spot_img
Latest Phone

Garmin Instinct 3 Tactical Edition: Smartwatch Tangguh untuk Misi Ekstrem

Telko.id - Garmin baru saja menghadirkan Instinct 3 –...

ASUS Vivobook S14: Laptop AI 45+ TOPS untuk Produktivitas Tanpa Batas

Telko.id - ASUS Vivobook S14 (S3407QA), laptop terbaru yang...

Garmin vívoactive 6, Tak Sekadar Pintar, Dukung Gaya Hidup Aktif dan Tampil Lebih Gaya

Telko.id - Garmin Indonesia memperkenalkan vívoactive 6, smartwatch wellness...

Lebih Bugar Setelah Lebaran dengan Smartwatch Garmin

Telko.id - Pernahkah Anda merasa tubuh terasa berat dan...

PC Global Melonjak 4,9% di Q1 2025, Tapi Tarif China Ancam Pasokan

Telko.id - Angka-angka terbaru dari IDC mengungkap fakta mengejutkan:...
Beranda blog Halaman 1417

F5 Networks Ungkap 5 Ancaman Siber Paling Umum

0

Telko,id – Sejak awal kehadiran teknologi digital di dalam lingkungan bisnis, kriminal telah berusaha keras untuk mengeksploitasi hal tersebut demi keuntungan mereka. Dari sebatas menyebarkan email scam secara acak hingga melancarkan serangan canggih kepada suatu target. Aktivitas kriminal ini telah sukses menimbulkan kerugian hingga miliaran dolar AS setiap tahunnya di seluruh dunia.

Menurut Kabareskrim, total kerugian akibat serangan malware adl Rp126 miliar atau USD 9.1 juta. Kerugian ini lebih besar dibanding kerugian yang ditimbulkan dari kejahatan perampokan nasabah bank.

Kondisi seperti ini menjadi lebih mengkhawatirkan lantaran bisnis sekarang ini semakin bergantung dengan teknologi digital, yang memicu sejumlah kejahatan di dunia maya. Institusi Perbankan, seperti dikatakan F5 Networks, dalam hal ini masih menjadi target utama penyerangan, dan itu tak jarang dilakukan dalam hitungan menit.

“Saat ini hampir dua pertiga (atau 60 persen) serangan dapat membobol sistem IT suatu organisasi dalam hitungan menit atau detik,” kata F5 Networks.

Beberapa ancaman siber yang paling umum meliputi crimeware, web applications attack, poin os sale (POS) attacks, insider compromise, dan denial of service (DDoS) attacks.

Crimeware/Malware
Dinamis, canggih dan oportunistik. Malware, atau phising, adalah hal yang paling sering dimanfaatkan oleh kriminal di seluruh dunia untuk mendapatkan akses ke sisitem dan data-data rahasia. Di tahun 2014 saja, 27 juta pengguna menjadi target dari 22.9 juta serangan yang memanfaatkan malware finansial.

Web Application Attacks
Menggunakan kredensial dan informasi curian, serangan ini mampu menargetkan celah-celah keamanan di dalam aplikasi we, terutama di dalam situs e-commerce dan perbankan. Biasanya pelanggan diarahkan ke sebuah situs web palsu. Jika pengguna memasukkan data mereka ke situs tersebut, maka informasi tersebut (yang bisa berujung pada pencurian uang) dapat dengan mudah diakses oleh penjahat. Sejumlah ahli menemukan fakta bahwa ada 360 juta kredensial curian yang dijual secara online.

Poin of Sale (POS) Attacks
Seiring dengan penerangan chip dan pin pada kartu pembayaran, card fraud (penipuan yang memanfaatkan kartu pembayaran) semakin berkurang. Namun, para penjahat tidak hilang akal dan kini menargetkan server yang menjalankan aplikasi-aplikasi POS. Dengan memanfaatkan serangan bruteforce serta algoritma dan botnet yang canggih, para penjahat berusha keras mencuri berbagai data transaksi pembayaran milik korban lalu menjualnya secara online.

Insider Compromise
Atau sering disebut dengan ancaman internal, semakin banyak terjadi dengan semakin terhubungnya dunia. Pasalnya, kriminal juga menargetkan karyawan dan mitra-mitra yang memiliki akses ke dalam sistem suatu organisasi dan lebih buruknya lagi, dalam beberapa kasus orang dalam pun ikut berperan serta dalam hal tersebut.

Denial of Service (DDoS) Attacks
Semakin banyak pelaku kriminal yang menyukai teknik yang memanfaatkan arus trafik dalam jumlah besar untuk membuat sistem jaringan kewalahan. Jenis serangan ini menjadi semakin umum dimanfaatkan oleh penjahat siber dan penggunaan teknik ini mengalami peningkatan hingga 149% pada kuartal keempat 2015.

E-commerce & Transaksi Online Picu Lebih Banyak Serangan Siber

0

Telko.id – Perkembangan teknologi digital – dalam hal ini yang melibatkan aplikasi – tak ubahnya dua sisi mata pisau. Di satu sisi menguntungkan, karena mendorong inovasi dan pertumbuhan data yang besar, di sisi lain merugikan, karena secara tidak langsung menciptakan peningkatan eksponensial pada serangan. Hal-hal seperti mata-mata siber, crimeware, web fraud, serangan DOS dan POS intrusion pun menjadi sesuatu yang tak terhindarkan dan harus segera ditanggulangi.

F5 Networks, dalam hal ini hadir dengan layanan bertajuk F5 WebSafe dan MobileSafe, yang merupakan bagian dari Solusi Web Fraud Protection milik perusahaan. Solusi ini sendiri ditujukan untuk melindungi kepercayaan pengguna layanan dengan cara memberikan pengamanan terhadap berbagai aplikasi finansial, e-commerce, dan mobile terhadap ancaman fraud yang semakin canggih, dan pastinya merugikan.

Menurut data Kabareskrim saja, total kerugian akibat serangan malware mencapai Rp126 miliar atau USD 9.1 juta. Kerugian ini lebih besar dibanding kerugian yang ditimbulkan dari kejahatan perampokan nasabah bank.

“Bayangkan dengan menjamurnya e-commerce dan transaksi online seperti sekarang ini, ancaman terhadap keamanan akan semakin meningkat,” ungkap Andre Iswanto, Manager Field System Engineer F5 Networks di jakarta, Selasa (10/5).

Selain meningkatkan keamanan, solusi dari F5 ini juga memungkinkan perusahaan menjaga pengalaman pengguna dalam memanfaatkan aplikasi. Pasalnya, pengguna tidak dilibatkan secara langsung dalam proses peningkatan keamanan. Dengan begitu, mereka tidak diganggu oleh berbagai aktivitas tambahan yang dapat berpengaruh buruk terhadap pengalaman dan tingkat kepuasan mereka dalam menggunakan aplikasi.

“Jadi tidak perlu lagi menginstal apa-apa, karena itu sudah dilakukan oleh perusahaan,” tambah Andre.

Websafe memungkinkan perusahaan melindungi pengguna layanan online mereka dari berbagai macam serangan malware dan online fraud berbasis web yang secara khusus menargetkan para pengguna aplikasi situs web.

Layanan ini mampu mengenali berbagai teknik web fraud, usaha untuk meneruskan trafik pengguna ke suatu situs tertentu, dan berbagai pola malware lainnya, sehingga memberikan kemampuan bagi perusahaan untuk mendeteksi ancaman yang ada, memberikan peringatan dan perlindungan kepada pengguna mereka terhadap berbagai jenis malware, phising, fraud yang menargetkan end-user, dalam rangka mengurangi pencurian identitas, transaksi fraud, dan tindakan pengambil alihan akun.

Sementara MobileSafe memungkinkan institusi finansial untuk menetralkan ancaman yang terdapat di dalam perangkat mobil milik pengguna tanpa mengharuskan pemilik perangkat untuk menginstal/melakukan sesuatu. Layanan ini dapat diterapkan secara terpisah maupun dikombinasikan dengan WebSafe untuk menghasilkan sistem keamanan yang lebih lengkap.

MobileSafe mengeliminasi pencurian identitas yang memanfaatkan perangkat mobile pengguna sebagai celahnya, dan mencegah terjadinya serangan lainnya, seperti mobile phising, Trojan, dan Pharming secara real-time.

Hadir Di Indonesia, Perisai Tidak Pasang Target Tinggi

0

Telko.id – Platform Antivirus asal Malaysia yang baru saja dirilis hari ini di pasar Indonesia yakni Perisai, tidak ingin muluk-muluk dalam menjaring pengguna di Tanah Air.

Hal ini terlihat dari jumlah target yang mereka usung di tahun perdana mereka yang hanya menargetkan 250 ribu user saja di pasar Indonesia. Hal ini mengingat persaingan di pasar antivirus Indonesia yang telah dihuni oleh para pemain lama yang tentunya telah menguasai market.

Adalah Raynald S.M. selaku Managing Director dari 1Mesin Teknologi Indonesia yang juga merupakan developer dari Perisai Mobile Security, yang mengungkapkan, “Setidaknya dalam satu tahun kita di Indonesia, kita berharap memiliki 250 ribu user disini, meskipun partner kami menargetkan angka yang lebih besar,” ujarnya disela-sela peluncuran Perisai Mobile Security, di Jakarta (10/5).

Untuk merealisasikan hal tersebut, mereka juga menggandeng Wiko sebagai vendor smartphone yang sudah lebih dulu menjajakan kaki di Indonesia. Wiko sendiri juga mengharapkan kedepannya platform ini akan langsung terinstal pada ponsel baru Wiko yang akan datang.

Selain dari kerjasama dengan vendor Smartphone, Perisai juga akan menjalin kerjasama dengan salah satu operator di Indonesia. Meski belum diumumkan secara resmi, namun Raynald menjawab bahwa mereka akan bekerjasama dengan Hutchison 3 Indonesia. Dengan jumlah pengguna mereka yang mencapai 55,5 juta ini, diharapkan juga akan menambah jumlah pendownload dari platform antivirus Perisai.

Sekadar informasi, sampai dengan saat ini saja Perisai telah digunakan di beberapa negara seperti di kawasan Eropa, Timur Tengah serta Afrika. Sampai dengan saat ini jumlah pengguna mereka mencapai 45 ribu user yang berasal dari segmen enterprise.

Meskipun tidak mau mengungkapkan strategi dalam penetrasi ke pasar Indonesia, namun Raynald menjamin bahwa strategi tersebut berbeda dengan yang mereka lakukn di negara lain. Selain itu, disinggung mengenai peluang menyasar ranah pemerintah, Raynald mengungkapkan masih belum berfikir kearah sana.

Gandeng Wiko, Antivirus Malaysia Ini Jajaki Indonesia

0

Telko.id – Perisai yang merupakan sebuah platform antivirus asal negeri jiran Malaysia mencoba ekspansi bisnisnya di Tanah Air dengan menggandeng Wiko sebagai partner distributor mereka disini.

Sekadar informasi, Perisai sendiri menruakan sebuah antivirus yang di develope oleh PT. 1Mesin Teknologi Indonesia yang berkantor di Indonesia. Perisai juga pada awalnya hanya bermain untuk segmen korporasi di berbagai negara di Eropa, Timur Tengah serta Afrika.

Adalah Raynald S.M. selaku Managing Director dari 1Mesin Teknologi Indonesia yang mengungkapkan bahwa ini merupakan even perdana mereka di Indonesia, dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan lebih kepada masyarakat umum dan pasar enterprise Indonesia, ditengah persaingan dengan para pemain lain yang telah lebih dulu tumbuh dan besar.

“Ini merupakan event pertama kami di Indonesia, sebenarnya fokus kami adalah unuk memperkenalkan perisai di Indonesia dan kalau kita berhasil di pasar Indonesia, maka kita akan berhasil di pasar global, karena di Indonesia pengguna internet sangat banyak,” ujarnya, pada saat peluncuran platform antivirus ini di Jakarta (10/5).

Seperti dijelaskan di awal, Perisai tadinya bermain di pasar enterprise. Namun, berkaca dari penetrasi pengguna mobile yang semakin berkembang, Perisai pun menghadirkan solusi Mobile Security untuk merangkul pengguna mobile.

Sebagai partner dalam peluncuran perdana ini, Dwi Lingga Jaya, selaku CEO dari Wiko Indonesia mengungkapkan, ” Saat ini tercatat sebanyak 3625 korban virus di setiap IP adress dan di setiap menit ada 20 user yang terkena virus, dan itu menjadi salah satu alasan dari kami sebagai vendor smartphone untuk menjaga keamanan para pengguna mobile dan dengan kerjasama ini diharapkan dapat memberikan sebuah perlindungan bagi pelanggan Wiko ” tuturnya.

Lingga juga menambahkan, bahwa kedepannya Perisai Mobile Security mungkin akan tersedia secara preloaded pada smartphoe Wiko, namun Ia mengungkapkan jika pengguna mobile juga bisa mengunduh antivirus ini di playstore.

Sekadar informasi, Perisai Mobile Security tidak hanya meiliki fitur antivirus dan internet security saja, pasanya mereka juga menyediakan   beberapa fitur dari antara lain, Cooler Perangkat yang dapat mendinginkan suhu device ketika sedang bekerja dengan berat. Hadir juga fitur Cleaning Junk yang juga dapat membersihkan sampah file, Perisai juga mampu meningkatkan memori perangkat untuk mempercepat aktivitas perangkat si penguna.

Selain itu, beberapa fiitur unggulan seperti CPU Increase, App manager, Call & Teks Filter serta Lock apps juga tersedia pada versi grtisnya. Sementara fitur tambahan seperti ekripsi file, cloud hosting serta managemen data terpusat akan di dapatkan oleh pengguna premium mereka. Mengenai harga, meski tak menyebutkan jumlah passtinya, namun pihak Perisai mengklaim jika antivirus merek memiliki harga terendah kedua di pasaran saat ini dan cukup affordable untuk pelanggan di Indonesia.

Telstra Perkuat Backbone di Asia

0

Telko.id – Telstra mengumumkan akan membangun rute fiber darat antara Taiwan dan Hong Kong, jaringan cincin serat di Korea Selatan, dan kabel bawah laut yang menghubungkan jaringan di Asia untuk India dan Timur Tengah, serta mengamankan kapasitas baru sistem kabel penghubung Asia dengan Amerika Serikat.

Langkah strategis ini diumumkan sebagai bagian dari investasi berkelanjutan Telstra dalam sistem 36,000km jaringan kabel yang menghubungkan China, Jepang, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, dan Filipina, yang diperoleh sebagai bagian dari pembelian Pacnet sebesar $697.000.000 pada bulan Desember 2014.

Fiber network di darat yang dibangun oleh Telstra di selat Luzon,Taiwan merupakan wilayah rawan bencana, tidak seperti jaringan fiber lainnya yang sudah terbentang dari Taipei dan Hong Kong, yang berarti kemungkinan layanan terganggu tidak terlalu tinggi. Dan, fiber milik Telstra akan terbentang dibawah laut pada daerah tersebut.

“Jaringan dual-serat baru ini diaktifkan sebagai bagian dari Telstra Optical Transport Network,” kata Darrin Webb, Direktur Eksekutif International Operasi dan Pelayanan Telstra menjelaskan seperti di kutip dari Zdnet.

Webb juga menambahkan bahwa jalur yang dibuat oleh Telstra ini merupakan rute terpendek dan tercepat yang tersedia di pasar antara Taipei, Kaoshiung, dan Hong Kong, dengan risiko yang lebih rendah dari gangguan dibandingkan dengan melewati Selat Luzon.

Penyedia telekomunikasi juga akan membangun sebuah fiber ing baru yang menghubungkan titik-titik saat ini kehadiran (PoP) di Korea Selatan, menyediakan delapan rute interkoneksi 100Gbps dalam dan luar negeri.

Korea “ring topology” fibre network akan memungkinkan lebih banyak keandalan dan pilihan redundansi di seluruh jaringan, juga menghubungkan ke kabel bawah laut tambahan.

“Bay of Bengal Gateway (BBG) 100Gbps sistem kabel bawah laut, terdiri dari tiga pasang serat, yang terpasang sekitar 8,000km panjang dan akan menghubungkan Singapura, Malaysia, India, Sri Lanka, Oman, dan Uni Emirat Arab” ujar Webb menambahkan.

“BBG dirancang untuk memberikan fasilitas yang sangat upgradable dengan mengadopsi state-of-the-art teknologi 100Gbps, yang berarti pelanggan kami dapat mengakses salah satu rute tercepat yang tersedia antara Singapura dan Timur Tengah,” kata Webb.

Setelah BBG dan kabel bawah laut Eropa India Gateway (EIG) digabungkan, pelanggan Telstra akan dapat langsung terhubung dari Asia ke Eropa.

Terakhir, Telstra telah memperoleh kapasitas pada sistem trans-Pasifik, kabel bawah laut sepanjang 10 ribu km yang baru dan akan menghubungkan “Lebih cepat” antara Jepang dengan pantai barat Amerika Serikat. Di mana, kabel bawah laut tersebut terdiri dari enam pasang serat, yang menggunakan teknologi gelombang 10Gbps.

“Sistem kabel ini menyediakan rute berkapasitas tinggi dari Jepang ke Amerika Serikat, dan mendukung pengembangan lebih lanjut dari kemampuan PoP baru Telstra di Seattle, yang memungkinkan kami untuk memberikan layanan yang fleksibel, kapasitas tinggi antar daerah ini menggunakan solusi software-defined networking Telstra , “kata Webb.

Layanan baru ini diluncurkan dalam menanggapi penyerapan layanan data yang sangat tinggi. “Kita sudah memiliki dan mengoperasikan jaringan terbesar subsea intra-Asia, yang mewakili sekitar 30 persen dari total kapasitas aktif,” kata Webb menambahkan

Lebih lanjut, Webb juga menambahkan bahwa peningkatan ini memperpanjang kemampuan Telstra dan akan mendukung penyediaan teknologi terkemukanya, seperti Telstra PEN software-defined networking dan awan, keamanan, dan layanan komunikasi terpadu.

Maret lalu, Telstra juga menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk membangun kapasitas tinggi kabel bawah laut antara Perth ke Singapura bersama Singtel dan SubPartners.

Kabel, bernama APX-Barat, akan dibangun sepanjang 4,500km panjang, dengan dua pasang serat yang menyediakan minimal 10 Terabits per kapasitas dan dua arah transmisi data. Ini akan menggantikan lambat kecepatan SEA-ME-WE 3 (SMW3) kabel, yang saat ini membawa lalu lintas data antara kedua negara.

Ini adalah upaya kedua di membangun APX-Barat. Pada awal pembangunannya Telstra menandatangani MoU dengan SubPartners untuk kapasitas pada kabel bawah laut lebih dari tiga tahun yang lalu, pada bulan Maret 2013.

Telstra akan memulai pembangunan APX-Barat pada akhir Juli, diharapkan selesai pada tahun 2018. (Icha)

Telkomsel Tantang Generasi Muda Lahirkan Solusi Smart City dan Pedesaan

Telko.id – Saat ini belum banyak solusi Smart City di Indonesia. Apalagi untuk pedesaan. Itu sebabnya, Telkomsel melanjutkan NextDev 2016 dengan mengusung tema ‘Karya Anak Bangsa untuk Solusi Indonesia’. Tujuannya menantang kawula muda untuk menciptakan aplikasi seluler yang memberikan dampak sosial yang positif, terutama dalam hal pengembangan Kota Pintar (Smart City) dan daerah pedesaan.

“Sebagai operator seluler terdepan di Tanah Air, kami memiliki tanggungjawab untuk memajukan Indonesia melalui teknologi informasi dan komunikasi. Salah satunya dengan mewadahi potensi generasi muda yang memanfaatkan teknologi secara tepat guna untuk berkreasi menghasilkan aplikasi seluler yang mampu mengatasi masalah di masyarakat. The NextDev hadir untuk mendorong kontribusi positif generasi muda, di mana aplikasi seluler yang dihasilkan akan mempermudah aktivitas seluruh elemen masyarakat,” ujar Ririek Adriansyah, Direktur Utama Telkomsel menjelaskan.

Lebih lanjut, Ririek menyatakan bahwa pada penyelenggaraan kedua kali ini, Telkomsel akan memberi acknowledgement khusus untuk memotivasi pengembangan aplikasi di pedesaan. Hal ini disebabkan karena masalah perkotaan memiliki keterkaitan yang erat dengan masalah pedesaan. Dengan demikian, diharapkan konsep Smart City sebaiknya juga mampu mengakomodasi masalah di pedesaan untuk menciptakan dampak yang lebih holistik bagi masyarakat.

Melalui The NextDev, Telkomsel berupaya membangun ekosistem pengembangan digital Indonesia yang berkesinambungan yang ditentukan oleh Smart Innovation,Smart Community, dan Smart Solution. Sebagai Smart Innovation, The NextDev akan memberikan dampak positif dengan pemecahan masalah di Indonesia secara kreatif. Sebagai Smart Community, The NextDev akan menjadi roda penggerak masyarakat Indonesia dalam melakukan inovasi di bidang teknologi aplikasi. Sebagai Smart Solution, The NextDev akan menghasilkan teknologi aplikasi yang mampu menyelesaikan masalah perkotaan dan pedesaan di Indonesia.

Kami mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama berkontribusi secara aktif memanfaatkan teknologi untuk melahirkan solusi yang memberikan dampak sosial yang positif, sehingga penerapan Smart City di berbagai daerah di Indonesia dapat dipercepat,” jelas Ririek.

Ada pun empat pilar utama yang mendorong percepatan terciptanya konsep penataan Smart City adalahSmart Economy, Smart Governance, Smart Environment, dan Smart Living. Smart Economy akan mendorong roda perekonomian kota secara berkesinambungan. Smart Governance akan mempermudah pengelolaan kota yang terintegrasi dan saling bersinergi. Smart Environment akan menciptakan lingkungan kota yang bersih dan asri. Sementera Smart Living akan menyediakan kemudahan dan kenyamanan hidup di kota.

Dalam kompetisi The NextDev 2016, terdapat sembilan sub tema yang memiliki fokus tersendiri sebagai dasar pengembangan solusi. Kesembilan sub tema yang bisa dipilih oleh peserta adalah agrikultur, kemaritiman, usaha kecil dan menengah (UKM), pemerintahan, energi, pariwisata, kesehatan, pendidikan, dan transportasi.

Persyaratan untuk bisa mengikuti kompetisi The NextDev tahun ini sama dengan tahun lalu, yakni Warga Negara Indonesia (WNI) berusia 18 hingga 30 tahun. Peserta dapat mendaftar secara individu atau tim (maksimal tiga orang). Mekanisme pendaftaran lebih lanjut akan diinformasikan melalui situs thenextdev.id. Dalam waktu dekat, sosialisasi kompetisi ini akan dilakukan di 20 kota di Indonesia, mulai dari Banda Aceh hingga Ambon.

The NextDev mengajak kawula muda untuk mewujudkan imajinasi dan ide mereka tentang Smart Citydan menjadi bagian dari program untuk membentuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Di akhir kompetisi, sebanyak 20 tim akan terpilih menjadi finalis. Para finalis akan memperoleh pelatihan dan pendampingan secara intensif dari beberapa pakar pada saat bootcamp untuk mengembangkan technical maupun soft skills, mulai dari teknik melakukan coding, marketing skills, hingga communications skills.

Ada sisi prestisius dalam The NextDev 2016, karena di samping karya mereka akan bermanfaat bagi orang banyak, tiga tim terbaik juga akan mendapatkan berbagai hadiah menarik yang disebut dengan 6M, yakni Market Access (akses pasar), Marketing (publisitas), Mentoring (pelatihan dan pendampingan),Management Trip (study visit ke pelaku industri telekomunikasi di luar negeri), Money (uang tunai), danMonetizing (peluang besar untuk memperoleh pendapatan melalui kolaborasi dengan stakeholder terkait).

Pada tahun 2015, The NextDev telah berhasil menarik minat generasi muda Indonesia. Sempat menjaditrending topic di media sosial Indonesia, The NextDev juga berhasil menghadirkan peserta dengan jumlah yang selalu melebihi target di 10 kota tempat pelaksanaan roadshow The NextDev. Tingginya minat peserta dalam kegiatan roadshow juga diikuti dengan tingginya jumlah submission, di mana hingga akhir periode terkumpul lebih dari 500 ide. Ratusan ide tersebut telah diseleksi menjadi 20 tim dengan ide aplikasi yang dianggap paling sesuai dengan visi Smart City Indonesia. 20 tim tersebut telah diberikan edukasi, pelatihan, serta dipertemukan dengan berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintahan dan investor dengan tujuan mengangkat ide aplikasi mereka sehingga menjadi solusi Indonesia yang sesungguhnya. (Icha)

Inilah Storage ‘Murah’ dari EMC

0

Telko.id – EMC baru saja mengumumkan lini storage terbaru mereka yakni EMC Unity, sebuah sistem penyimpanan yang menawarkan ruang penyimpanan file dan block yang ramah biaya. Sekadar informasi, sistem penyimpanan ini menargetkan pasar departemen TI berskala kecil dan menengah.

Seperti diketahui, Storage ini menawarkan manajemen proaktif seperti cloud dan monitor melalui tampilan interface HTML5, yang bertugas untuk mengarahkan pengguna saat melakukan operasional harian.

Sistem ini juga diyakini telah terintegrasi dengan ekosistem VMware dan Microsoft sebagai opsi manajemen pihak ketiga.

“EMC Unity menawarkan data center modern yang mudah dan kinerja all-flash dalam satu paket harga yang terjangkau. Dirancang khusus untuk mendapat kinerja all-flash media secara maksimal, EMC menjadikannya lebih mudah dan lebih terjangkau untuk UKM dan enterprise dalam memodernisasi data center mereka,” ujar Senior Vice President and General Manager, Mid-Range Solutions, Core Technologies Division at EMC, Jeff Boudreau, pada keterangan rilis yang diterima Telko.id (10/5).

EMC Unity juga menawarkan fitur Proactive Assist baru, yang memberikan pengguna kendali TI, visibilitas dan manajemen otomatis dari sistem tersebut. Pengguna juga memungkinkan untuk mengawasi data pada sistem ini melalui EMC MyService 360, yakni sebuah layanan online terbaru dari EMC yang menghadirkan visibilitas secara real-time.

Lebih lanjut, EMC Unity juga dilengkapi dengan pilihan penggunaan, yakni Purpose-Built yang diperuntukan sebagai dasar dari flash data center, Software-Defined, yang berisi fitur pengelolaan data sebagai alat virtual, serta Converged yang didukung oleh konfigurasi VCE Vblock dan VxBlock System 350.

Lantas, berapa harganya? EMC membanderol sistem ini dalam dua konfigurasi dengan kapasitas hingga 80TB, yaitu all-flash dengan harga dari USD18.000, serta konfigurasi Hybrid array seharga kurang dari USD10.000. Solusi ini cukup membantu para pelaku UKM atau untuk beralih ke tren digitalisasi dengan sistem penyimpanan yang ramah kantong dari EMC ini.

Demi Kualitas Pelanggan, Go-Jek dan Blue Bird Akhirnya Kerjasama

0

Telko.id – Go-Jek, salah satu aplikasi on-demand terbesar di tanah air berencana untuk membentuk kemitraan strategis dengan PT Blue Bird Tbk guna meraih pangsa pasar yang lebih besar di sektor ride-sharing.

Keputusan ini hadir setelah protes besar-besaran yang dilakukan para supir dari operator taksi besar yang ada, seperti Blue Bird dan Express. Para supir ini meminta pemerintah untuk memblokir aplikasi ride-sharing, mengatakan bahwa mereka merupakan transportasi yang ilegal.

Sigit Priawan Djokosoetono, Wakil Direktur Bue Bird, seperti dilansir Dealstreetasia, Selasa (10/5), mengatakan bahwa rincian kemitraan ini masih dalam pembahasan dan akan diluncurkan dalam waktu dekat. Namun baik Blue Bird maupun GoJek percaya bahwa kolaborasi ini akan mempercepat revolusi digital Indonesia dan mampu meningkatkan kualitas pelanggan keduanya.

“Kemitraan Blue Bird dan Go-Jek akan mencakup sektor teknologi, pembayaran, dan promosi, menjadikannya sebagai entitas yang berpengaruh di sektor ini. Mungkin juga menyebabkan Blue Bird memperkenalkan tarif adaptif bukan taximeters seperti saat ini,” tulis kedunya dalam sebuah pernyataan.

Saat ini, Go-Jek telah menjadi salah satu aplikasi berbasis ride-sharing ternesar di Indonesia. Aplikasi ini telah diunduh lebih dari 11 juta kali dan memiliki lebih dari 200.000 sepeda motor pada jaringannya.

Sementara Blue Bird merupakan perusahaan taksi dan transportasi terbesar di Indonesia. Selain taksi, perusahaan juga mengoperasikan bus dan memiliki operasi logistik.

Susul Vodafone dan Telstra, Giliran Optus Luncurkan VoLTE

0

Telko.id – Optus jadi operator terakhir di Australia yang memperkenalkan layanan VoLTE – Voice over LTE – yang memungkinkan pelanggan untuk membuat dan menerima panggilan melalui jaringan kecepatan tinggi 4G Plus. Layanan ini memungkinkan ponsel untuk tak lagi beralih antara 3G dan 4G saat pengguna melakukan panggilan.

Sebelumnya, Telstra juga telah lebih dulu meluncurkan VoLTE, kemudian disusul Vodafone pada bulan Desember dan kini Optus.

Menurut laporan Gizmodo, Senin (9/5), peluncuran ini dimulai di kota-kota besar di Australia, dan sejauh ini hanya akan mendukung dua perangkat, yakni Samsung Galaxy S7 dan S7 Edge. VoLTE memungkinkan kita melakukan panggilan melalui jaringan 4G, yang sebelumnya hanya mendukung transfer data.

“VoLTE menyediakan pelanggan sejumlah manfaat termasuk panggilan suara berkualitas definisi tinggi, sambungan panggilan lebih cepat dan kemampuan bagi pelanggan untuk multitask pada perangkat saat browsing dan membuat panggilan melalui koneksi 4G,” kata Dennis Wong, Managing Director Networks Optus.

Sementara peningkatan kualitas panggilan adalah poin utama dalam layanan VoLTE, Optus percaya itu akan menjadi yang paling berguna bagi mereka yang ingin terus menggunakan perangkatnya saat sedang membuat panggilan, karena mereka tidak akan kehilangan koneksi 4G saat tetap mengobrol.

“Kita semua sedang menerima panggilan ketika kita harus cepat mencari alamat restoran atau mengunduh file dari email,” kata Wong. “Dengan VoLTE, ini semua akan jauh lebih cepat dan lebih mudah karena Anda akan tetap memiliki koneksi 4G.”

Peluncuran ini akan dimulai dari pelanggan pasca bayar dan SMB di Sydney, Melbourne, Brisbane, Adelaide, Perth dan Canberra. Kompatibilitas dengan perangkat lain selain Samsung S7 pun akan segera menyusul, dan Optus bermaksud untuk terus memperluas jejak VoLTE di wilayah Australia.