang mendorong mereka untuk menggunakan sebanyak mungkin amunisi spektrum untuk tetap berada di depan dalam kurva kapasitas krisis untuk menjaga pelanggan mereka tetap bahagia dan tentu saja, pada jaringan mereka.

Vodafone Fiji Gelar LTE-A

0

Telko.id – Vodafone Fiji telah menjadi salah satu operator pertama di Pasifik yang menggelar jaringan LTE-Advanced.

Dilansir dari TelecomAsia (23/8), operator telah menjalankan layanan LTE-A dan memiliki jaringan yang saat ini mencakup 65% dari populasi, dan bertujuan untuk memperluas ini untuk menjadi 85% pada Natal tahun ini. Sekadar informasi, jaringan mereka menawarkan kecepatan puncak downlink teoritis hingga 225Mbps.

Pelanggan dengan smartphone yang kompatibel juga akan dapat mengambil keuntungan dari jaringan LTE-A tanpa biaya tambahan atau kebutuhan instalasi. Sampai dengan saat ini, Hal tersebut sejatinya berlaku untuk semua operator yang telah menggelar layanan LTE-A mereka.

Vodafone sendiri telah menginjakan kaki di Fiji sejak tahun 1994, dan sekarang telah menjadi operator seluler pertama di negara itu yang menggelar setiap generasi teknologi mobile sejak upgrade dari 2G ke GPRS 2.5G. Perusahaan juga menjadi yang pertama dalam meluncurkan layanan 4G di pasar pada 2013.

“Peluncuran memastikan bahwa Fiji setara dengan negara-negara maju di dunia dan tetap berada di garis depan untuk revolusi digital,” kata !CEO Vodafone Fiji  Pradeep Lal.

“Miliaran orang di seluruh dunia sudah online dan lebih diharapkan untuk bergabung dengan mereka dalam beberapa tahun ke depan sebagai cakupan broadband mengembang dan mengubah dunia menjadi sangat terhubung dan interaktif. Dunia ini cepat berkembang dengan kekuatan komunikasi mobile dan Internet of Things tidak lagi dilihat sebagai masa depan yang jauh tetapi lebih yang terjadi sekarang. ” tutup Pradeep Lal.

Optimasi layanan 4G Jadi Penyebab Jaringan Smartfren Jelek

1

Telko.id – PT Smartfren Telecom, Tbk sebagai salah satu operator 4G LTE di Indonesia, terus berupaya meningkatkan kualitas jaringan 4G LTE dan VoLTE mereka, baik cakupan ataupun kapasitas layanan data. Sebagai bagian dari upaya tersebut Smartfren melakukan proses optimasi dari jaringan 4G LTE Advanced yang dimilikinya, di seluruh 188 kota yang telah terlayani jaringan 4G LTE Smartfren.

Namun sayangnya, Selama proses tersebut dilakukan terjadi ketidakstabilan jaringan dan berpengaruh kepada beberapa pelanggan secara acak. Hal ini menyebabkan layanan data dari 4G Smartfren tidak bisa digunakan. Hal ini juga terjadi pada layanan VoLTE mereka, yang tergambar pada nonaktifnya fitur VoLTE pada device pengguna.

Berdasarkan keterangan pers yang diterima tim Telko.id (23/8), proses peningkatan kapasitas dan koneksi layanan data 4G LTE secara bertahap telah selesai dilakukan di area pelayanan wilayah Timur, mulai dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali – Lombok, Sulawesi dan Kalimantan. Sedangkan proses optimasi jaringan dan layanan 4G LTE dilakukan di area pelayanan wilayah Barat dengan cakupan meliputi  Jawa Barat, Jabodetabek dan Sumatera telah selesai pada 20 Agustus 2016 lalu.

“Proses optimasi jaringan yang dilakukan pada tanggal 19 sampai 20 Agustus 2016, memang menyebabkan gangguan layanan secara random di beberapa wilayah secara bergantian, sehingga mengganggu kenyamanan pelanggan dalam menikmati layanan data atau suara untuk sementara waktu. Untuk itu kami mohon maaf jika proses optimasi sistem layanan data 4G LTE dan VoLTE ini memberikan ketidaknyamanan kepada pelanggan Smartfren dalam menggunakan layanan 4G LTE dan Volte,” jelas Presiden Direktur Smartfren, Merza Fachys.

Dengan selesainya pelaksanaan optimasi jaringan pada 20 Agustus 2016, diharapkan akan lebih memberikan kepuasan kepada pelanggan dalam menggunakan layanan yang dihadirkan oleh Smartfren.

Terkait penurunan kualitas layanan data dan VoLTE dari Smartfren, pihak operator menyampaikan permohonan maaf kepada para pelanggan yang terkena dampak dan terganggu kenyamanannya, dalam menggunakan layanan data atau voice dari Smartfren selama kegiatan optimasi berlangsung beberapa hari yang lalu.

Namun, pihak Smartfren tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai kompensasi atas penurunan kualitas ini. Seperti diketahui, saat ini internet bukan hanya sebagai gaya hidup masyarakat, melainkan sebuah kebutuhan sehari-hari.

Schneider Siapkan Solusi Hadapi Resiko Latency di Era IoT

0

Telko.id – Internet of Things atau sering disebut dengan IoT sudah mulai dijajaki oleh banyak pihak. Prospek yang demikian besar untuk memperoleh benefit bagi perusahaan maupun konsumen menjadi salah satu daya tariknya.

Salah satu yang nyata terjadi adalah di sektor perbankan dan keuangan. Saat ini, semakin banyak perangkat yang saling terhubung dan berkomunikasi satu sama lain. Sebagai contoh nyata, transaksi perbankan dengan menggunakan electronic banking (e-banking) di Indonesia terus mengalami peningkatan, baik secara frekuensi maupun volume. Dengan e-banking, nasabah dapat memanfaatkan layanan perbankan secara cepat, aman, nyaman, murah dan tersedia setiap saat karena dapat diakses dari mana saja, baik itu dari smart phone, PC, laptop dan sebagainya.

“Jumlah penduduk dan kondisi geografis Indonesia juga sangat mendukung berkembangnya e-banking. Dengan begitu banyaknya pulau-pulau yang tersebar di seluruh nusantara, e-banking merupakan salah satu jalan terbaik untuk meningkatkan dan memperluas jaringan layanan perbankan,” ujar Astri Dharmawan selaku Business Vice President Schneider Electric IT Indonesia menjelaskan.

Astri menambahkan bahwa disisi lain, semakin besarnya jumlah data yang saling terkoneksi dalam layanan perbankan ini menimbulkan permasalahan baru yaitu latency atau lambatnya komunikasi data melalui jaringan – sesuatu yang tidak dapat ditolerir di tengah pertumbuhan bisnis yang semakin dinamis. Sudah saatnya para pemain di industri perbankan secara proaktif mentransformasi data center dan seluruh teknologi pendukung yang dimilikinya untuk mengurangi latency sehingga dapat tetap beroperasi secara efisien, fleksibel dan aman.

Schneider Electric pun memperkenalkan serangkaian solusi Edge Data Center yang dengan efektif dapat mendistribusikan beban komputasi lebih dekat ke perangkat sehingga dapat mengurangi masalah latency secara signifikan, salah satunya adalah InfraStruxure™: Arsitektur ruang IT yang memiliki skalabilitas, fleksibilitas dan modularitas yang tinggi, yang mampu secara dramatis membantu mengurangi kompleksitas data center, meminimalisir pemborosan energi, dan memberikan infrastruktur yang tangguh dan terandalkan.

Solusi selanjutnya adalah Micro Data Center: sistem yang self-contained dan aman dalam satu enclosure (rak) yang di-install dan dites di pabrik. Solusi ini adalah penggabungan yang efisien antara distribusi power, cooling, rak, sistem keamanan, fire supression dan energy management system terbaik yang distandardisasi untuk secara signifikan mengurangi waktu deployment dan kompleksitas pengelolaan. Solusi Micro Data Center dari Schneider Electric tersedia dalam berbagai ukuran dan jenis rak, untuk aplikasi di dalam dan luar ruangan.

Keseluruhan solusi ini didukung oleh Data Centre Infrastructure Management (DCIM) legendaris dari Schneider Electric, yaitu StruxureWare®; perangkat lunak DCIM yang terdiri atas serangkaian modul yang komprehensif untuk mendukung kegiatan operasional, pengaturan, dan pengelolaan data center. Aplikasi ini memungkinkan dunia usaha menikmati kemudahan melalui pengelolaan data center mereka di banyak domain sekaligus.

Dari sisi pengguna, khususnya di sektor perbankan, IoT disambut dengan sangat positif, bahkan menjadi salah satu strategi bank-bank di Indonesia. Pemanfaatan IoT dalam bentuk edge data center memungkinkan bank untuk menyediakan pelayanan digital yang akan semakin memudahkan nasabah.

Untuk mendukung misi tersebut, maka diperlukan pengembangan infrastruktur data center dan edge data center di cabang-cabang perbankan di seluruh Indonesia. Melalui penggunaan edge data center, bank dapat mengurangi risiko latency, menikmati efisiensi biaya dan yang paling utama adalah memastikan keamanan data nasabah yang juga merupakan prioritas utama sebagai penyedia jasa perbankan. (Icha)