spot_img
Latest Phone

Deretan Wearables Terbaru Apple, iPhone 17 Bukan Satu-Satunya

Telko.id – Selain iPhone 17 Series, pada perhelatan Apple...

Apple Rilis iPhone 17 Series, Ini Bocoran Harga dan Spesifikasinya

Telko.id – Apple akhirnya resmi meluncurkan iPhone 17 Series...

Garmin fēnix 8 Pro Resmi Hadirkan Teknologi MicroLED dan inReach

Telko.id - Garmin resmi meluncurkan seri fēnix 8 Pro,...

Garmin Dorong Gaya Hidup Aktif di Hari Olahraga Nasional 2025

Telko.id - Garmin mendorong masyarakat Indonesia untuk menjalani gaya...

Elon Musk Gugat Apple dan OpenAI Soal Integrasi ChatGPT di iPhone

Telko.id - Elon Musk melalui perusahaan xAI dan xAI...
Beranda blog Halaman 1572

Kantongi Izin Regulator, Nepal Telecom Siap Gelar 4G

0

Telko.id – Warga Nepal sepertinya akan benar-benar bisa menikmati 4G-nya sendiri. Kabar baik ini hadir menyusul kesiapan Nepal Telecom untuk meluncurkan layanan 4G-nya, segera setelah menerima izin dari regulator Nepal Telecomunication Authority (NTA).

Berdasarkan laporan dari TheKathmandu Post, direktur Nepal Telecom, Buddhi Prasad Acharya mengatakan bahwa komisi pengembangan parlemen awal pekan ini telah menetapkan untuk memulai layanan dan meminta bersabar untuk menunggu jawaban.

Nepal Telecom berencana untuk menawarkan layanan 4G di kota-kota besar di mana terdapat permintaan akan jaringan ini. Perusahaan akan meng-upgrade jaringan 3G di seluruh cakupan mereka dan segera menonaktifkan layanan 2G.

Sementara itu, upaya untuk meningkatkan kualitas layanan telah diselenggarakan kembali, karena kesulitan dalam mengimpor akibat dugaan blokade yang dideklarasikan pada Nepal oleh India, dengan sebagian besar peralatan yang diimpor terjebak di kantor pabean.

Di sisi lain, Nepal Telecom yang notabene merupakan perusahaan negara harus mampu bersaing dengan pemain swasta. Sekedar informasi, sejak empat tahun lalu Nepal Telecom terus menanyakan mengenai alokasi spektrum 4G kepada NTA, dan baru tahun ini mereka mendapatkan lampu hijau dari pihak regulasi.

Namun, hal tersebut tampaknya tidak akan berjalan semulus yang diinginkan. Pasalnya mereka tidak mampu mendapatkan peralatan dan infrastruktur secepat mereka bisa, ucap Acharya kepada komite. [ak/if]

Tambah Saham 5%, MDS Tingkatkan Kepemilikan di MatahariMall.com

0

Telko.id – Peritel terbesar Indonesia di bidang fesyen, kecantikan, dan produk rumah tangga, Matahari Department Store (MDS), telah meningkatkan kepemilikannya di MatahariMall.com.

Peningkatkan kepemilikan yang dilakukan dengan mengakuisisi 5% saham tambahan PT Global eCommerce Indonesia (GEI) dan meningkatkan kepemilikannya hingga 10% ini dilakukan untuk memperluas jangkauan MDS melalui eCommerce. MDS mengakuisisi saham ini melalui penggunaan opsi 10% yang diberikan MatahariMall.com sebagai bagian dari kemitraan strategis.

Keputusan MDS untuk terus meningkatkan saham dan menggunakan opsi yang dimiliki di MatahariMall.com merupakan bentuk kepercayaan dan validasi atas pertumbuhan perusahaan eCommerce tersebut.

“Traksi dan pertumbuhan MatahariMall.com sangat mengesankan. Tim MatahariMall.com dan pencapaian yang mereka wujudkan dalam setahun terakhir sangat luar biasa. MDS sangat bangga untuk bisa menjadi bagian dari pertumbuhan ini dan kami juga berharap untuk terus dapat memperdalam pemahaman kami terhadap ruang ritel online,” ujar Michael Remsen, CEO MDS dalam keterangan tertulisnya, Jumat (22/1).

Kedua perusahaan menyatakan bahwa kemitraan strategis ini terjalin atas kesamaan visi dan pandangan bahwa eCommerce merupakan salah satu peluang terbesar di Indonesia saat ini. Hadi Wenas, CEO MatahariMall.com pun menyambut positif kemitraan tersebut.

“Kami sangat berterima kasih atas dukungan MDS, dan kami menyambut MDS sebagai mitra strategis dan jangka panjang. Sangat sedikit peritel besar yang benar-benar memahami eCommerce, dan MDS adalah salah satunya,” imbuhnya.

Kemitraan antara kedua perusahaan telah mempercepat pertumbuhan MatahariMall.com. Kemitraan yang dijalin mencakup jaringan online-to-offline (O2O) yang memungkinkan pelanggan untuk membayar, mengambil, dan mengembalikan barang-barang mereka di toko-toko MDS di seluruh Indonesia.

Selain itu, pemasaran, merchandising, dan akses terhadap jaringan pemasok luas yang dimiliki MDS juga tercakup dalam kemitraan ini. Untuk MDS, kemitraan ini juga memungkinkan raksasa ritel tersebut untuk mendalami sektor eCommerce yang dinamis, dan untuk menjangkau lebih banyak pelanggan di kota-kota yang belum memiliki toko fisik MDS.

Investasi MDS ke MatahariMall.com menandakan sebuah langkah paling berani yang pernah diambil oleh peritel Indonesia di ranah ritel online. “Langkah dan pemikiran inovatif yang diambil oleh pemimpin pasar seperti MDS merupakan sesuatu yang sangat unik. Kemitraan ini memang sangat masuk akal baik bagi MDS maupun bagi MatahariMall.com,” ujar Emirsyah Satar, mantan CEO Garuda Airlines, yang sekarang menjadi Chairman of MatahariMall.com.

MatahariMall.com sendiri, yang merupakan perusahaan eCommerce yang didukung oleh Lippo Group, telah memanfaatkan tim yang kuat, nama brand yang terpercaya, jaringan O2O terbesar, infrastruktur pengiriman yang kuat, produk-produk eksklusif, dan harga yang kompetitif, untuk mengguncang pasar, dan menjadi platform ritel online terkemuka di Indonesia. Kemitraan dan keputusan MDS untuk menggunakan opsi peningkatan saham akan menambah momentum bagi MatahariMall.com yang sedang berkembang pesat.

Modalku, Alternatif Pembiayaan UKM Berbasis Teknologi Digital

0

Telko.id – Modal, dengan suku bunga bersaing dan pelayanan prima, tak bisa dipungkiri lagi menjadi salah satu aspek penting bagi UKM untuk bisa berkembang dan memperluas usahanya. Berkaca pada kenyataan itu, PT Mitrausaha Indonesia Grup pun meluncurkan produk bisnis alternatif dari investasi yang berbasis teknologi digital. Mereka menyebutnya, ‘Modalku’.

“Melalui pendekatan teknologi yang Modalku miliki, kami sangatlah serius dalam mendedikasikan waktu untuk mendorong akses bagi UKM untuk memenuhi kebutuhan pinjaman modal usaha, sebagai bagian dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Platform Modalku mampu memberikan suku bunga bersaing dan layanan yang cepat, prima, serta mudah diakses melalui new-age screening dan underwriting.” ungkap Reynold Wijaya, Chief Executive Officer dan Co-founder Modalku melalui keterangan tertulisnya, Kamis (21/1).

Layanan berbasis teknologi digital ini berfungsi sebagai solusi yang dapat diandalkan bagi para pemberi pinjaman untuk pertukaran hasil yang mampu mencapai lebih dari 12 persen per tahun, serta sebagai alternatif untuk pilihan investasi konvensional seperti saham, obligasi, reksa dana, dan deposito. Produk ini terjangkau bagi para profesional kelas menengah, karena setiap orang dapat membuka akun di Modalku dengan jumlah pinjaman minimal Rp 10 juta.

“Hal ini penting, mengingat tingkat pendapatan dan standar hidup, khususnya kelompok kelas menengah Indonesia tetap menunjukkan tren meningkat ditengah gejolak ekonomi global,” tambah Reynold.

Bagi pelaku UKM, peminjaman modal usaha kepada institusi non-formal seringkali membebankan bunga pinjaman yang terlampau besar dan memberatkan. Oleh karena itu, para pelaku usaha membutuhkan alternatif pemodalan dengan bunga pinjaman yang terjangkau, dapat diakses secara cepat, dan dengan layanan prima.

Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan elemen penting dari lapangan pekerjaan baru, hanya saja, UKM kehilangan kontribusinya dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Salah satu masalah utama bagi UKM walaupun usahanya tergolong aman dan menguntungkan, adalah secara struktur tidak mampu dirangkul seluruhnya oleh institusi keuangan yang ada untuk memperoleh pinjaman pembiayaan usaha. Padahal, dalam menghadapi tantangan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), UKM dituntut untuk meningkatkan kualitas produk dan pelayanannya agar dapat bersaing di tingkat regional.

Intel Hadirkan Perangkat IoT Untuk Pasar Retail

0

Telko.id – Raksasa chipset asal Amerika Intel telah meluncurkan seperangkat alat teknologi yang dirancang khusus untuk pasar ritel, perangkat ini juga termasuk sebagai platform IOT terbaru mereka.

Intel Retail Sensor Platform merupakan platfotm yang didasarkan pada Intel IOT Platform, yang merupakan model referensi dan mengatur produk yang dirancang untuk mempercepat adaptasi dari era Internet of Things di industri ritel. Produk ritel ini  terdiri dari sensor ritel, gateway, dan Analytics Trusted Platform Intel.

Dilansir dari Telecoms, beberapa solusi IoT dari Intel menggunakan teknologi RealSence, yang menggunakan sebuah kamera array dan memungkinkan pengguna dapat berinteraksi dengan komputer melalui gerak tubuh, ekspresi wajah, dan lain-lain. Alat baru ini termasuk pemindaian tubuh untuk kustomisasi ukuran pakaian dan virtual reality.

Joe Jensen, VP Divisi Solusi Retail Intel menyebutkan, “Pengecer tampaknya akan mengubah sudut pandang dalam hal menggunakan teknologi baru untuk lebih memahami bisnis mereka dan terhubung dengan pelanggan,” Ia juga nemanbahkan, dibandingkan tahun lalu, saat ini terdapat dua kali lebih banyak pengecer independen yang mulai berinvestasi di bidang teknologi yang menggunakan analisis data dan perangkat lunak untuk membuat keputusan pembelian yang cerdas.

Hal senada juga diungkapkan oleh Scott Meden yakni salah seorang pengecer sepatu di Nordstrom yang menyebut, “Kami ingin melayani pelanggan dengan cara baru dan unik, kami juga terus menguji bagaimana teknologi dapat meningkatkan pengalaman layanan kami, Dalam bisnis sepatu kami, ukuran yang pas adalah komponen penting dalam melayani pelanggan dan kami sangat gembira untuk dapat meningkatkan akurasi dan kenyamanan dengan menemukan ukuran yang tepat,”ucapnya.

Tahun ini memang seakan menjadi tahunnya Internet of Things, Intel sebagai penyedia perangkat tentu akan semakin memanfaatkan momen ini untum terus memberikan perangkat yang menunjang partner mereka.

Jika di Amerika Intel telah mengjadirkan perangkat IoT untuk retail, bukan tidak mungkin industri retail di Indonesia juga akan ‘kebanjiran’ produk IoT dari Intel.

Dibalik Rencana Singapura Restrukturisasi Regulator Telekomunikasi

0

Telko.id – Pemerintah Singapura, melalui Menteri Komunikasi Dr Yaacob Ibrahim baru-baru ini mengumumkan rencananya untuk merestrukturisasi regulator telekomunikasi dan media mengingat konvergensi dari kedua sektor.

Akan diluncurkan pada paruh kedua 2016, Info-communication Media Development Authority (IMDA) dan Government Technology Organisation (GTO), akan menggantikan Info-communications Development Authority (IDA) dan Media Development Authority.

Menurut laporan Totaltele, Kamis (21/1), IMDA akan mengembangkan dan mengatur telekomunikasi konvergen dan sektor media dalam kepentingan konsumen dan perusahaan. Selain itu, Pemerintah juga berencana untuk membentuk Komisi Perlindungan Data Pribadi, yang akan menjadi bagian dari IMDA, dan akan bertanggungjawab untuk menjaga kepercayaan masyarakat mengenai cara sektor swasta menggunakan informasi pribadi.

“Lanskap Infocomm telah berkembang selama bertahun-tahun, dan kecepatannya akan bertambah dengan pertumbuhan konvergensi infocomm dan media. Instansi pemerintah kami bertanggung jawab untuk membuat infocomm dan media memastikan bahwa mereka secara optimal terstruktur, untuk membantu Singapura memperoleh keuntungan dari dan dengan memanfaatkan peluang dalam ekonomi digital baru,” ungkap Chan Yeng Kit, ketua IDA.

Ketua MDA, Niam Chiang Meng menambahkan bahwa restrukturisasi ini akan membuka jalan bagi kerangka peraturan yang lebih harmonis, dan pendekatan terpadu untuk pengembangan industri.

Sementara itu, GTO akan memimpin upaya transformasi digital Singapura di sektor publik, mendorong warga untuk berpartisipasi dalam menciptakan layanan publik digital. Ini juga akan membantu instansi pemerintah memanfaatkan teknologi baru, seperti robotika, kecerdasan buatan, Internet of Things (IOT) dan big data, serta yang lainnya.

Rencananya, restrukturisasi ini sendiri akan dimulai pada tanggal 1 April mendatang.

ITU : Internet of Things Bisa Tingkatkan Taraf Hidup Banyak Orang

0

Telko.id – Sebuah laporan dari ITU dan Cisco mengatakan bahwa Internet of Things (IOT) dapat meningkatkan taraf hidup jutaan orang serta dapat mempercepat kemajuan menuju tujuan pembangunan berkelanjutan PBB, seperti kesehatan masyarakat dan pendidikan.

Merujuk pada laporan yang diluncurkan pada pertemuan tahunan Dewan Pacific Telecommunications di Hawaii, laporan yang bertajuk ‘Memanfaatkan Internet of Things untuk pembangunan global’ ini mencatat bahwa ada tiga penggerak utama yang jika didukung, bisa membuat ‘revolusi IOT’ di negara berkembang.

Pertama adalah perangkat IOT yang sudah umum, hadir dengan harga yang relatif murah dan mudah diganti dalam mengembangkan pasar. Infrastruktur dasar untuk mendukung IOT, seperti Wi-Fi dan kafe internet sudah tersebar luas dengan konektivitas dasar ke jangkauan ponsel di sekitarnya.

Terlebih lagi, perangkat IOT yang saat ini banyak digunakan dapat bertahan dalam kondisi ekstrim.

Kedua, biaya R&D IOT yang diserap oleh permintaan yang kuat di pasar dunia terus berkembang, dan ada sedikit biaya yang terkait dengan adopsi mereka untuk negara berkembang.

Terakhir, perangkat IOT menawarkan instalasi yang sederhana dan banyak juga yang memiliki fungsi ‘plug & play’ yang tentunya tidak memerlukan keahlian khusus, serta pasokan listrik seperti tenaga matahari dapat mempertahankan sensor dan jaringan di saat tidak ada pasokan listrik yang konsisten.

Studi ini merekomendasikan bahwa pemerintah dan bisnis seharusnya mendukung start-up teknologi, inkubator ICT dan pusat data lokal, dan bekerja untuk mengembangkan kebijakan dan kerangka peraturan yang akan menciptakan sebuah ekosistem yang memungkinkan untuk penyebaran IOT di seluruh dunia.

Dilansir dari mobile world live (21/1), ITU melihat komunikasi M2M melalui jaringan mobile seluler sebagai layanan ICT yang tumbuh paling cepat dalam hal lalu lintas. Mereka juga memperkirakan bahwa ada lebih dari satu miliar perangkat IOT nirkabel yang dikirimkan pada tahun 2015, naik 60 persen dibandingkan dengan tahun lalu dan diperkirakan telah terpasang sebanyak 2,8 miliar produk.

Sekedar informasi, awal pekan ini Sigfox meluncurkan Sigfox Foundation, yang bertujuan untuk membawa manfaat dari IOT. [ak/if]

Kombinasikan DSL dan LTE, Swisscom Kebut Internet Rumah

0

Telko.id – Sebagai bagian dari investasi yang signifikan untuk memperluas jaringan broadband canggih miliknya, Swisscom telah mengumumkan akan menkombinasikan jaringan tetap dan jaringan bergeraknya dengan menggunakan teknologi DSL + LTE.

Uji coba awal dijadwalkan akan dimulai perusahaan bulan ini, dengan menargetkan sejumlah kecil pelanggan perumahan dan memberikan bandwidth hingga 20Mbps selama tahap pertama. Kecepatan broadband yang lebih tinggi sendiri direncanakan Swisscom untuk pengujian tahap selanjutnya. Demikian diwartakan Telecomtech, Kamis (21/1).

Saat ini, uji coba Swisscom sedang dalam persiapan untuk mengatasi semakin tingginya tingkat lalu lintas yang ditempatkan pada jaringan tetap; yang saat ini menjadi dua kali lipat setiap 16 bulan. Menggabungkan bandwidth mobile dengan jaringan tetap – menggunakan teknologi ikatan LTE + DSL – akan memungkinkan lebih banyak data melewati jaringan tanpa memiliki dampak pada pengalaman pelanggan.

Untuk memuluskan niatnya, sebuah receiver LTE baru juga telah dikembangkan oleh perusahaan yang berbasis di Swiss ini. Perangkat ini akan menjemput aliran data mobile dan menghantarkannya melalui WLAN ke router DSL. Router ini sendiri dilengkapi dengan perangkat lunak cerdas yang menggabungkan aliran data mobile dan jaringan tetap.

Dalam keterangan resminya, Swisscom mengatakan bahwa ketersediaan ikatan DSL + LTE dan bandwidth yang sebenarnya ditentukan oleh panjang tembaga jaringan tetap dan cakupan 3G atau 4G di rumah pelanggan. Swisscom bertujuan untuk menggunakan uji coba ini untuk menentukan apakah peluncuran pasar layak dilakukan.

Swisscom bertujuan untuk menyediakan broadband ultra-cepat hingga 85 persen di semua rumah dan kawasan bisnis di Swiss pada akhir 2020. Pada 2015 saja, penyedia layanan ini menginvestasikan lebih dari CHF 1,75 miliar atau sekitar Rp 24 triliun untuk memperluas infrastruktur jaringan dan IT. Dengan diperkenalkannya standar transmisi baru G.fast, Swisscom percaya dapat memberikan kecepatan hingga 500Mbps dari akhir tahun ini.

Sebagai informasi, DSL, yang merupakan singkatan dari Digital Subscriber Line ini sendiri merupakan koneksi internet broadband yang menggunakan kabel jaringan telepon untuk memberikan sinyal internet kecepatan tinggi. Kecepatan download DSL dapat berkisar dari 256 kbps hingga 24 Mbps, meskipun kecepatan dapat bervariasi tergantung pada kualitas saluran telepon, jarak dari ISP atau jenis langganan DSL. Instalasi DSL umumnya dapat dilakukan tanpa pengeboran lubang tambahan atau menginstal outlet ekstra; asalkan rumah Anda telah memiliki kabel telepon yang terpasang, semua yang perlu Anda lakukan adalah menghubungkan modem DSL.

Pemerintah Korea Uji Coba 5G

0

 

Telko.id – Teknologi 5G saat ini masih dalam diskusi yang sangat dini. Apalagi, ITU (International Telecommunication Union) juga masih belum menentukan standarisasinya untuk 5G ini. Hanya saja, ketika mulai tahun 2020 setelah ITU menentukan standarisasinya maka akan terlambat. Itu sebabnya, banyak pihak yang sudah melakukan pendalaman bahkan pemerintah Korea pada tahun 2016 ini sudah mulai akan menggelar jaringan 5G, walaupun baru untuk keperluan uji coba, seperti yang dilansir oleh Business Korea.

Departemen Science, ICT dan Perencanaan Masa Depan Korea membangun jaringan telekomunikasi 5G pertama di dunia yang bertujuan untuk uji coba di Provinsi Gangwon dan Seoul pada semester kedua tahun ini. Investasi yang ditanamkan sebesar 34 miliar won. Tes ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam band frekuensi tinggi, minimal 6 GHz dapat benar-benar memberikan kecepatan, setidaknya 1 Gbps melalui jaringan telekomunikasi yang sedang digunakan.

Untuk tujuan ini, pada tahap awal, frekuensi dan standar teknis akan disusun. Demikian juga untuk Chips terminal dan BTS akan dikembangkan. Proyek percontohan ini akan selesai pada tahun 2018 melalui investasi 15 miliar won dan masing-masing sekitar 8 miliar won pada tahun 2017 dan 2018.

Pemerintah berencana untuk memasok dua atau tiga dari enam band yakni dari 27 GHz sampai 29,5 GHz, 31,8 GHz sampai 33,4 GHz, 37 GHz sampai 42,5 GHz, 45,5 GHz sampai 50,2 GHz, dari 50,4 GHz sampai 52,6 GHz dan 66 GHz sampai 74 GHz sebagai frekuensi yang disiapkan untuk uji coba. Pada frekuensi Mhz akan digunakan untuk operator selular pada jangka waktu tertentu di semester kedua tahun ini.

Negara dan perusahaan di seluruh dunia memperhatikan langkah dari rencana pemerintah Korea ini. International Telecommunication Union (ITU) memutuskan untuk menyelesaikan point penting 5G di 2020. Jadi saat ini masih dalam tahap awal diskusi untuk 5G ini.

Di sisi lain, beberapa Negara juga masih menemui jalan buntuk untuk mencapai kesepakatan mengenai frekuensi. Amerika Serikat, Korea dan Jepang bersikeras pada standarisasi frekuensi, minimal di 6 GHz digunakan untuk kepentingan layanan mobile broadband. Sedangkan beberapa Negara di Eropa dan Cina mengklaim bahwa standarisasi 6 GHz atau kurang dari itu lebih baik digunakan untuk menjangkau wilayah yang lebih panjang.

Dalam sejarah telekomunikasi, frekuensi 6 GHz belum pernah dimanfaatkan sama sekali. Jadi, menurut pemerintah Korea, Layanan 5G yang dilakukan ini, setidaknya mampu mencapai kecepatan 1Gbps dapat berhasil dan memberikan efek ekonomi yang besar. (Icha)

Terkait Data Pribadi, Cuma 18% Orang Eropa Percaya Operator

0

Telko.id – Fenomena big data tampaknya belum sepenuhnya dianggap sebagai solusi yang baik oleh kebanyakan orang. Tak terkecuali mereka yang berada di negara-negara maju. Di Eropa misalnya, sebuah penelitian yang dilakukan oleh TNS Infratest atas nama Vodafone Institute belum lama ini mengungkap betapa big data masih menjadi tanda tanya tersendiri bagi pengguna.

Menurut studi tersebut, kurang dari sepertiga (32 persen) orang Eropa percaya bahwa big data memiliki keuntungan. Kedua, hanya sekitar 26 persen dari pengguna digital di Eropa percaya bahwa perusahaan menghormati privasi data pribadi mereka, sementara 29 persen diantaranya merasa memiliki kontrol atas informasi yang dikumpulkan tentang mereka.

Terkait jenis perusahaan yang dipercaya orang Eropa menangani data pribadi mereka dengan benar, operator telekomunikasi dipercaya oleh hanya 18 persen responden, sedikit lebih baik di atas perusahaan media sosial, yang mengantongi angka 11 persen, serta penyedia messaging dan perusahaan mesin pencari yang masing-masing dipercaya oleh 14 persen dan 16 persen orang Eropa.

Semantara bank dan lembaga kesehatan yang terpercaya menempati posisi teratas dalam hal menjaga kepercayaan konsumen dengan masing-masing menorehkan angka 36 persen dan 33 persen. Demikian dilaporkan Telecompaper, Kamis (21/1).

Temuan lain yang ikut terungkap dalam laporan mengenai pandangan publik tentang big data dan privasi ini termasuk fakta bahwa 55 responden mengatakan bahwa mereka akan lebih memilih untuk membayar layanan daripada memberikan data pribadi mereka sebagai ganti untuk layanan internet gratis, sementara 53 persen mengatakan bahwa mereka takkan keberatan jika datanya dianalisis untuk membantu mereka ataupun orang lain meningkatkan kesehatannya.

Studi yang dilakukan atas 8000 responden di delapan negara Eropa ini menyimpulkan bahwa pengguna begitu skeptis terhadap fenomena Big Data karena organisasi publik dan swasta gagal untuk menjelaskan secara jelas bagaimana dan mengapa data mereka dianalisis, dan tidak memberi mereka kontrol yang memadai atas bagaimana data mereka sedang digunakan. Terkait hal itu, hanya 20 persen responden mengatakan bahwa mereka tahu di mana dan bagaimana data pribadi mereka dikumpulkan dan disimpan.

 

Kelompok Koalisi AS Minta FCC Agar Lindungi Data Pengguna

0

Telko.id – Sebuah kelompok koalisi di AS baru-baru ini mendesak Komisi Komunikasi Federal (FCC) untuk melakukan sweeping terkait perlindungan privasi kepada pengguna broadband nasional.

Dilansir dari Reuters (21/1), koalisi ini ingin penyedia layanan internet broadband termasuk perusahaan mobile dan telepon rumah, TV kabel dan satelit untuk tunduk pada peraturan privasi ini.

Di antara perusahaan-perusahaan yang akan terpengaruh adalah AT&T Inc, Comcast Corp, Verizon Communications Inc dan Cablevision Systems Corp.

“Peran internet dalam kehidupan sehari-hari konsumen meningkat. Ini berarti diperlukan peningkatan untuk pengawasan,” ungkap sebuah surat yang ditujukan kepada Ketua FCC Tom Wheeler dan ditandatangani oleh para koalisi tersebut.

Sebagai informasi, kelompok koalisi ini diantaranya American Civil Liberties Union, yakni Pusat Digital Demokrasi, Consumer Watchdog Electronic Frontier Foundation, Public Citizen dan 54 kelompok lain.

Koalisi ini mengatakan dalam surat tersebut bahwa penyedia broadband sudah ‘panen’ dalam jumlah besar dalam hal data analitik konsumen untuk digunakan dalam iklan. “Hal ini dapat membuat efek yang mengerikan dan meningkatkan potensi praktik diskriminatif yang berasal dari penggunaan data,” kata surat itu.

Sementara itu, Wheeler mengatakan penyedia layanan broadband harus memastikan bahwa data yang mereka kumpulkan tentang konsumen aman dan tentunya harus ada persetujuan dari konsumen tersebut untuk berpartisipasi dalam riset analitik yang diadakan oleh penyedia broadband.

Pada bulan November lalu, Wheeler mengatakan bahwa FCC akan mengatasi praktik privasi ini dalam beberapa bulan ke depan, dari perusahaan yang menyediakan layanan jaringan dan konsumen harus tahu apa yang sedang dikumpulkan tentang penggunaan internet mereka.

Pada bulan yang sama, FCC menolak petisi dari kelompok Consumer Watchdog untuk menuntut perusahaan internet yang disebut ‘edge provider’ seperti Google, Facebook, YouTube, Pandora, Netflix, dan LinkedIn untuk menghormati permintaan dari konsumen yang tidak ingin terlacak oleh mereka.

Sejatinya, FCC telah berulang kali mengatakan tidak memiliki niat untuk mengatur perusahaan-perusahaan ini bahkan juru bicara FCC menolak mengomentari pengumuman apapun. Seorang juru bicara USTelecom, menolak berkomentar terkait FCC yang belum mengusulkan peraturan privasi.

Langkah ‘kurang berani’ dari FCC selama inilah yang akhirnya membuat kelompok konsumen tersebut berkoalisi untuk terus menekan FCC agar mau bertindak tegas mengenai data pengguna ini. Data pengguna yang seharusnya menjadi privasi pengguna dalam berinternet, justru menjadi sebuah ladang bisnis baru untuk memberikan analisa baru kepada pihak lain agar dapat memberikan iklan yang tertarget.