spot_img
Latest Phone

OpenAI Siapkan Browser dengan AI, Saingan Google Chrome

Telko.id - OpenAI sebagai induk perusahaan dari ChatGPT sedang...

TECNO Luncurkan POVA 7 Series, Desain Futuristik dan Performa Gaming AI

Telko.id - TECNO resmi meluncurkan POVA 7 Series di...

Google Akhirnya Gabungkan Android dan ChromeOS, Apa Kelebihannya?

Telko.id - Google secara resmi mengonfirmasi rencana besar mereka...

Garmin Venu X1 Resmi Dirilis: Smartwatch Teringan dengan Layar 2 Inci

Telko.id - Garmin Indonesia secara resmi meluncurkan Venu X1,...

OPPO Reno14 Pro Berbekal MediaTek Dimensity 8450, Performa Lebih Cepat

Telko.id - OPPO resmi memperkenalkan Reno14 Pro sebagai smartphone...
Beranda blog Halaman 920

Ada Naga di Game Harry Potter: Wizards Unite

Telko.id, Jakarta  – Jika Anda penggemar Harry Potter, ada kemungkinan Anda pernah mendengar tentang game Harry Potter: Wizards Unite. Ini adalah game augmented reality baru buatan Niantic. Yang menarik, akan ada naga yang ikut nimbrung dalam permainan.

Sekarang, perusahaan yang juga menciptakan Pokemon GO itu telah menghadirkan game tersebut meski hanya untuk sementara. Jika sempat mencobanya, Anda mungkin bertanya-tanya apa yang hilang.

{Baca juga: Yeay! Game Harry Potter: Wizards Unite Bisa Dimainkan di Android}

Bagi mereka yang menonton dan membaca film dan buku Harry Potter, Anda mungkin akrab dengan kenyataan bahwa naga memang ada di alam semesta Harry Potter. Saat ini, sepertinya naga akan datang ke permainan.

Ini sesuai dengan tweet yang dikirim oleh akun resmi Harry Potter: Wizards Unite. Pengumuman ini juga dibuat di San Diego Comic-Con. Jika Anda seorang penggemar Harry Potter, tentu tak sabar untuk menunggu rilisnya.

Sebelumnya, tak hanya di Amerika Serikat saja, Niantic juga memutuskan untuk menghadirkan game Augmented Reality (AR) terbaru Harry Potter: Wizard Unite di 25 negara lainnya, termasuk Indonesia.

Game AR ini resmi meluncur pada 21 Juni 2019 lalu. Namun, Niantic hanya merilisnya di Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Selandia Baru. Niantic memang sengaja tidak langsung merilis Harry Potter: Wizard Unite ke seluruh negara.

{Baca juga: Hore! Game Harry Potter: Wizard Unite Resmi Hadir di Indonesia}

Sebab, developer yang juga menggarap Pokemon Go itu ingin memetakan potensi masalah server supaya para pemain tidak mengeluh. Setelah melakukan kajian terhadap masalah server, akhirnya Niantic pun memperluas ketersediaan game tersebut. [BA/HBS]

Sumber: Ubergizmo

Diam-diam Huawei Bantu Korut Bangun Jaringan Nirkabel

Telko.id, Jakarta – Huawei diam-diam membantu Korea Utara (Korut) untuk membangun jaringan nirkabel. Tindakan tersebut menjadi sorotan karena saat ini posisi perusahaan asal China itu masih masuk daftar hitam Amerika Serikat dan para sekutunya.

Dilansir Telko.id dari AsiaOne pada Rabu (24/07/2019), kerjasama tersebut diketahui berdasarkan sumber dan dokumen internal yang ditulis oleh Washington Post pada Senin kemarin.

Dilaporkan jika Huawei bersama perusahaan milik negara China, Panda International Information Technology Co Ltd mengembangkan pada sejumlah proyek di Korea Utara selama  delapan tahun.

Amerika Serikat pun tidak tinggal diam. Departemen Perdagangan AS sedang meninjau apakah perusahaan tersebut melanggar aturan kontrol ekspor terkait dengan sanksi terhadap Korut atau tidak. Apakah di kerjasama tersebut Huawei menggunakan komponen-komponen dari Amerika Serikat untuk mengembangkan jaringan di sana.

{Baca juga: Huawei Dilaporkan Garap 10 Proyek Militer China}

Walaupun masih diselidiki namun senator Chris Van Hollen dan Tom Cotton mengatakan bahwa kerjasama Huawei dan Korut dinilai telah melanggar sanksi Amerika Serikat.

Mereka mencatat bahwa undang-undang pertahanan yang sedang dipertimbangkan di Kongres berisi ketentuan baru untuk menegakkan sanksi yang lebih baik terhadap Pyongyang. Bahwa setiap perusahaan yang melakukan bisnis dengan Korea Utara akan menghadapi sanksi Amerika.

Raksasa teknologi asal China itu membantah tuduhan tersebut. Mereka berdalih bahwa tidak ada kerja sama bisnis di Korea Utara dan sejak 2016 telah menutup kantor mereka di Pyongyang, Ibukota Korea Utara. Huawei memang tengah berjuang untuk menghadapi embargo dari Amerika Serikat.

{Baca juga: Imbas Embargo, Huawei Pecat 600 Karyawan di Amerika Serikat}

Terakhir dikabarkan bahwa Huawei memecat 600 karyawan dari total 850 peneliti yang bekerja di divisi riset Futurewei di Amerika Serikat (AS). Pemecatan karyawan Huawei itu sebagai buntut aturan embargo Huawei yang dilakukan AS. [NM/HBS]

Sumber: AsiaOne

Proyek Google Street View Dituding Langgar Privasi Data

Telko.id, Jakarta  – Proyek Google Street View membuat sistem navigasi menjadi lebih baik. Proyek tersebut menerapkan sistem konstelasi satelit untuk penentuan posisi global. Tidak ada perusahaan lain sanggup menandingi upaya Google.

Proyek itu membutuhkan investasi besar guna menyempurnakan kemampuan aplikasi Google Maps. Dalam merekam lokasi, mobil Google Street View menggunakan kamera 360 derajat dan pengaturan Lidar. Mobil keliling di jalan-jalan dunia.

{Baca juga: Waduh! Suami Pergoki Isterinya Selingkuh dari Foto Google Street View}

Google Street View telah merekam berbagai hal di jalan, termasuk ekspresi orang-orang, pelat nomor kendaraan, email, dan kata sandi rumah. Akibat praktik tersebut, Google Street View dianggap telah melakukan kesalahan.

Pada 2013, Google sempat terkena denda USD 7 juta terkait pelanggaran data yang dikumpulkan pada periode 2007-2010. Saat itu, Google setuju untuk menghapus data yang dikumpulkan dan mengamankan Wi-Fi rumah penduduk.

Sekarang, seperti dikutip Telko.id dari Phone Arena, Rabu (24/7/2019), Google tersandung masalah besar lagi. Raksasa mesin pencarian ini bahkan diwajibkan membayar denda ekstra $sebesar USD 13 juta atau sekitar Rp 182 miliar serta penghapusan data yang terekam.

Sebagian uang dari denda Google akan diberikan kepada penggugat. Kemudian, sisanya bakal didistribusikan ke berbagai organisasi perlindungan konsumen dan privasi data. Salah satunya adalah Pusat Informasi Privasi Elektronik.

{Baca juga: Google Street View Petakan Polusi Udara}

Namun demikian, kabarnya Google lagi-lagi menyangkal telah melakukan kesalahan. Sayang, Phone Arena belum bisa mengonfirmasi secara langsung ke pihak Google. Kendati begitu, kasus tersebut telanjur mengemuka di pengadilan. [SN/HBS]

Sumber: PhoneArena

Respawn Peringatkan Cheater Pakai Keyboard-Mouse

Telko.id, Jakarta  – Respawn Entertainment, telah memberi peringatan terkait keyboard-mouse. Pengembang game Apex Legends itu mengaku memiliki metode untuk menemukan cheater yang memanfaatkan skema kontrol itu.

Menurut laporan Ubergizmo, Manajer komunitas Respawn menyebutkan dalam pembaruan terbaru Apred Legends telah ada tes secara internal untuk mengetahui pemain mana yang telah menggunakan skema kontrol tersebut.

{Baca juga: Unik! Respawn akan Pertemukan Pemain Curang di Apex Legends}

Menggunakan skema kontrol keyboard-mouse pada konsol memungkinkan cheater untuk membidik senjata yang lebih cepat dan lebih akurat. Ini jelas menempatkan pemain lain dengan konsol konvensional pada posisi yang kurang menguntungkan.

Xbox One menerima dukungan keyboard dan mouse pada November tahun lalu. Solusi khusus dari produsen aksesori pihak ketiga baru tiba di pasar tak lama setelahnya. Beberapa game telah menambahkan dukungan serupa.

Namun, beberapa pemain juga telah menggunakan XIM Adapter sebagai  skema kontrol alternatif. Mereka “membodohi” Xbox One untuk membidik sasaran dalam permainan, berpikir bahwa pengaturan keyboard/mouse adalah gamepad.

Sebelumnya, Respawn tidak memberi toleransi untuk setiap kecurangan yang dilakukan oleh pemain. Pengembang menyatakan tak akan lagi membuang waktu untuk melarang keberadaan mereka.

Respawn punya ide lain untuk memberikan “pelajaran” bagi para pemain yang tak sportif itu. Para pemain curang akan saling dipertemukan. Respawan mengembangkan teknologi pelarangan otomatis untuk pemain curang.

{Baca juga: Respawn akan Banned Permanen Pemain AFK di Apex Legends}

Mereka tidak akan mengizinkan pemain curang untuk merusak pengalaman orang lain di game Apex Legends. Selain itu, mereka juga meningkatkan sumber daya dan melakukan pekerjaan berkelanjutan untuk beradaptasi. [BA/HBS]

Sumber: Ubergizmo

Peringatan untuk Pengguna FaceApp: Jangan Kasih Data Foto!

Telko.id, Jakarta – Kontroversi mengenai FaceApp masih ramai diperbincangkan. Namun di tengah prahara tersebut, pelajaran penting yang bisa dipetik dari masalah ini adalah masih banyak pengguna aplikasi yang tidak menyadari nilai data pribadi mereka.

Menurut pengamat keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya bahwa sebenarnya pengguna  memberikan hak kepada FaceApp untuk menyimpan foto. Hal tersebut sudah dilakukan saat User License Agreement (EULA) atau perjanjian antara pembuat dan pengguna aplikasi disetujui.

{Baca juga: Heboh Filter Wajah Tua FaceApp, Amankah Privasi Data Pengguna?}

“Data yang disimpan adalah data foto yang digunakan untuk FaceApp dan di dalam ketentuan memang pengguna memberikan hak kepada FaceApp menggunakan foto tersebut,” jelas Alfons kepada Tim Telko.id pada Rabu (24/07/2019).

Jika mengacu pada EULA tersebut, maka sebenarnya keliru jika FaceApp dinilai menyalahgunakan data pengguna. Menurut Alfons, aplikasi itu baru bisa dikatakan menyalahgunakan data jika mereka menjual data pengguna ke pihak ketiga.

“Kalau FaceApp menggunakan data itu sebatas untuk kepentingan yang disebutkan dalam EULA, mereka tidak salah. Kecuali FaceApp menjual data tersebut kepada pihak ketiga, itu baru melanggar hukum,” tambah Alfons.

Tapi ada satu hal yang luput dari perhatian pengguna, yakni soal data pribadi. Menurut Alfons kasus FaceApp ini membuktikan jika para pengguna tidak menyadari betapa pentingnya data diri mereka di dunia digital.

“Ada satu hal yang penting. Mungkin pengguna FaceApp tidak menyadari nilai dari data dirinya. Saat ini komoditas paling berharga di dunia adalah data, lebih berharga melebihi tambang dan mineral,” tutur Alfons.

{Baca juga: Kominfo Himbau Masyarakat Hati-hati Unduh FaceApp}

Untuk itu Alfons menyarankan kepada pengguna agar lebih bijak untuk menjaga data pribadi mereka. Pengguna harus berpikir kembali jika menggunakan aplikasi yang mengharuskan pengguna untuk membagi foto atau data mereka.

“Jadi tidak disarankan menggunakan aplikasi yang meminta hak menggunakan wajah kita dan kita memberikan hak menggunakan wajah kita kepada satu perusahaan hanya karena boleh menggunakan aplikasi,” tutup Alfons. [NM/HBS]

Viral! Pesanan Go-food Rich Brian Diantar Sampai New York

Telko.id, Jakarta – Biasanya mitra Gojek yang membawa pesanan makanan Go-food mengantarkan pesanan ke pelanggan dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Tapi, beda kasusnya dengan rapper asal Indonesia, Rich Brian yang mendapatkan pesanan Go-Food yang diantar lintas negara.

Semuanya berawal ketika rapper bernama asli Brian Imanuel Soewarno ini mengungkapkan rasa rindu terhadap masakan Indonesia lewat unggahan Twitter pada 21 Juli lalu.

Tiba-tiba, admin Twitter Gojek menanggapi curhatan Brian. Layanan ride-hailing tersebut memintanya untuk mengirimkan alamat lengkap via DM serta jenis makanan apa yang diinginkan atau dirindukannya.

{Baca juga: Go-Jek Berambisi Jadi yang Terbesar di Asia Tenggara}

Brian memang mengirimkan alamatnya via DM ke Twitter Gojek beserta pesanannya. Tapi ia meyakinkan layanan tersebut bahwa dirinya benar-benar sedang berada di New York, Amerika Serikat.

Asal tahu saja, layanan Gojek sama sekali belum masuk ke wilayah Amerika Serikat, makanya Brian tidak yakin apakah mereka benar-benar akan mengirimkannya kepadanya karena dia saat ini jauh tinggal di New York.

Menanggapi Brian, Gojek mengatakan kepadanya, “No problem, pasti ada jalan brooo,” kata Gojek. Walhasil, obrolan mereka pun menjadi viral di Twitter dengan ribuan retweet dan like.

Meski terdengar mustahil, nyatanya Gojek benar-benar mengantarkan pesanan makanan Brian ke New York. Akun Twitter @88rising yang merupakan label rekaman Rich Brian mengunggah bukti foto ketika mitra Go-food mengantarkan makanan.

{Baca juga: Nonton Film Gratis dengan 4 Aplikasi ini, Dosa Tanggung Sendiri!}

“Kalian benar-benar terbang jauh sampai kesini,” ucap @88rising yang diikuti emoticon kaget.

Kejadian ini pun langsung mendapatkan perhatian dari warganet. Sebagian besar dari mereka menilai bahwa ini adalah aksi setting-an untuk promosi. Tapi hal positifnya, Rich Brian sukses mendapat makanan enak dari Tanah Air. (BA/FHP)

Bug Facebook Messenger Kids Ancam Keamanan Anak-anak

Telko.id, Jakarta – Keamanan anak-anak terancam akibat adanya bug Facebook Messenger Kids. Pasalnya, anak-anak yang jadi pengguna Facebook Messenger Kids dapat menerima kontak dari orang asing yang belum disetujui oleh orang tua.

Sekadar informasi, aplikasi ini mencegah anak-anak mengobrol dengan orang asing atau tak dikenal. Orang tua dapat mengawasi anak mereka, karena anak-anak hanya mengobrol dengan orang yang dikenal dan disetujui oleh para orang tua.

Tapi sayangnya, karena ada bug di Facebook Messenger Kids, para orang tua pun merasa resah.

Bagaimana tidak, anak-anak dapat ditambahkan ke dalam obrolan grup oleh seorang teman yang berisi anggota yang mungkin belum disetujui oleh orang tua mereka.

{Baca juga: Facebook Perluas Layanan Messenger Kids ke Luar AS}

Dilansir Telko.id dari Ubergizmo pada Rabu (24/07/2019), bug ini sendiri muncul dari penerapan izin Facebook Messenger Kids dalam obrolan grup.

“Kami menemukan kesalahan teknis yang memungkinkan anak untuk membuat obrolan grup dengan anak lain atau lebih dari orangtua yang disetujui,” tulis pesan tersebut.

“Kami ingin Anda tahu bahwa kami telah mematikan obrolan grup ini dan memastikan bahwa obrolan grup seperti ini tidak akan diizinkan di masa mendatang,” tambah Facebook.

{Baca juga: Facebook Rilis ‘Messenger Kids’, Aplikasi Chatting Khusus Anak}

Facebook Messenger Kids merupakan aplikasi yang dirilis pada Desember 2017 lalu. Aplikasi ini ditujukan bagi anak berusia 6 hingga 12 tahun. Hal ini sesuai dengan kebijakan Facebook, dimana anak-anak di usia tersebut masih belum dilegalkan untuk memiliki akun sendiri.

Melalui Messenger Kids, para orang tua dapat memilih siapa saja teman yang bisa dihubungi oleh para anak-anak mereka. Tentu saja hal ini dilakukan agar mengurangi kesempatan bagi anak-anak untuk melakukan percakapan degan orang asing. (NM/FHP)

Sumber: Ubergizmo

Sekali Posting Rp 13,5 Miliar, CR7 Atlet Paling Kaya di Instagram

Telko.id, Jakarta – Bintang sepak bola asal Portugal, Cristiano Ronaldo jadi orang dengan pemasukan tertinggi untuk urusan posting Instagram. Pemain yang dijuluki CR7 itu menduduki peringkat teratas di Instagram Rich List untuk atlet olahraga dengan potensi pendapatan £ 780.000 atau Rp 13,5 miliar per postingan.

Menurut laporan The Sun, bintang Juventus berusia 34 tersebut menghasilkan pendapatan di Instagram hampir 50 persen lebih banyak daripada atlet olahraga lain. Di bawah Ronaldo, ada Neymar dengan pendapatan £ 580.000 atau sekitar Rp 10 miliar per postingan.

Bagaimana dengan bintang Barcelona asal Argentina, Lionel Messi? Ia menerima pemasukan £ 521.000 alias Rp 9 miliar per postingan atau masih dibawah Neymar. Pendapatan Messi per postingan di Instagram hampir dua kali lipat dari David Beckham yang berada di posisi kelima.

Yang mengejutkan, nama Ronaldinho juga muncul dalam daftar 10 besar atlet dengan pendapatan besar di Instagram. Meski sudah pensiun, eks bintang Barcelona dan AC Milan itu mendapatkan £ 206.000 atau Rp 3,5 miliar setiap kali berbagi postingan ke 47 juta pengikut di Instagram.

Ronaldo memang masih menjadi magnet spesial di kancah sepak bola maupun hiburan. Pertengahan tahun lalu, Facebook bahkan menggaetnya untuk mengisi acara reality show. Facebook menayangkan acara mengenai Ronaldo di Facebook Watch, platform videonya.

Kabarnya, Facebook merogoh dana tak kurang dari USD 10 juta atau setara Rp 144 miliar untuk bisa membuat reality show sebanyak 13 episode tentang Ronaldo. Acara tersebut diproduksi oleh Matador Content dan Religion of Sports. (SN/FHP)

Sumber: The Sun

Kominfo Larang Zain Telecom Jualan Kartu SIM di Indonesia

Telko.id, Jakarta – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menghentikan penjualan kartu SIM dari operator Arab Saudi, Zain Telecom Saudi. Hal ini karena perlindungan konsumen yang belum jelas dari layanan tersebut.

Direktorat Pengendalian Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika (Ditjen PPI) Kominfo telah melakukan pengecekan ke lokasi penjualan kartu SIM asing tersebut di Asrama Haji Pondok Gede pada tanggal Rabu minggu lalu (17/07).

Di sana, Kominfo menemukan 2 booth penjualan Zain Telecom Saudi dengan petugas yang siap melayani pelanggan. Kepada jamaah haji asal Indonesia, Zain menawarkan kuota paket haji dan umroh seharga Rp 150 ribu.

“Registrasi SIM dilakukan setelah berada di Arab Saudi dengan mendatangi booth Zain Telecom yang berada di Bandara dan hotel penginapan haji Indonesia,” tulis Plt. Kabiro Humas Kominfo, Ferdinandus Setu.

{Baca juga: Registrasi SIM Card Jadi Masalah Semua Operator}

Selain di Asrama Haji Pondok Gede, penjualan kartu SIM Zain juga dilakukan di Asrama Haji Lombok NTB, Asrama Haji Donohudan Surakarta, Asrama Haji Sukolilo Surabaya, dan Asrama Haji Makassar Sulawesi Selatan.

Maka untuk menyikapi hal tersebut, Kominfo meminta Zain Telecom Saudi untuk sementara waktu tidak berjualan layanannya di wilayah Indonesia karena perlindungan konsumen.

“Sampai jelas aspek perlidungan konsumen sebagaimana amanat Undang-undang No 8 Tahun 1999 dan Peraturan perundang-undangan terkait lainnya,” tambah Ferdinandus.

Selain itu Kominfo, juga akan melakukan koordinasi dengan Kementerian Perdagangan, Kementerian Agama, dan YLKI untuk memastikan terjaminnya perlindungan konsumen telekomunikasi akibat penjualan kartu Zain tersebut.

{Baca juga: Musim Haji 2019, Telkomsel Siapkan Posko Siaga Haji}

Layanan telekomunikasi memang dibutuhkan oleh jamaah haji. Sebelumnya  Telkomsel melakukan berbagai persiapan untuk menyambut momen musim Haji 2019. Di tahun ini, Telkomsel menyiapkan berbagai Posko Siaga Haji serta Paket Promo Haji agar para jemaah Haji bisa tetap nyaman dalam berkomunikasi. (NM/FHP)

Kominfo Himbau Masyarakat Hati-hati Unduh FaceApp

Telko.id, Jakarta – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menanggapi kekhawatiran masyarakat terkait aplikasi FaceApp. Kominfo masih memantau aktivitas platform tersebut dan menghimbau masyarakat untuk lebih hati-hati dalam mengunduh aplikasi.

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan, aplikasi FaceApp tidak secara khusus menyimpan data pribadi setiap pengguna dalam waktu yang lama.

“Yang kemarin kan dia (FaceApp) sudah bilang, dia klarifikasi bahwa hanya menyimpannya 2×24 jam, habis itu tidak ada di servernya,” kata Dirjen Semuel di Jakarta, Selasa (23/7/2019). 

Dilansir Telko.id dari laman resmi Kominfo pada Rabu (24/07/2019), Semuel tetap mengingatkan kepada masyarakat agar lebih berhati-hati jika ingin mengunduh sebuah aplikasi yang baru.

Bahkan tidak hanya aplikasi FaceApp, ia menyarankan sebelum mengunduh aplikasi apapun di Gadget. Masyarakat perlu untuk mempelajari asal-usul dari aplikasi tersebut.  

{Baca juga: Kominfo Gandeng Shopee untuk Fasilitas UMKM Go Online}

“Jadi memang yang harus diperhatikan masyarakat, jangan hanya FaceApp saja, tapi semua aplikasi kalau mengunduh itu pelajari juga usernya,” ujarnya 

Menurut Semuel jika ada aplikasi yang baru dikenal dan  meminta data pengguna yang permintannya berlebihan, maka baiknya tidak diunduh.  “Kadang-kadang aplikasi itu menawarkan sesuatu yang lucu-lucu supaya kita ngasih data. Jadi, kita bisa lihat datanya buat apa,” ungkapnya 

Terkait tanggapan pemerintah soal aplikasi FaceApp, pihaknya belum melakukan evaluasi bersama pihak-pihak terkait. “Kita lagi pantau saja terus, di negara-negara lain juga kan lagi dipantau,”

Aplikasi FaceApp sedang ramai digunakan netizen di seluruh dunia. Aplikasi filter foto ini mampu mengubah wajah pengguna menjadi tampak lebih tua. Namun di balik itu, ada hal yang menjadi sorotan, terkait privasi data pengguna aplikasi tersebut.

{Baca juga: Heboh Filter Wajah Tua FaceApp, Amankah Privasi Data Pengguna?}

Menurut hasil penelitian mengungkap bahwa FaceApp tidak memasang kode yang kuat dalam lalu lintas jaringannya. Selain itu, aplikasi ini dikabarkan mengambil metadata tanpa izin dari foto pengguna.