spot_img
Latest Phone

Garmin Instinct 3 Tactical Edition: Smartwatch Tangguh untuk Misi Ekstrem

Telko.id - Garmin baru saja menghadirkan Instinct 3 –...

ASUS Vivobook S14: Laptop AI 45+ TOPS untuk Produktivitas Tanpa Batas

Telko.id - ASUS Vivobook S14 (S3407QA), laptop terbaru yang...

Garmin vívoactive 6, Tak Sekadar Pintar, Dukung Gaya Hidup Aktif dan Tampil Lebih Gaya

Telko.id - Garmin Indonesia memperkenalkan vívoactive 6, smartwatch wellness...

Lebih Bugar Setelah Lebaran dengan Smartwatch Garmin

Telko.id - Pernahkah Anda merasa tubuh terasa berat dan...

PC Global Melonjak 4,9% di Q1 2025, Tapi Tarif China Ancam Pasokan

Telko.id - Angka-angka terbaru dari IDC mengungkap fakta mengejutkan:...
Beranda blog Halaman 1329

Akhirnya Komisi 1 DPR RI Setujui Revisi UU ITE

0

Telko.id – Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (RUU Revisi UU ITE) disetujui oleh 10 Fraksi Komisi 1 DPR RI. Persetujuan 10 Fraksi DPR RI tersebut disampaikan dalam Rapat Kerja Komisi 1 DPR RI dengan Menteri Komunikasi dan Informatika, Kamis (20/10). 

Setelah Ketua Panja TB Hasanuddin melaporkan hasil pembahasan RUU Revisi UU ITE, secara berurutan 10 fraksi menyampaikan pandangan fraksi mini dalam Rapat Kerja yang dipimpin oleh Ketua Komisi 1 Dr. Abdul Kharis Almasyhari. Pandangan mini Fraksi PDIP dibacakan oleh Dr Evita Nursanty, selanjutnya disusul Fraksi Partai Golkar. Menyusul berikutnya Fraksi Partai Gerindra, Fraksi Partai Demokrat, Fraksi PAN, Fraksi PKB, Fraksi PKS, Fraksi PPP, Fraksi Partai Nasdem dan terakhir oleh Fraksi Partai Hanura yang disampaikan oleh Arief Suditomo. 

Menteri Komunikasi dan Infomatika Rudiantara, dalam Keterangan Akhir Pemerintah menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Pimpinan dan para Anggota Komisi 1 DPR RI Yang Terhormat, yang telah bekerja keras bersama-sama dengan Pemerintah, dalam rangkaian pembahasan RUU Perubahan UU ITE.

“Pemerintah menghargai, bahwa dengan dilandasi oleh keinginan bersama dan semangat yang kuat untuk memberikan perlindungan hukum bernafaskan keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, maka rangkaian pembahasan RUU Perubahan UU ITE ini dapat berlangsung dalam suasana yang dinamis, konstruktif dan dialogis,” papar Rudiantara.

Lebih lanjut dikatakan Rudiantara bahwa  Undang-Undang No 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik adalah undang-undang pertama di bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik sebagai produk legislasi yang sangat dibutuhkan dan telah menjadi pionir dalam meletakkan dasar pengaturan dan perlindungan di bidang pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik.

“Namun karena dalam penerapannya terjadi dinamika yang tidak bisa dihindari, Pemerintah mengambil inisiatif untuk melakukan perubahan minor terhadap beberapa ketentuan di dalamnya,” jelas Rudiantara. 

Menteri Rudiantara selanjutnya menyampaikan ringkasan muatan materi RUU Revisi UU ITE sebagai berikut:

1. Untuk mengurangi multitafsir dan menghindari abuse of power terhadap ketentuan larangan mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik bermuatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik yang diatur dalam Pasal 27 ayat (3) Jo Pasal 45 ayat (1) UU ITE, dilakukan dilakukan 4 (empat) perubahan sebagai berikut:

a) Menambahkan penjelasan atas istilah “mendistribusikan, mentransmisikan dan membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik”.
b) Menegaskan bahwa ketentuan tesebut adalah delik aduan bukan delik umum.
c) Menegaskan bahwa ketentuan tersebut mengacu pada ketentuan pencemaran nama baik dan fitnah yang diatur dalam KUHP.
d) Menurunkan ancaman pidana dari maksimal 6 (enam) tahun penjara dan denda Rp 1 miliar menjadi 4 (empat) tahun dan denda Rp 750 juta.

2. Melaksanakan putusan Mahkamah Konstitusi terhadap 2 (dua) ketentuan sebagai berikut
a) Mengubah ketentuan Pasal 31 ayat (4) yang semula mengamanatkan pengaturan tata cara intersepsi atau penyadapan dalam Peraturan Pemerintah menjadi dalam Undang-Undang. 
b) Menambahkan penjelasan pada ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) mengenai keberadaan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik sebagai alat bukti hukum yang sah.

3. Melakukan sinkronisasi ketentuan hukum acara dengan ketentuan hukum acara pada KUHAP, sebagai berikut:
a) Ketentuan Pasal 43 ayat (3) mengenai Penggeledahan dan/atau penyitaan yang semula harus mendapatkan izin Ketua Pengadilan Negeri setempat, disesuaikan kembali dengan ketentuan KUHAP. 
b) Ketentuan Pasal 43 ayat (6) mengenai penangkapan penahanan yang semula harus meminta penetapan ketua Pengadilan Negeri setempat dalam waktu 1×24 jam, disesuaikan kembali dengan ketentuan KUHAP.

4. Memperkuat peran Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) UU ITE pada ketentuan Pasal 43 ayat (5):
a) Kewenangan membatasi atau memutuskan akses terkait dengan tindak pidana teknologi informasi pada ketentuan Pasal 43 ayat (5) huruf h; dan 
b) Kewenangan meminta informasi terkait tindak pidana teknologi informasi dari Penyelenggara Sistem Elektronik pada ketentuan Pasal 43 ayat (5) huruf i.

5. Menambahkan ketentuan mengenai “the right to be forgotten” atau “hak untuk dilupakan” pada ketentuan Pasal 26, sebagai berikut:

a) Setiap Penyelenggara Sistem Elektronik wajib menghapus Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang tidak relevan yang berada di bawah kendalinya atas permintaan orang yang bersangkutan berdasarkan penetapan pengadilan.
b) Setiap Penyelenggara Sistem Elektronik wajib menyediakan mekanisme penghapusan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik  yang sudah tidak relevan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c) Ketentuan mengenai tata cara penghapusan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.

6. Memperkuat peran Pemerintah dalam memberikan perlindungan dari segala jenis gangguan akibat penyalahgunaan informasi dan  transaksi elektronik dengan menyisipkan kewenangan tambahan pada ketentuan Pasal 40:

a) Pemerintah wajib melakukan pencegahan penyebarluasan dan penggunaan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang dilarang, sesuai ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.
b) Dalam melakukan pencegahan, Pemerintah berwenang melakukan pemutusan akses dan/atau memerintahkan kepada Penyelenggara Sistem Elektronik untuk melakukan pemutusan akses terhadap Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar hukum.

Rapat kerja ditutup dengan penandatanganan naskah RUU Revisi UU ITE oleh perwakilan 10 Fraksi DPR RI, Menteri Komunikasi dan Informatika, dan perwakilan Menteri Hukum dan HAM. Rapat Paripurna diagendakan pada Kamis, 27 Oktober 2016. Dengan demikian tinggal satu tahap lagi sebelum naskah RUU Revisi menjadi UU Perubahan ITE. (Icha)

Masyarakat Indonesia Mulai Percaya Dengan eCommerce

Telko.id – Pengguna internet di Indonesia, pada tahun 2016 ini mencapai 132.7 juta orang dengan jumlah pria yang mengakses internet lebih besar yakni 52.5%. Ada kenaikan sebesar 51.8% dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya sebanyak 88 juta orang. Data ini merupakan hasil dari survei yang dilakukan oleh APJII atau Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia.

Masyarakat Pulau Jawa adalah yang paling banyak mengakses internet. Di mana, jumlah masyarakat pulau Jawa yang mengakses internet mencapai 86,3 juta atau 65%. Diikuti dengan Sumatera yang mencapai 20,7 juta atau 15,7%, Kalimantan ada 7,6 juta atau 5,8%, Bali dan NTB mencapai 6,1 juta atau 4,7% dan yang paling sedikit adalah Maluku Papua dengan 3,3 juta atau 2,5% saja masyarakatnya yang mengakses internet.

Jenis layanan internet yang digunakan adalah mobile internet sebesar 92.8 juta atau 69.9% dari total pengguna internet. Sisanya, sebanyak 17.7 juta (13.3%) menggunakan internet rumah, 14.9 juta (11.2%) menggunakan fasilitas internet kantor, 2.9 juta (2.2%) menggunakan internet kampus, 2.2 juta (1.6%) menggunakan fasilitas warnet dan paling sedikit adalah menggunakan fasilitas internet di cafe yakni sebesar 1.2 juta orang atau 0.9%.

Yang menarik adalah masyarakat Indonesia sudah mulai paham bahwa dengan akses internet dapat digunakan untuk menawarkan dan melakukan jual beli barang dan jasa. Setidaknya ada 98.6% atau 130.8 juta orang yang sudah paham. Namun, yang sampai pernah melakukan transaksi secara online hanya 84.2 juta orang atau 63.5%.

Hal ini tentu menjadi gambaran prospek e-commerce di Indonesia yang cukup menggembirakan. Bagaimana jika akses internet sudah sampai pelosok. Maka jumlah potensi market di indonesia pun akan semakin besar lagi. (Icha)

APJII Dukung Upaya Pemerintah ‘Tarik’ Pajak Google

0

Telko.id – Asosiasi  Penyelenggara  Jasa  Internet  Indonesia  (APJII)  berkomitmen  mendukung  langkah pemerintah untuk mengejar kewajiban pajak dari PT Google Indonesia.

“Kewajiban pajak dari perusahaan yang besar dari layanan  mesin  pencari  Google  ini,  bukan  karena  statusnya  sebagai  perusahaan  asing,  tapi  demi menciptakan kesetaraan dan keadilan merata terhadap seluruh pelaku industri teknologi informasi,” ujar Henri Kasyfi, Sekretaris Jenderal APJII menyatakan dalam keterangan pers nya, Selasa (20/9)

Henri juga menambahkan bahwa “Persoalan Google ini adalah persoalan untuk menciptakan level playing field sama dan fair bagi seluruh pemain konten.

Seperti  diketahui,  masalah  pajak  Google  Indonesia  ini  menyeruak  ke  publik, ketika  perusahaan teknologi asal Amerika Serikat tersebut menolak diperiksa oleh Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan. Google Indonesia yang berkantor di Sentral Senayan II, Jakarta Pusat, ini berdalih belum berbentuk badan  usaha  tetap  (BUT),  hanya  beroperasi  sebagai  kantor  perwakilan,  sehingga  Google enggan dipotong pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penghasilan (PPh) terhadap transaksinya di Indonesia.

Padahal catatan Ditjen Pajak,  Google Indonesia terdaftar sebagai badan hukum dalam negeri di KPP Tanah  Abang  III,  dengan  status  sebagai  PMA  sejak  15  September  2011  dan merupakan  “dependent agent” dari Google Asia Pacific Pte Ltd di Singapura.

Henry menambahkan, jika Google dibiarkan tidak membayar pajak, akan terjadi ketidakadilan dalam dunia  usaha.  Sebab  perusahaan  nasional  yang  bergerak  di jasa  tekologi  informasi  telah  dikenai kewajiban  pajak.  Jika  ketidakadilan  ini  dibiarkan  berlarut – larut,  maka  berpotensi  merusak  tatanan industri teknologi informasi nasional.

Selain soal perpajakan, APJII juga mengimbau agar keadilan dan kesetaraan di kalangan pelaku industri juga berlaku di sektor lainnya.  Contohnya, pemerintah harus menjamin  kesehatan industri di bidang akses ke infrastruktur dengan ketersedian dan harga yang sama.

“Misalnya,  jika  level  of  playing  field  dibuat  fair  dan  sama  bagi  semua  operator  akses,  maka seluruh penyelenggara  ISP  punya  akses  yang  digelar  oleh  network  provider  dengan  ongkos  yang  fair,” tambahnya.

Sebelum  kasus  ini  muncul  ke  permukaan,  APJII  sebenarnya pernah  mengingatkan  pemerintah  soal pajak  perusahaan  over  the  top  (OTT)  seperti  Google. 

Ketua  Umum  APJII  Jamalul  Izza  menyatakan potensi pajak dari iklan digital yang lepas di dalam negeri bisa mencapai Rp 15 triliun. Potensi pajak tersebut dihitung dengan menghitung pendapatan OTT global, seperti Facebook, Google, Twitter, dan lain – lain. 

Padahal, jika potensi pajak yang hilang ini bisa dikumpulkan, pemerintah akan memiliki dana jumbo untuk membangun infrastruktur telekomunikasi di penjuru negeri.

Jamal mencontohkan pendapatan kuartalan Facebook mencapai US$ 2 per user atau menjadi US$ 8 per user per tahun. Jika pengguna Facebok di Indonesia mencapai 100 juta, maka pendapatan Facebook di Tanah Air bisa mencapai US$ 800 juta atau sekitar Rp 10 triliun per tahun. Jika digabungkan dengan OTT lain yang beroperasi di Indonesia, APJII memperkirakan jumlahnya bisa mencapai Rp 100 triliun. Dengan memungut PPN dan PPh, maka potensi pajak yang bisa ditarik negara mencapai Rp 15 triliun.

Dengan  potensi  pajak  besar  itulah,  APJII  mengimbau  agar  seluruh  pemangku  kepentingan  menaruh perhatian  besar  terhadap  persoalan  ini.  Pajak  Google  tidak  hanya  menjadi  tanggung  jawab  Ditjen Pajak, tapi juga pemerintah secara keseluruhan termasuk Kementerian Komunikasi dan Informatika. (Icha)

Operator Filipina ‘Ngebut’ Sambut 5G

0

Telko.id – Operator asala Filipina, Globe Telecom telah menggandeng Nokia untuk mengubah jaringan fixed dan mobile mereka menjadi infrastruktur berbasis cloud yang fleksibel dengan 5G ready dan IOT.

Untuk diketahui, Globe telah menandatangani dua perjanjian frame dengan Nokia, salah satu perjanjiannya meliputi jaringan nirkabel dan lainnya untuk teknologi IP, optik dan SDN.

Di bawah kolaborasi ini, Nokia akan menggunakan teknologi Pro 4.5G nya termasuk BTS 5G-ready dan small cell yang mereka miliki di beberapa daerah yakni Visayas dan Mindanao. Nantinya, beberapa daerah di wilayah ini akan menerima broadband untuk pertama kalinya sebagai bagian dari penyebaran.

Dilaporkan TelecomAsia (25/10) Nokia juga akan mengatur jaringan Globe untuk mendukung komputasi mobile dan teknologi agregasi operator canggih pada jaringan.

Perjanjian tersebut tetap akan melibatkan penyebaran IP, optik dan teknologi SDN Operator di seluruh Filipina, serta memungkinkan operator untuk memberikan cakupan untuk daerah yang lebih, dan untuk menyediakan layanan data yang lebih fleksibel. Seksdar informasi, Platform SDN dari Nokia ini ditujukan untuk pelanggan Korporasi.

“Sebagai Operator di Filipina yang terkemuka dengan layanan fixed dan mobile boarband, kami ditunjuk untuk meningkatkan kehidupan masyarakat yang hari demi hari semakin terhubung. Dengan teknologi inovatif dari Nokia, kami yakin akan mampu memimpin 5G dan evolusi jaringan cloud, “kata CEO Globe, Ernest Cu.

Sementara itu, pada pekan lalu, rival Globe PLDT mengumumkan bahwa divisi nirkabel Smart mencapai kecepatan data lebih dari 1.4Gbps untuk jaringan LTE-A selama uji coba yang dilakukan dengan Huawei. Tidak tanggung-tanggung, ujicoba ini sendiri menggunakan teknologi lima agregasi yang dimiliki operator untuk mencapai kecepatan yang ‘on-fire’ tersebut.

“Ini akan memakan waktu untuk agregasi operator pada lima frekuensi, terutama karena ketersediaan handset yang mampu mendukung teknologi ini belum tersedia secara komersial. Namun hasil yang sangat baik dari tes ini telah mendorong kami untuk menggelar layanan LTE-A menggunakan dua atau tiga komponen operator yang sudah dapat dimanfaatkan oleh beberapa model handset di pasar, ” tukas CTO PLDT dan Smart, Joachim Horn.

Telkomsel ‘Rangsang’ Terus Ekosistem 4G LTE Agar Cepat Terbentuk

0

Telko.id – Ekosistem 4G LTE ternyata tidak mudah terbentuk. Pasalnya, banyak faktor yang mempengaruhinya. Bukan hanya gelaran jaringan saja, tetapi juga aplikasi atau konten serta device. Untuk masalah device, hingga saat ini masih belum banyak brand yang mampu memberikan smartphone 4G dengan harga yang terjangkau. Dan, satu lagi adalah masalah edukasi ke pelanggan atau masyarakat juga penting yang nantinya akan membuat masyarakat pindah atau mograsi ke 4G LTE ini.

Dengan berbagai persoalannya, Telkomsel berupaya untuk secara terus menerus memperkenalkan layanan digital pada masyarakat. Harapannya adalah ekosistem gaya hidup digital akan semakin matang terutama dengan pemanfaatn teknologi layanan berbasis 4G LTE. Salah satu yang dilakukan oleh Telkomsel adalah menghadirkan beragam keunggulan teknologi dan layanan telekomunikasi selular terdepan di gelaran pameran multi produk Pekan Raya Indonesia (PRI) di Indonesia Covention Exhibition (ICE) Serpong, Tangerang, (20/10). Dalam gelaran yang untuk pertama kalinya diselenggarakan di Indonesia ini berlangsung mulai tanggal 20 Oktober – 18 November 2016.

“Pertengahan tahun ini Telkomsel sukses berpartisipasi dalam gelaran Jakarta Fair Kemayoran, baik dari sisi penentrasi produk broadband dan digital maupun pengamanan True Broadband Experience pelanggan di lokasi. Kini, Telkomsel kembali hadir dengan beragam produk dan layanan digital terbaru di event Pekan Raya Indonesia, dan memastikan kenyamanan dan kelancaran komunikasi pengunjung saat berada di lokasi event,” ujar Venusiana Papasi, Executive Vice President Area Jabotabek Jabar Telkomsel menjelaskan.

Pada event PRI ini, booth Telkomsel hadir di Hall 3 dan koridor Hall 8 ICE-Serpong dengan beragam produk dan layanan terdepan yang menunjang gaya hidup digital pelanggan. Seperti melalui produk simPATI Paket Kuota Data 12 GB dan layanan isi ulang pulsa data yang memberikan kesempatan bagi pelanggan memenangkan hadiah undian mobil BMW dan hadiah menarik lainnya dalam program 4G BOOM, cukup dengan aktivasi di UMB *363#. Sedangkan untuk peminta layanan pasca bayar, produk KartuHALO dengan paket data hingga 20 GB hadir sebagai penawaran terbaik yang dapat dinikmati pelanggan.

Guna lebih mendorong penetrasi penggunaan device berbasis 4G LTE lelaui event PRI ini, Telkomsel menggelar Bazzar Hape 4G Murah dengan paket bundling harga di bawah Rp 1 juta. Paket bundling smartphone 4G LTE ini semakin lengkap dengan hadirnya paket data TAU 4G kuota 14 GB cukup dengan aktivasi melalui UMB *363*13#.

Melalui event PRI kali ini, Telkomsel juga tetap konsisten memperkuat ekosistem teknologi 4G LTE dengan menyediakan booth layanan pelanggan yang akan membantu proses migrasi/upgrade kartu uSIM 4G LTE Telkomsel secara gratis tanpa harus mengganti nomor. Selain itu, layanan MyGraPARI juga tersedia untuk pelanggan yang ingin melakukan migrasi/upgrade kartu uSIM 4G LTE Telkomsel secara mandiri. Keuntungan pelanggan yang melakukan migrasi/upgrade uSIM 4G LTE Telkomsel semakin bertambah dengan hadirnya promo gratis kuota data 10 GB di jaringan 4G.

“Demi, kenyamanan komunikasi pengunjung PRI akan semakin bertambah dengan optimalisasi 7 BTS Indoor dengan teknologi 3G & 4G dan 6 BTS outdoor yang telah dipersiapkan Telkomsel di lingkungan ICE-Serpong. Telkomsel juga telah menambahkan 2 unit BTS Compact Mobile (Combat) yang juga berteknologi 3G dan 4G untuk menjamin kapasitas jaringan dan True Broadband Experience pelanggan Telkomsel tetap terjaga selama event PRI berlangsung” tutup Venusiana. (Icha)

15 Mahasiswa Terbaik Indonesia Latihan TIK di Tiongkok

0

Telko.id – Sejak tahun 2013, Huawei berkomitmen untuk memberikan pelatihan di bidang TIK kepada talenta muda lokal yang sejalan dengan upaya pemerintah untuk mewujudkan digitalisasi Indonesia.
Tahun ini Huawei mengirim 15 mahasiswa terbaik dari 12 universitas terkemuka di Indonesia untuk mengikuti program CSR global Huawei Seeds for the Future di Beijing dan Shenzhen, Tiongkok.
Shenzhen, Tiongkok, 21 Oktober 2016 – PT Huawei Tech Investment (Huawei Indonesia), penyedia solusi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) global terkemuka, untuk keempat kalinya kembali mengajak 15 mahasiswa terbaik, berusia 18 – 24 tahun, dari 12 universitas terkemuka yang berasal dari Sabang hingga Merauke untuk mengikuti program pelatihan CSR Huawei Global yaitu program pelatihan Seeds for the Future selama dua minggu di Beijing dan Shenzhen, Tiongkok.

Program yang dimulai dari tanggal 8 hingga 22 Oktober 2016 ini bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi mahasiswa yang berkecimpung di sektor TIK agar dapat belajar dan mendapatkan pengalaman bekerja di kantor pusat Huawei di Tiongkok, serta serta mengenal budaya Tiongkok dan pengalaman bekerja antar budaya dalam suasana bisnis global. Sebagai salah satu perusahaan teknologi dunia, Huawei berkomitmen untuk mendukung kemajuan industri TIK melalui pengembangan sumber daya manusia, salah satunya yaitu melalui beragam program pendidikan dan pelatihan.

“Kami percaya bahwa kemajuan teknologi suatu negara tidak terlepas dari peran penting sumber daya manusia yang berkualitas. Seiring dengan pertumbuhan pesat industri TIK, maka dibutuhkan sumber daya manusia yang dapat mengatasi tantangan-tantangan baru dalam sektor TIK,” ujar Hudson Liu, CEO Huawei Indonesia.

Hudson Liu juga menambahkan bahwa “Melalui program Huawei Seeds for the Future , kami berkomitmen untuk meningkatkan minat serta pemahaman talenta muda lokal terhadap sektor TIK agar mereka siap untuk menghadapi tantangan ini dengan memanfaatkan teknologi, sehingga mereka mampu berkontribusi untuk pembangunan tanah air. Kami akan senantiasa melanjutkan investasi di bidang pendidikan demi terciptanya sumber daya manusia yang unggul.”

Kepala Bagian Program dan Laporan, Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Ibu Fadhilah Mathar, ketika melepas 15 mahasiswa yang akan mengikuti pelatihan Huawei Seeds for the Future di Tiongkok, mengatakan, “Pemerintah sangat mendukung upaya Huawei dalam memajukan sektor TIK di Indonesia melalui berbagai pelatihan yang bermanfaat. Kami berharap upaya ini akan menjadi landasan dan memicu semangat mahasiswa untuk berkontribusi terhadap tanah air.”

Upacara penutupan pelatihan program Huawei Seeds for the Future tahun 2016 ini juga dihadiri oleh Ibu Ratu Silvy Gayatri, Konsul Jenderal Republik Indonesia untuk Guangzhou, Tiongkok dan pada kesempatan ini beliau mengungkapkan: “Saya menghargai komitmen Huawei dalam menjembatani perbedaan antara pendidikan TIK dan industri melalui program Huawei Seeds for the Future yang berkolaborasi dengan universitas di Indonesia untuk menghasilkan talenta dalam bidang TIK. Maka dari itu, saya sangat mendukung perhatian Huawei terhadap pendidikan, terutama untuk talenta TIK yang memegang peran penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.”

Program Huawei Seeds for the Future merupakan program unggulan Huawei Global yang dimulai pada tahun 2008 dan telah melatih lebih dari 20.000 siswa dari 200 universitas ternama di 77 negara. Program ini bertujuan untuk mengembangkan talenta lokal, meningkatkan pengetahuan di bidang TIK, serta mendorong pembangunan daerah dan komunitas digital. Melalui program ini, Huawei memberikan pelatihan mengenai teknologi-teknologi terbaru di bidang telekomunikasi, seperti 5G, LTE, dan komputasi awan.

Selain itu, Huawei juga memberikan kesempatan bagi para mahasiswa untuk merasakan langsung pengalaman bekerja lintas budaya di kantor pusat Huawei maupun laboratorium canggih milik Huawei. Tahun ini, 15 murid terbaik telah disaring dari 300 peserta program pelatihan yang diadakan oleh Huawei Indonesia bersama Kementerian Komunikasi and Informatika, yaitu Huawei Certified Student Training 2016, yang berasal dari 20 Universitas terkemuka di Indonesia.

Dalam program Seeds for the Future, para peserta mengikuti beragam aktivitas yang terbagi menjadi dua tahap kegiatan. Di tahap pertama, para mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk mempelajari budaya Tiongkok, termasuk mengikuti pelatihan dasar Bahasa Mandarin, kaligrafi, melukis, serta sesi pertukaran ide dengan murid lokal.

Kemudian pada tahap kedua, para mahasiswa mengikuti pelatihan mengenai inovasi teknologi terbaru di Kantor Pusat Huawei. Tidak hanya itu saja, mereka juga mendapat kesempatan untuk mengunjungi pabrik Huawei dan melihat secara langsung proses produksi perangkat terbaru melalui kegiatan di demo room milik Huawei.

“Saya merasa sangat senang dapat terpilih sebagai salah satu mahasiswa yang mengikuti pelatihan Huawei Seeds for the Future di Tiongkok. Selain melihat teknologi maupun inovasi terbaru yang dikembangkan oleh Huawei, saya juga berharap agar pelatihan ini dapat menjadi bekal saya di kemudian hari untuk berkontribusi terhadap pembangunan TIK di Indonesia,” ujar Radifan Cahya Pradana, mahasiswa termuda peserta program Huawei Seeds for the Future. Radifan, yang saat ini berusia 18 tahun, adalah Mahasiswa Semester 5 di Institut Teknologi Bandung (ITB).

“Ini adalah pengalaman pertama saya ke luar negeri, berpergian jauh ke negara Tiongkok, sebagai bagian dari delegasi Indonesia untuk Seeds for the Future, yang telah memperluas pandangan saya sejak belajar mengenai budaya, bahasa, sejarah, dan teknologi terbaru TIK di Tiongkok. Saya akan membawa kembali semua pelajaran berharga ini untuk menambah pengetahuan saya sebagai talenta muda Indonesia,” ujar Hermawan Hidayat, Ketua Delegasi Mahasiswa Indonesia untuk program Seeds for the Future, yang berasal dari Universitas Gadjah Mada (UGM).

Selama lebih dari 16 tahun, Huawei Indonesia berkomitmen untuk tumbuh bersama dengan pelanggan dan para mitra demi terwujudnya sektor TIK yang terdepan di Indonesia dan terciptanya Indonesia yang lebih terhubung.

Huawei Indonesia juga berperan aktif dalam memupuk talenta lokal dan berkontribusi terhadap komunitas lokal, termasuk dengan fokus CSR di bidang pendidikan melalui pemberian beasiswa, pelatihan, dan program kerja praktek bagi mahasiswa teknik dari berbagai universitas terkemuka di Indonesia sejak tahun 2013. Bersama dengan para mitra, Huawei telah melatih lebih dari 20.000 talenta lokal di bidang TIK dan menyediakan lebih dari 20.000 lapangan pekerjaan.

Program Huawei Certified Student Training merupakan bentuk komitmen Huawei yang bekerja sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Komunikasi dan Informatika, Telkom, dan Telkomsel untuk melatih talenta lokal. Program ini telah dilaksanakan selama 3 tahun berturut-turut sejak tahun 2014 dan telah sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) di Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (PUSTIKNAS), Ciputat, Tangerang Selatan.

Selain program Huawei Certified Student Training dan Huawei Seeds for the Future , sebelumnya Huawei juga bekerja sama dengan Kemenkominfo untuk mendirikan Kominfo-Huawei Innovation Center yang telah melatih lebih dari 200 pelaku industri TIK di bidang mobile application dan e-Commerce. Disamping itu, Huawei juga menekankan komitmennya melalui penandatanganan perjanjian kerja sama dengan Institut Teknologi Del (IT Del) pada bulan September 2015 untuk pelatihan TIK serta pengembangan sumber daya manusia selama tiga tahun. (Icha)

AT & T Akuisisi Time Warner Jadi ‘Berita buruk’ Bagi Verizon

0

Telko.id – AT & T melakukan megadeal sebesar US$ 85,4 Miliar untuk mengakuisisi Time Warner, yang memiliki HBO dan CNN. Tawaran yang sedemikian besar itu terjadi pada kondisi yang masih belum pasti karena pemilihan presiden Amerika belum selesai.

Dan, angka akuisisi yang diilakukan oleh AT&T pun sangat besar dan belum pernah terjadi terutama untuk perusahaan telekomunikasi sebagai operator jaringan yang melakukan diversifikasi usaha dan ‘mengawinkan’ dengan konten eksklusif, seperti yang dilansir dari Washington Post.

Bagi banyak perusahaan, memang menyediakan jaringan saja tidak cukup. Perlu juga mememberikan layanan yang menyalurkan acara TV, film dan media kreatif lainnya.

“Ketika Jeff dan saya mulai berbicara, menjadi jelas bahwa kami menginginkan secepatnya berbagi visi yang sangat mirip ini,” Randall L. Stephenson, Chief Excecutive AT & T, mengatakan kepada wartawan pada panggilan konferensi pada hari Sabtu (20/10), seperti dilansir dari New York Times.

Jeffrey Bewkes, Chief Excecutive Time Warner pun dengan optimis menyatakan bahwa “Kami percaya bahwa Time Warner adalah pemimpin dalam konten premium.”

Trend bermunculan media online yang berkenaan dengan video maupun film seperti Netflix, Amazon Prime dan YouTube, lalu terjadi pergeseran pelanggan anak muda dari media tradisional membuat perusahaan media pun harus mencari mitra untuk konsolidasi. Perusahaan-perusahaan media harus mengantisipasi pengeluaran sebagai penyedia layanan kabel dan menurunnya pendapatan dari pengiklan.

Langkah strategis dari AT&T ini membuat Verizon sebagai pesaing terdekat ‘kelabakan’. Hal itu juga dilihat oleh para analis sebagai masa depan Verizon yang suram.

Padahal, beberapa waktu lalu, Verizon baru saja mengakuisisi AOL dan Yahoo. Targetnya adalah untuk menggaet iklan lebih banyak lagi melalui AOL terutama yang menyasar pemirsa video online. Sedangkan Yahoo, yang tetap menjadi salah satu situs tujuan di internet setelah Google dan Facebook untuk menggaet jutaan pemirsa setiap bulannya, berdasarkan data riset yang dilakukan oleh ComScore.

Namun, langkah strategis yang dilakukan Verizon tersebut dianggap oleh para analis masih kurang greget. Pasalnya, Time Warner yang diakuisisi AT&T jauh lebih menarik. Di mana, Time Warner, perusahaan media raksasa yang memiliki sebuah studio film besar, memiliki siaran global, selama 24 jam setiap harinya. Lalu, memiliki juga news cable network dan memiliki hak siar untuk beberapa nama yang paling dikenal dalam budaya pop, seperti Batman, Superman, dan Harry Potter.

“Sulit untuk membandingkan apa yang telah dibeli Verizo dengan kualitas yang ditawarkan oleh Time Warner,” ujar Walt Piecyk, seorang analis telekomunikasi di BTIG.

Berita, terungkap nya pelanggaran data Yahoo pada September lalu, di mana setidaknya ada 500 juta account pengguna nya terindikasi bocor karena pembelian Yahoo oleh Verizon.

Lalu, lebih diperparah lagi ketika masyarakat mengetahui Yahoo diam-diam bekerja sama dengan pejabat intelijen untuk memindai email pelanggan – tanpa sepengetahuan chief information security officernya, yang kemudian membuat nya resign dari perusahaan sebagai bentuk protes nya karena mengetahui adanya kesepakatan tersebut.

Sekarang, menjadi masa-masa yang sulit bagi Verizon untuk menghadapi berbagai tekanan. Verizon pun perlu menyelaraskan langkahnya agar tidak tertinggal jauh oleh pergerakan AT & T tersebut. Tetapi masih belum jelas, langkah apa yang akan diambil oleh Verizon. (Icha)

Telkomsel dan Huawei Uji Coba Teknologi Seluler 1 Gbps

0

Telko.id – Telkomsel dan Huawei melakukan uji coba teknologi seluler pertama di Indonesia yang dapat menembus kecepatan akses data lebih dari 1 Gbps. Teknologi yang digunakan adalah menggabungkan teknologi antena 4×4 Multiple-Input Multiple-Output (MIMO), teknologi modulasi 256-Quadrature Amplitude Modulation (QAM), dan LTE Licensed-Assisted Access (LAA).

Dengan teknologi ini maka akan dimungkinkan terjadinya peningkatan kapasitas dan efesiensi secara signifikan dari jaringan 4G yang ada saat ini.

“Uji coba teknologi seluler 1 Gbps ini merupakan salah satu tahapan menuju diimplementasikannya teknologi 5G di Indonesia. Kami telah mempersiapkan jaringan yang handal untuk memastikan uji coba ini berjalan dengan lancar. Kesiapan dalam uji coba 1 Gbps ini mempertegas komitmen Telkomsel untuk selalu menjadi yang terdepan dalam penerapan roadmap teknologi broadband terkini,” ujar Sukardi Silalahi, Direktur Network Telkomsel menjelaskan.

Teknologi LAA memungkinkan penggunaan spektrum unlicensed 5.8 GHz sebagai spektrum tambahan di samping spektrum LTE utama untuk meningkatkan kecepatan akses data.

Tidak seperti uji coba teknologi LAA sebelumnya, kali ini Telkomsel melakukannya dengan menggabungkan teknologi baru yang lainnya, yaitu 4×4 MIMO dan 256-QAM sehingga kecepatan akses data bisa melebihi 1 Gbps. Dengan penggabungan beberapa teknologi tersebut, maka peningkatan kecepatan data mencapai lebih dari empat kali lipat dari uji coba teknologi LAA sebelumnya.

Deputy CEO Huawei Indonesia, Sun Xi Wei, mengatakan, “Penggabungan teknologi LAA, 4x4x MIMO, dan 256-QAM akan mampu memberikan pengalaman layanan digital yang baru bagi para pelanggan. Dengan memanfaatkan teknologi ini, pelanggan dapat menikmati pengalaman layanan berkecepatan lebih dari 1 Gbps sehingga memungkinkan untuk menikmati layanan Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), ultra HD, dan 4K Video Mobile kapan saja, di mana saja.”

Pada akhir tahun 2014 Telkomsel menjadi yang pertama melakukan komersialisasi layanan mobile 4G LTE di Indonesia. “Dalam jangka panjang, implementasi teknologi broadband terkini akan menjadi salah satu fondasi yang menyokong terbentuknya ekonomi digital di Indonesia,” jelas Sukardi.

Sukardi lebih lanjut menjelaskan bahwa Telkomsel selalu berupaya untuk mendorong terciptanya ekosistem digital yang lengkap di Indonesia, di mana selain device (perangkat) dan application (aplikasi), juga dibutuhkan network (jaringan) yang handal untuk menopang kenyamanan pelanggan dalam menikmati layanan data yang berkualitas. Komitmen Telkomsel dalam menyediakan jaringan broadband yang handal juga dapat dilihat dari tergelarnya lebih dari 5.200 eNode B (BTS 4G) yang melayani sekitar 10 juta pelanggan 4G LTE di lebih dari 150 kota kabupaten di Indonesia hingga saat ini.

Saat ini kebutuhan pelanggan akan layanan data yang berkualitas semakin meningkat seiring dengan perilaku pelanggan yang semakin akrab dengan internet dan berbagai aplikasi digital. Melihat hal tersebut, Telkomsel melakukan berbagai upaya secara berkala terus dilakukan agar kualitas terbaik mobile broadband, baik 4G maupun 3G, dapat dirasakan secara maksimal oleh pelanggan, seperti melalui program peningkatan kualitas jaringan yang dinamakan dengan True Broadband Experience (TrueBEx).

“Program pengembangan broadband yang konsisten kami lakukan, seperti uji coba teknologi seluler 1 Gbps yang dilakukan hari ini merupakan bagian dari komitmen Telkomsel untuk mendukung program nawacita pemerintah dalam membangun bangsa,” ujar Sukardi.

Sayang, experience 4.5G dengan 1Gbps bersama Telkomsel ini baru bisa dirasakan di Grapari Telkomsel saja. Antara lain, Grapari Pondok Indah, Gandaria City, Alia dan Banda Bandung.

Layanan ini rencananya baru akan dijual secara komersial pada 2017 mendatang. Pasalnya, untuk saat ini belum ada device yang bisa digunakan karena harus berteknologi cat 11 dan di dunia pun belum tersedia. Jadi ketika device sudah ada, Telkomsel pun sudah siap dengan jaringannya. (Icha)

ZTE Indonesia Ungkap Kesiapan Indonesia Sambut 5G

0

Telko.id – 5G telah menjadi topik terhangat dalam industri telko dewasa ini. Pun meski di saat yang bersamaan penyebaran 4G belum sepenuhnya merata di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Beberapa negara seperti Korea, Jepang dan Rusia bahkan telah mulai menguji cobanya, hingga mengklaim akan siap meluncurkannya dalam dua tahun ke depan. Nah, bagaimana dengan Indonesia?

Ditemui dalam acara Bandung ICT Expo dan ANJA 2016, Kamis (20/10), Vice of Global Marketing and Research ZTE USA, Jess Li mengatakan bahwa Indonesia pada dasarnya sudah siap untuk implementasi 5G, namun memang ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelum itu. Salah satunya adalah terkait bagaimana teknologi itu sendiri dikembangkan nantinya. Kesiapan operator, dalam hal ini menjadi isu utama.

“Semua operator harus evolve 4G-nya dulu untuk bisa masuk ke 5G,” kata Li.

Hal yang tak jauh berbeda diungkapkan President Director ZTE Indonesia, Mei Zhong Hua. Menurut Mei, masih ada beberapa hal yang harus disiapkan Indonesia sebelum akhirnya benar-benar mengimplementasikan 5G, salah satunya terkait regulasi, yang dinilainya harus jelas.

“Untuk frekuensi misalnya. Harus ditetapkan dulu frekuensi mana yang nantinya akan digunakan untuk 5G,” katanya.

Selain regulasi, pria berkacama ini juga menyebut tiga hal lainnya, termasuk perangkat, kesiapan operator, dan kompetisi, sebagai aspek yang harus dipertimbangkan sebelum menggelar 5G.

Belum lagi, Mei menjelaskan, saat ini operator di Indonesia juga cenderung masih fokus dalam penyebaran 4G, sehingga belum sepenuhnya siap untuk mengembangkan 5G.

“Jadi dalam 5G ini bukan hanya aspek teknologi yang berperan, tapi ada juga unsur bisnisnya. Dari sisi operator, tantangannya adalah ROI,” imbuhnya.

Ketika disinggung mengenai pencapaian terbaik ZTE di ranah 5G, Jess Li mengurai beberapa hal, termasuk mengenai keberhasilan perusahaan bekerjasama dengan beberapa operator seperti Korea Telecom, T-Mobile dan Softbank, dalam ujicoba 5G.

ZTE Kenalkan Teknologi Teranyar di Bandung ICT Expo 2016

0

Telko.id – Ajang Bandung ICT Expo dan ANJA (Apresiasi Nasional Jaringan Akses) 2016, yang berlangsung di Telkom University, Bandung pada19-21 Oktober dimanfaatkan ZTE untuk memamerkan sejumlah teknologi besutannya.

Dalam acara bertema “Digital Industries for Cultural and Natural Wisdom to Enhance Nation Competitiveness” itu, perusahaan asal Tiongkok ini mengenalkan sejumlah teknologi terbarunya, termasuk Android TV, Smart Home, Smart Maintenance, XG-PON Big Broadband, Java Backbone, Massive MIMO, dan Power Master. Teknologi ini, disebut ZTE dibuat untuk mempermudah kehidupan sehari-hari. Khususnya dalam menyambut era digital.

“Dengan mensponsori acara ini, kami di ZTE ingin membantu Indonesia untuk convert ICT. Kami ingin Indonesia menjadi negara digital,” kata VP Marketing ZTE Indonesia, Yan Chang Zhi.

Untuk mendukung semua itu, jaringan yang tak hanya baik tetapi juga stabil dalam hal kecepatan sudah barang tentu menjadi sangat dibutuhkan. Nah, di sinilah 5G dan IoT nantinya akan berperan.

“Teknologi 5G akan mengantar ke era yang sama sekali baru di bidang mobile broadband, dengan cakupan yang luas dan latency yang jauh lebih rendah,” tambah Jess Li, Vice President of Global Marketing and Research ZTE USA.

Ia menjelaskan, bandwidth ultra tinggi tidak hanya akan meningkatkan pengalaman pengguna dalam arti tradisional, tetapi juga membuka peluang bisnis yang lebih dalam di sejumlah sektor, baik transportasi, hiburan maupun IoT.

Berkenaan dengan topik IoT (Internet of Things), ZTE juga menilai bahwa ini memegang peranan kunci dalam memberikan kekuatan maksimal internet bagi bidang transportasi, pertanian, medis, rumah, dan lainnya dalam hidup kita. Entah itu ketika ia dikombinasikan dengan yang lain, atau berdiri sendiri, teknologi IoT memicu perkembangan ekosistem yang membentang di banyak industri, seperti sensor, power dan kontrol, serta analisis data.

Solusi ZTE diklaim akan dapat mengatasi tantangan umum untuk jaringan yang sangat kompleks, seperti latency dan bandwidth, fleksibilitas dan keandalan, efisiensi dan on-demand. Tidak hanya teknologi, tetapi arsitekturnya juga akan memerlukan perbaikan, dengan menggunakan jaringan akses optik, transport network, VNF dan SDN.

Atraksi utama booth ZTE selama acara meliputi Android TV , dimana ZTE memamerkan set top box Android set TV-nya yang mendukung resolusi 4K; dan Smart Home , dimana perusahaan mengenalkan solusi terintergrasinya dalam memonitoring rumah.