spot_img
Latest Phone

Facebook Gelar Tiga Hari Festival bertajuk Nyasar ke Dimensi Facebook, Ini Targetnya

Telko.id – Facebook Indonesia siap meramaikan akhir pekan ini...

Garmin Manfaatkan Data Wearable, Pengendalian Diabetes Personal

Telko.id - Memperingati Hari Diabetes Sedunia, Garmin Indonesia menyoroti...

Garmin Instinct Crossover AMOLED Resmi Hadir di Indonesia

Telko.id - Garmin Indonesia secara resmi meluncurkan dan memperkenalkan...

Garmin Run Indonesia 2025 dan Limbah.id berhasil Kumpulkan Hampir 3 Ton Sampah

Telko.id — Garmin Indonesia sukses menggelar ajang lari tahunan...

Instagram Safety Camp: Peran Orang Tua Kunci Keamanan Digital Remaja

Telko.id - Meta menyelenggarakan Instagram Safety Camp di Indonesia...
Beranda blog Halaman 1681

Begini Ekspansi Apple Pay di Era Internet of Things

0

Jakarta – Apple mengeksplorasi pilihan pembayaran sebagai alternatif dari meningkatnya ketidakamanan sistem online banking dan kartu kredit.

Apple memperluas Apple Pay dalam kemitraan dengan American Express untuk pelanggan di Australia dan Kanada pada tahun 2015. Pada 2016, Apple menyebutkan, layanan akan diperluas ke Spanyol, Singapura dan Hong Kong.

Apple berkomitmen untuk memperluas fitur pembayaran mobile di masa depan sementara baru-baru ini Apple Pay  mengalami pertumbuhan dua digit transaksi setiap bulan.

Dilansir dari Telecoms, Kamis (29/10), Apple juga menjalin kerjasama dengan O2 / Telefonica di Jerman untuk mengeksplorasi konsep penagihan operator. Tahap awalnya pelanggan dapat menggunakan operator billing untuk membeli item di iTunes. Hal ini jauh lebih baik ketimbang mempergunakan kartu kredit mereka dan rincian perbankan online.

Pembelian dari Apple Music, iTunes, App Store dan iBooks langsung dibebankan ke tagihan telepon pelanggan selular atau, jika pelanggan tidak menggunakan program pascabayar, maka nominal tersebut akan didebet dari rekening prabayar mereka.

Telefonica mengatakan layanan tersebut akan tersedia untuk semua pelanggan di Jerman pada bulan November mendatang. Penagihan operator bisa menjadi kesempatan besar bagi perusahaan telekomunikasi untuk meraup revenue dari para pengguna.

Sementara itu, menurut laporan dari BI Intelligence,  penagihan operator sedang diperbarui untuk usia aplikasi mobile dan sebagian besar pendapatan berasal dari pasar negara maju seperti Amerika Utara dan Eropa.

Laporan tersebut memperkirakan bahwa kekuatan penagihan operator memiliki nilai sekitar USD 3 miliar transaksi ponsel yang 12%-nya bsrasal dari pasar global untuk konten digital mobile. [AK/IF]

IBM Akuisisi The Weather Company Untuk Push Bisnis IoT

0

Jakarta – Bisnis di bidang Internet of Things memang terbuka lebar untuk dapat merambah ke industry lainnya. Bukan hanya pada industry pokok yang digeluti saja. Potensi nya pun diperkirakan akan sangat besar sekali. IBM melihat bahwa informasi tentang cuaca pun akan memberikan peluang revenue yang menjanjikan. Itu sebabnya, IMB membeli The Weather Company, sebuah perusahaan yang berkecimpung dibidang prakiraan cuaca ternama di dunia.

Yang akan diakusisi adalah The Weather Company’s B2B, mobile dan property cloud-based web, termasuk WSI, weather.com, weather underground, dan brand The Weather Company. Tapi untuk segment TV tidak ikut di akusisi. Hanya saja, lisensi data prakiraan cuaca dan analisis nya berada di bawah IBM dan dikontrak kan dalam jangka waktu yang panjang.

Kombinasi dari teknologi dan pengalaman bertahun-tahun dari kedua perusahaan akan menjadi dasar untuk unit Watson IoT yang baru dan platform Watson IoT Cloud. IBM sendiri sudah berkomitmen untuk investasi di layanan tersebut sejak Maret 2015 lalu sebesar $ 3 miliar.

Sebagai informasi, layanan atau aplikasi dari The Weather Company ini digunakan 4 kali sehari di Amerika dan melayani 26 miliar pertanyaan yang berbasis cloud web service. Jadi, sudah tentu, aksi korporate ini akan memberikan kebaikan bagi kedua perusahaan.

Dengan akusisi maka IBM sangat yakin akan menjadi tidak akan tersaingi di bisnis Internet of Things. “Langkah ini akan memberikan keunggulan kompetitif yang signifikan pada kami karena akan menghubungkan bisnis dan sensor data dengan cuaca dan informasi terkait secara real time,” ujar John Kelly, Wakil Presiden Senior, IBM Solusi Portofolio dan Penelitian menjelaskan.

Selanjutnya, John juga menyebutkan bahwa platform Cloud yang kuat ini juga akan mempersenjatai IBM di seluruh industri dengan wawasan multimodal yang akan mendalam sehingga akan membantu perusahaan untuk bisnis ke depannya yang lebih jelas.

Setelah usasi proses akusisi ini maka produk dan teknologi asset milik The Weather Company pun akan dimiliki IBM. Termasuk di dalamnya para ahli ilmu pengetahuan dana metereologi terkemuka di dunia, kemampuan prakiraan dan platform cloud bervolume besar, proses analisis dan mendistribusikan data secara berskala dan real time. Kecanggihan dari peralatan yang dimiliki perusahaan adalah menganalisis data dari 3 miliar titik, lebih dari 40 juta smartphone dan 50.000 penerbangan pesawat per hari. Dengan kemampuan tersebut maka perusahaan ini dapat mendistribusikan layanan data ke lebih dari 5000 klien di media, penerbangan, energi, asuransi dan industri pemerintah.

Properti web dan mobile milik The Weather Perusahaan mampu menangani tujuh kali volume mesin pencari terkemuka di dunia dan mampu melayani 82 juta unique visitor setiap bulannya. IBM pun akan mengembangkan platform digital advertising baru sehingga dapat memperoleh tambahan konsumen dan solusi bisnis yang disponsori oleh iklan.

“Ke depan, kami melihat bahwa akan banyak perkembangan yang berkaitan dengan kombinasi ilmu atmosfer, ilmu komputer dan analisis,” ujar David Kenny, Chairman dan CEO, The Weather Company menjelaskan.

Internet of Things akan mengubah cara pandang industry dalam beroperasi. Misalnya, prakiraan analisis cuaca ditambah dengan analisis real-time yang berasal dari chatting di media sosial, informasi transportasi dan yang dimiliki oleh IBM akan membantu para pengusaha untuk menyediakan ketersediaan barang sesuai dengan kebutuhan. Maskapai pun akan dapat menghemat jutaan dolar per tahun dengan menekan beberapa real-time dan sumber data historis untuk mengoptimalkan konsumsi bahan bakar, mengurangi penundaan dan kemacetan bandara, dan meningkatkan keselamatan penumpang ketika ada kondisi yang mengganggu.

Dalam press release IBM, nilai corporate action ini belum terbuka. Namun, berdasarkan informasi yang dituliskan oleh Wall Street Journal, proses akusisi ini memang belum terbuka hanya saja, diperkirakan nilai corporate action IBM ini mencapai lebih dari $2 Miliar. (Icha)

2500 Masyarakat Bogor Diajak XL Aktifkan Simcard 4G

0

Jakarta – Proses refarming untuk spectrum 1800 Mhz hampir selesai. Rencananya, bulan November sudah selesai semua. Saat itulah akan menjadi momen penting bagi operator sebagai penyedia jaringan karena pada waktu itulah operator baru dapat mengkomersialkan layanan 4G LTE pada pelanggannya.

XL secara berkesinambungan sejalan dengan program ulang tahunnya yang ke 19, melakukan kegiatan pengaktifan simcard bersama dengan masyarakat Bogor dalam acara XL 4G Day. Kegiatan ini tercatat sebagai rekor oleh Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan menjadi yang pertama dan terbanyak melakukan aktivasi simcard 4G. Pada hari yang sama oleh perwakilan MURI penghargaan diserahkan kepada Vice President Region XL Jabodetabek, Titus Dondi disaksikan oleh Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto yang juga hadir pada acara tersebut.

Titus Dondi mengatakan, “Kegiatan ini kami buat atas dasar keinginan XL untuk turut berperan serta membangun Kota Bogor sebagai Smart City di Indonesia. Pada kesempatan ini kami mengajak pelanggan XL dan masyarakat Bogor untuk mengganti dan mengaktifkan kartu 4G XL secara bersama-sama. Dan atas dukungan lebih dari 2.500 masyarakat Bogor yang terlibat kegiatan ini mencatatkan rekor dan berhasil meraih penghargaan spesial dari MURI.”

Bagi pelanggan XL yang belum menggunakan sim card 4G dan ingin upgrade ke simcard 4G bisa melakukan secara gratis di XL Center terdekat. Masyarakat yang telah menggunakan simcard dan handset 4G akan merasakan perbedaan yang sangat extreme internetan super cepat di jaringan XL HotRod 4G LTE, bahkan jika pelanggan masih menggunakan handset 3G namun sudah menggunakan simcard 4G pelanggan akan merasakan internetan yang lebih cepat dibandingkan sebelumnya.

XL sendiri saat ini memiliki sumber daya spektrum seluas 22,5 MHz di frekuensi 1.800 MHz. Berbekal sumber daya spektrum yang cukup luas tersebut, Rahmadi mengklaim bahwa layanan 4G LTE milik XL di frekuensi 1.800 MHz mampu mencapai kecepatan hingga 100 Mbps. (Icha)

Begini Implementasi IoT di Bank Rakyat Indonesia (BRI)

0

Jakarta – BRI sebagai salah satu Bank terbesar di Indonesia mengaku telah siap dengan tren Internet of Things di tanah air. Institusi perbankan yang memiliki lebih dari 50 juta pengguna ini telah menerapkan skema Internet of Things untuk mendukung bisnis perusahaan.

Untuk sektor Internal perusahaan, BRI menerapkan sebuah platform yang terkoneksi dengan internet serta dapat diakses dalam versi mobile. Platform yang bernama Bristar ini memungkinkan para karyawan mengisi absensi, izin cuti  dan laporan tahunan melalui platform tersebut.

Para atasan juga dapat meminta bawahannya untuk melakukan lembur dengan mengisi sebuah formulir pada Bristar dan para karyawan akan segera mendapatkan informasi pada saat yang bersamaan.

Sementara dalam konteks pelanggan, BRI masih memanfaatkan teknologi internet dan mobile banking untuk transaksi pembayaran nasabahnya. Alasan tersebut dikarenakan pihak BRI masih menganggap sistem tokenization lebih aman untuk saat ini.

“BRI juga sedang melakukan kerjasama dengan pihak e-commerce dengan meluncurkan sistem pembayaran baru yakni menggunakan e-payment,” ungkap Hari Siaga, Corporate Secretary BRI.

BRI juga akan memanfaatkan sebuah inovasi yang diberi nama T-Bank. Inovasi ini nantinya akan memungkinkan para pengguna mengalihfungsikan nomor telepon mereka menjadi nomor rekening bank.

Untuk urusan keamanan, Hari menambahkan BRI akan menggunakan chip sebagai sistem keamanan dari kartunya seperti halnya yang dilakukan pada institusi perbankan di luar negeri.

BRI juga mengungkapkan akan meluncurkan satelit pada tahun depan. Tujuannya adalah untuk menjangkau semua nasabah BRI di Indonesia yang jumlahnya mencapai 50 juta nasabah. Peluncuran satelit ini dianggap lebih efisien ketimbang menggunakan fiber optik. [AK/IF]

Monaco Telecom Klaim Sebagai Pelopor LTE Cat 9 di Eropa

0

Jakarta – Perusahaan telekomunikasi asal Perancis, Monaco Telecom, belum lama ini penyebaran pertama LTE-Advanced Category 9 di Eropa. Operator ini bekerja sama dengan Huawei untuk menerapkan teknologi pada jaringan.

Monaco Telecom pertama meluncurkan layanan LTE-A pada awal tahun ini dan saat ini menawarkan kecepatan tertinggi 223 Mbps. Dengan upgrade terbaru, perusahaan ini maka akan mampu menawarkan kecepatan hingga 450 Mbps.

Monaco Telecom menggunakan total 60MHz untuk LTE, termasuk 2x20MHz di band 2.6GHz dan 1x20MHz di band 800MHz. Operator mengatakan upgrade terus menerus dari jaringan yang dibutuhkan sebagai lalu lintas data dua kali lipat setiap tahun, dengan rata-rata pelanggan kini 1,3GB per bulan masing-masing.

Sekitar setengah dari lalu lintas data yang ada sudah berada di jaringan LTE. Pelanggan diharapkan dapat mengambil keuntungan dari kecepatan lebih yang ditawarkan tahun depan, ketika terminal Cat 9 tersedia di pasar. Demikian dilansir dari Telecompaper, Rabu (28/10).

Manfaatkan IoT, Mastercard Ciptakan Metode Pembayaran Baru

0

Jakarta – Internet of Things tak bisa dipungkiri lagi telah benar-benar menyita perhatian banyak institusi, tak terkecuali institusi keuangan. MasterCard, contohnya, belum lama ini merek kartu kredit yang diterbitkan MasterCard Woldwide ini menyatakan telah bermitra dengan beberapa produsen hardware untuk mengubah benda sehari-hari ke dalam perangkat pembayaran yang tersambung ke Internet.

Melalui kerjasama ini, MasterCard secara tidak langsung ingin memanfaatkan konektivitas dan fitur keamanan yang biasa ditemukan dalam pembayaran digital untuk menyelesaikan transaksi perdagangan dengan memanfaatkan Internet of Things.

Dilansir dari Zdnet, Rabu (28/10), Mastercard memiliki ide yang cukup berani. Pasalnya mereka akan memanfaatkan gantungan kunci yang biasanya menjadi remote control pada kunci mobil untuk melakukan transaksi pembayaran. Mereka beralasan, alat tersebut sesuai dengan dasar-dasar IoT.

“Semakin banyak alat yang saling terhubung akan semakin mempermudah konsumen untuk melakukan transaksi pembayaran karena mereka akan memiliki banyak opsi dari berbagai alat keseharian mereka,” ungkap Ed McLaughlin, Head of emerging payments MasterCard.

Saat ini Mastercard memiliki sebuah alat yang mereka namakan MasterCard Digital Enablement Service (MDES). MDES sendiri merupakan mesin powering ekosistem pembayaran digital MasterCard, dan itu dibangun di atas prinsip-prinsip tokenization.

Konsep tokenization sejatinya telah ada sekitar beberapa tahun lalu, namun teknologi ini muncul kembali ke permukaan ketika Apple pertama kali mengumumkan Apple Pay beberapa waktu lalu dan menggunakan konsep tokenization sebagai penggerak Apple Pay. Hal ini dianggap penting mengingat bisa mencegah tercurinya data berupa nomor rekening dan kartu kredit karena sifat token yang menggantikan peran rekening tersebut.

Untuk program baru ini, Mastercard telah bekerjasama dengan desainer Adam Selman, automaker General Motors, Perusahaan wearable device Nymi, dan perusahaan Bluetooth locator TrackR guna menyiapkan produk mobile payments mereka.

Mengenai sistem kerja, para nasabah hanya perlu menempatkan perangkat pembayaran mereka yang sudah menggunakan teknologi NFC pada alat pembaca, setelah itu Token berperan untuk memverifikasi transaksi tersebut dan menyelesaikan pembayaran.

Mastercard juga akan menghadirkan sebuah aplikasi yang berguna untuk menghubungkan kartu kredit dengan perangkat wearable dan juga dapat menonaktifkan kartu apabila kartu tersebut dicuri atau hilang.

Di sisi teknologi, Mastercard juga bekerja sama dengan Qualcomm dan NXP untuk meningkatkan keamanan pada level chipset. [AK/IF]

Indocomtech Bawa Internet of Things ke JCC

0

Jakarta – Ajang pameran komputer Indocomtech 2015 kembali digelar di Jakarta, Rabu (28/10). Bertempat di Hall B Jakarta Convention Center, Senayan, ajang ini tak hanya memungkinkan pengunjung berburu komputer dan aksesorisnya, tetapi juga beragam gadget menarik lain, mulai dari smartphone hingga memory card.

Kali ini, Indocomtech 2015 mengangkat tema “Internet of Things.” Hal ini sejalan dengan kian hangatnya topik tersebut melanda tak hanya Indonesia, tetapi juga seluruh dunia.

Tak heran, berbagai produk yang mendukung IoT, seperti smartphone, smartwatch, smarthome hingga perangkat wearable lainnya yang terkoneksi dengan internet dijajakan di sini.

Seperti diketahui, saat ini pangsa pasar komputer terlihat lesu. Hal ini disebabkan oleh terjadinya migrasi dari yang tadinya perangkat konsumer menjadi perangkat cloud computing. Migrasi ini disebabkan karena perangkat mobile telah mengalami kemajuan dalam hal teknologi dan migrasi ini sekaligus mempertegas penerapan Internet of Things di Indonesia.

Untuk tahun ini, pihak penyelenggara menargetkan pengunjung sebanyak 250 ribu pengunjung dengan total transaksi sebesar 650 Miliar.

Seiring dengan berkembangnya jaringan 4G di Indonesia, produk smartphone yang mendukung jaringan 4G pun dirasa menjadi salah satu buruan utama para pengunjung.

Kegiatan tahun ini juga dilengkapi dengan program Pop Conference yang bertujuan untuk memberikan edukasi kepada para pengunjung dengan tema Smart People – Creative Idea.

Indocomtech 2015 diselenggarakan mulai dari tanggal 28 Oktober sampai 1 November 2015. Sementara untuk harga tiket, pada pengguna akan dikenakan biaya Rp. 15.000 pada hari kerja, dan Rp 20.000 pada akhir pekan. [AK/IF]

XL Catat Pertumbuhan Pendapatan 4%, EBITDA Naik 10%

0

Jakarta – PT XL Axiata Tbk (XL) mengumumkan hasil kinerja perusahaan dalam periode 9 bulan pertama tahun ini (9M 2015), yang berakhir pada 30 September 2015. Dari sini diketahui bahwa pada triwulan ke-3 tahun 2015, perusahaan mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 4% QoQ, yang didorong oleh pertumbuhan pendapatan pada bisnis utama 5% QoQ, dengan kinerja yang solid baik pada layanan voice (naik 11% QoQ), maupun layanan Data (naik sampai 5% QoQ).

Peningkatan terbesar ada pada Laba Sebelum Bunga, Pajak, Depresiasi dan Amortisasi (EBITDA) yang meningkat 10% QoQ menjadi Rp 2,2 triliun, yang mendorong EBITDA margin sebesar 38% sampai 2 poin persentase QoQ. Peningkatan ini terutama sebagai dampak positif dari kebijakan menyangkut penataan  basis pelanggan untuk lebih fokus pada pelanggan yang lebih menguntungkan selain juga guna meningkatkan profitabilitas portofolio produk.

XL terus fokus pada upaya menjadi pemimpin dalam layanan internet mobile di Indonesia. Sejalan dengan tujuan ini, serta meningkatnya kepemilikan ponsel data dan penggunaannya, telah mendorong pertumbuhan yang signifikan pada lalu lintas (trafic) data. Trafic data tumbuh 52% YoY dalam periode 9 bulan pertama 2015 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu dengan total pengguna data 20 juta atau 49% dari total basis pelanggan.

Pertumbuhan smartphone juga telah berhasil mendorong peningkatan penggunaan layanan data di Indonesia. Penetrasi smartphone XL telah meningkat menjadi sebesar 39% dari keseluruhan pelanggan per akhir periode 9M 2015. Pengguna smartphone XL tumbuh 7% YoY dan mencapai 15,6 juta pengguna.

Pada kuartal tersebut, XL memperkenalkan kampanye pemasaran yang cukup sukses, bertajuk “60 Mazda, 60 Hari, 60 Pemenang” untuk meningkatkan dan mendorong isi ulang pulsa pelanggan. Selanjutnya, XL juga telah mengenalkan program “Harga Pas” untuk penjualan pulsa melalui mini market seperti Indomaret dan 7-Eleven guna meningkatkan aktivitas distribusi melalui saluran modern.

Di ranah 4G, XL juga terus mendorong adopsi ponsel di jaringan ini oleh pelanggan sesuai dengan agenda transformasi yang menargetkan pelanggan dengan nilai yang lebih tinggi. Untuk itu, XL juga menawarkan berbagai pilihan jenis smartphone melalui program bundling dengan Samsung, Xiaomi, Alcatel, Lenovo, LG, dan Sharp.

Program 4G LTE adalah bagian penting dari strategi XL untuk menjadi yang terdepan dalam layanan mobile internet sekaligus upaya memenuhi kebutuhan pelanggan atas layanan internet berkecepatan tinggi.

Saat ini XL memiliki 1.018 BTS 4G hingga 9M 2015 sebagai bagian upaya XL dalam meningkatkan cakupan wilayah layanan 4G LTE dalam menyongsong peluncuran komersialisasi layanan 4G LTE. XL juga terus berinvestasi dalam usaha meningkatkan kualitas jaringan dan perluasan jangkauan melalui pembangunan hampir 18.000 BTS 3G hingga akhir 9M 2015. Dengan demikian, saat ini total BTS XL mencapai ke 56.300.

Sepanjang periode 9M 2015, XL telah membelanjakan Rp 3 triliun belanja modal (capex) untuk memperluas infrastruktur layanan data dan layanan seluler, dengan menggunakan dana internal. Total hutang XL menurun menjadi Rp 27.0 triliun dari Rp 30.4 triliun pada akhir sembilan bulan pertama tahun sebelumnya sementara Hutang Bersih / EBITDA sedikit berkurang dari 3.2x ke 2,8X.

Untuk periode 9M 15, XL mencatat rugi bersih sebesar Rp 506 miliar, terutama disebabkan oleh forex sebagai dampak dari penguatan USD. Menyesuaikan dampak tersebut, XL akan mencatatkan laba bersih yang dinormalisasi sebesar Rp 74 miliar.

Kami menyadari sepenuhnya konsekuensi atas kondisi perekonomian global terhadap perusahaan, termasuk yang terkait dengan pinjaman XL dalam mata uang asing. Dengan penyelesaian semua pinjaman dalam US Dollar yang tidak di-hedge, kami berharap beban perusahaan menjadi berkurang, dan dapat mendukung kinerja XL ke depan,” ungkap Dian Siswarini, Presiden Direktur XL dalam keterangan tertulisnya, Rabu (28/10).

Ericsson dan Giesecke & Devrient Kerjasama end-to-end Remote SIM

0

Jakarta – Ericsson dan Giesecke & Devrient (G&D), yang bermarkas di Munich, Germany, telah bekerjasama untuk membawa layanan pengelolaan end-to-end remote SIM. Layanan tersebut akan dibawa melalui Device Connection Platform (DCP), platform Internet of Things/M2M terkemuka dari Ericsson dan platform pengelolaan langganan SmartTrust AirOn dari G&D.

Integrasi dari kedua platform tersebut akan memungkinkan penyediaan dan pengelolaan profil dan kebijakan embedded SIM jarak jauh melalui proses keamanan yang tinggi. Hasilnya, operator dengan DCP-hosted akan dapat mengatur konektivitas embedded SIM secara remote sebagai bagian dari solusi global dari Internet of Things/M2M dan akan diposisikan dengan baik untuk mengembangkan kemitraan yang inovatif dengan original equipment manufacturers (OEMs).

Dalam waktu yang bersamaan, perusahaan dan OEM dapat mengatur perangkat dengan embedded SIM beberapa operator melalui siklus hidup sebuah perangkat, mulai dari proses perakitan sampai siap dikirimkan ke pasar.

Layanan ini akan diberikan menurut spesifikasi embedded SIM dengan standar industri dari GSMA.

Mirela Juravle, Head of M2M Project, INDOSAT mengatakan: “Dengan remote subscription management PoC dalam kemitraan dengan Ericsson dan G&D, Indosat menjadi satu- satunya operator di Indonesia untuk mempertunjukkan teknologi yang inovatif dan memperlihatkan komitmennya untuk menyediakan layanan yang mempermudah penyebaran global M2M di Indonesia dan Asia Tenggara. Memiliki tim ahli IoT/M2M yang terdedikasi, ambisi Indosat untuk menawarkan solusi M2M yang dapat dikombinasikan untuk menawarkan pendekatan yang fleksibel dari konektivitas M2M, konektivitas yang dikelola melalui solusi one-stop-shop untuk konsumen M2M local dan global”.

Anders Olin, Vice President, Network Functions, Ericsson, mengatakan: “Remote management and provisioning sangat penting untuk membangun ekosistem M2M global yang dapat memberikan keuntungan kepada individu, bisnis dan masyarakat. Dengan mengaktifkan kapabilitas dan meminimalisir kompleksitas dari pengaturan perangkat yang terhubung di seluruh dunia, kemitraan kami dengan G&D membawa pengalaman yang tak tertandingi untuk operator, OEM dan perusahaan dalam mengeksplorasi Networked Society.”

Carsten Ahrens, Vice President, Telecommunications Division, G&D, mengatakan: “Kami menghargai kemitraan dengan Ericsson yang mengkombinasikan Device Connection Platform dengan kemampuan manajemen langganan yang sangat aman melalui SmartTrust AirOn dari G&D. G&D merupakan pemimpin pasar dalam mengelolaan langganan dan kami telah mengembangkan sebuah solusi berdasarkan layanan yang dikelola oleh para profesional yang pada hari ini telah mengatur 2 miliar SIM dan beberapa tipe perangkat komunikasi over-the-air dalam berbagai kasus penggunaan.“ (Icha)

Strategi Apple di Internet of Things

0

Jakarta – Begitu disebut, nama Apple begitu menggetarkan para pemain device saat ini. Bagaimana tidak, setiap produk yang bakal diluncurkan pasti saja banyak menunggu, bahkan rela antri untuk mendapatkannya. Siapa yang tidak iri? Lalu, bagaimana Apple melihat masa depannya? Terutama yang berkenaan dengan Internet of Things?

Saat ini Apple sudah mulai perlahan bergeser ke Internet of Things. Perusahaan Amerika ini melihat ada 3 peluang besar yang akan menjadi sumber pemasukan barunya.

Jika melihat masa depan Internet of Things, Apple juga sudah mengetahui hal tersebut. Seperti yang diperkirakan oleh Cisco bahwa pada 2025 akan terdapat 50 milliar device yang memiliki kemampuan Internet of Things. Bahkan IDC research memperkirakan pada 5 tahun mendatang, Internet of Things ini akan memberikan pemasukan hingga $ 7 Triliun. Paling tidak, Apple sendiri akan memiliki 1.9 miliar device yang saling terhubung dan akan menghadilkan revenue $490 miliar pada tahun 2019 mendatang.

Lalu, tiga peluang besar seperti apa yang menjadi perhatian Apple?

Apple Connected Home

Salah satu strategi Apple adalah Connected Home. Saat ini, diperkirakan ada sekitar 200 juta rumah yang saling terhubung di seluruh dunia. Kondisi ini akan meningkat tajam hingga akan mencapai 700 juta rumah yang terhubung pad atahun 2020.

Apple memiliki Homekit yang akan mampu melakukan control secara otomatis pengaturan suhu, lampu, keamanan, kunci pintu, dan lainnya. Kontrol tersebut dapat dilakukan semuanya melalui iPhone atau iPad.

Hanya saja diperlukan platform tertentu yang mampu dibaca oleh semua device yang terhubung terssebut. Nah, Apple saat ini sedang menggodok plaftorm tersebut. Perusahaan ini masih belum membuka pada public tentang platform tersebut. Yang pasti, Apple berjanji bahwa device akan tetap menjadi komponen utama dalam layanan Apple Connected Home ini.

Apple on The Road

Jumlah kendaraan roda empat di dunia saat ini begitu banyak sehingga membuat macet jalanan. Dan jumlah tersebut akan terus meningkat. Diperkirakan pad tahun 2020 akan terdapat 200 juta mobil di jalanan. Di mana satu dengan yang lain akan share informasi tentang kondisi jalan atau mengirimkan data.

Apple sebenarnya sudah mulai ‘menyentuh’ indutsri otomotif ini. Hanya saja masih belum terekplorasi lebih dalam. Apple masuk melalui Car Play. Berdasarkan informasi yang dikutip dari The Street Journal, Apple akan memiliki produk mobil sendiri pada tahun 2019.

Saat ini, Apple sudah mulai melakukan recruitment para ahli otomotif untuk dimasukan dalam jajaran karyawannya. Bahkan, Apple sendiri saat ini sudah membeli bangunan seharga $ 138.000.000 di wilayah San Jose. lokasi ini akan menjadi tempat perakitan Apple. Bahkan sudah dilengkapi dengan garasi yang akan dipenuhi oleh kendaraan test. Bangunan baru ini pun akan dihuni oleh ratusan karyawannya yang bekerja untuk project otomotif dan diberi nama ‘Titan.

Kemungkinan besar, base camp ‘Titan’ ini nantinya akan berada perusahaan otomotif i3 yang memproduksi mobil listrik. Namun, hingga saat ini, ke dua perusahaan tersebut belum ada deal yang nyata.

Project ‘Titan’ ini sebenarnya sudah di approved oleh Tim Cook, CEO Apple beberapa tahun lalu. Kemudian dikerjakan oleh Steve Zadesky, Vice President Apple. Sejak itulah, Apple merekrut 600 karyawan yang dimasukan dalam tim. Ke depan, jumlah nya akan menjadi tiga kali lipat.

Apple Wearable

Apple juga fokus mengembangkan sesuatu yang dapat dipakai dengan IoT. Salah yang sudah diciptakan adalah smart watches. Produk ini memberikan pengalaman baru bagi konsumennya dalam mengirim informasi dan tracking kesehatan secara individual. Ke depan, Smart watches ini akan menjadi identitas bagi seseorang, sebagai dompet, bahkan pemantau yang akan bekerja 24 jam selama seminggu tanpa jeda.

Saat ini, menurut BI Inteligent, Smart watch Apple sudah leading. Dan pada 4 tahun ke depan akan menjadi pemain utama di Smart Watch.

Dan, bukan hanya smart watch saja yang dikembangkan oleh Apple. Peralatan lain yang berada di di rumah, mobil, rumah sakit dan lainnya akan terus hadir sehingga IoT pun menjadi pemandangan biasa nantinya. (Icha)