spot_img
Latest Phone

ASUS Vivobook S14: Laptop AI 45+ TOPS untuk Produktivitas Tanpa Batas

Telko.id - ASUS Vivobook S14 (S3407QA), laptop terbaru yang...

Garmin vívoactive 6, Tak Sekadar Pintar, Dukung Gaya Hidup Aktif dan Tampil Lebih Gaya

Telko.id - Garmin Indonesia memperkenalkan vívoactive 6, smartwatch wellness...

Lebih Bugar Setelah Lebaran dengan Smartwatch Garmin

Telko.id - Pernahkah Anda merasa tubuh terasa berat dan...

PC Global Melonjak 4,9% di Q1 2025, Tapi Tarif China Ancam Pasokan

Telko.id - Angka-angka terbaru dari IDC mengungkap fakta mengejutkan:...

Lenovo Yoga Slim 9i: Laptop Premium Pertama dengan Kamera di Bawah Layar

Telko.id - Bayangkan sebuah laptop yang tidak hanya memukau...
Beranda blog Halaman 1431

Huawei Mulai Bahas NB-IOT

0

Telko.id –  Huawei’s annual analyst summit memaparkan perihal terminologi baru yakni Big Video. seperti NB-IOT dan pengulangan sebuah tantangan abadi seperti latency, dan melonjaknya pertumbuhan data di semua sektor.

“Segala sesuatu yang kita lakukan  dirancang untuk mengatasi pertumbuhan eksplosif dalam lalu lintas data,” kata Eric Xu, deputy chairman of the board and rotating CEO, dalam sesi tanya jawab setelah keynote pembukaan. Xu mengatakan bahwa volume lalu lintas data di masa depan akan menjadi sebesar  Samudra Pasifik.

Ia menambahkan bahwa perangkat keras dan inisiatif cloud enterprise yang juga diarahkan oleh lalu lintas data, seperti dilaporkan oleh TelecomAsia (15/4).

Xu memperkenalkan strategi “All Cloud”  Huawei selama keynote, dan menyebutkan, “Sepuluh tahun terakhir ini semua tentang IP, sepuluh tahun berikutnya semua tentang cloud, strategi cloud terbaru perusahaan berfokus pada peningkatan pengalaman end user serta juga akan melibatkan ‘cloudification penuh’ dari produk dan aplikasi selama dua hingga tiga tahun ke depan.” Ujar Xu.

Narrowband IOT

NB-IOT adalah gagasan terbaru di Internet of Things. Sebuah konsensus membangun antara operator di seluruh Internet narrowband of Things (NB-IOT), teknologi baru untuk penyebaran jaringan LPWA (Low Power wide-area). Sekadar informasi, teknologi ini dirancang untuk menyediakan cakupan pada tempat yang sulit dijangkau, serta mendukung sejumlah besar throughput rendah, perangkat biaya yang sangat rendah, dengan konsumsi daya perangkat rendah.

Sementara itu, Patrick Zhang, president of the marketing & solutions department, mengungkapkan bahwa fokus mereka saat ini pada IOT dan penekanan pada konsumsi daya rendah dan API terbuka. Zhang menggambarkan NB-IOT sebagai “jaringan selular untuk hal-hal besar,” menampilkan sensor dengan baterai sepuluh tahun dan respon cepat “pada tingkat latency mencapai 1ms.”

Zhang juga menjelaskan pendekatan hardware perusahaannya untuk IOT termasuk perangkat multi-purpose yang ditujukan untuk konsumen dan bisnis.

Pada ajang yang sama, Huawei juga menjelaskan tentang R & D mereka. Perusahaan biasanya berinvestasi sekitar 10% dari pendapatan mereka untuk R & D, dan mereka mempekerjakan 5.700 insinyur di India, terutama untuk R & D. Pihak Huawei juga mengatakan bahwa tingkat lokalisasi untuk 176.000 karyawan Huawei keseluruhan adalah 72%.

Perwakilan Huawei juga menambahkan bahwa salah satu strategi perusahaan nya adalah meningkatkan kesadaran akan Brand mereka. “Membangun merek kami & saluran bukanlah strategi jangka pendek. Hal ini membutuhkan waktu dan usaha” ujar Joy Tan, President of Corporate Communications Huawei

Dia menambahkan bahwa di Indonesia adalah salah satu “pasar utama” perusahaan. Bukan hanya itu, ia juga menyebut bahwa seluruh pasar Asia Tenggara saat ini berkembang pesat. “Kami menggunakan posisi premium-merek kami untuk membantu mendorong sektor pasar lainnya,” kata Tan.

Namun, jika melihat beberapa waktu kebelakang. Ketika banyak karyawan asing Huawei di Indonesia, rasanya hal ini merupakan sebuah ironis dengan pasar di Indonesia sangat besar bagi vendor asal Cina ini.

XL Buka-bukaan Soal Akuisisi dan Merger dengan Axis

0

Telko.id – Setelah hampir dua tahun digodok, buku berjudul ‘Sukses Merger XL-Axis, 70 % Merger & Akuisis Gagal! Bagaimana XL-Axis Bisa Berhasil?” pun akhirnya resmi diluncurkan hari ini. Seperti bisa ditebak, buku ini bercerita tentang kisah dibalik merger dan akuisisi yang dilakukan XL terhadap Axis, mulai dari latar belakang, suka duka, hingga keberhasilannya.

Di sela-sela peluncuran dan bedah buku yang berlangsung di Auditorium Lembaga Bisnis dan Manajemen PPM, Jakarta (14/4), Dian Siswarini, Presiden Direktur XL Axiata mengungkapkan bahwa aksi korporasi yang dilakukan XL dalam bentuk merger dan akuisisi ini sebenarnya adalah proses yang biasa. Malah kalau bisa dibilang, sering terjadi di dunia bisnis.

“Kalaupun pada akhirnya ini menjadi tidak biasa, itu karena proses merger dan akuisisi yang dilakukan XL terhadap Axis ini belum pernah dilakukan sebelumnya oleh operator telekomunikasi,” tuturnya.

Dian tidak menampik bahwa proses merger dan akuisisi XL atas Axis ini memang tidak mudah. Selain menghadapi berbagai persoalan administratif, kedua perusahaan juga harus bersinergi dengan regulasi yang berlaku di tanah air. “Banyak hal yang harus kami lalui, mulai dari perizinan, integrasi dan sebagainya,” tambah Dian.

Buku ini sendiri menjadi layak dibaca lantaran merger – yang sebenarnya adalah hal biasa dalam sebuah bisnis – ini merupakan kali pertama dua perusahaan telekomunikasi ‘bergabung’ dan berhasil.

Sekedar informasi, hasil riset membuktikan bahwa 70 persen upaya merger dan akuisisi gagal. Penyebabnya beragam, mulai dari kekeliruan menetapkan target akuisisi, salah valuasi, ‘kekalahan’ negosiasi, dan yang paling sering terjadi adalah kegagalan mengintegrasikan bisnis yang diakusisi.

Dalam industri telekomunikasi Indonesia sendiri, akuisisi sebenarnya bukanlah fenomena aneh. Sudah banyak operator lokal yang diakuisisi oleh perusahaan-perusahaan dari luar, sebut saja SingTel dari Singapura yang menguasai 35 persen saham di Telkomsel, Ooredoo Asia PTR Ltd yang menguasai 65 persen saham di Indosat, dan Axiata Group yang memborong 66 persen saham PT Excelcomindo Pratama.

“Dengan diluncurkannya buku ini, kami dari XL ingin berbagi pengalaman berharga dalam melakukan akusisi dan merger XL-Axis,” kata Dian lagi.

Buku kisah sukses merger XL-Axis ini ditulis oleh Tim PPM Manajemen melalui wawancara dengan semuai figur kunci yang terlibat dalam proses merger. Termasuk narasumber dari regulator, Axiata, Saudi Telecom corp sebagai pemilik Axis dan manajemen XL yang terlibat langsung. Buku ini dibanderol dengan harga Rp 250 ribu.

Inilah Solusi Terbaru Microsoft Dukung BYOD

0

Telko.id – Tren Bring Your Own Device (BYOD) memang semakin banyak dilakukan di Indonesia. BYOD sendiri menjanjikan sebah efisiensi kerja dari segi waktu dan mobilitas bagi pra karyawan yang mengadopsi tren ini. Pasalnya, mereka tidak perlu datang ke kantor untuk melakukan pekerjaan mereka.

Yang menjadi hambatan bagi pengadopsi tren ini adalah meeting. biasaya para pekerja perlu bertemu secara langsung untuk melakukan aktivitas meeting, hal inilah yang bisa dibilan sebagai satu-satunya penghambat tren BYOD di Indonesia.

Berbicara mengenai meeting sendiri, Indonesia merupakan negara dengan tingkat mobilitas tertinggi di Asia Pasifik, dimana 40-50% waktu pekerjanya dihabiskan untuk melakukan meetingRangkaian meetingini umumnya dilakukan di tempat-tempat yang berbeda – tak terkecuali di kotakota besar seperti Jakarta, dimana kemacetan menjadi kompleksitas tersendiri. Rangkaian meeting akan mengakibatkan pekerja menghabiskan terlalu banyak waktu di jalan dan mengurangi tingkat produktivitas mereka.

Berkaca dari hal tersebut, Microsoft kembali menghadirkan sebuah inovasi untuk mempermdah dn memberikan efisiensi kala melaksanakan aktifits meeting tersebut. Adalah Skype for Business, yaknisebuah solusi komunikasi bisnis lengkap yang menyediakan voice call, business video conference,cloud PABX, remote desktop control dan sharing files sehingga rapat, konferensi, presentasi, dan telepon dapat dilakukan secara online melalui perangkat pengguna.

Lucky Gani, Office Business Group Head, Microsoft Indonesia menjelaskan, “Berbeda dengan Skype yang umumnya digunakan untuk komunikasi personal, Skype for Business merupakan sarana komunikasi bisnis yang aman dan terintegrasi. Kebutuhan seperti enterprise voice, peer-to-peer calling, koneksi dengan extension number, meeting broadcast hingga ke 10.000 pengguna, dan meeting conference hingga 250 peserta dapat dilakukan dengan Skype for Business melalui perangkat apapun.”ujarnya ketika peluncuran solusi Skype for Business di Jakarta (14/4).

Bukan hanya itu, Skype for Business juga menjanjikan sebuah efisiensi persiapan meeting, mengurangi biaya meeting, mendukung fleksibilitasjam kerja, serta menciptakan iklim kerja kolaborasi.

Dengan menggunakan Skype for Business, pengguna bisa melakukan aktifitas meeting dimana saja dan kapan saja dengan menggunakan perangkat mobile sekalipun. Selain itu, faktor keamanan juga menjadi salah satu nilai jual dari solusi terbaru ini.

Lucky menambahkan, perbedaan antara solusi ini dengan OTT sejenis adalah faktor keamanan dan juga percakapan pada saat meeting tadi secara otomatis tersimpan pada email si perusahaan, sehingga keamanan juga terjaga.

Berbicara mengenai segmentasi pasar, Lucky menyebut, “”kita identifikasi bahwa pengguna yang mobile adalah pengguna yang cocok menggunalan solusi ini,” sebutnya.

“Mengenai market, kita melihat lebih kepada kesiapan Indonesia di segmen SMB untuk bekerja secara bebas, dan affordability, security dan compliance namun tidak menghilangkan beberapa fitur menariknya. Kita juga melihat di Indonesia akan sangat cepat penetrasinya,” tutup Lucky.

Jaringan Masih Belum Dapat Penuhi Kebutuhan IoT di 2020

0

Telko.id – Lonjakan kebutuhan konsumen dan bisnis akan konten selular, baik untuk penggunaan di rumah maupun bergerak, akan mengalahkan kemampuan para service provider memenuhi kebutuhan tersebut kecuali jika investasi di bidang-bidang seperti 5G dan cloud dipercepat, menurut laporan Bell Labs Consulting, sebuah divisi dari Nokia Bell Labs. Laporan fokus pada masa depan jejaring nirkabel untuk era digital baru dengan menawarkan sebuah perspektif unik dari kebutuhan intrinsik akan kapasitas nirkabel hingga tahun 2020. Laporan menganalisa kebutuhan layanan-layanan dan konten digital masa depan, daripada hanya melihat ke masa lalu dan trend-trend traffic selular saat ini.

Laporan ini mengidentifikasi lima area aplikasi: – streaming, computing, storing, gaming dan communicating – Bell Labs Consulting menemukan bahwa streaming audio dan video adalah kontributor tertinggi terhadap peningkatan kebutuhan traffic di tahun-tahun mendatang, mewakili 79 persen dari total kenaikan di tahun 2020.

Model-model dari Bell Labs Consulting menunjukkan bahwa di tahun 2020, 67 persen dari perkiraan kebutuhan konsumsi di seluruh dunia akan dipenuhi oleh Wi-Fi. 14 persen dapat dipenuhi oleh adopsi saat ini seperti 3G, LTE, small cell dan teknologi-teknologi baru seperti 5G. Dari saat ini hingga 2020, sisa 19 persen dari kebutuhan tidak dapat dipenuhi berdasarkan proyeksi ekonomi saat ini dan tahun 2020. Maka dari itu, para operator jaringan harus mempercepat langkah mereka menuju teknologi-teknologi 5G dan cloud, seperti contohnya network function virtualization (NFV) dan software-defined networking (SDN),serta mengadopsi model-model bisnis baru untuk memenuhi kesenjangan kebutuhan.

Kemunculan misterius di ranah jaringan adalah IoT. Jumlah perangkat terkoneksi IoT diperkirakan akan meningkat dari 1,6 miliar di tahun 2014 menjadi antara 20 dan 46 miliar di tahun 2020. Dari jumlah ini, perangkat-perangkat IoT selular akan berjumlah antara 1,6 miliar dan 4,6 miliar di tahun 2020. Terlepas dari adopsi besar-besaran ini, keseluruhan traffic selular yang dihasilkan oleh perangkat-perangkat IoT hanya mewakili 2 persen dari total traffic selular di tahun 2020 hingga sensor-sensor video dan kamera mulai mendominasi.

Namun demikian, traffic IoT dalam waktu dekat akan menghasilkan volume traffic sinyal yang lebih tinggi secara substansial dibanding traffic data. Sebagai contohnya, sebuah perangkat khas IoT mungkin membutuhkan 2.500 transaksi atau koneksi untuk menghabiskan 1 MB data, sementara jumlah data yang sama dapat dikonsumsi oleh sebuah koneksi video selular saja. Sebagai akibatnya, koneksi jaringan harian dari perangkat-perangkat IoT selular akan meningkat 16 hingga 135 kali di tahun 2020 dan akan tiga kali lebih tinggi dari koneksi-koneksi traffic yang dihasilkan manusia.

Ada beberapa point penting dalam penemuan penting lain dalam laporan tersebut, di mana pada tahun 2020, kebutuhan konsumsi global akan layanan dan konten digital untuk perangkat portabel dan selular akan mengalami kenaikan rata-rata 30 hingga 45 kali mulai dari 2014 – di mana beberapa pasar mengalami lonjakan hingga 98 kali.

Lalu, berdasarkan wilayah, kebutuhan konsumsi yang tidak terpenuhi berkisar dari 3 hingga 36 persen, dengan rata-rata global sekitar 19 persen. Di Amerika Utara, traffic komunikasi video akan meningkat dari 47 hingga 86 persen, didorong oleh kalangan remaja milenial dan dewasa muda. Di saat panggilan dan konferensi video mulai meningkat, traffic surat elektronik akan turun, dari 47 persen traffic komunikasi di 2014 hingga menjadi sekitar 7 persen di 2020. Sementara aplikasi pesan akan menjadi bentuk komunikasi yang lebih dominan.

Dari Mayoritas streaming, sekitar 66 sampai 74 persen, berasal dari jaringan-jaringan rumah – didorong oleh penggunaan perangkat-perangkat beresolusi lebih tinggi, lebih besar serta lebih banyak konten. Lalu, akan terjadi pertumbuhan signifikan di streaming video IoT upstream setelah 2020.

Layanan-layanan berbasis realitas virtual tidak akan menjadi komponen besar dari pertumbuhan traffic di lima tahun mendatang, walaupun hal tesebut diperkirakan akan memberikan kontribusi secara signifikan terhadap kebutuhan antara 2020 dan 2015.

Nokia Bell Labs meluncurkan divisi konsultasinya di bulan Maret 2015, agar dapat mengaplikasikan analisis mendalam, pengalaman langsung dan peralatan modeling tekno-ekonomi canggih terhadap beberapa tantangan utama yang sedang dihadapi oleh industri jejaring komunikasi dan TI. Dalam penelitian ini, daripada memperkirakan kebutuhan traffic selular masa depan berdasarkan baseline dan tingkat pertumbuhan saat ini, Bell Labs Consulting menyajikan model-model kebutuhan mulai dari nol berdasarkan penelitiannya sendiri serta data-data eksternal yang tersedia.

Nokia akan mendiskusikan hasil-hasil laporan mobility Bell Labs Consulting dan inovasi-inovasi teknologinya yang mendukung jaringan 5G dan IoT di Brooklyn 5G Summit, pada 20 – 22 April.

Marcus Weldon, presiden Nokia Bell Labs dan CTO mengatakan: “Evolusi berikut manusia akan melibatkan ‘otomatisasi kehidupan’, dan penciptaan sebuah dunia di mana miliaran objek terkoneksi Internet termasuk objek-objek cerdas, kamera, robot, sensor dan aliran data serta proses pertukaran video real time – tidak hanya dengan sesama manusia, tetapi dengan sistem-sistem berbasis cloud yang meng-ekstrak pengetahuan dari data-data ini serta melaksanakan tugas-tugas untuk membuat kehidupan dan pekerjaan kita lebih mudah dan lingkungan kita lebih cerdas. Era digital baru ini akan menghasilkan sebuah pergeseran dramatis, menantang operator selular untuk mencapai kinerja tertinggi dengan biaya per bit terendah sambil mendukung personalisasi ekstensif.” (Icha)

Setelah Huawei Kini Giliran ZTE Perkenalkan Solusi Big Video 4K UHD

0

Telko.id – Selang satu minggu, setelah Huawei perkenalkan solusi Big Video 4K UHD, kini giliran ZTE. Telekomunikasi, enterprise dan teknologi konsumen untuk internet mobile. Dalam acara Broadband Asia & TV Connect Asia 2016.

Pada kesempatan tersebut, ZTE mempromosikan solusi 4K UHD (Ultra High Definition) end-to-end. 4K UHD milik ZTE dirangcang dan dioptimalkan khusus untuk mendukung pelanggan merebut peluang pasar baru di era Big Video.

Para operator menghadapi banyak tantangan ketika mengkonversi model layanan tradisional menjadi layanan data, terutama ketika mengkonversi model layanan video tradisional menjadi satu layanan yang mendukung kegiatan menikmati video melalui jaringan internet. Big Video, sebuah konsep yang pertama kali diusulkan oleh ZTE pada acara Mobile World Congress 2016 di Barcelona, merupakan sebuah konsep yang menggabungkan empat area yang saat ini sedang berkembang pesat, yaitu konten, jaringan, data, dan ekosistem. Ekosistem Big Video akan mendukung para pelanggan ZTE untuk menyediakan kualitas terbaik kepada end user.

“Trafik data yang dimiliki operator sedang tumbuh dengan cepat. Konsultan industri pun memprediksikan bahwa trafik data video akan mencapai lebih dari 95% dari total konsumsi jaringan data pada tahun 2020. Berbagai video akan dibuat oleh para professional komunikasi, tidak hanya video yang diciptakan dari industri film dan TV. Munculnya para pemain baru yang menciptakan video merupakan salah satu ciri ekosistem Big Video,” ucap Mr. Zhu Jinyun, Senior Vice President ZTE. “Layanan video adalah dasar nilai baru selanjutnya untuk saat ini dan masa depan. 4K UHD ZTE mendukung para operator untuk merebut peluang yang ada saat ini dan yang akan tercipta di masa depan. ”

Pada acara Broadband Asia & TV Connect Asia 2016 tersebut, ZTE juga mendemonstrasikan beberapa model set-top-box inovatif yang dibuat untuk solusi big video 4K, seperti ZTE B800S2 dan ZTE HC100.

B800S2 adalah sebuah set-top-box AndroidTV dual-mode yang menggunakan IPTV/OTT. Produk tersebut menggunakan chip Broadcom berkualitas tinggi terbaru, arsitektur 64-bit, dan CPU dual-core terbaik di industri yang menawarkan kinerja 12000 DMIPS untuk menangani tuntutan komputasi yang lebih rumit. Dengan built-in 3D GPU dan 4K HDR (3840×2160@60fps 10-Bit Color) UHD, produk tersebut menghadirkan efek video high-definition yang lebih jelas dan halus untuk para pelanggan.

HC100 adalah home cloud set-top-box inovatif yang mengintegrasikan 4K UHD, Smart Home, NAS, dan Home CDN. Produk tersebut menggunakan sistem Android 5.1 terbaru dan JVM sehingga dapat digunakan dengan aplikasi Android untuk mendukung video call, home monitoring, home sensor monitoring, interaksi multi-screen dan miracast, serta home media sharing. Produk tersebut dilengkapi dengan CPU quad-core (2.0GHz), 3D GPU dan 4K (3840×2160@60fps 10-Bit Color) UHD serta H.265.

Sistem end-to-end 4K UHD milik ZTE menyediakan dukungan lengkap untuk H.265 demi memastikan efisiensi transmisi streaming video 4K, dan menggunakan sebuah jaringan tersendiri untuk 4K demi menjamin kualitas layanan yang tinggi dari layanan video 4K. Selain itu, produk ini dilengkapi dengan perangkat CDN yang memiliki kinerja tinggi dan kapasitas penyimpanan yang sangat besar untuk menjaga efisiensi dari layanan video 4K.

Pada kesempatan tersebut, ZTE juga memamerkan sebuah perangkat yang dapat meningkatkan level akses kapasitas jaringan secara menyeluruh dengan memanfaatkan sumber daya yang sudah ada, yaitu Massive MIMO. “Sebagai salah satu teknologi 5G inti yang potensial, Massive MIMO milik ZTE dirancang dengan memperhatikan ukuran, berat, biaya, rancang-bangun, dan instalasi yang tepat untuk penggunaan komersial. Massive MIMO mentransmisikan data steam yang lebih independen antara sistem dan perangkat user untuk menaikkan efisiensi spektrum. Pada simulasi pra-komersial, Massive MIMO dapat mengintegrasikan 128 antena (64 saluran independen) yang dapat menghasilkan kecepatan troughput 6 sampai 8 kali lebih besar,” jelas Ms. Chen Zhiping, Director of Wireless Solution, ZTE Corporation.

Produk ini adalah solusi Pre5G milik ZTE yang dapat memberi solusi bagaimana memaksimalkan teknologi pita lebar yang sudah ada. Massive MIMO ini memungkinkan operator untuk memenuhi tuntutan layanan data yang sangat besar dengan situs dan spektrum yang ada. Massive MIMO mendapatkan penghargaan sebagai “The Best Mobile B800S2 adalah sebuah set-top-box AndroidTV dual-mode yang menggunakan IPTV/OTT. Produk tersebut menggunakan chip Broadcom berkualitas tinggi terbaru, arsitektur 64-bit, dan CPU dual-core terbaik di industri yang menawarkan kinerja 12000 DMIPS untuk menangani tuntutan komputasi yang lebih rumit. Dengan built-in 3D GPU dan 4K HDR (3840×2160@60fps 10-Bit Color) UHD, produk tersebut menghadirkan efek video high-definition yang lebih jelas dan halus untuk para pelanggan.

HC100 adalah home cloud set-top-box inovatif yang mengintegrasikan 4K UHD, Smart Home, NAS, dan Home CDN. Produk tersebut menggunakan sistem Android 5.1 terbaru dan JVM sehingga dapat digunakan dengan aplikasi Android untuk mendukung video call, home monitoring, home sensor monitoring, interaksi multi-screen dan miracast, serta home media sharing. Produk tersebut dilengkapi dengan CPU quad-core (2.0GHz), 3D GPU dan 4K (3840×2160@60fps 10-Bit Color) UHD serta H.265.

Sistem end-to-end 4K UHD milik ZTE menyediakan dukungan lengkap untuk H.265 demi memastikan efisiensi transmisi streaming video 4K, dan menggunakan sebuah jaringan tersendiri untuk 4K demi menjamin kualitas layanan yang tinggi dari layanan video 4K. Selain itu, produk ini dilengkapi dengan perangkat CDN yang memiliki kinerja tinggi dan kapasitas penyimpanan yang sangat besar untuk menjaga efisiensi dari layanan video 4K.

Pada kesempatan tersebut, ZTE juga memamerkan sebuah perangkat yang dapat meningkatkan level akses kapasitas jaringan secara menyeluruh dengan memanfaatkan sumber daya yang sudah ada, yaitu Massive MIMO. “Sebagai salah satu teknologi 5G inti yang potensial, Massive MIMO milik ZTE dirancang dengan memperhatikan ukuran, berat, biaya, rancang-bangun, dan instalasi yang tepat untuk penggunaan komersial. Massive MIMO mentransmisikan data steam yang lebih independen antara sistem dan perangkat user untuk menaikkan efisiensi spektrum. Pada simulasi pra-komersial, Massive MIMO dapat mengintegrasikan 128 antena (64 saluran independen) yang dapat menghasilkan kecepatan troughput 6 sampai 8 kali lebih besar,” jelas Ms. Chen Zhiping, Director of Wireless Solution, ZTE Corporation.

Produk ini adalah solusi Pre5G milik ZTE yang dapat memberi solusi bagaimana memaksimalkan teknologi pita lebar yang sudah ada. Massive MIMO ini memungkinkan operator untuk memenuhi tuntutan layanan data yang sangat besar dengan situs dan spektrum yang ada. Massive MIMO mendapatkan penghargaan sebagai “The Best Mobile Technology Breakthrough Award and Outstanding Overall Mobile Technology-The CTO’s Choice 2016” pada acara MWC 2016.

ZTE adalah vendor penyedia solusi dan perlengkapan IPTV/OTT dan komunikasi jaringan video. Perusahaaan terus berdedikasi pada R&D layanan video selama lebih dari sepuluh tahun dan telah memiliki pengalaman mendalam dalam menawarkan solusi E2E video serta membangun kerjasama industrial. Di pasar Asia-Pasifik, ZTE sukses mendukung Telkom Indonesia menempatkan sistem 4K UHD ke dalam aplikasi. Pada akhir tahun 2015, perusahaan telah mempertahankan kepemimpinannya dalam hal pangsa pasar global IPTV/OTT, memiliki 80 proyek komersial IPTV/OTT dengan total kapasitas sistem sebesar 50 juta, dan lebih dari 80 kantor CDN terpadu di seluruh dunia. (Icha)

Ekspedisi Langit Nusantara Jadi Bentuk ‘Pembuktian’ Jaringan Broadband Telkomsel

0

Telko.id – Telkomsel menggelar ekspedisi Langit Nusantara atau Elang Nusa. Perjalanana udara ini menggunakan drone berjenis UAV (Unmanned Aerial Vehichel) yang akan terbang sepanjang 8500 km dan akan melewati 50 kota di Indonesia. Drone yang diterbangkan ada dua. Satu berangkat dari Sabang yang diberi nama Elang Barat, dan satu lagi dari Merauke yang disebut dengan Elang Timur.

“Ekspedisi ini merupakan show case bagi jaringan broadband Telkomsel secara live. Bukan sekedar spanduk semata,” ujar Ririek Adriansyah, Direktur Utama Telkomsel menjelaskan dalam acara launching program Ekspedisi Langit Nusantara di Jakarta.

Lewat program ini, Telkomsel ingin mengajak masyarakat Indonesia untuk bersama-sama meguji kehandalan broadband Telkomsel yang diklaim sebagai yang terluas dan tercepat melalui video streaming. Hasil rekaman dari drone ini dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia melalui www. Telkomsel.com/elangnusa baik melalui live streaming maupun recorded.

Perjalanan Elang Barat, akan dimulai dari Sabang, dan akan menempuh beberapa kota diantaranya Medan, Palembang, Tasikmalaya, Yogyakarta dan Malang. Sementara Elang Timur akan berangkat dari Merauke dan bergerak melewati Sorong, Ambon, Manado, Banjarmasin, Makasar dan Labuan Bajo. Keduanya akan bertemu dan mendarat di Garuda Wisnu Kencana, Bali pada tanggal 14 Mei 2016.

Dengan adanya ekspedisi Langit Nusantara ini pun, Telkomsel mengeluarkan paket yang akan memberikan free 1GB untuk pelanggan prepaid nya dan 1.5 GB untuk pelanggan paskabayarnya. “Hal ini dimaksudkan agar pelanggan pun dapat lebih menikmati, sajian video streaming Langit Nusantara ini,” ujar Ririn Widaryani, Vice President Prepaid and Broadband Marketing Telkomsel menjelaskan.

Perjalanan drone Elang Nusa ini pun akan menjadi ajang uji coba bagi jaringan Telkomsel di seluruh Indonesia. “Setelah beberapa waktu lalu mencanangkan program True Broadband Experience, Lintas Nusantara ini adalah kelanjutannya,” ujar Nirwan Lesmana, Vice President of Marketing Communications Telkomsel menjelaskan. Nirwan juga menambahkan bahwa aktifitas ini ada tiga target yang dapat diperoleh Telkomsel yakni user experience, engagement, dan create hipe, jadi harus ada unsur spektakulernya dan menjadi viral di masyarakat Indonesia.

Setidaknya, drone akan melewati 50% dari aset yang dimiliki oleh Telkomsel atau sekitar 50 ribu BTS. Aksi ini pun akan menguji experience dari pelanggan akan True Broadband Telkomsel karena dari divisi jaringan dibebankan target bahwa untuk experience download harus dipertahankan 1Mbps per user. Sedangkan untuk upload harus dipertahankan di level 512 Mbps sebagai standar.

Berdasarkan data dari Telkomsel, saat ini konsumsi layanan data di jaringan Telkomsel sendiri naik sekitar 110% selama 2015 seirig dengan meningkatnya pertumbuhan pengguna martphone serta hadirnya berbagai aplikai digital. Saat ini, pelanggan data Telkomsel sudah mencapai 74 juta atau sekitar 50% dari total pelanggan dan didukung oleh pertumbuhan penggunaan smartphone di Telkomel yang mencapai 60%.

Untuk melayani pelanggan dengan kualitas baik, Telkomsel terus berkomitmen untuk melakukan penambahan infrastruktur jaringan ke berbagai lokasi. Selama tahun 2015, jumlah BTS Telkomsel tumbuh sebesar 20% mencapai 103.000 BTS yang tersebar ke seluruh penjuru Indonesia. Dan dari jumlah tersebut, sebanyak 50% merupakan BTS broadband, baik 3G maupun 4G yang akan mendukung pelanggan mendapatkan layanan data yang terbaik. Di tahun 2016, Telkomsel berencana menambah 13.000 BTS yang hampir keseluruhannya adalah BTS broadband.

Dalam acara tersebut, Ririek juga menyebutkan bahwa, Telkomsel bersama dengan Telkom sebagai holding sudah siap dengan jaringan fiber bawah laut baru yang akan menghubungi Merauke ke seluruh Indonesia. Jadi, pelanggan di Papua akan merasakan ‘kenikmatan’ yang sama dengan pelanggan di wilayah lain di Indonesia. Sayang, rincian dari jaringan baru ini belum mau dibuka oleh Ririek. ‘Masih menunggu bapak Presiden untuk peresmiannya,” ujar Ririek menambahkan. (Icha)

Tahun 2025, Pendapatan 5G Capai US$247 Miliar

Telko.id – Operator seluler akan mendapat rejeki nomplok pada tahun 2025, seiring dengan diimplementasikannya jaringan 5G. Teknologi ini diharapkan dapat menghasilkan pendapatan sebesar US$247 miliar, demikian menurut penelitian ABI.

Pertumbuhan ini akan didorong oleh pasar Amerika Utara, Eropa Barat, dan Asia-Pasifik.

“5G akan menjadi teknologi seluler yang berkembang cepat, kemungkinan besar lebih cepat dari generasi sebelumnya termasuk 4G,” kata Joe Hoffman, Managing Director dan Wakil Presiden ABI Research, seperti dilansir Telecomtechnews, Kamis (14/4).

Ia menambahkan, migrasi teknologi ini selama beberapa tahun ke depan akan berarti penurunan terus di 2G. 3G dan 4G akan tumbuh di banyak pasar tetapi 5G akan menghasilkan kasus penggunaan dan pendapatan pasar baru juga.

Saat ini, spesifikasi teknis yang tepat mengenai 5G memang belum diselesaikan, tapi standarisasi mengenai teknologi ini diharapkan akan rampung pada tahun 2020. Tidak lama setelah itu, peluncuran akan mulai digelar seiring dengan semakin banyaknya vendor dan operator yang bersaing untuk memberikan layanan 5G kepada pelanggan.

Mengenai hambatannya sendiri, pada dasarnya akan sama dengan kasus peluncuran generasi,-generasi sebelumnya, yakni tentang seperti apa sebenarnya teknologi ini dan isu-isu lain di sekitarnya seperti spektrum fragmentasi, jangkauan cakupan, ketersediaan perangkat, dan CAPEX/OPEX. Di atas segalanya, harus ada kasus penggunaan jelas yang memastikan hasil yang menguntungkan dari keunggulan kompetitif yang unik dari 5G.

Membantu mentenagai IoT akan menjadi penggunaan utama dari 5G, mengingat jutaan perangkat akan memerlukan konektivitas yang luas dan dapat diandalkan. Dalam rangka memfasilitasi permintaan ketersediaan, ABI Research memperkirakan 8,5 small cel akan digunakan pada tahun 2020 untuk menempatkan infrastruktur yang diperlukan untuk peluncuran 5G.

“Jaringan 5G di mana mendatang akan berevolusi untuk merangkul seluler, WiFi, dan konektivitas kabel, selain gelombang milimeter,” tambah Hoffman. “Ini akan menjadi akses data nirkabel yang lebih baik, lebih murah, lebih hijau, dan berkecepatan sangat tinggi untuk pasar massal yang akan menyebabkan inovasi bisnis meledak.”

Beberapa operator seluler di Amerika Utara dan Asia-Pasifik telah mengumumkan proyek dan rencananya untuk menggelar inisiatif 5G mereka sendiri. Verizon Wireless, NTT DoCoMo, KT, dan SK Telecom bahkan lelah membentuk 5G Open Trial Specification Alliance. SK Telecom, konon akan sudah siap menggelar 5G pada olimpiade 2018 mendatang.

Terragraph dan ARIES Jadi Upaya Baru Facebook untuk Hubungkan Dunia

0

Telko.id – Ambisi Facebook untuk membuat dunia terhubung tampaknya tidak akan berhenti pada drone bertenaga surya saja – Aquila – yang disebut-sebut akan mampu membawa konektivitas Internet untuk daerah paling terpencil. Baru-baru ini, perusahaan yang didirikan Mark Zuckerberg itu juga mengungkap rencana teranyarnya, yakni Terragraph dan Proyek ARIES.

Keduanya akan difokuskan pada antena terestrial, namun masing-masing mengambil rute yang berbeda, kata Ubergizmo, Kamis (14/4).

Terragraph akan dapat membekali tiang lampu serta perlengkapan lainnya di jalan dengan antena sehingga kota akan diselimuti Wi-Fi, sementara ARIES akan memberdayakan banyak antena yang dikemas ke dalam array raksasa, yang memungkinkan untuk mengarahkan konektivitas ke kejauhan.

Terragraph akan memungkinkan Facebook memanfaatkan pengetahuannya tentang SDN (software-define network), di samping standar WiGig yang notabene memiliki kemampuan untuk menangani tingkat transmisi hingga 7 Gbits.

Facebook berencana untuk menggelar proyek percontohan untuk Terragraph akhir tahun ini di San Jose, California. Nah, jika semua ini berjalan dengan baik, itu berarti semakin banyak bagian dunia akan dapat terhubung ke Internet.

Singtel Manjakan Konsumen Dengan Solusi Ini

0

Telko.id – Singtel telah meningkatkan kemampuan real-time untuk Customer Engagement dengan pelaksanaan sistem chat web dari penyedia platform messaging online dan mobile LivePerson.

Solusi berbasis cloud chatting memungkinkan Singtel untuk mengambil keuntungan dari penargetan prediktif dan  perilaku pengguna untuk meningkatkan layanan bantuan web dan pengalaman komunikasi secara keseluruhan pelanggan dengan Singtel.

“Karena Singtel terus tumbuh kearah generasi komunikasi dan layanan digital, kami juga berinvestasi dalam kemampuan IT baru untuk mendukung layanan ini,” kata vice Presiden of consumer operations Singtel Chua.

“Kami ingin memberikan pelanggan pengalaman mulus dan mudah ketika mereka mencari informasi atau bertransaksi dengan kami. Misalnya, dengan web chat LivePerson, kita dapat secara proaktif menjangkau pelanggan untuk memberikan dukungan tepat ketika mereka surfing website kami,” tambahnya seperti dilaporkan oleh TelecomAsia(14/4).

Sementara itu, Steven Fitzjohn, LivePerson’s APAC regional vice president menambahkan bahwa, “ada kesenjangan antara cara kita memilih untuk berkomunikasi dengan teman-teman dan keluarga – sebagian besar melalui saluran digital dan sosial, dan cara mereka berkomunikasi dengan kami, yang didominasi melalui saluran suara, sudah sangat ketinggalan zaman. Singtel mencoba membedakan dirinya dengan mengambil tindakan untuk menjembatani kesenjangan ini. Hal ini menyajikan pelanggan dengan saluran yang akrab dan mudah digunakan, dan menawarkan pelanggan pengalaman yang lebih baik secara keseluruhan. ” tutupnya.

Solusi dari Singtel ini juga merupakan solusi yang bisa diadaptasi oleh banyak perusahaan di Indonesia, bukan hanya pada industri telko saja. Pasalnya, segmen CRM (Customer Relationship Management) selain bisa memecahkan keluhan pelanggan, namun juga bisa memberikan pengalaman pelanggan menjadi lebih baik dan tentunya berimbas pada brand suatu perusahaan. Belum lagi dengan data insight yang dimiliki oleh perusahaan. Data tersebut sejatinya bisa digunakan untuk memberikan promosi tertarget kepada konsumen.

BPR/ Syariah Di Bogor dan Bekasi Siap Gunakan VPN Wireless Telkomsel

0

Telko.id – Sebagai tindak lanjut dari kerja sama Telkomsel dan Bank Indonesia untuk penggunaan layanan VPN Wireless Telkomsel guna pengkinian akses pengelolaan aplikasi laporan yang melalui Jaringan Komunikasi Data (JKD) Ekstranet Bank Indonesia, Telkomsel mulai kembali melanjutkan sosialisasi layanan tersebut kepada perwakilan peserta dari Bank Perkreditan Rakyat (BPR/Syariah) yang kini dilakukan untuk wilayah operasional kota Bogor dan Bekasi, (13/4).

General Manager Account Management Jabotabek Jabar Telkomsel, Nyoman Adiyasa, “Telkomsel kembali melanjutkan sosialisasi layanan VPN Wireless kepada sejumlah perwakilan BPR/Syariah yang kali dilakukan untuk wilayah Bogor dan Bekasi, guna mendukung dan mempercepat program Bank Indonesia untuk percepatan pengkinian teknologi pelaporan BPR/Syariah. Hal ini sebagai tindak lanjut dari kepercayaan Bank Indonesia untuk menggunakan fasilitas layanan Corporate Business Solutions (CBS) Telkomsel yang telah didukung dengan jangkauan jaringan terluas serta teknologi terbaru.”

Sebanyak 20 BPR masing-masing dari wilayah Bogor dan Bekasi antusias mengikuti sosialisasi ini. Pengkinian akses aplikasi menggunakan teknologi layanan VPN Wireless ini bertujuan untuk menjaga pelaporan yang menggunakan layanan akses aplikasi melalui JKD Ekstranet Bank Indonesia semakin lancar dan sesuai dengan perkembangan teknologi terbaru. Melalui layanan ini, Telkomsel akan menyediakan paket layanan mulai dari penyediaan Link Backhaul di Kantor Pusat Bang Indonesia hingga layanan Managed Service Wireless VPN, yang mencakup penyewaan perangkat hingga paket data internet khusus.

Layanan CBS Telkomsel terus dikembangkan dan disesuaikan dnegan kebutuhan korporasi, khususnya dalam menyediakan layanan telekomunikasi yang terintegrasi dengan core unit usaha korporasinya itu sendiri, seperti perbankan, pertambangan, consumer goods, hingga layanan untuk pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Adiyasa menambahkan, seiring dengan hal tersebut, sebagai operator yang sedang bertransformasi menjadi digital company, Telkomsel juga terus melengkapi dan melakukan berbagai perbaikan untuk menyajikan pengalaman mobile digital lifestyle terbaik kepada para pelanggannya, termasuk para pelanggan dari segmen korporasi, diantaranya dengan menghadirkan kelebihan layanan Personalized Solutions (kombinasi berbagai solusi sesuai kebutuhan korporasi dari kategori Business Mobility, Wireless Connectivity dan Business Leveraging), Personalized Service (Corporate Account Manager yang didedikasikan untuk perusahaan Anda), Personalized Hotline (Layanan siaga 24 jam untuk kelancaran komunikasi bisnis) dan Personalized Packages (Paket tarif yang dikemas khusus untuk perusahaan Anda). (Icha)