Telko.id – Para pebisnis Asia ternyata banyak yang ingin meningkatkan investasinya dalam teknologi cloud pada tahun 2023 ini. Ini merupakan hasil laporan survei terbaru berjudul “The Next-Generation Cloud Strategy in Asia”, yang diprakarsai oleh Alibaba Cloud, milik Alibaba Group.
Berdasarkan laporan tersebut, 94% pengguna layanan cloud di Indonesia berharap dapat meningkatkan investasi mereka dalam teknologi cloud pada tahun 2023, sementara 92% bisnis lainnya di Indonesia merencanakan migrasi cloud sepenuhnya dalam dua tahun.
Sedangkan di seluruh pasar Asia yang disurvei, 84% pengguna layanan cloud yang ada mengharapkan untuk meningkatkan investasi mereka dalam teknologi cloud pada tahun 2023, sementara lebih dari empat dari lima (84%) merencanakan migrasi cloud sepenuhnya dalam dua tahun.
Investasi yang meningkat dalam cloud
Dengan semakin banyaknya perusahaan memindahkan bisnis penting mereka secara online untuk mengatasi beban kerja mereka menjadi lebih efisien di pasca pandemi, bisnis di Asia yang sudah menggunakan layanan cloud, berencana untuk meningkatkan investasi mereka di berbagai strategi cloud pada tahun mendatang.
Baca juga : Alibaba Cloud Luncurkan Energy Expert, Sebuah Solusi Manajemen Karbon
Peningkatan tersebut kemungkinan besar akan datang dari Thailand (95%), Indonesia (94%), Filipina (91%), Hong Kong Daerah Administratif Khusus (S.A.R.) (83%), dan Singapura (83%), sedangkan persentase yang lebih besar dari bisnis yang disurvei di Jepang dan Korea Selatan menunjukkan bahwa mereka akan mempertahankan tingkat investasi mereka pada saat ini.
Di antara industri utama, sektor game diperkirakan akan mengalami peningkatan paling tajam dalam investasi cloud, diikuti oleh sektor Media & Telekomunikasi, Internet & Teknologi, serta Layanan Keuangan.
Dalam hal prioritas investasi, sebagian besar bisnis di Asia akan berfokus pada analitik data & AI (53%), komputasi awan (52%), dan otomatisasi (46%).
Faktanya, ada lebih dari separuh bisnis berencana untuk meningkatkan investasi pada cloud computing menggarisbawahi pentingnya infrastruktur cloud dalam mendukung pertumbuhan bisnis.
Di Indonesia, fokus investasi terdapat pada analitik data dan AI (62%) serta komputasi awan (62%), diikuti oleh otomatisasi (58%), dan metaverse (51%).
“Penelitian terbaru ini mengungkap wawasan penting bagi bisnis dan penyedia layanan cloud di Asia. Adopsi cloud telah menjadi prasyarat bagi kesuksesan bisnis dan semakin banyak pelanggan kami yang mengadopsi strategi cloud yang beragam untuk mendorong pertumbuhan bisnis di era digital,” kata Selina Yuan, Vice President of Alibaba Group and President of International Business for Alibaba Cloud Intelligence.
Dengan infrastruktur cloud yang menjadi landasan utama bagi banyak inovasi mutakhir seperti AI generatif, Alibaba Cloud Intelligence berkomitmen untuk menyediakan solusi berbasis cloud yang telah terbukti untuk bisnis di lintas industri dan mendukung migrasi mereka ke layanan cloud dengan tanpa hambatan.
Alibaba Cloud menunjuk firma riset pasar global NielsenIQ untuk membantu melakukan survei, tujuannya untuk lebih memahami keadaan penerapan strategi cloud yang berlaku – baik itu cloud privat, publik, maupun hybrid – di seluruh Asia.
Migrasi sepenuhnya ke cloud di tahun 2024
Riset tersebut juga mengungkapkan bahwa 92% bisnis Indonesia (vs 84% di Asia) merencanakan migrasi cloud sepenuhnya dalam dua tahun.
Sebagian hal ini didorong oleh kebutuhan baru yang muncul selama pandemi. Lebih dari setengah (53%) bisnis Indonesia dalam survei (vs 36% di Asia) bahkan mengantisipasi migrasi cloud secara menyeluruh dalam enam bulan ke depan.
Di antara bisnis yang disurvei, dampak COVID-19 telah menyebabkan perubahan signifikan dalam penggunaan TI mereka, dengan 56% bisnis Indonesia (vs 54% di Asia) melaporkan peningkatan penggunaan perangkat lunak berbasis cloud dan 48% bisnis di Indonesia (vs 41% di Asia) melaporkan percepatan dengan migrasi cloud mereka.
Strategi adopsi cloud lebih beragam
Pada saat melakukan survei, private cloud (40%) menjadi strategi yang paling populer di Asia, diikuti public cloud (27%). Selain itu, reputasi yang kuat untuk keamanan, (76% di Indonesia vs 58% rata-rata di Asia) dan “Layanan cloud yang disesuaikan untuk pertumbuhan bisnis” (57% di Indonesia vs 41% di seluruh Asia) menjadi alasan utama bagi bisnis untuk memilih cloud public.
Di mana 54% dari bisnis di Indonesia yang disurvei mengharapkan untuk dapat meningkatkan investasi public cloud lebih dari seperlima di tahun mendatang.
Sementara itu, adopsi hybrid cloud di Asia sedang meningkat, dengan survei mencatat peningkatan bersih 7 poin persentase dalam tingkat adopsi saat ini dibandingkan dengan adopsi strategi cloud awal responden.
Selain itu, dari responden di Asia yang telah mengubah strategi cloud mereka, proporsi tertinggi yaitu 39% telah beralih ke hybrid cloud. Selain faktor keamanan, bisnis cenderung memilih hybrid cloud untuk layanan cloud yang disesuaikan.
Berbagai strategi cloud yang diadopsi di Asia menunjukkan bahwa semakin banyak bisnis yang mencari infrastruktur yang kuat, tangguh, aman, dan fleksibel untuk mendigitalkan bisnis mereka.
“Sebagai penyedia layanan cloud, kami akan terus memperkenalkan layanan cloud publik yang inovatif dan aman untuk memenuhi permintaan ini,” tambah Selina Yuan.
Tren Cloud di Indonesia pun meningkat
Meskipun Indonesia masih dalam masa pertumbuhan pasar cloud computing, namun hal ini dengan cepat menjadi daya tarik banyak bisnis di Indonesia, apalagi sejak adanya pandemi.
Menurut laporan survei Alibaba Cloud, kebanyakan bisnis Indonesia (78%) ingin berinvestasi lebih banyak dalam teknologi ramah lingkungan untuk mengurangi jejak karbon sistem TI mereka di tahun mendatang, diikuti oleh pembelajaran mesin/AI (63%) dan teknologi terkait metaverse/Web 3.0/NFT (62%).
Dengan tingginya minat bisnis Indonesia dalam pengadopsian teknologi cloud, 71% bisnis di Indonesia masih melihat “Kesulitan dalam membuat manajemen mengenali nilai dari pengadopsian teknologi baru” sebagai tantangan terbesar.
Faktor lainnya menjadi tantangan adalah pemotongan biaya karena lingkungan ekonomi makro saat ini (55%), kesulitan untuk mengubah sistem TI yang ada (48%), dan ROI yang tidak jelas (28%).
Namun, di lain sisi, pelaku bisnis masih melihat peluang dimana 71% bisnis tetap percaya bahwa komputasi awan akan mendorong transformasi ekonomi digital di Indonesia selama 3-5 tahun ke depan; 61% melihat peluang pada teknologi chip, dan 58% percaya pada potensi AI.
“Kami senang melihat peningkatan minat bisnis akan teknologi cloud. Kami berharap kedepannya akan ada lebih banyak bisnis yang sepenuhnya beralih ke digital dan sebagai mitra cloud yang kuat dan terpercaya, kami siap mendukung pelanggan kami di Indonesia dalam mencapai transformasi digital tersebut,” kata Leon Chen, Country Manager Alibaba Cloud di Indonesia. (Icha)