spot_img
Latest Phone

Facebook Gelar Tiga Hari Festival bertajuk Nyasar ke Dimensi Facebook, Ini Targetnya

Telko.id – Facebook Indonesia siap meramaikan akhir pekan ini...

Garmin Manfaatkan Data Wearable, Pengendalian Diabetes Personal

Telko.id - Memperingati Hari Diabetes Sedunia, Garmin Indonesia menyoroti...

Garmin Instinct Crossover AMOLED Resmi Hadir di Indonesia

Telko.id - Garmin Indonesia secara resmi meluncurkan dan memperkenalkan...

Garmin Run Indonesia 2025 dan Limbah.id berhasil Kumpulkan Hampir 3 Ton Sampah

Telko.id — Garmin Indonesia sukses menggelar ajang lari tahunan...

Instagram Safety Camp: Peran Orang Tua Kunci Keamanan Digital Remaja

Telko.id - Meta menyelenggarakan Instagram Safety Camp di Indonesia...
Beranda blog Halaman 1706

Broadband 1 Gbps dan Uang Rp 160 Miliar Tandai Pergantian Nama Eircom

0

Jakarta – Perusahaan telekomunikasi Irlandia Eircom belum lama ini mengumumkan pergantian nama menjadi ‘eir’. Menurut CEO Richard Moat, identitas baru ‘eir’ nantinya adalah dinamis dan modern serta mencerminkan ambisi perusahaan untuk menjadi organisasi yang dinamis dan progresif dalam menyediakan infrastruktur dan layanan berkualitas tinggi.

Diluncurkannya layanan broadband 1 Gbps baru, yang diklaim perusahaan sebagai yang tercepat di Irlandia, secara tidak langsung menandai pergantian nama ini. Sebelum akhirnya, seperti ditambahkan Moat, perusahaan akan menghadirkan broadband 24/7 dan dukungan teknis bagi pelanggan TV di bulan-bulan berikutnya.

Perubahan nama menjadi eir ini tidak akan berdampak pada Meteor, yang akan tetap menjadi merek mandiri dalam Grup eir. Divisi konsumer dan bisnis akan beroperasi di bawah merek eir baru, sedangkan unit bisnis grosir dan jaringan akan beroperasi secara terpisah di bawah ‘Open eir’ untuk mencerminkan komitmennya atas jaringan akses terbuka.

Sementara produk e-suite, termasuk eMobile, eVision dan eFibre kini telah digantikan oleh masing-masing eir Mobile, eir Vision dan eir Fibre. Perubahan nama ini diperkirakan menelan biaya sebesar EUR 16 juta atau sekitar Rp 260 miliar.

Nokia Networks Pamerkan Small Cell 1 Gbps Pertamanya

0

Jakarta – Sementara Indonesia masih berada dalam tahap inisiasi serta perkenalan kepada publik dan pemangku kepentingan terkait, beberapa negara di Asia Tenggara – Singapura, Malaysia dan Thailand, telah lebih dulu mengaplikasikan teknologi small cell. Dan secara tidak langsung menjadi pasar baru bagi penyedia layanan. Nokia Networks salah satunya, yang belum lama ini berhasil merampungkan small cell berkemampuan 1 Gbps pertamanya dan meluncurkan layanan baru yang dirancang untuk mengoptimalkan penyebaran small cell tersebut.

Diberi nama Flexi Zone G2, small cell baru perusahaan asal Finlandia itu konon memungkinkan operator untuk menggabungkan sampai tiga gelombang radio sekaligus. Tiga slot modul frekuensi radio (RF) yang ada di sini artinya operator dapat menggabungkan frekuensi LTE berlisensi, LTE tanpa lisensi (LTE-U), dan WiFi. Demikian dilaporkan Total Telecom, Kamis (17/9).

Selain itu, Nokia juga memperkenalkan layanan baru yang diklaim akan membantu perusahaan telekomunikasi untuk menggelar small cell 30% lebih cepat, dengan biaya 20% lebih rendah, dan melayani pelanggan 10% lebih dibandingkan dengan penggelaran small cell ‘standar’.

Disebut HetNet Engine Room, layanan ini menggunakan peta permukaan jalan 3D untuk dijadikan sumber tanda untuk setiap kemungkinan lokasi small cell. Tanda ini, yang disebut Nokia ‘indeks nilai situs’, menunjukkan kemungkinan laba atas investasi (ROI) pada penyebaran small cell di lokasi tertentu.

“Menyebarkan small cell di salah satu sisi jalan menelan biaya sepuluh kali lebih besar dibanding di lokasi yang hanya beberapa meter di sisi jalan lain,” kata Randy Cox, Head of Small cell Product Nokia Networks. “Kami membawa pendekatan baru yang memungkinkan para operator untuk memilih situs terbaik dan kemudian menyebarkan small cell dan backhaul-nya dengan cepat dan dengan biaya yang jauh lebih rendah.”

 

 

Gandeng Indomaret, XL Jual Pulsa dengan Harga ‘Pas’

0

Jakarta – Dalam sebuah kerjasama eksklusif dengan PT Indomarco Prismatama (Indomaret), PT XL Axiata Tbk (XL) kembali hadir dengan tawaran menarik. Kali ini dalam bentuk opsi pembelian pulsa, dimana pelanggan XL dapat membeli pulsa dengan harga sama sesuai nilai pulsa yang dibelinya.

“Jadi kalau pelanggan beli pulsa 15.000, bayarnya ya cukup Rp 15.000 saja,” kata Chief Commercial Officer XL, Danny chew Kar Wei, dalam acara peluncuran yang berlangsung di Indomaret Point Kemang, Jakarta, Rabu (16/9).

Kerjasama dengan Indomaret ini, selain merupakan salah satu bentuk penyesuaian XL terhadap trend yang berkembang, dimana masyarakat Indonesia cenderung bergeser ke toko-toko modern ketimbang toko tradisional, juga ditujukan untuk mempermudah pelanggan dalam mendapatkan produk layanan XL.

“Kerjasama dengan Indomaret ini sekaligus untuk memberikan pengalaman kepada pelanggan untuk merasakan bahwa membeli pulsa di Indomaret lebih menguntungkan,” tambah Danny.

Hal yang tak jauh berbeda diutarakan Wiwiek Yusuf, Marketing Director Indomaret. Menurutnya, selain mudah membeli pulsa XL di Indomaret juga bisa lebih hemat.

“Sesuai dengan motto Indomaret, mudah dan hemat, maka pelanggan bisa dengan mudah membeli pulsa XL hanya dengan datang ke Indomaret. Ditambah harga pulsa yang dibeli juga sesuai dengan denomnya,” ucapnya.

Layanan pembelian pulsa dengan harga pas ini sudah mulai bisa dilakukan sejak 1 September 2015, dan berlaku di seluruh Indomaret di Indonesia. Saat ini, sebagai informasi, telah terdapat lebih dari 11.000 outlet Indomaret di seluruh pelosok tanah air.

Selain di Indomaret, pulsa XL dengan harga pas juga bisa didapatkan di Seven Eleven, namun hanya yang berlokasi di Jabodetabek saja.

Denominasi baru

Selain bermitra dengan Indomaret, XL juga melengkapi strategi perluasan distribusi pulsanya dengan menghadirkan denominasi baru yaitu Rp 15.000 dan Rp 30.0000 yang hanya bisa didapatkan di Indomaret. Dengan dikeluarkan denominasi baru dengan nilai yang lebih terjangkau ini, XL berharap pelanggan akan bisa lebih mudah menyesuaikan kebutuhan atas layanan telekomunikasinya secara lebih fleksibel.

Diakui Danny Che Kar Wai, selama dua minggu program ini berjalan, tanggapan atau respon masyarakat cukup baik. Hal itu ditandai dengan kenaikan revenue penjualan pulsa yang mencapai 42 persen. Sebelumnya, seperti diungkap Danny, rata-rata penjualan pulsa XL di Indomaret secara nasional adalah sebesar Rp 12 miliar per minggu, dengan jumlah transaksi sebanyak 10 juta.

“Target kita sih sampai akhir tahun tumbuh 30%, saya pikir angka itu sudah sangat bagus,” katanya, seraya menyebut denominasi 15.000 sebagai primadona pada program ini.

Demi Kualitas Layanan Data, StakeHolder Telekomunikasi Bentuk Aliansi Small Cell

0

Jakarta – Sebuah perkumpulan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan telekomunikasi di Indonesia resmi didirikan. Perkumpulan yang dinamakan Small Cell Alliance ini adalah perkumpulan para penggerak dari sebuah teknologi yang dinamakan Small Cell. Perkumpulan ini terdiri dari beberapa pemangku kepentingan yang terkait seperti, Industri Telekomunikasi, Buliding Owner, Operator Seluler, serta beberapa stakeholder lainnya.

“Kami ingin membuat dan membangun standar smallcell Indonesia kedepan dan kami ingin mengajak para pemangku kepentingan untuk memperkuat jaringan internet di Indonesia,” kata Ir. Gunawan wibisono, Chairman SmallCell Alliance Indonesia.

Sejatinya, hampir semua negara di kawasan Asia Tenggara sudah mengimplementasikan hal ini. Hanya tinggal di Indonesia baru tahap inisiasi. Namun, pihak regulasi telah menyetujui gagasan ini.

Small Cell sendiri merupakan sebuah perangkat yang tertanam di setiap BTS ataupun antenna pada gedung-gedung perkantoran, dan tempat ramai lainnya. Sejatinya Small Cell memiliki coverage yang kecil, namun saat ini Coverage bukan lagi menjadi masalah, yang menjadi sebuah permasalahan atas lambatnya internet di Indonesia adalah karena kapasitas dari frekuensi jaringan yang cenderung sempit, dan disanalah perangkat Small Cell berfungsi. Perangkat ini akan membagi-bagi kapasitas dari jaringan internet di suatu lokasi yang tentunya akan menghasilkan kapasitas yang lebih besar di setiap lokasinya.

Sebagai contoh di gedung perkantoran atau di tempat ramai lainnya, akses data tentunya akan sangat sulit di dapatkan walaupun coverage jaringan memadai. Hal ini dikarenakan kapasitas dari pita frekuensi yang penuh sesak oleh para pengguna lainnya. Dengan hadirnya small cell pada lokasi tersebut, tentunya akan memberikan kapasitas yang lebih besar dan tentunya akan berdampak pada baiknya kualitas internet di wilayah tersebut.

Namun, perangkat ini tidak sama dengan repeater atau penguat sinyal. Mengenai penyatuan jaringan FDD dan TDD pada 4G LTE, perangkat ini dimungkinkan untuk menyatukan keduanya, namun masih harus ada kajian lagi tentunya.

Dari segi efisiensi, Small Cell juga menawarkan efisiensi karena perangkat ini terintegrasi dengan perangkat lain seperti BTS Indoor ataupun perangkat wifi, ketimbang para operator membangun jaringan konvensional yang baru, yang notabene lebih membutuhkan biaya serta waktu pengerjaan yang jauh lebih lama.

Beberapa nama besar di Industri telekomunikasi Indonesia sudah berniat bergabung dan menjadi partner dari perkumpulan ini, sebut saja Telkom Tbk, XL axiata, Indosat, Ericsson, Huawei, Samsung dan beberapa pelaku bisnis Telekomunikasi lainnya.

Tahun 2020, Telkom Group “Akan” Jadi Raja Digital di Indonesia

0

Jakarta – PT. Telkom Tbk, selaku salah satu perusahaan penyedia layanan broadband terbesar di Indonesia, mencanangkan target baru mereka yang dimulai dari tahun 2016-2020. Target ini adalah target yang cukup besar mengingat kualitas dan infrastruktur internet di Indonesia masih kurang terlalu mendukung.

Telkom menargetkan setidaknya pada tahun 2020, mereka ingin menjadi King Of Digital In The Region, hal tersebut didasari dari total pertumbuhan pengguna internet di Indonesia serta penggunaan mobile broadband yang meningkat drastis pada tahun ini.

“Kami akan memperkuat layanan serta perkembangan dari digital ekosistem atau virtual network serta people network dan Aplication,” ungkap Pramasaleh Hario Utomo, vice president Of Infrastructure Strategi & Governance PT. Telkom Tbk.

Sebagai Informasi, penetrasi ekosistem digital dari Telkom meliputi, smart business, smart digital life, smart machine dan beberapa penetrasi lainnya. Sementara untuk sektor network, implementasi mereka, Telkom sedang berusaha mengembangkan program Internet Of Things yang saat ini memang sedang menjadi topik hangat di beberapa pemangku kepentingan terkait.

Sementara People Network mereka dibalut dengan program Smart Digital Planet. Program tersebut terlihat dari keseriusan PT. Telkom membangun dan mengembangkan para startup yang berpotensi di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari program Indigo Incubator yang sudah di gelar selama beberapa tahun.

Untuk tahun ini saja, para starup sudah memasuki masa inkubasi yang tersebar di tiga wilayah di Indonesia. Tiga wilayah tersebut diantaranya adalah Bandung Digital Valley, Jogja Digital Valley serta Jakarta Digital Valley. Dan Bandung Digital Valley adalah lokasi inkubasi yang paling besar diantara ketiga lokasi tersebut.

Mereka juga membuka channel networking dengan para anak perusahaan mereka dalam bentuk Loop Station, Telkomsel Digital Lounge dan lain-lain. Pada beberapa tempat tersebut, sejatinya disediakan co-working space bagi para mahasiswa, pekerja ataupun startup untuk lebih mengembangkan ide mereka dan merealisasi ide tersebut.

Program lain yang dibangun oleh Telkom guna memuluskan target mereka tersebut adalah membangun Indonesia Digital Society. Dalam pengimplementasiannya, Telkom juga berencana membangun Smart City. Dalam pembangunan Smart city ini, Telkom bekerja sama dengan Smart Cell untuk dapat membantu menyebarkan jaringan internet dan juga memberikan coverage yang lebih banyak serta memberikan kecepatan 4G bahkan 5G nantinya.

Hal tersebut disambut baik oleh perkumpulan Smart Cell Indonesia yang notabene baru terbentuk pada pertengahan September ini.

“Kami ingin membuat dan membangun standar smallcell Indonesia kedepan dan kami ingin mengajak para pemangku kepentingan untuk memperkuat jaringan internet di Indonesia,” kata Ir. Gunawan wibisono, Chairman SmallCell Alliance Indonesia.

SmallCell sendiri adalah penyelenggaraan LTE Ultra Broadband yang memungkinkan operator meningkatkan kapasitas dan penyebaran diberbagai area sibuk seperti mall, stadion olahraga, serta area dengan lalulintas tinggi lainnya, dengan lebih meningkatkan koneksi kepada pengguna.

SmallCell memberikan sinyal selular di are-area yang mengalami kekurangan jangkauan selular atau hambatan akibat interferensi dari gedung-gedung, hambatan geografis, atau jauhnya jarak menara selular. SmallCell juga menambah kapasitas di area-area yang memiliki pengguna yang terkonsentrasi di area tertentu. Sebagai contoh ketika kita sedang menyaksikan konser “Bon Jovi” beberapa waktu lalu, walaupun sinyal pada ponsel terlihat penuh, namun tetap saja para pengguna sulit untuk mengakses internet, mengupload foto ke social media atau berinteraksi melalui aplikasi chatting. Hal tersebut di karenakan jaringan data pada sim card ponsel mereka penuh sesak, dan disinilah SmallCell sejatinya berperan.

Teknologi ini juga dapat membantu para penyelenggara layanan telekomunikasi untuk memperluas layanan data mereka secara lebih cepat dan lebih ekonomis bila dibandingkan dengan jaringan selular konvensional yang tentunya lebih mahal dan membutuhkan waktu pengerjaan yang cukup lama.

Kerjasama Telkom dengan SmallCell dapat dilihat dari Wifi Id. Wifi id Carried dan integrated smartcell akan menghadirkan coverage sebesar 183.000 hotspot sampai dengan tahun ini. Dan pada tahun depan diharapkan jumlah coverage tersebut akan naik 2 hingga 3 kali lipatnya.

Lewat Kolaborasi Alcatel-Lucent dan Chunghwa Telecom, G.fast Sambangi Taiwan

0

Jakarta – Penyedia infrastruktur telekomunikasi raksasa asal Perancis, Alcatel-Lucent, baru-baru ini mengumumkan penyebaran teknologi broadband G.fast komersial pertama di dunia di Taiwan.

Peluncuran tersebut dilakukan dalam kemitraannya dengan perusahaan telekomunikasi terbesar di negara tersebut, yakni Chunghwa Telecom, selain juga merupakan bagian dari perkenalan FTTP nasional, yang neliputi teknologi tembaga canggih seperti G.fast.

“Sebagai inovator dalam akses fixed ultra-broadband, Alcatel-Lucent adalah perusahaan pertama yang membawa G.fast ke pasar,” demikian diungkapkan Ken Wu, Presiden Alcatel-Lucent Taiwan sebagaimana dilaporkan Telecom.com, Rabu (16/9/2015).

Wu juga menambahkan bahwa perusahaan untuk tahun lalu juga telah bekerjasama dengan operator terkemuka di seluruh dunia untuk menguji teknologi ini.

“Tahun ini, pasar Taiwan telah dengan cepat memperkenalkan teknologi terbaru dan meluncurkan layanan komersial lebih dulu dibanding pasar lain untuk memungkinkan konsumen di Taiwan merasakan layanan broadband super cepat G.fast CHT. Hari ini kami senang melihat Chunghwa Telecom menjadi pionir dan menjadi operator pertama di dunia yang menyebarkan ini secara komersial,” tambahnya.

Hal yang tak jauh berbeda diuntai Mu-Piao Shih, President Chunghwa Telecom. Menurutnya, Alcatel-Lucent telah membuat langkah besar untuk secara proaktif meningkatkan layanan jaringan broadband ini selama beberapa tahun terakhir. Dan Chunghwa Telecom merasa bangga karena menjadi operator pertama di dunia yang menyediakan layanan tersebut secara komersial.

“Dengan teknologi G.fast Alcatel-Lucent, kami akan dilengkapi dengan baik untuk meluncurkan layanan jaringan berkecepatan ultra tinggi ini menjelang akhir tahun dan menawarkan pelanggan kami pengalaman layanan broadband tertinggi, sehingga memperkuat kepemimpinan kami dalam pasar layanan broadband serat optik mulai dari 100Mbps hingga 1Gbps,” pungkas Mu-Piao Shih.

G.fast telah berada di sekitar kita selama beberapa waktu, sehingga penting bagi kita untuk akhirnya mulai melihat penyebarannya secara komersial. Apalagi masalah logistik dan ekonomi juga masih menjadi kendala dalam pembuatan serat di mana-mana dan G.fast merupakan alternatif yang semakin layak.

Teknologi ini memungkinkan para penyelenggara layanan menyediakan akses ultra-broadband ke lokasi-lokasi di mana penyebaran erat sulit dilaksanakan, dengan cara menggunakan bagian akhir infrastruktur tembaga yang disambungkan ke lokasi-lokasi untuk menghantarkan kecepatan ultra-tinggi.

 

Gapai ASEAN, China Unicom Bangun Kabel Bawah Laut Internasional

0

Jakarta – Operator seluler asal Tiongkok, China Unicom dikabarkan tengah membangun kabel bawah laut internasional. Operator ini mengklaim sistem tersebut merupakan kabel bawah laut internasional pertama China.

Menurut Jiang Zhengxin, Vice General Manager China United Telecommunications, yang tak lain merupakan induk usaha dari China Unicom, sejumlah upaya telah dilakukan China Unicom untuk merealisasikan proyek ini. Salah satunya adalah dengan menggandeng operator telekomunikasi Myanmar.

Zhengxin menyebutkan, seperti dilansir dari Telecompaper, Rabu (16/9/2015), sistem kabel ini akan membawa aliran informasi dan data antara China dan ASEAN (Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara). Sebuah kabel tanah antara China dan Myanmar juga tengah dalam pembangunan dengan investasi yang diperkirakan mencapai USD Rp 50 juta.

Kabel komunikasi bawah laut, seperti diketahui, merupakan kabel yang diletakkan di bawah laut untuk menghubungkan telekomunikasi antar negara-negara. Komunikasi kabel bawah laut pertama membawa data telegrafi. Generasi berikutnya membawa komunikasi telepon, dan kemudian data komunikasi. Seluruh kabel modern menggunakan teknologi optik fiber untuk membawa data digital, yang kemudian juga untuk membawa data telepon, internet, dan juga data pribadi.

Lakukan Ini ketika Anak Anda Hobi Bermain Internet

1

Jakarta – Perkembangan internet yang sangat cepat seakan merubah pola fikir serta kebiasaan setiap orang di dunia. Tak terkecuali anak kecil, jika melihat pada beberapa tahun silam, anak kecil yang berusia 8 hingga 12 tahun lebih suka bermain bersama teman mereka ketimbang duduk manis di depan layar komputer. Namun saat ini, kebiasaan anak tersebut menjadi berubah dan mereka cenderung lebih betah berlama-lama di dunia maya dan berselancar dengan menggunakan akses internet.

Sejumlah orang tua pun mengizinkan jika anaknya sering bermain internet dan cenderung memberikan kebebasan kepada mereka. Namun sayang, kebebasan yang diberikan itu tidak diiringi dengan pengetahuan yang cukup mengenai keamanan berinternet.

Tanpa orang tua sadari, sebenarnya banyak sekali bahaya yang mengintai anak mereka ketika bermain internet seprti, cyber bullying, mengakses konten yang berbau kekerasan, pornografi serta SARA dan propaganda, bahkan sang anak juga dapat disusupi oleh Hacker yang mencoba meretas IP Adress dari komputer si anak.

Untuk menghindari anak dari bahaya internet, berikut adalah beberapa tips untuk memberikan internet sehat kepada anak.

  • Memberikan edukasi kepada sang anak tetang bahaya online
  • Gunakan perangkat lunak Parental Control untuk membuat batasan mengenai apa saja yang diperbolehkan, berapa lama waktu (dan kapan) yang mereka bisa habiskan untuk online, konten apa saja yang diblokir serta jenis kegiatan apa yang harus diblokir (chat room, forum, dan lain-lain). Filter Parental Control dapat dikonfigurasi dengan profil komputer yang berbeda-beda, dan memungkinkan Anda untuk menyesuaikan filter bagi anak-anak Anda yang berbeda usia.
  • Lindungi komputer Anda dengan menggunakan perangkat lunak keamanan Internet.
  • Menetapkan dasar aturan yang jelas tentang apa yang mereka bisa dan tidak bisa lakukan ketika online dan menjelaskan mengapa Anda memberlakukan hal tersebut kepada mereka. Anda juga harus meninjau ulang kembali aturan ini kepada anak Anda ketika mereka beranjak dewasa.
  • Jangan lupa dengan smartphone anak Anda. Perangkat ini adalah komputer canggih dan bukan sekadar telepon saja. Kebanyakan smartphone kini disertai dengan fitur Parental Control dan penyedia perangkat lunak keamanan yang dapat menawarkan aplikasi untuk menyaring konten tidak pantas, pengirim pesan SMS gangguan, dan lain-lain.

Demikianlah beberapa tips yang kami hadirkan untuk Anda, bagi anda yang mempunyai tips lain atau pengalaman tentang bahaya internet, silahkan memberikan komentar pada artikel ini. (AK/HZ)

Ketika Paparan Bahan Kimia Memaksa Karyawan Samsung Duduk di Kursi Roda

0

“Sebuah kursi roda terlipat rapi bersandar di dekat pintu masuk sebuah apartemen di Chuncheon, Korea. Itu adalah kursi roda Han Hye Kyung, seorang mantan pekerja di sebuah perusahaan elektronik yang diduga menderita kanker otak akibat paparan bahan kimia di tempat kerjanya.”

Tercatat, 10 tahun sudah, sejak tumor ganas yang berdiam di otaknya diangkat, dan Han pun mulai menjalani rehabilitasi di rumah sakit. Di apartemen kecil miliknya, yang dihuni peralatan seperti kulkas, kompor, wastafel dan kulkas kedua untuk menyimpan kimchee – hidangan sayuran pedas yang difermentasi – Han merenungkan kemalangannya.

“Jadi pada awalnya saya pikir itu adalah nasib saya,” kata wanita muda dengan rambut hitam seperti ekor kuda ini. “Saya mencoba untuk menghibur diri. Tapi seiring waktu berlalu, saya marah, apa yang bisa say katakan? Ini adalah kesalahan Samsung. Samsung yang harus disalahkan. ” Han mengucap.

Han adalah satu diantara ratusan mantan karyawan Samsung yang mempercayai bahwa kanker yang dialaminya adalah disebabkan oleh paparan bahan kimia beracun di tempat kerjanya. Seperti diketahui, tuduhan tersebut pernah dilontarkan para pekerja di Amerika Serikat sekitar 2 dekade lalu.

Menurut sebuah laporan advokasi, tercatat lebih dari 70 pekerja di Korea Selatan meninggal akibat kanker.

Sementara itu, Samsung mengatakan bahwa pabrik-pabrik mereka dinyatakan aman dan menyangkal jika para pekerjanya muak dengan pekerjaan mereka. Tapi para mantan pekerja Samsung telah memenangkan kasus pengadilan secara signifikan dan mendorong perusahaan untuk membuat permintaan maaf secara publik untuk menunjukkan kepeduliannya terhadap karyawan yang sakit bahkan sekarat.

Pada bulan Agustus silam, Samsung sepakat untuk mengumpulkan dana sebesar USD 85.800.000 dan memberikan bantuan keuangan kepada pekerja tersebut beserta keluarganya. “Kami memberikan dukungan keuangan ini terlepas dari apakah mungkin ada korelasi antara lingkungan kerja dan penyakit karyawan,” tutur perwakilan perusahaan elektronik itu dalam sebuah pernyataan.

Seperti kebanyakan karyawan di Samsung, Han direkrut di sekolah tinggi selama ujian musim semi tahunan oleh perusahaan pencari pekerja baru. Sebanyak 200.000 orang mendaftar untuk mengikuti tes setiap tahunnya, dan hanya orang-orang dengan nilai tertinggi lah yang ditawarkan pekerjaan tersebut.

Han mulai bekerja di Samsung pada tahun 1996 dengan rencana besar. Dia akan bertahan setidaknya lima atau enam tahun untuk mengumpulkan uang dan kembali ke rumah untuk membuka toko dengan ibunya.

Pekerjaan itu dilakukannya berulang-ulang. Dia terpaku pada kabel dan potongan elektronik dalam sebuah papan sirkuit. Dengan menggunakan krim dia kemudian belajar untuk melakukannya lebih baik lagi.

Kertas masker tipisnya tidak menjaganya dari asap yang dihasilkan, dan dalam beberapa bulan ia mengidap gejala seperti flu dan masalah dengan siklus menstruasi.

Para dokter tidak bisa menunjukkan masalah atau menormalkan siklus tersebut, dan setelah hampir enam tahun, ia akhirnya berhenti dari pekerjaannya. Kesehatan tidak membaik bahkan ia mulai mengalami masalah dengan keseimbangan. Pada bulan Oktober 2005, sekitar empat tahun setelah ia berhenti, MRI mengungkapkan ada sebuah tumor di otaknya. Saat itu, Han berusia 28 tahun.

“Saya tidak tahu tentang tumor di otak saya sebelum operasi,” kata Han. “Saya tahu tentang hal itu setelah operasi, jadi ketika saya terbangun saya menemukan bahwa tubuh saya tidak seperti orang normal. Saya menemukan diri saya telah menjadi orang yang cacat,” tuturnya.

Han tinggal di Chuncheon hanya untuk beberapa bulan saja. Dia tidak bisa berjalan dan berjuang untuk berbicara. Dia juga mendapat latihan dan fisioterapi serta belajar menggunakan komputer. Han menginginkan Samsung untuk bertanggung jawab atas tumor yang dideritanya.

Kurangnya keterbukaan terhadap bahan kimia

Tidak ada yang tahu pasti berapa jumlah bahan kimia yang digunakan untuk membuat ponsel, TV layar datar, tablet atau komputer, tetapi tentunya tidak sedikit. Dr Thomas Gassert, seorang dokter kesehatan kerja dan lingkungan dari University of Massachusetts Medical School dan Harvard University School of Public Health, mengatakan bahwa puluhan ribu bahan kimia digunakan dalam industri elektronik, namun hanya sebagian kecil saja yang telah diuji untuk toksisitas.

Ini menciptakan masalah bagi para pekerja yang membuat gadget elektronik. Jika mereka sakit, mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk mengidentifikasi penyakitnya karena mereka sering tidak tahu mengenai nama-nama zat yang ada di lingkungan kerja mereka.

Pihak perusahaan beralasan bahwa mereka telah memberikan masker, respirator dan peralatan lainnya, serta otomatisasi dan sirkulasi udara yang melindungi para pekerja. Mereka juga mengatakan telah memeriksa pabrik-pabrik mereka di Asia untuk memastikan bahwa aturan keselamatan diikuti oleh setiap pabrik. Setiap perangkat tidak dibuat dalam satu tempat. Komponen semikonduktor penting dari ponsel dan komputer diproduksi di pabrik-pabrik khusus. Sementara layar dan casing dibuat di tempat lain. Perusahaan sendiri mengaku bahwa mereka tidak dapat memeriksa semua situs-situs tersebut.

Sementara itu, permintaan untuk produk elektronik terus berkembang. Para konsumen kini tak lagi menunggu hingga handsetnya rusak untuk kemudian mencari pengganti, melainkan jauh sebelumnya. Bahkan saat handset itu masih dalam keadaan baik sekalipun. Di sini, setiap perangkat yang diupgrade memerlukan penggunaan bahan kimia baru yang lebih banyak dan kesemuanya hampir tidak diuji.

Sebagian besar produk elektronik saat ini dibuat di Asia, dimana pemerintah bersaing untuk menawarkan upah minimum terendah serta pajak dan tanah termurah, dalam banyak kasus, hukum peraturan mengenai buruh dan perlindungan kesehatan kerja juga lemah.

Sanjiv Pandita, selaku Direktur Eksekutif dari Asia Monitor Resource Centre, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Hong Kong dengan fokus pada isu-isu perburuhan mengatakan bahwa Industri elektronik merupakan keprihatinan besar, karena sebagian besar pekerjanya adalah perempuan muda dan dari daerah pedesaan.

“Kami tidak mengetahui orang-orang yang sekarat dari kanker atau dimana mereka berada,” katanya. “Sebagai contoh, jika Anda melihat sebuah pabrik di Shenzhen (China), dan jika seseorang sakit, mereka akan dikirim kembali ke kampung halamannya dan kami tidak lagi menempatkan mereka di statistik tersebut. Hal yang sama terjadi di Vietnam serta Filipina. Tapi itu bukan berarti masalah tersebut tidak ada. Itu berarti kita sedang duduk di atas bom waktu. ”

Elektronik booming di Vietnam

Vietnam adalah tujuan terbaru untuk industri elektronik. Sejak 2009, Samsung telah menginvestasikan miliaran dolar dan saat ini hampir 20 persen dari ekspor Vietnam. Sementara itu, Samsung memiliki dua pabrik di dekat Hanoi Utara yang mempekerjakan 80.000 orang. Di Kota Ho Chi Minh di Selatan, satu pabrik sedang dalam operasi dan yang kedua sedang dalam pembangunan.

Samsung tidak sendirian. Intel Corporation kini memproduksi 80 persen unit CPU mereka di Vietnam. Foxconn memiliki enam pabrik yang membuat komputer, ponsel pintar, dan komponen. Ratusan pemasok yang lebih kecil dan sub-kontraktor juga telah mengikuti di belakangnya.

Sementara itu, Vietnam memiliki populasi muda dengan permintaan yang sangat besar untuk pekerjaan baru. Pada tahun 2014 saja, 42 persen dari pekerja Vietnam berada di bawah usia 25 tahun.

The Center for Development and Integration, yakni sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Hanoi, memantau ledakan elektronik yang terjadi di Vietnam. Direktur perusahaan, Duong Viet Anh, khawatir bahwa Vietnam tidak memiliki pengalaman untuk mengontrol dan mengelola industri semacam ini. “Ini terjadi begitu cepat, dan Pemerintah tidak punya waktu untuk menempatkan kesehatan dan keselamatan pekerja di tempat pertama,” tuturnya.

Sebuah studi yang dilakukan di tiga pabrik baru-baru ini, dengan sekitar 200.000 pekerja, terutama wanita antara usia 18 dan 30 tahun, menemukan bahwa pekerja secara rutin memiliki jam kerja 12 jam per hari dan tidak memiliki pengetahuan tentang jenis bahan kimia yang mereka gunakan. Banyak dari mereka menderita sakit kepala dan pusing, dan beberapa memiliki masalah reproduksi, kata Duong. Sejumlah perempuan berhenti dari pekerjaan mereka setelah mendengar dari orang lain yang mengalami keguguran.

“Pemerintah berpikir bahwa pekerja-bekerja ini bekerja di sebuah ruangan yang sangat bersih yang sangat aman,” kata Duong. “Tapi dari penelitian kami, kami melihat bahwa terdapat elektronik yang tidak aman.”

Dominasi Samsung di Korea

Korea adalah rumah dari Samsung Electronics, yang kehadirannya dirasakan di mana-mana. Ada blok apartemen dengan nama Samsung. Pun demikian kapal dan peralatan militer dengan lebel sama, Samsung. Samsung memproduksi bahan kimia dan menjual asuransi, sekuritas dan kartu kredit.

Perusahaan ini memulai bisnisnya pada 1938, dengan menjual ikan kering, sayuran dan buah. Dalam beberapa tahun itu, Samsung telah pindah ke manufaktur pabrik tepung dan mesin penganan. Pada tahun 1970-an, Samsung mulai membuat televisi. Dan tidak sampai 20 tahun, mereka telah menjadi sebuah perusahaan internasional dan pemimpin dalam produksi elektronik.

Hari ini, Samsung Electronics Korea memiliki lebih dari 90.000 karyawan dan setengah juta di seluruh dunia. Demikian dilansir dari laman public integrity, (11/9/2015).

Pada suatu malam di bulan Maret, diadakan acara peringatan  di di pusat kota Seoul. Tujuannya adalah untuk mengingat seorang wanita muda, Hwang Yu-mi, yang meninggal delapan tahun yang lalu karena Leukemia Mielositik akut.

Orang duduk di atas bantal tipis di trotoar, minum teh panas untuk tetap hangat. Ada testimonial dari para pekerja dan keluarga mereka, dengan latar belakang puisi dan musik. Paling mengejutkan adalah foto-foto dari para pekerja sebagian besar adalah perempuan, yang meninggal karena Leukemia dan kanker otak, kanker payudara dan kanker paru-paru. Mereka tergolong berusia muda, yakni, 21, 24, hingga 28 tahun.

Peringatan ini diselenggarakan oleh Hwang Sang-ki untuk menghormati putrinya, Yu-mi, dan memberikan perhatian terhadap penyakit di kalangan pekerja elektronik lainnya, yang sebagian besar telah dipekerjakan oleh Samsung. Ketika rekan kerja Yu-mi , Yi Sook-Young, juga meninggal, Hwang mengatakan, dia pikir pasti ada hubungannya.

“Tapi saya tidak memiliki informasi tentang pabrik, dan semua yang saya tahu pada waktu itu adalah mereka menggunakan beberapa bahan kimia, dan saya mendengar bahwa beberapa bahan kimia dapat berbahaya,” katanya.

Hwang tidak tahu berapa banyak pekerja yang sakit. Dia menceritakan kisahnya kepada pendukung untuk Kesehatan dan Hak Rakyat di Industri Semikonduktor (SHARPS), sebuah kelompok yang memayungi organisasi nirlaba dan relawan. Dengan bantuan dokter dan pengacara, SHARPS mulai mengumpulkan nama-nama pekerja yang telah meninggal dan penyebab kematiannya. Database mereka mencakup lebih dari 300 kasus dan penyebab yang paling banyak adalah Samsung.

Sebuah permintaan maaf publik

Setelah kematian Yu-mi, sang ayah, Hwang Sang-ki, mengajukan klaim kepada Korea Workers’ Compensation and Welfare Service. Sebuah badan kesejahteraan dan kompensasi para pekerja di Korea, atau lebih simpelnya, ini adalah Depnakernya Korea Selatan.

Badan itu mengatakan tidak ada bukti bahwa Yu-mi terkena Leukemia karena pekerjaannya dan menolak klaim tersebut. Dengan bantuan SHARPS, Hwang mengajukan ke pengadilan pada tahun 2011 dan mendapat keberuntungan, yakni sebuah dokumen internal Samsung yang bocor ke administrator SHARPS, Lee Jong-ran.

“Ini menunjukkan daftar yang tepat dari bahan-bahan beracun yang digunakan dalam setiap proses dalam pabrik, tidak semua bahan tetapi yang utama, dan mereka benar-benar sangat beracun,” kata Lee.

Daftar tersebut meliputi bahan kimia seperti hidrogen klorida, amonia, benzena, asam fluorida, asam sulfat dan trichloroethylene.

SHARPS menemukan seorang ahli untuk melihat daftar itu dan bersaksi tentang bahaya bahan kimia. Pengadilan setuju untuk mendengarkan keterangan dari karyawan Samsung yang bekerja di area yang sama dengan Yu-mi. Setelah pekerja menceritakan kisah mereka, pengadilan pun membatalkan keputusan layanan kompensasi itu.

Tiga hakim mengatakan, “eksposur yang lama untuk berbagai bahan kimia beracun selama (Yu-mi) dipekerjakan memunculkan atau setidaknya mempercepat perkembangan Leukemia myeloid akut yang dideritanya. Dengan demikian, hubungan kausal proksimat … tampaknya cukup. ”

Layanan kompensasi mengajukan banding. Samsung mendapat persetujuan dari pengadilan untuk campur tangan di tingkat banding dan menyewa beberapa pengacara Top di Negerinya.

Pada bulan Mei 2014, setelah bertahun-tahun mengabaikan peringatan dan demonstrasi, wakil ketua Samsung, Kwon Oh-Hyun, mengajukan permintaan maaf publik di TV nasional.

“Kami menyesal bahwa solusi untuk masalah rumit ini belum ditemukan pada waktu yang tepat, dan kami ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengungkapkan permintaan maaf tulus kami kepada orang-orang yang terkena dampak,” katanya. “Kami harus menyelesaikan masalah ini terlebih dahulu, dan kami merasakan penyesalan yang mendalam bahwa kami gagal untuk melakukannya dan mengungkapkan permintaan maaf tulus kami.”

Samsung berjanji untuk menghentikan intervensi dalam kasus-kasus pengadilan yang diajukan terhadap layanan kompensasi dan kompensasi pekerja yang sakit serta keluarga mereka yang meninggal, termasuk ayah Yu-mi, Hwang Sang-ki, dan Han Hye Kyung, wanita muda dari Chuncheon yang memiliki tumor otak.

Ditanya bagaimana Samsung melindungi pekerja dari bahaya kimia, Park Ji Yun selaku Juru Bicara Samsung mengatakan, “Kami tengah mengatur paparan kimia selama proses manufaktur dari penyimpanan ke pembuangan. Semua karyawan Samsung menerima informasi selama pelatihan dan diamanatkan tentang bahan kimia yang mereka tangani termasuk kemungkinan bahaya yang ditimbulkan oleh zat tersebut,” tuturnya.

Samsung menolak untuk memberikan salinan mengenai bahan-bahan kimia berbahayanya, dengan mengatakan dalam email bahwa kebijakan dan praktik internal tidak bisa dibagi. Mereka tidak menjelaskan mengapa rincian tentang pelatihan keselamatan kimia perlu dirahasiakan.

Ditanya mengapa Samsung memberikan kompensasi kepada mantan karyawan mereka, Park menjawab, “Itu adalah hal yang benar untuk dilakukan. Bukan karena kami memiliki mandat hukum atau pengadilan memerintahkan untuk melakukannya atau bahkan bukti ilmiah untuk menghubungkan penyakit ini ke tempat kerja.”

Pada bulan Agustus 2014, Pengadilan Tinggi Seoul menolak banding layanan kompensasi dan memerintahkan untuk memberikan upah yang hilang dan biaya pemakaman untuk keluarga dari dua mantan pekerja Samsung yang meninggal karena Leukemia. Hwang Sang-ki percaya keputusan akan mengubah cara klaim kompensasi.

Meskipun Samsung memberikan dana bantuan keuangan bulan lalu, namun para aktivis tetap tidak puas. Perusahaan menolak gagasan untuk membayar  sebuah yayasan nirlaba yang akan mengawasi program bantuan dan mengembangkan langkah-langkah untuk mencegah penyakit di tempat kerja. Sebuah komite mediasi tidak mengikat telah meminta perusahaan untuk mempertimbangkan kembali. [AK/IF]

2016, XL Targetkan 10 Juta Pelanggan 4G LTE

0

Jakarta – Belum maksimalnya implementasi 4G LTE di tanah air tak lantas menyurutkan langkah XL untuk merangkul lebih banyak pengguna 4G. Meretas jalan salah satunya dengan meluncurkan “Paket Tabungan Kuota 4G”, operator seluler yang identik dengan warna biru ini bahkan optimis bisa mencapai target 8 hingga 10 juta pelanggan 4G LTE hingga tahun 2016.

Jumlah itu kita targetkan tercapai saat semua deployment 4G LTE selesai. Karena sampai akhir tahun inikan deployment-nya baru di kota-kota besar,” ungkap Roy Wisnhu Wibowo, GM Packet Data XL, saat ditemui usai acara peluncuran “Paket Tabungan Kuota 4G” yang berlangsung di Senayan City, Jakarta, Senin (14/9/2015).

XL sendiri, seperti diketahui, saat ini telah melayani sekitar 1,2 juta pelanggan 4G LTE yang tersebar di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bogor, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Bali, Lombok dan Medan. Di Jakarta sendiri, XL tengah memaksimalkan jaringan 4G LTE-nya di sejumlah titik. Dimulai dari Kelapa Gading, berlanjut di sepanjang jalan Sudirman, dan kemudian bergerak ke daerah Bogor dan Tangerang Selatan.

Saat ini, seperti ditambahkan Roy, meskipun 6 sampai 10 persen pelanggan XL telah menggunakan perangkat dengan kemampuan 4G, namun masih banyak diantara mereka yang belum mengunakan jaringan 4G. Alasannya sederhana, kartu sim yang digunakan masih merupakan kartu sim lama, dan bukannya Usim (kartu sim untuk 4G).

Jadi meskipun mereka beli HotRod, mereka tidak bisa menggunakan jaringan 4G,” katanya.

Hingga akhir tahun ini, Roy memperkirakan akan ada kenaikan jumlah pelanggan 4G sebanyak 10 persen dari total pelanggan existing XL yang kini berjumlah 45 juta pelanggan. “10 persen dari 45 juta, itu artinya sekitar 4,5 juta pelanggan,” pungkasnya.

XL disebutnya akan menambah panjang daftar kota-kota yang akan menikmati layanan 4G LTE nantinya. Setidaknya hingga 30 kota pada akhir tahun 2016.