spot_img
Latest Phone

Oppo Campus Ambassador, Siapkan Talenta Muda di Bidang Teknologi dan Digital

Telko.id – Oppo Indonesia memperkenalkan program terbaru Oppo Campus...

Huawei Watch D2, Bisa Pantau Tekanan Darah 24 Jam

Telko.id - Huawei resmi menghadirkan Huawei Watch D2 di...

Yuk Bikin Galaxy Z Flip6 Jadi Stand Out dengan Flipsuit Case

Telko.id - Huawei resmi memperkenalkan Huawei MatePad Pro 12.2-inch,...

Oppo Pad Air2

Oppo Reno11 Pro (China)

ARTIKEL TERKAIT

Solusi Ini Bisa Permudah Komunikasi di Daerah Rural

Telko.id – Warga Papua dan Indonesia bagian timur lainnya berharap tak hanya Telkomsel saja yang menyediakan jaringan di wilayah mereka, tapi juga operator lain seperti Indosat dan XL Axiata serta operator lainnya.

Sebagai contoh, warga di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Berbatasan langsung dengan Papua Nugini, bukan berarti Kabupaten Pegunungan Bintang bebas dari keterisolasian. Lokasi yang berada di jajaran pegunungan Jayawijaya, membuat Kabupaten Pegunungan Bintang memiliki keterbatasan dalam pembangunan infrastruktur.

“Kami merindukan Indosat dan XL untuk ikut membangun jaringan telekomunikasi di Kabupaten Pegunungan Bintang. Sebab telekomunikasi sudah menjadi kebutuhan utama bagi masyarakat di Pegunungan Bintang, sesuai dengan Nawa Cita Presiden Jokowi,” harap Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pegunungan Bintang, Untung Eka Priya.

Padahal pembangunan infrastruktur di Kabupaten Pegunungan Bintang sangat penting mengingat kondisi medan yang berat dan posisi strategisnya di bagian tengah Pulau Papua yang berbatasan langsung dengan negara Papua Nugini.

Sekadar informasi, di wilayah tersebut baru Telkomsel yang menggelar layanan telekomunikasi. Pasca kehadiran sarana telekomunikasi di kota Oksibil pada tahun 2004, Kabupaten Pegunungan Bintang sudah mulai terbuka. Hubungan dengan dunia luar sudah dapat terjadi.

Sebelum adanya jaringan telekomunikasi, penduduk yang ingin menyampaikan informasi harus menyampaikan secara estafet dari kampung ke kampung. Setelah itu dilanjutkan penyebaran informasi tersebut ke distrik lainnya dengan menggunakan jaringan radio Single Side Band (SSB) yang dimiliki oleh TNI.

“Namun kini dengan keberadaan telekomunikasi, masyarakat Kabupaten Pegunungan Bintang sudah dapat menikmati layanan telekomunikasi sehingga mempermudah untuk dapat berhubungan dengan dunia luar,”terang Untung.

Namun hingga saat ini, infrastruktur telekomunikasi yang dibangun masih terbatas di beberapa kota seperti Oksibil, Kiwirok, Batom, Iwur, Teraplu dan Tinibil. Padahal masih banyak kota-kota di Kabupaten Pegunungan Bintang yang membutuhkan jaringan telekomunikasi. Jumlah distrik di Kabupaten Pegunungan Bintang berjumlah 34 distrik.

Selain jumlahnya yang masih sedikit, kapasitas jaringan telekomunikasi yang dibangun pun terbilang sangat terbatas. Untung mengatakan kapasitas jaringan telekomunikasi di Kabupaten Pegunungan Bintang hanya untuk 120 handset saja dan jika melebih dari 120 handset, maka layanan Telkomsel akan terganggu.

Berkaca dari hal tersebut, Untung meminta agar Menkominfo mau mendorong operator telekomunikasi yang lainnya untuk dapat menggembangkan infrastruktur telekomunikasi di Kabupaten Pegunungan Bintang. Sehingga keterisolasian di Kabupaten Pegunungan Bintang dapat dikurangi sehingga perekonomian masyarakat yang berjumlah 133 ribu jiwa itu juga bisa meningkat.

Seperti diketahui, operator seluler memiliki kewajiban untuk membangun jaringan di semua wilayah di Indonesia. Namun jika melihat dari sisi bisnis, hal ini masih sulit untuk dilakukan mengingat terdapat pertimbangan-pertimbangan pengeluaran serta pemasukan yang akan didapat oleh operator tersebut.

Sejatinya, terdapat beberapa solusi untuk mengatasi kurangnya akses telekomunikasi di wilayah rural. Seperti, menggunakan OpenBTS, Active Network Sharing dengan keseimbangan pembangunan infrastruktur antar operator, serta proyek Palapa Ring.

Nama terakhir nampaknya menjadi sebuah solusi yang tengah digagas oleh pemerintah. Seperti diketahui, proyek Palapa Ring diharapkan rampung pada 2018 mendatang dengan satu tahun setelahnya bisa digunakan oleh masyarakat di wilayah rural tersebut. Proyek Palapa Ring akan memberikan akaes internet kepada masyarakat dan diharapkan akan menjadi tumpuan semua penyelenggara telekomunikasi dan pengguna jasa telekomunikasi di Indonesia dan terintegrasi dengan jaringan yang telah ada milik penyelenggara telekomunikasi.

Jika Palapa Ring masih memakan waktu pengerjaan yang cukup lama, solusi lain seperti OpenBTS mungkin bisa dipertimbangkan. Walaupun Openbts saat ini hanya bisa digunakan untuk berkomunikasi telepon dan sms saja serta GPRS. Namun Openbts pun bisa memberikan jaringan internet 3G bahkan 4G, meskipun masih memerlukan beberapa riset dan pengembangan.

Sementara untuk Network Sharing, tentunya dibutuhkan ‘keberanian’ dari pihak Regulator untuk merealisasikan hal ini. Well, kita tunggu saja.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

ARTIKEL TERBARU