spot_img
Latest Phone

TECNO Luncurkan POVA 7 Series, Desain Futuristik dan Performa Gaming AI

Telko.id - TECNO resmi meluncurkan POVA 7 Series di...

Google Akhirnya Gabungkan Android dan ChromeOS, Apa Kelebihannya?

Telko.id - Google secara resmi mengonfirmasi rencana besar mereka...

Garmin Venu X1 Resmi Dirilis: Smartwatch Teringan dengan Layar 2 Inci

Telko.id - Garmin Indonesia secara resmi meluncurkan Venu X1,...

OPPO Reno14 Pro Berbekal MediaTek Dimensity 8450, Performa Lebih Cepat

Telko.id - OPPO resmi memperkenalkan Reno14 Pro sebagai smartphone...

Apple Siapkan iPhone Lipat Pertama, Rilis 2026

Telko.id - Apple dikabarkan sedang mempersiapkan peluncuran iPhone lipat...
Beranda blog Halaman 1400

ABI Research: Pasar Small Cell Capai US $ 1,8 miliar pada 2021

Telko.id – Permintaan terhadap data saat ini melonjak secara eksponensial. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi operator agar mampu memberikan layanan yang tetap prima. Salah satu solusi untuk menghadapi trend tersebut adalah para operator beralih ke teknologi unlisenced spektrum.

ABI Research memprediksi bahwa dukungan untuk teknologi unlisenced spektrum, seperti LTE-LAA dan Wi-Fi, akan menjadi salah satu pendorong utama untuk memperkuat layanan operator di dalam ruang dan akan memanfaatkan small cell. Itu sebabnya, pendapatan dari small cell diperkirakan akan mencapai US $ 1,8 miliar pada 2021.

Pada awal dihembuskan penggunaan Unlicensed LTE banyak pihak yang memandang negatif dan skeptis bahwa WiFi dapat digunakan pada frekuensi 5GHz,” ujar Ahmed Ali, Senior Analyst at ABI Research menjelaskan. Saat ini sedang berlangsung standarisasi dan koeksistensi sebagai upaya meningkatkan dukungan terhadap ekosistem teknologi.

LAA standard, 3GPP mengadopsi mekanisme Listen-Before-Talk channel access mechanism untuk berbagi spektrum lebih fair. IEEE dan Wi-Fi Alliance pun mengembangkan proses pengujian koeksistensi untuk membantu stakeholder mengharmonisasikan dengan ekosistem multi teknologi dalam unlicensed spectrum.

Selaras dengan adopsi solusi Unlicensed LTE , Wi-Fi tetap merupakan elemen penting dan paling sesuai untuk konektivitas dalam ruangan. Ketersediaan beberapa teknologi tersebut dapat sejalan dengan kebutuhan perusahaan yang beragam juga sehingga aakan mendorong konvergensi yang lebih baik di tahun – tahun mendatang.

“Sifat yang dinamis dan mampu memenuhi kebutuhan para pengguna yang beragam dalam sebuah ruangan menjadi solusi tepat,” kata Ali menyimpulkan. Terlebih ada dukungan multi-operasi fitur seperti 3G/4G dan akses Wi-Fi/LAA sangat dibutuhkan untuk pasar enterprise.

Tren itulah yang menjadi dasar ABI Research memperkirakan bahwa dukungan untuk LTE-based dan teknologi Wi-Fi unlicensed spectrum dalam small cell equipment akan tumbuh 51% dari total pengiriman tahunan 2021 pada CAGR sebesar 47%. (Icha)

Riset: Akan Ada 300 Juta Handset 5G Dijual Pada 2022

0

Telko.id – Laporan terbaru dari lembaga penelitian Strategy Analytics menyebutkan bahwa akan ada setidaknya 690 juta koneksi 5G pada tahun 2025, dengan pengiriman handset 5G yang juga diperkirakan akan meningkat menjadi 300 juta.

Menurut Strategy Analytics, angka 690 juta tersebut berhubungan dengan apa yang mereka panggil “user-linked subscriptions” dan tidak termasuk koneksi industri mesin-ke-mesin.

“Jadi kita memasukkan koneksi dimana ada end-point pengguna individu (baik B2C atau B2B), seperti untuk konsumen produk elektronik, tetapi tidak menyertakan aplikasi vertikal/industri,” kata Phil Kendall, Direktur Eksekutif Strategy Analytics, sperti dilansir dari Totaltelecom, Jumat (26/8).

Definisi ini mencakup handset; koneksi modem dan tertanam di PC/notebook/laptop; tablet; dan koneksi dalam kategori konsumer elektronik termasuk perangkat wearable, mobil terkoneksi dan banyak lagi.

Pada bulan Juni, Ovum memperkirakan bahwa langganan 5G global akan mencapai 24 juta pada akhir 2021 tetapi hanya mengacu koneksi broadband.

Strategy Analytics juga memperingatkan bahwa fragmentasi sangat mungkin terjadi mengingat operator di berbagai daerah mengejar jalur 5G yang berbeda. Sebab itu, perusahaan menilai kerja yang signifikan diperlukan untuk menyatukan kesamaan standar awal 5G dengan kebutuhan jangka panjang untuk mendukung kebutuhan pasar yang beragam.

Analis senior Strategy Analytics, Guang Yang mencatat bahwa rencana jaringan 5G telah berkembang dengan baik pada tahun 2016, mendorong sebuah ekosistem yang akan menempatkan 7% dari koneksi mobile pada jaringan 5G pada tahun 2025.

“Rencana peluncuran 5G di China pada 2020 membawa itu lebih dekat ke pengadopsi awal di AS, Korea Selatan dan Jepang, yang mempercepat kemajuan untuk memenuhi tuntutan akses broadband dari Olimpiade dan kompetisi pemain non-tradisional. Sebaliknya, operator Eropa saat ini lebih memperhatikan peluang di IOT,” kata Yang.

Dalam hal penjualan handset, Direktur Strategy Analytics Ken Hyers mengatakan handset 5G komersial pertama akan muncul dalam jumlah kecil pada tahun 2020 di Korea Selatan dan Jepang. Pada 2021, peluncuran yang lebih banyak diharapkan akan terjadi di AS, Inggris, Swedia dan UEA dengan penjualan komersial diperkirakan melebihi 300 juta pada tahun 2025.

“Pada tahun 2022, puluhan juta handset 5G akan dijual, dan sebagai proporsi dari total handset penjualan akan mencapai persentase single digit rendah,” kata Hyers.

Sementara itu, Analis senior Ville-Petteri Ukonaho juga menunjukkan bahwa hndset 5G komersial pertama kemungkinan akan dibanderol dengan label harga yang sangat mahal.

Dengan ‘Daftar Nonton’, Pengguna Iflix Bisa Lebih Mudah Pilih Tontonan

0

Telko.id – Layanan video dan streaming on demand asal Malaysia, Iflix, baru-baru ini memperkenalkan fitur barunya yang dipanggil Playlist atau ‘Daftar Nonton.’ Fitur baru yang nantinya akan melibatkan 35 selebritis ternama di Indonesia ini akan memungkinkan pengguna mengetahui apa saja yang menjadi tontonan idolanya.

Cam Walker, selaku CEO Iflix Indonesia, mengungkapkan dalam acara peluncuran yang berlangsung di kawasan SCBD, Jakarta, kemarin (25/8), kerjasama Iflix dengan sederatan artis tanah air ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan untuk memberikan pengalaman dan layanan terbaik untuk penggunanya. Daftar Nonton sendiri akan menjadi cara baru dan menyenangkan bagi pengguna dalam menemukan konten, katanya.

“Daftar Nonton memudahkan pengguna Iflix untuk melihat apa yang ditonton selebritas favoritnya, disamping juga memudahkan dalam memilih tontonan dari koleksi pilihan tim Iflix berdasarkan kesukaan dan preferensi mereka,” katanya.

Walker menjelaskan, Daftar Nonton akan terbagi ke dalam dua kategori, yakni ‘Selebritas’ dan ‘Koleksi’. Menu ‘Selebritas’ berisi judul-judul pilihan tokoh-tokoh terkenal, sementara menu ‘Koleksi’ berisi kumpulan judul yang sudah dikurasi oleh tim Iflix dan dikelompokkan sesuai dengan preferensi para pengguna Iflix.

Fitur ini dapat diakses dengan memilih ‘Menu’ yang terletak di bagian pojok kiri atas website atau aplikasi. Setelah itu, Klik ‘Daftar Nonton’ untuk menemukan baik Selebritas maupun Koleksi. Akan tampil daftar nama 35 artis yang dimaksud, lengkap dengan opsi follow di bawah namanya.

Beberapa nama seperti Christian Sugiono, Michelle Ziudith, Derby Romero, Marissa Nasution, Ashraf Sinclair dan lainnya pun terpampag di sana.

“Jadi harus di-follow dulu baru bisa tahu apa yang mereka tonton,” tambah Cam.

Saat ini, Daftar Nonton sudah bisa diakses di Iflix. Pilihan untuk Daftar Nonton-mu sendiri selalu tersedia di Iflix manapun, namun Daftar Nonton yang ditampilkan ke publik baru tersedia untuk tokoh-tokoh yang sudah ada di menu ‘Selebritas’.

Diluncurkan pertama kali di Malaysia, saat ini Iflix telah tersedia di sejumlah negara di Asia Tenggara, termasuk Thailand, Filipina, Sri Lanka dan tentu saja, Indonesia. Ke depannya, menurut Cam Walker, layanan ini juga akan dibawa ke sejumlah pasar berkembang lainnya seperti Vietnam dan Afrika.

Menkominfo: Indonesia Akan Uji Coba 4.5G di Asian Games 2018

0

Telko.id – Indonesia sudah ditunjuk oleh Dewan Olimpiade Asia (OCA) sebagai tuan rumah Asian Games menggantikan Vietnam. Ajang olahraga terbesar di Asia ini akan diselenggarakan di Jakarta dan Palembang. Di Jakarta akan menggelar 29 cabang olahraga (cabor), sementara Palembang hanya 11 cabor.

Pada ajang Asian Games 2018 nanti, Indonesia, terutama di Jakarta dan Palembang, akan dilakukan uji coba 4.5G. “Jadi semua atlit dan official nya akan dilayani oleh jaringan 4.5G, ” ujar Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia menjelaskan dalam sambutannya di acara Indonesia ICT Carnival 2016 (25/08).

Layanan 4.5G yang diharapkan oleh Rudiantara ini sudah dilakukan sejak turun dari pesawat, naik ke bus untuk para atlit, masuk hotel sampai ketika akan berbelanja. “Tidak dapat ditampik bahwa dengan adanya Asian Games ini juga akan menambah pemasukan devisa. Jadi sangat mungkin peserta, atlit dan official berbelanja dengan e-payment,” ujar Rudiantara menambahkan.

Rudiantara mengharapkan Huawei dapat membantu Indonesia dengan menjadi IT Partner. Bukan hanya dari sisi mempersiapkan jaringan saja tetapi juga IT solusi lainnya. Termasuk juga aplikasi. “Cuma, saya juga harus bicara lagi pada yang bertanggungjawab menangani event ini.

“Event besar seperti Asian Games ini akan memberikan dampak positif bagi Indonesia. Mulai dari meningkatkan merek nasional, menarik wisatawan luar negeri, menarik foreign direct investment dan meningkatkan popularitas pemerintah,” ujar Qui Heng, President of Huawei Marketing menjelaskan.

Beberapa negara yang pernah atau akan menjadi tuan rumah event besar seperti Asian Games atau yang lebih besar lagi juga menggunakan teknologi informatika untuk menyambut tamunya. “Seperti Jepang, yang akan menjadi tuan rumah Olimpiade 2020. Akan memanfaatkan teknologi 5G. Lalu saya tanya pada menterinya ketika bertemu, akan seperti apa nanti layanan yang akan diberikan. Jawabnya, yang penting akan digelar 5G. Rinciannya seperti apa, sambil jalan. Lagi pula masih tahun 2020,” cerita Rudiantara.

Untuk uji coba 4.5G ini sendiri, Rudiantara menyatakan bahwa tidak akan mengalokasikan frekuensi khusus. Uji coba akan menggunakan frekuensi yang ada. Agar rencana ini dapat berjalan, Rudiantara dalam waktu dekat akan mengumpulkan semua operator, penyedia aplikasi dan pihak-pihak lain yang berkaitan untuk mendiskusikan lebih lanjut tentang uji coba 4.5G ini. (Icha)

ZTE Terbaik Untuk Solusi LTE End-to-End

0

Telko.id – ZTE dinobatkan sebagai pemimpin untuk solusi LTE end-to-end dalam Gartner Magic Quadrant terbaru untuk infrastruktur jaringan LTE 2016.

Magic Quadrant mengevaluasi pasar seluruh dunia untuk infrastruktur jaringan LTE end-to-end, termasuk di dalamnya 10 vendor yang menyediakan radio access dan elemen core network untuk LTE.

ZTE merupakan salah satu pemain utama dalam pasar infrastruktur mobile LTE. Bermula dari pasar Cina dan Asia Pasifik, kini perusahaan yang berbasis di Tiongkok ini telah memasuki pasar internasional yang lebih besar, dengan mendapatkan referensi dari pengguna yang puas seperti Telenor Group.

Berbekal pengalaman proyek LTE di Cina, ZTE berhasil memasuki beberapa pasar kunci yang lain seperti Asia Tenggara, India dan Eropa. Belum lama ini, ZTE juga meluncurkan inisiatif pre-5G dengan mengkomersialkan beberapa solusi teknologi 5G untuk diimplementasikan di atas jaringan 4G.

ZTE merupakan pemasok utama dalam pasar 3G/4G di Cina dan merupakan pemain kunci dalam pasar infrastruktur mobile dunia. Hal ini dibuktikan dengan pendapatan yang relatif stabil dan pengalaman membangun jaringan yang penting.

ZTE terus menunjukkan, menguji dan beroperasi dengan kemampuan yang canggih dengan para penyedia layanan komunikasi (CSP) – misalnya, Massive Multiple Input, multiple output (MIMO) dancloud radio – untuk mendapatkan tempat di pasar.

Di Asia, implementasi teknologi ZTE bisa dilihat di dalam jaringan LTE SoftBank di Jepang dan jaringan TDD/FDD China Mobile di Hong Kong, Eropa, Timur Tengah, Afrika dan Amerika Latin. ZTE juga dapat menggunakan produkfixed line-nya dan hubungan baik yang dimiliki untuk membantu perusahaan penyedia telekomunikasi yang menginginkan peningkatan LTE dan mempererat kerjasama dengan mereka.a dengan para provider telekomunikasi tersebut.

Masukan dari para provider telekomunikasi mencakup pujian untuk fleksibilitas dan responsivitas yang dimiliki ZTE terutama dalam fase penyediaan awal. ZTE juga meningkatkan komunikasi pemasarannya yang dapat meningkatkan visibilitas perusahaan..

Gartner mengemukakan bahwa meskipun ZTE berasal dari Tiongkok, ZTE harus meningkatkan keberadaan dan brand awareness-nya di lebih banyak negara seiring bertambahnya kontrak dan pencapaian di pasar internasional. ZTE dapat memperoleh manfaat dengan merekrut tenaga insinyur lokal yang memiliki pengetahuan jaringan setempat dan bahasa lokal, agar lebih mendunia.

Sasar UKM, RML Hadirkan Solusi IT Hemat Biaya

0

Telko.id – Perusahaan distributor penyedia network dan IT (Information and Technology), PT Raditya Mulia Lestari siap memenuhi kebutuhan para pengguna jaringan dan IT di Indonesia khususnya para pelaku UMKM di Indonesia.

Berdasarkan keterangan pers yang diterima tim Telko.id (25/8), Direktur Utama PT Raditya Mulia Lestari (RML) Jimmy Hadian mengungkapkan, untuk mewujudkan hal tersebut perusahaan sudah menggandeng lima vendor IT ternama dari berbagai negara di Asia.

“Kami bekerjasama dengan lima perusahaan yang terpercaya yang membawa berbagai keunggulan. Saat ini kita ingin memberikan beberapa solusi terbaru kepada seluruh perusahaan dalam hal IT. Karena semua perusahaan saat ini pasti menggunakan IT,” ujar Jimmy.

Sekadar informasi, kelima vendor tersebut masing-masing memiliki berbagai keunggulan yang berbeda, hal ini tentunya akan semakin mempermudah calon pelanggan mulai dari para pengusaha UKM, industri, hingga perusahaan BUMN untuk memperoleh pelayanan yang sesuai kebutuhan.

Kelima vendor IT yang dimaksud yaitu, Piolink, ZyXel, Monitor App, Netka System, dan Jiran Soft. Kesemuanya berasal dari Korea, Thailand, Taiwan, dan Malaysia. Mungkin nama ini terdengar asing di telinga kita, namun Jimmy meyakini bahwa kelima vendor tersebut memiliki kualitas dan harga yang mampu bersaing.

Jimmy mencontohkan untuk bidang network management server (NMS), terdapat Netka yang memiliki kecanggihan lebih dari vendor asal Amerika Serikat. “Netka System dari Asia atau buatan Thailand jadi bisa memonitor produk yang ada di pasaran tidak seperti buatan Amerika yang hanya bisa memonitor produk buatan Amerika saja,” terangnya.

Selain itu, unique selling point yang bisa didapat oleh para perusahaan di Tanah Air khususnya UMKM adalah harga, walau tidak menyebut angka, namun Jimmy mengklaim dapat memenuhi kebutuhan jaringan dan IT dengan harga kompetitif.

Rencananya sekitar 60 partner reseller dari seluruh Indonesia akan memasarkan lima produk tersebut ke berbagai perusahaan. Jimmy juga menegaskan bahwa segmentasi pasar untuk produk ini untuk seluruh level perusahaan.

“Selama ini pengguna kami berasal dari perusahaan-perusahaan BUMN, lalu dari Kementerian dan ada banyak juga dari UMKM yang juga sudah memilki infrastruktur IT,” lanjut Jimmy.

Sementara itu, berbicara mengenai target pemasaran sampai akhir tahun ini, PT Raditya Mulya Lestari tidak memiliki target khusus, namun saat ini pihaknya akan melakukan konsolidasi terlebih dahulu dengan para reseller.

‘Token’ dan ‘Poin’ Jadi Cara elevania Apresiasi Loyalitas Pelanggan

0

Telko.id – elevenia melakukan inovasi dengan memberikan benefit kepada regular member-nya yang kini telah hampir mencapai 3,5 juta.

Benefit tersebut akan berlaku untuk setiap member, baik yang login dan melakukan ulasan produk di social media maupun yang melakukan konfirmasi pembelian dan ulasan produk.

Member yang login dan melakukan ulasan produk akan mendapatkan elevenia token, sementara mereka yang melakukan pembelian dan ulasan produk akan mendapatkan poin belanja elevenia masing-masing Rp 500.

Diungkapkan Anggita Vela Lydia, General Manager Partnership & Promotion elevenia, poin dan token ini merupakan bagian dari program loyalti elevenia, yakni sebagai bentuk apreasisi elevenia yang diberikan kepada membernya atas segala aktivitas yang dilakukan setiap hari.

“Jadi, member tidak hanya belanja saja, tapi dengan login, memberikan ulasan produk dan melakukan konfirmasi bahwa barang telah diterima, member juga bisa mendapatkan added value,” katanya.

Token yang dikumpulkan nantinya akan dapat ditukarkan dengan voucher diskon untuk membeli berbagai produk mulai dari handphone hingga voucher untuk berbelanja bulanan. Sedanglan untuk poin yang dikumpulkan dapat digunakan sebagai potongan langsung untuk pembelanjaan berikutnya.

 

OJK dan KADIN Siap Gelar Indonesia Fintech Festival & Conference 2016

0

Telko.id – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Kamar Dagang & Industri (KADIN) baru-baru ini mengumumkan sebuah inisiatif baru sebagai bentuk konkrit dukungan untuk pertumbuhan industri fintech di Indonesia. Diberi nama Indonesia Fintech Festival & Conference 2016, inisiatif ini akan menjembatani semua stakeholder di industri FinTech, mulai dari regulator, institusi keuangan swasta, investor, startup, inkubator, asosiasi industri dan juga dari kalangan akademis.

“Pelaku usaha FinTech yakin akan ada lebih banyak kerjasama saling menguntungkan antara lembaga keuangan seperti bank dengan perusahaan teknologi atau FinTech di masa depan,” kata Niki Santo Luhur, Ketua Umum Asosiasi FinTech Indonesia, sebagai salah satu pendukung konferensi ini, dalam keterangan resmi, Kamis (25/8)..

Saat ini, ia menambahkan, FinTech sudah membantu bank membuka saluran baru distribusi produk keuangan‎, mempermudah proses akuisisi nasabah dan merchant, dan membantu efisiensi operasional serta mengelola risiko. “Jadi, kami melihat momentum yang tepat bagi regulator, lembaga keuangan, dan FinTech untuk duduk di satu forum dan mendiskusikan strategi bersama,” imbuhnya.

Selain didukung oleh Asosiasi FinTech Indonesia, acara ini juga akan didukung oleh Asosiasi Pemodal Ventura dan Startup Indonesia (AMVESINDO), sebagai asosiasi yang menaungi para investor dan startup di Indonesia.

“Di negara berkembang seperti Indonesia, fintech dapat membantu mensejahterakan masyarakat dengan memberikan data yang akan mengubah ekonomi informal menjadi bankable,ungkap Donald Wihardja, Wakil Ketua AMVESINDO.

Donald juga menyatakan bahwa dengan populasi 250 juta, kelas menengah yang kian berkembang dan masih banyak komponen masyarakat yang belum tersentuh produk perbankan (unbanked), Indonesia memiliki potensi hingga Rp. 1.600 triliun dari sisi permintaan pendanaan namun hanya Rp. 600 triliun yang mampu disediakan oleh bank dan institusi perbankan.

Hal-hal seperti ini akan menjadi sorotan untuk diskusi di acara Indonesia Fintech Festival and Conference 2016 yang akan dihadiri oleh hadirin dari perwakilan pemerintah, regulator, bank, asuransi, lembaga peminjam, startup, investor dan institusi perbankan lainnya.

Acara Indonesia Fintech Festival and Conference 2016 sendiri akan digelar pada tanggal 29-30 Agustus 2016 di Indonesia Convention & Exhibition (ICE) di BSD, Tangerang, Banten.

Beberapa pembicara yang dijadwalkan untuk hadir meliputi Darmin Nasution (Menteri Koordinator Perekonomian), Muliaman Hadad (Ketua Dewan Komisioner OJK), Rudiantara (Menteri Kominfo), Enggaristo Lukita (Menteri Perdagangan), Rosan P. Roeslani (Ketua Umum Kadin), Ronald Waas (Bank Indonesia), Kartika Wirjoatmodjo (Presiden Direktur Bank Mandiri), Asmawi Syam (Direktur BRI), Armand Hartono (Wakil Presiden Direktur BCA), dan banyak lagi.

XL : MVNO Untungkan Negara

0

Telko.id – Isu mengenai hadirnya model sharing MVNO (Mobile Virtual Network Operator) kembali menguat. Hal ini tidak lain karena rencana revisi dua perubahan terbatas terhadap 2 peraturan pemerintah di bidang telekomunikasi. Masing-masing adalah perubahan terhadap PP Nomor 52/2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi dan perubahan terhadap PP Nomor 53/2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit.

Kedua PP ini merupakan turunan dari Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi. Pokok perubahan terhadap 2 PP tersebut intinya mengatur masalah backbone network sharing dan akses jaringan antaroperator.

Menurut XL Axiata, sebagai salah satu operator terbesar di Indonesia menegaskan jikalau model sharing MVNO dapat menciptakan efisiensi dan menguntungkan negara.

“XL sangat serius terkait dengan model MVNO. Kami yakin masih ada jaringan yang bisa dimaksimalkan, sementara di sisi lain ada keterbatasan untuk menjangkau semua segmen yang tidak bisa dipenuhi,” ujar Yessie D. Yosetya, Chief Service Managment XL Axiata.

Yessie juga menegaskan, jika dilihat dari tiga aspek, yakni operator, mitra bisnis dan konsumen. Model sharing MVNO tentu sangat menguntungkan dan memberikan efisiensi bagi industri telekomunikasi di Indonesia.

Berbicara mengenai MVNO, beberapa pengamat merasa model ini adalah model yang dapat menghasilkan efisiensi yang cukup tinggi di industri telekomunikasi di Indonesia, seperti halnya  yang dilakukan pada industri telelkomunikasi di Jepang pada tahun 2001 silam.

Secara sederhananya, perusahaan penyedia layanan telekomunikasi atau Operator Mobile memberikan layanan komunikasi bergerak kepada pelangganya tanpa harus memiliki infrastruktur jaringan sendiri, melainkan melakukan kerja sama dengan operator telekomunikasi yang ada  melalui pola MOU atau Minutes of Use, yang berarti membayar menit atau lamanya komunikasi yang digunakan oleh pelanggan.

Di dalam MVNO itu terjadi pemisahan yang jelas antara tanggung jawab penyedia jaringan (Network Provider) dengan penyedia layanan (Service Provider). Jadi dalam hal ini si penyedia layanan hanya membeli kapasitas jaringan yang ada dari si penyedia jaringan. Nantinya akan dipakai untuk layanan komunikasi suara, data atau juga SMS.

Sistem kerjasama dalam pola MVNO bisa bermacam-macam, tergantung dari kesepakatan kedua pihak. Salah satu nya adalah lewat MOU (minute of use) dengan pembayaran berdasarkan pada lamanya penggunaan jaringan. Dalam skema MVNO terdapat pemisahan tanggung jawan antara penyedia jaringan (network provider) dan penyedia layanan (service provider).

Sampai dengan saat ini, XL Axiata sendiri sejatinya telah mengimplementasikan passive network sharing dengan Indosat Ooredoo. Namun, model network sharing ini masih baru sebatas MORAN (Multi Operator Radio Acces Network) yang dirasa masih kurang ‘Joss’.

DPR Minta Kominfo ‘Tunda’ Revisi Peraturan Interkoneksi

0

Telko.id – Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara berserta jajarannya dipanggil untuk melakukan Rapat Kerja dengan Anggota Komisi I DPR RI (24/08). Dalam Rapat Kerja tersebut, di minta untuk menjelaskan mengenai rencana penurunan tarif interkoneksi serta Revisi Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi dan Peraturan Pemerintah Nomor 53 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit.

Berkaitan dengan penurunan biaya interkoneksi, Komisi I DPR RI dapat menerima penjelasan Menteri Kominfo. Secara khusus, Komisi I akan melakukan pendalaman mengenai kebijakan itu dan meminta Kementerian Kominfo memberikan hasil perhitungan biaya interkoneksi antar operator.

Mengenai revisi peraturan pemerintah, Komisi I DPR RI akan mengadakan rapat lanjutan yang melibatkan Kementerian Kominfo dan kementerian terkait lainnya.

Sebelumnya, penurunan tarif interkoneksi ini dianggap dapat merugikan negara karena berpotensi membuat Telkom merugi hingga 50 triliun. Artinya, akan ada kaitannya dengan pendapatan negara dari pajak dan deviden Telkom serta berpotensi menggangu APBN 2017 mendatang.

Padahal, salah satu alasan penurunan tarif interkoneksi sendiri dikarenakan tarif interkoneksi yang ada saat ini sudah terlalu tinggi dan harus diturunkan agar tidak terlalu membebankan konsumen retail. Selain itu, turunnya tarif interkoneksi juga diharapkan dapat menghasilkan sebuah efisiensi bagi para pelaku usaha di industri telekomunikasi.

“Fokus kerja tetap pada dua hal yakni efisiensi dan penyebaran broadband yang merata. Bagaimana mencapai hal itu, tentu butuh inovasi baik dari sisi regulasi atau pelaku usahanya,” ujar Menkominfo Rudiantara beberapa waktu lalu. (Icha)