spot_img
Latest Phone

Strava Integrasikan Kacamata Oakley Meta Vanguard AI untuk Aktivitas

Telko.id - Strava, aplikasi pendukung gaya hidup aktif dengan...

Garmin Run Indonesia 2025 Sukses, 7.000 Peserta Dukung Keberlanjutan

Telko.id - Garmin Run Indonesia 2025 sukses digelar di...

Deretan Wearables Terbaru Apple, iPhone 17 Bukan Satu-Satunya

Telko.id – Selain iPhone 17 Series, pada perhelatan Apple...

Apple Rilis iPhone 17 Series, Ini Bocoran Harga dan Spesifikasinya

Telko.id – Apple akhirnya resmi meluncurkan iPhone 17 Series...

Garmin fēnix 8 Pro Resmi Hadirkan Teknologi MicroLED dan inReach

Telko.id - Garmin resmi meluncurkan seri fēnix 8 Pro,...
Beranda blog Halaman 1182

MetaFly, Drone yang Bisa Terbang seperti Kupu-kupu

Telko.id, JakartaStartup yang berbasis di Perancis, Marsille, menciptakan drone yang terinspirasi gaya terbang alami mirip serangga seperti kupu-kupu dan burung. Drone ini mereka beri nama MetaFly.

Berbeda dengan drone konvensional, MetaFly tidak dilengkapi dengan rotor, juga tidak dirancang untuk mengambil gambar, tetapi hanyak untuk terbang.

Proyek ini didanai secara eksklusif di platform crowdfunding Kickstarter. Lebih spesifik lagi, drone berbentu menyerupai serangga ini terbang menyerupai gerakan kepakan sayap kupu-kupu, dan dioperasikan menggunakan remote.

MetaFly dapat bermanuver hingga 100 meter, memiliki berat kurang dari 10g, dengan lebar sayap 29cm dan dapat dengan cepat mencapai kecepatan 20 km / jam.

{Baca juga: Ngeri! Rusia Bikin “Gun Drone” dengan Senapan AK-47}

Desain MetaFly pada dasarnya tahan terhadap tabrakan berkat sayap serat karbon dan kaki elastisnya yang membantunya mendarat dengan tegak.

Menurut penemunya, MetaFly hanya memiliki otonomi delapan menit, tetapi baterainya mampu diisi ulang dalam waktu kurang dari 15 menit.

Model pertama MetaFly tersedia di Kickstarter hingga 2 Mei, dan dilepas dengan harga mulai dari € 69 atau sekitar Rp 1,1 juta pada pengiriman pertama, bulan September tahun ini. Setelah itu, drone ini kemungkinan akan dibanderol € 129 atau sekitar Rp 2 juta.

Proyek ini telah mendapat pendanaan 10 kali lebih dari target pendanaannya, yakni sebesar € 30.000 atau sekitar Rp 482 juta.

{Baca juga: DRAGON, Robot “Drone Naga” yang Jago Manuver}

Proyek MetaFly ini dipimpin oleh Edwin Van Ruymbeke, yang pada 2014 telah berhasil melakukan crowdfunded pada proyek Bionic Bird yang spektakuler. [BA/HBS]

Pesan GrabFood, Pelanggan Dibuat Kaget oleh Driver Berkursi Roda

Telko.id, Jakarta – Seorang pengguna Facebook di Singapura membagikan postingan yang menyentuh hati, seolah ingin mengingatkan banyak orang akan pentingnya untuk bersyukur. Dalam postingannya, pemilik akun Facebook Shahril Jantan ini menceritakan pengelamannya kala memesan minuman via GrabFood.

“Saya memesan secangkir teh bubble dari I-Tea untuk istri saya melalui GrabFood. Outlet bagi pengendara berada di Tampines dan dikirim ke tempat tinggal saya di Bedok Reservoir. Dengan mobil, perjalanan memakan waktu sekitar 10-12 menit, sepeda 15-20 menit, skuter elektronik mungkin 12-15 menit,” tulisnya.

Setelah 30 menit berlalu, ia mulai agak tidak sabar karena tidak seperti biasanya. Dia kemudian melacak pergerakan driver di aplikasi dan tampak pengemudi yang membawa teh pesanannya bergerak sangat lambat.

{Baca juga: Ini Strategi GrabFood Bisa Tumbuh 10 Kali Lipat}

Dia mulai bertanya-tanya, apakah pengemudi ini menggunakan moda transportasi lain. Akhirnya, ketika ikon pengemudi pada GPS melintas wilayahnya, ia menyadari bahwa driver tersebut telah melewati tempat parkir.

Shahril pun semakin gelisah dan penasaran. Dia kemudian melihat keluar jendela dan melihat sesuatu yang membuatnya kagum.

Seorang driver GrabFood menggunakan kursi roda bermotor berjalan perlahan di sepanjang trotoar tepat di depan apartemennya. Ia kemudian dengan cepat berlari untuk menemuinya.

Ia pergi ke lobi lift dan menghampirinya, dia kemudian mengkonfirmasi bahwa memang pengemudi GrabFood tersebut lah yang telah melakukan perjalanan dari Tampines.

{Baca juga: Cuma 29 Menit, GrabFood Tercepat Antar Pesan Makanan}

“Saya tersentuh. Saya menjadi sedikit emosional tetapi berusaha tetap tenang karena putri saya berada di sebelah saya. Ketika dia menyerahkan minuman yang saya pesan (karena saya sudah melakukan pembayaran melalui GrabPay), saya dengan cepat mengambil dompet saya dan memberikan uang tunai apa pun yang saya miliki di dalamnya. Sejujurnya saya agak kaget. Saya kehilangan kata-kata,” tulisnya.

Shahril mengatakan, pengalaman ini menjadi momen yang berharga baginya dan putrinya. Dia mengapresiasi atas keteguhan driver Grab tersebut dan mengucapkan terima kasih.

“Masyaallah. Ketekunan yang dia tunjukkan untuk mengatasi tantangan yang ada padanya. Semoga Allah memberinya kekuatan, harapan, dan rezeki untuk terus menjadi inspirasi bagi orang-orang berbadan sehat lainnya seperti anda dan saya,” katanya. [BA/IF]

Bakal Ada Kriteria untuk Orang yang Bisa “Live” di Facebook

Telko.id, Jakarta – Facebook berencana untuk membatasi siapa-siapa saja yang bisa melakukan siaran langsung atau live di platform-nya. Hal ini sebagaimana diungkap Chief operating officer Facebook, Sheryl Sandberg.

Rencana Facebook ini, seperti diwartakan VentureBeat, dilakukan menyusul tragedi yang terjadi di Christchurch beberapa pekan lalu. Dimana seorang pria bersenjata seorang diri menewaskan 50 orang di dua masjid di Selandia Baru, sambil menyiarkan pembantaian itu.

Masih menurut Sandberg, seperti tertulis di blog, Facebook akan memantau siapa saja yang bisa “Live” di platformnya dengan mengacu pada sejumlah faktor, termasuk standar pelanggaran komunitas.

{Baca juga: Tagar #InstagramDown dan #FacebookDown Ramai di Twitter}

Terkait serangan di Christchurch sendiri, Facebook mengaku setidaknya telah mengidentifikasi lebih dari 900 video berbeda yang menunjukkan bagian dari pembantaian 17 menit dan telah menggunakan alat intelijen buatan untuk mengidentifikasi dan menghapus kelompok pembenci di Australia dan Selandia Baru.

Pekan lalu, raksasa jejaring sosial itu mengatakan telah menghapus 1,5 juta video secara global yang memiliki rekaman serangan masjid Selandia Baru dalam 24 jam pertama setelah serangan.

{Baca juga: Buntut Teror di Selandia Baru, Facebook Ditinggal Pengiklan}

Awal pekan ini, salah satu kelompok utama yang mewakili Muslim di Prancis mengatakan mereka menggugat Facebook dan YouTube, menuduh keduany menghasut kekerasan dengan mengizinkan streaming video.

Perdana Menteri Selandia Baru turut mengecam perusahaan-perusahaan media karena ikut tidak bertanggung jawab terkait konten. Bank-bank langsung menarik iklan dari Facebook dan Google.

Restrukturisasi, Sony Bakal PHK 50 Persen Karyawan Tahun Depan

Telko.id, Jakarta – Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepertinya menjadi hal yang tak terhindarkan bagi sejumlah karyawan di divisi mobile Sony. Apalagi setelah restrukturisasi yang berujung pada bergabungnya divisi tersebut ke dalam keluarga besar Sony Electronics – termasuk TV, audio dan kamera.

Sebuah laporan dari Jepang mengatakan bahwa setidaknya setengah dari tenaga kerja di divisi smartphone Sony akan dirumahkan. Saat ini, jumlah tenaga kerja sendiri mencapai 4.000 orang.

GSMArena pada Minggu menyebut, PHK ini akan terjadi pada Maret 2020 nanti. Tujuannya adalah untuk mengurangi biaya operasi, mengingat perusahaan akan berfokus pada Eropa dan Asia Timur, dan membatasi operasi di Asia Tenggara.

{Baca juga: Gelombang Kedua, Tesla PHK 150 Karyawan}

Beberapa karyawan Jepang akan ditawari posisi di divisi lain, sementara orang-orang di Eropa dan di Cina akan memiliki opsi untuk pensiun secara sukarela.

Restrukturisasi dan pemutusan hubungan kerja ini terjadi menyusul rapor merah yang dibukukan Sony Mobile selama beberapa tahun terakhir. Pangsa pasar perusahaan telah menyusut menjadi kurang dari 1% setelah lebih dari 3% pada 2010 dan penjualan ponsel cerdas untuk tahun fiskal 2018 diperkirakan sekitar 6,5 juta unit.

Harapan perusahaan adalah bahwa setelah restrukturisasi dan optimalisasi dalam biaya operasi, bisnis seluler akan dapat menghasilkan laba pada tahun fiskal 2020.

{Baca juga: Tencent PHK Karyawan Gara-gara Bisnis Game Redup}

Drama PHK di perusahaan besar ini nyatanya tidak hanya menghantui Sony Mobile. Belum lama ini, perusahaan multimedia dan game asal Amerika Serikat, Electronic Arts (EA) juga diketahui telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 350 karyawan dari total 9000 karyawannya secara global.

Sementara untuk pasar sendiri, EA dilaporkan berisiap menurunkan intensitas operasinya di sejumlah negara, termasuk Jepang dan Rusia. Alasannya serupa, kinerja perusahaan yang menurun.

Menilik Cara Pandang 3 Generasi Soal Keamanan Siber, Beda?

Telko.id, Jakarta – Kemajuan dalam teknologi tak dimungkiri telah membuat dunia terasa lebih kecil dari sebelumnya. Akibatnya, kesenjangan antar generasi pun terus melebar. Perbedaan yang paling terlihat dari setiap kelompok umur yang berbeda adalah gaya hidup, nilai-nilai dan kebiasaan yang dianut, termasuk bagaimana cara setiap generasi dalam memandang teknologi dan keamanan siber.

Generasi X, misalnya, sebagai generasi paling akhir yang tumbuh tanpa teknologi, secara inheren begitu berhati-hati dan lambat untuk mengadopsi teknologi baru. Dengan demikian, kelompok ini cenderung mengawasi data dan keuangan online mereka.

Sebaliknya, kaum Millenial umumnya mengabaikan keamanan teknologi, dengan empat dari lima (80%) mengatakan bahwa mereka dengan santai memercayai keamanan data ke organisasi yang mereka hadapi. Sebagai anggota masyarakat yang lahir tepat di era internet, Generasi Z memahami teknologi pada tingkat intuitif dan gesit dalam memisahkan kehidupan publik dan pribadinya.

{Baca juga: Waduh, Indonesia Kekurangan Ahli Keamanan Siber}

Sebagian dari generasi ini, seperti diungkap Vice President of Global Sales, Kaspersky Lab, Maxim Frolov, menghabiskan 25% hidup di depan layar dan sepertinya menyukai berbagi foto di media sosial. Sementara 81% menggunakan pengaturan privasi untuk membatasi siapa yang benar-benar dapat menemukan mereka di dunia maya.

Mengacu pada adanya kesenjangan dalam menyikapi teknologi dan privasi di antara generasi ini, penting bagi para pebisnis teknologi sebagai penyedia layanan digital, keamanan siber dan perangkat lainnya untuk menghilangkan segala ketakutan serta merumuskan penawaran secara tepat, bagaimana caranya? Tiga langkah berikut bisa jadi acuan!

Tiga Level Keamanan

Pertama adalah memperhatikan keamanan perangkat. Keamanan perangkat sudah menjadi hal biasa bagi semua orang di abad ke-21. Sementara generasi lebih muda memiliki pengetahuan bawaan yang cukup untuk mengetahui cara melindungi diri dari ancaman dasar, generasi yang lebih tua mengandalkan solusi anti-virus yang tersedia untuk PC, Mac, dan berbagai sistem operasi seluler.

Kedua, keamanan finansial. Perubahan lanskap pada sistem pembayaran masa kini telah membuat kita semakin sulit untuk melindungi keuangan pribadi. Era dimana kita membayar dengan uang tunai di saku sudah tidak lagi populer. Saat ini, menggunakan kartu debit atau kredit merupakan metode yang paling populer – dengan empat dari lima orang (81%) menggunakannya untuk melakukan pembelian online. Popularitas e-wallet (seperti PayPal) dan cryptocurrency juga sedang memasuki eranya.

{Baca juga: Memperkuat Keamanan Siber Tanpa Bantuan Asing}

Terakhir, adalah keamanan data itu sendiri. Dengan pelanggaran high-profile yang kerap terjadi dan data menjadi subjek jual beli, kekhawatiran akan keamanan data privasi tidak menunjukkan penurunan. Facebook, misalnya, (di samping skandal keamanan data yang sebelumnya terjadi baru-baru ini) harus mengakui bahwa seorang pelaku kejahatan siber telah mengeksploitasi kerentanan teknis dan memberikan akses ke-50 juta akun pengguna melalui celah di tampilan “view as” yang merupakan bagian dari fitur aplikasi.

Penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi lonjakan besar tahun ini dalam nilai data yang dicuri dan diperdagangkan di dark web: salah satu yang paling berharga adalah rincian kartu kredit, yang dapat dijual dengan rata-rata US$ 250, bahkan kredensial Amazon memiliki nominal jauh lebih sedikit, yaitu sekitar US$ 30

Mempertanyakan Kepercayaan

Baik di kantor atau di rumah, teknologi menjadi benar-benar transformatif, fakta ini perlu didukung dengan pengalaman pengguna yang intuitif demi meningkatkan kualitas hidup sehari-hari. Namun, seiring dengan masyarakat dari seluruh generasi menuntut keamanan yang lebih besar, kepercayaan juga menjadi komoditas penting. Saat ini, perilaku konsumen semakin ditentukan oleh apakah merek teknologi yang dibeli memiliki kualitas yang baik menurut preferensi yang dimiliki.

Kepercayaan lintas generasi dalam teknologi tetap penting untuk setiap kesuksesan layanan atau inovasi baru. Organisasi-organisasi dengan reputasi baik secara tidak langsung telah memiliki kepercayaan tersendiri dari masyarakat saat mereka memilih, membeli atau memperbarui.

Pendekatan Granular dan Menjaga Keseimbangan

Dengan melihat adanya perbedaan driver privasi di setiap generasi yang berbeda, haruskah organisasi menyesuaikan penawaran mereka? Iya dan tidak.

Satu hal yang pasti adalah bahwa strategi pemasaran tidak boleh ditentukan berdasarkan usia saja. Pendekatan yang terperinci akan selalu direkomendasikan dan dapat dilakukan melalui penciptaan personas yang berbeda. Semua kelompok millenial misalnya, mereka tidaklah sama. Salah satu diantaranya mungkin seorang mid-level manajer di sebuah perusahaan akuntansi dan masih lajang, lainnya mungkin sudah menikah dengan dua anak dan bermain dalam orkestra simfonik.

Bayangkan sebuah perusahaan memiliki lima target audiens yang ditetapkan, termasuk ‘pekerja kantor digital’ atau ‘remaja sekolah’. Ini hanya bagian teratas dari puncak gunung es; masing-masing dari lima kelompok tersebut berisi sekitar sepuluh jenis audiens yang lebih terperinci.

Setelah dipersempit, audiensi granular ini mungkin berisi 10 hingga 15 ‘avatar’ yang berbeda. Ini bisa berupa golongan remaja dari keluarga berkecukupan yang memiliki akses ke gawai paling canggih, atau seorang geek TI muda yang bertanggung jawab penuh atas sistem TI keluarganya. Indikator sederhana seperti ini menjadi penting bagi organisasi ketika merencanakan komunikasi pemasaran mereka.

Saat membuat berbagai strategi komunikasi pelanggan, penting untuk menyoroti berbagai skenario kasus penggunaan pada masing-masing kelompok kecil serta menunjukkan bagaimana kebiasaan, dan kehadiran produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan mereka. Organisasi harus memperhatikan sejarah perjalanan pelanggan, sehingga dapat melakukan komunikasi secara lebih efektif dalam prosesnya.

Mengetahui perjalanan pelanggan melalui penjualan tradisional tidak akan berfungsi dengan pendekatan granular karena harus multi-dimensi dan berisi ratusan lapisan. Saluran komunikasi digital baru, seperti aplikasi messenger, dan alat pemasaran yang muncul dapat membantu hal tersebut. Pendekatan berbasis digital untuk penjualan memang menuntut investasi dan reorganisasi proses, tetapi akan memungkinkan bisnis untuk berkembang lebih baik di pasar yang semakin kompetitif.

 

Menilik Pandangan 3 Generasi Soal Keamanan Siber

Telko.id, Jakarta – Kemajuan dalam teknologi tak dimungkiri telah membuat dunia terasa lebih kecil dari sebelumnya. Akibatnya, kesenjangan antar generasi pun terus melebar. Perbedaan yang paling terlihat dari setiap kelompok umur yang berbeda adalah gaya hidup, nilai-nilai dan kebiasaan yang dianut, termasuk bagaimana cara setiap generasi dalam memandang teknologi dan keamanan siber.

Generasi X, misalnya, sebagai generasi paling akhir yang tumbuh tanpa teknologi, secara inheren begitu berhati-hati dan lambat untuk mengadopsi teknologi baru. Dengan demikian, kelompok ini cenderung mengawasi data dan keuangan online mereka.

Sebaliknya, kaum Millenial umumnya mengabaikan keamanan teknologi, dengan empat dari lima (80%) mengatakan bahwa mereka dengan santai memercayai keamanan data ke organisasi yang mereka hadapi. Sebagai anggota masyarakat yang lahir tepat di era internet, Generasi Z memahami teknologi pada tingkat intuitif dan gesit dalam memisahkan kehidupan publik dan pribadinya.

{Baca juga: Waduh, Indonesia Kekurangan Ahli Keamanan Siber}

Sebagian dari generasi ini, seperti diungkap Vice President of Global Sales, Kaspersky Lab, Maxim Frolov, menghabiskan 25% hidup di depan layar dan sepertinya menyukai berbagi foto di media sosial. Sementara 81% menggunakan pengaturan privasi untuk membatasi siapa yang benar-benar dapat menemukan mereka di dunia maya.

Mengacu pada adanya kesenjangan dalam menyikapi teknologi dan privasi di antara generasi ini, penting bagi para pebisnis teknologi sebagai penyedia layanan digital, keamanan siber dan perangkat lainnya untuk menghilangkan segala ketakutan serta merumuskan penawaran secara tepat, bagaimana caranya? Tiga langkah berikut bisa jadi acuan!

Tiga Level Keamanan

Pertama adalah memperhatikan keamanan perangkat. Keamanan perangkat sudah menjadi hal biasa bagi semua orang di abad ke-21. Sementara generasi lebih muda memiliki pengetahuan bawaan yang cukup untuk mengetahui cara melindungi diri dari ancaman dasar, generasi yang lebih tua mengandalkan solusi anti-virus yang tersedia untuk PC, Mac, dan berbagai sistem operasi seluler.

Kedua, keamanan finansial. Perubahan lanskap pada sistem pembayaran masa kini telah membuat kita semakin sulit untuk melindungi keuangan pribadi. Era dimana kita membayar dengan uang tunai di saku sudah tidak lagi populer. Saat ini, menggunakan kartu debit atau kredit merupakan metode yang paling populer – dengan empat dari lima orang (81%) menggunakannya untuk melakukan pembelian online. Popularitas e-wallet (seperti PayPal) dan cryptocurrency juga sedang memasuki eranya.

{Baca juga: Memperkuat Keamanan Siber Tanpa Bantuan Asing}

Terakhir, adalah keamanan data itu sendiri. Dengan pelanggaran high-profile yang kerap terjadi dan data menjadi subjek jual beli, kekhawatiran akan keamanan data privasi tidak menunjukkan penurunan. Facebook, misalnya, (di samping skandal keamanan data yang sebelumnya terjadi baru-baru ini) harus mengakui bahwa seorang pelaku kejahatan siber telah mengeksploitasi kerentanan teknis dan memberikan akses ke-50 juta akun pengguna melalui celah di tampilan “view as” yang merupakan bagian dari fitur aplikasi.

Penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi lonjakan besar tahun ini dalam nilai data yang dicuri dan diperdagangkan di dark web: salah satu yang paling berharga adalah rincian kartu kredit, yang dapat dijual dengan rata-rata US$ 250, bahkan kredensial Amazon memiliki nominal jauh lebih sedikit, yaitu sekitar US$ 30

Mempertanyakan Kepercayaan

Baik di kantor atau di rumah, teknologi menjadi benar-benar transformatif, fakta ini perlu didukung dengan pengalaman pengguna yang intuitif demi meningkatkan kualitas hidup sehari-hari. Namun, seiring dengan masyarakat dari seluruh generasi menuntut keamanan yang lebih besar, kepercayaan juga menjadi komoditas penting. Saat ini, perilaku konsumen semakin ditentukan oleh apakah merek teknologi yang dibeli memiliki kualitas yang baik menurut preferensi yang dimiliki.

Kepercayaan lintas generasi dalam teknologi tetap penting untuk setiap kesuksesan layanan atau inovasi baru. Organisasi-organisasi dengan reputasi baik secara tidak langsung telah memiliki kepercayaan tersendiri dari masyarakat saat mereka memilih, membeli atau memperbarui.

Pendekatan Granular dan Menjaga Keseimbangan

Dengan melihat adanya perbedaan driver privasi di setiap generasi yang berbeda, haruskah organisasi menyesuaikan penawaran mereka? Iya dan tidak.

Satu hal yang pasti adalah bahwa strategi pemasaran tidak boleh ditentukan berdasarkan usia saja. Pendekatan yang terperinci akan selalu direkomendasikan dan dapat dilakukan melalui penciptaan personas yang berbeda. Semua kelompok millenial misalnya, mereka tidaklah sama. Salah satu diantaranya mungkin seorang mid-level manajer di sebuah perusahaan akuntansi dan masih lajang, lainnya mungkin sudah menikah dengan dua anak dan bermain dalam orkestra simfonik.

Bayangkan sebuah perusahaan memiliki lima target audiens yang ditetapkan, termasuk ‘pekerja kantor digital’ atau ‘remaja sekolah’. Ini hanya bagian teratas dari puncak gunung es; masing-masing dari lima kelompok tersebut berisi sekitar sepuluh jenis audiens yang lebih terperinci. Setelah dipersempit, audiensi granular ini mungkin berisi 10 hingga 15 ‘avatar’ yang berbeda. Ini bisa berupa golongan remaja dari keluarga berkecukupan yang memiliki akses ke gawai paling canggih, atau seorang geek TI muda yang bertanggung jawab penuh atas sistem TI keluarganya. Indikator sederhana seperti ini menjadi penting bagi organisasi ketika merencanakan komunikasi pemasaran mereka.

Saat membuat berbagai strategi komunikasi pelanggan, penting untuk menyoroti berbagai skenario kasus penggunaan pada masing-masing kelompok kecil serta menunjukkan bagaimana kebiasaan, dan kehadiran produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan mereka. Organisasi harus memperhatikan sejarah perjalanan pelanggan, sehingga dapat melakukan komunikasi secara lebih efektif dalam prosesnya. Mengetahui perjalanan pelanggan melalui penjualan tradisional tidak akan berfungsi dengan pendekatan granular karena harus multi-dimensi dan berisi ratusan lapisan. Saluran komunikasi digital baru, seperti aplikasi messenger, dan alat pemasaran yang muncul dapat membantu hal tersebut. Pendekatan berbasis digital untuk penjualan memang menuntut investasi dan reorganisasi proses, tetapi akan memungkinkan bisnis untuk berkembang lebih baik di pasar yang semakin kompetitif.

 

Ponsel Lipat Microsoft Kembali Terlihat, Siap Unjuk gigi?

0

Telko.id, Jakarta – Setelah sempat tak ada kabar selama beberapa saat, perangkat Microsoft yang dapat dilipat dan dijuluki “Proyek Andromeda” – konon Surface Phone, baru-baru ini kembali terungkap.

Adalah World Intellectual Property Organization (WIPO), yang belum lama ini mempublikasikan sebuah paten diketahui oleh Windows United (melalui MSPoweruser). Dari laporan, diketahui  paten Microsoft tersebut berfokus pada engsel yang dapat digunakan pada perangkat.

{Baca juga: Ponsel Lipat Sony Bisa Diubah Jadi Layar Transparan?}

Dilaporkan PhoneArena, Sabtu (30/3/2019), engsel akan memungkinkan Surface Phone digunakan seperti laptop dalam orientasi lanskap; tampilan di atas akan digunakan sebagai layar sedangkan tampilan di bawah digunakan sebagai keyboard QWERTY virtual.

Engsel ini juga memungkinkan layar di perangkat Micsofot ini dapat diputar secara penuh 360 derajat dan memungkinkan pengguna mengubah perangkat menjadi ponsel.

 

Sebuah ilustrasi yang merupakan bagian dari aplikasi paten menunjukkan bagaimana pengguna dapat membuka flip hanya untuk melihat notifikasi dan pengingat.

{Baca juga: Susul Samsung, Motorola Juga Siapkan Ponsel Lipat}

Sebelumnya, diketahui bahwa Microsoft berencana untuk merilis produk yang dapat dilipat mendekati akhir tahun ini. Namun, ada kemungkinan bahwa produk akan lebih besar dari yang ditampilkan sebelumnya, dan mungkin sama sekali tidak muat di kantong.

 

Selebriti dan Atlet NBA Jadi Korban Hacker Asal Georgia

Telko.id, Jakarta – Seorang hacker asal Georgia divonis bersalah setelah meretas akun Apple dari beberapa musisi dan atlet terkenal. Ia juga sukses menggasak ribuan dolar dari akun para korban.

Menurut Departemen Kehakiman, Kwamaine Jerell Ford memperoleh kredensial login milik puluhan atlet profesional, termasuk pemain NBA dan NFL, serta rapper terkenal, melalui skema phishing. Ford mengirim email dari alamat yang berpura-pura menjadi perwakilan Apple support.

Namun demikian, Departemen Kehakiman tidak mengungkapkan akun siapa saja yang diretas.

Dilaporkan The Verge, Sabtu (30/3/2019), Apple menerima apa yang disebut oleh Departemen Kehakiman sebagai “ratusan” login tidak sah dari akun para korban. Setelah menerima kredensial masuk, Ford akan berupaya mengambil kendali atas akun dengan mengubah alamat email dan kata sandi, yang berarti bahwa korban tidak dapat mengaksesnya tanpa bantuan karyawan Apple.

{Baca juga: Hacker Curi Data 127 Juta Orang dari Delapan Situs}

Ford menghabiskan ribuan dolar untuk aksinya ini mulai dari furnitur dan transfer uang hingga biaya perjalanan.

“Para korban terkenal dalam kasus ini adalah contoh bahwa tidak peduli siapapun Anda, peretas seperti Ford tetap berusaha untuk mendapatkan informasi pribadi Anda,” kata agen khusus FBI, Chris Hacker.

“Kasus ini menunjukkan perlunya berhati-hati dalam melindungi informasi pribadi dan kata sandi, terutama dalam menanggapi email yang mencurigakan. Semoga ini menjadi pelajaran bagi semua orang, bukan hanya para korban dalam kasus ini,” pungkasnya.

{Baca juga: Kelompok Hacker Curi Data Asuransi Terkait Serangan 9/11}

April lalu, Ford didakwa atas sejumlah tuduhan termasuk penipuan jaringan, penipuan komputer, penipuan akses perangkat, dan penipuan identitas. Namun demikian, ia hanya mengaku bersalah atas satu tuduhan, yakni penipuan komputer dan pencurian identitas.

Hukuman untuk Ford sendiri dijadwalkan akan dimulai pada musim panas ini.

Sebelumnya, sejumlah selebriti juga diketahui telah menjadi korban peretasan serupa, juga karena phishing. Pada 2014, setidaknya empat peretas menyusup ke akun selebriti iCloud dan membocorkan foto telanjang mereka secara online – insiden ini dikenal sebagai Celebgate. Empat peretas telah dihukum karena peran mereka pada Agustus 2018.

Liburan Anti Bokek ala Travel Blogger, Cocok Buat Milenial!

Telko.id, Jakarta – Tingginya minat milenial untuk berlibur, utamanya ke luar negeri secara tidak langsung membawa angin segar bagi industri. Bukan saja pariwisata, tetapi juga industri lainnya yang mendukung. Selain menjadi ajang melepas stress dari rutinitas hari-hari, liburan juga dijadikan sebagai cara lainnya oleh milenial untuk tak sekedar mengeksplorasi tetapi juga mencari konten yang ampuh untuk memenuhi feed dan stories media sosial masing-masing.

Naiknya harga tiket pesawat memang sempat menjadi pembicaraan hangat di masyarakat, tapi toh ini tidak menyurutkan minat para traveler untuk tetap menjelajah berbagai destinasi di penjuru dunia. Tiket pesawat tetap diserbu, berbagai destinasi tetap ramai dituju.

Nah, pertanyaannya sekarang, sudah siapkah kita dengan segala konskekwensi yang mungkin kita hadapi? Satu hal yang harus diingat, jangan sampai liburan membuat kantong bolong dan mengganggu keperluan hidup setelah pulang ya.

{Baca juga: 4 Tips yang Harus Kamu Baca sebelum Traveling}

Berikut beberapa tips dari Travel Bloggers yang tergabung dalam JavaMifi Buddy agar traveling tidak sampai membuat kantong bolong:

Siapkan Itinerary 

Menurut Yudha Ashari (@catatanbackpacker), mengikuti jadwal perjalanan yang telah dibuat sebelum keberangkatan adalah hal terpenting. Ya boleh lah improvisasi sedikit, tapi harus tetap pada jalurnya. Memperhitungkan budget secara detail dengan sering menengok mbah Google, entah terkait harga tiket masuk wisata atau harga transportasi akan sangat membantu agar liburan tidak melebihi budget.

Eksplor Tempat Wisata Gratis

Tempat gratis tidak selalu garing, terkadang beberapa kota yang terkenal kecantikannya menyediakan tempat publik yang tidak berbayar namun tetap keren untuk instagram kita. Cia Wardhana (@ciawardhana) berpendapat pilihan untuk tempat gratis yang kece seperti museum banyak ditemukan, terutama di Inggris. Taman juga bisa menjadi pilihan murah meriah, contohnya di Korea kita bisa menikmati Taman Hangang sambal makan mie instant. Dijamin liburan tetap seru!

Manfaatkan Transportasi Umum

Banyak yang tidak menyadari kalau naik transportasi umum seperti bus, LRT maupun MRT akan jauh lebih irit dibandingkan naik taxi. Hal ini diungkapkan travel bloggers Muhamad Putra Setia (@putrasetia). Pasalnya beberapa negara memiliki harga spesial untuk turis, contohnya JR Pass di Jepang dan Travelcard di Inggris. Putra juga mengingatkan untuk selalu bawa tumbler minum sendiri, karena itu akan jauh lebih hemat dibandingkan berulang kali beli air mineral di negara orang, plus lebih ramah lingkungan!

Rajin Kunjungi Travel Fair

Ada alasannya kenapa travel fair selalu ramai dikunjungi traveler di setiap kota, meskipun kini mencari tiket murah dapat dilakukan melalui smartphone. Travel fair seringkali menawarkan promo berbeda, misalnya promo yang sifatnya umum seperti tiket pesawat ke berbagai destinasi hingga berbagai aktivitas pendukung travel seperti tiket atraksi dan sewa international pocket wifi rental.

Patungan dan Cermat Memilih Hotel

Ini pentingnya pergi rame-rame. Kalau menurut Cia Wardhana, bisa patungan kamar hotel, patungan makan termasuk patungan JavaMifi biar bisa internetan hemat bareng-bareng dan bisa selalu update liburan dimanapun dan kapanpun. Bahkan saat kita tinggal di hostel murah yang terkadang tidak menyediakan wifi sekalipun.

{Baca juga: 7 Aplikasi Ini Wajib Diunduh Sebelum Traveling ke Jepang}

Putra Setia menambahkan, hostel juga bisa menjadi pilihan yang cerdas untuk menghemat budget dan jika mau tinggal di hotel minimal harus berdua dengan teman. Sementara Yudha Ashari berpendapat aplikasi Couchsurfing dan AirBnB wajib untuk diketahui traveler untuk akses pilihan menginap yang lebih terjangkau karena penginapan termasuk salah satu faktor yang paling menguras budget.

Grab Pelajari Penetapan Tarif Ojek Online Kemenhub

Telko.id, Jakarta Grab Indonesia angkat suara terkait penetapan tarif ojek online yang dibuat Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Menurutnya mereka menghargai penetapan tersebut dan akan mempelajarinya segera.

President of Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata, mereka sedang mempelajari peraturan tersebut. Selain itu mereka juga akan berkomunikasi dengan pihak pemerintah dan pihak mitra pengemudi.

“Kita pelajari dulu. Kita sedang diskusi dengan pemerintah bagaimana menjalankannya,” kata Ridzki di Jakarta, Jumat (29/03/2019)

Ridzki tidak menjelaskan detail pertemuan tersebut. Dia hanya menekankan bahwa topik pembicaraan mereka dan pemerintah adalah untuk memberi kesejahteraan bagi mitra pengemudi.

{Baca juga: Cuma 29 Menit, GrabFood Tercepat Antar Pesan Makanan}

“Konsep dari Grab adalah untuk meningkatkan kesejahteraan mitra pengemudi dan topik diskusi kita dengan pemerintah dalam menjalankan peraturan ini adalah kesitu juga,” tutup Ridzki.

Sebelumnya Kemenhub menetapkan besaran tarif untuk ojek online. Menurut Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi, besaran tarif untuk ojek online yang ditetapkan berdasarkan zona wilayah.

Besaran tarif terbagi menjadi 3 zona, yaitu zona 1 untuk wilayah Sumatera, Jawa (tanpa Jabodetabek), dan Bali. Untuk zona 2 adalah Jabodetabek. Sementara untuk zona 3 adalah Kalimantan, Sulawesi, NTT, Maluku, dan lainnya.

Berdasarkan keterangan resmi yang diterima Tim Telko.id pada Jumat (29/03/2019) besaran tarif nett untuk Zona I batas bawah Rp1.850 dan batas atas Rp2.300, dengan biaya jasa minimal Rp7.000 sampai Rp10.000.

{Baca juga: Bayar “Ojol” Grab Bisa Pakai Dompet Digital OVO}

Sementara Zona II batas bawah Rp2.000 dengan batas atas Rp2.500, dan biaya jasa minimal Rp8.000 sampai Rp10.000. Untuk Zona III batas bawah Rp2.100 dan batas atas Rp2.600 dengan biaya jasa minimal Rp7.000 sampai Rp10.000. [NM/HBS]