Telko.id, Jakarta – Beberapa waktu lalu, para ilmuwan berhasil menangkap gambar pertama lubang hitam dari jarak dekat. Kini, sejumlah peneliti melakukan riset untuk menghasilkan gambar fenomena kosmik secara lebih tajam.
Mereka melakukan perencanaan secara intens guna memperoleh gambar lubang hitam yang lebih nyata di jurnal Astronomi dan Astrofisika. Rencana tersebut melibatkan penyebaran dua atau tiga teleskop radio orbital yang terkoordinasi.
Untuk merealisasikan rencana itu, menurut laporan CNET, dikutip Telko.id pada Rabu (8/5/2019), mereka mengembangkan Event Horizon Imager. Teknologi tersebut akan menyimulasikan kemampuan pembuatan gambar teleskop.
{Baca juga: Ilmuwan Ungkap Foto ‘Black Hole’ untuk Pertama Kalinya}
“Ada banyak keuntungan menggunakan satelit daripada teleskop radio permanen di Bumi. Di ruang angkasa, kami bisa mengamati frekuensi radio yang lebih tinggi,” tutur Freek Roelofs, kandidat PhD di Radboud University Belanda.
Ia melanjutkan, jarak antara teleskop di ruang angkasa lebih besar sehingga memungkinkan untuk mengambil langkah besar ke depan. Ia yakin peneliti bisa mengambil gambar dengan resolusi lebih dari lima kali lipat daripada sebelumnya.
Belum lama ini, perempuan ilmuwan asal Amerika Serikat bernama Katherine Louise Bouman menjadi perbicangan hangat. Ia adalah orang yang mengembangkan algoritma serta berhasil menangkap foto pertama lubang hitam.
Perempuan berusia 29 tahun itu memimpin pengembangan program komputer yang memungkinkan terobosan citra. Dalam foto tersebut, lubang hitam terlihat dengan rupa lingkaran cahaya berisi debu dan gas, berlokasi 500 juta triliun kilometer dari Bumi.
Bouman menceritakan kali pertama membuat algoritma pada tiga tahun lalu. Saat itu, ia masih menjadi mahasiswa pascasarjana di Massachusetts Institute of Technology. Ia dibantu oleh tim dari Laboratorium Ilmu Pengetahuan dan AI.
{Baca juga: Penelitian Hawking soal Black Hole Tersedia Secara Online}
Gambar lubang hitam ditangkap oleh Event Horizon Telescope (EHT), jaringan delapan teleskop virtual terkait algoritma buatan Bouman. “Ketika melihatnya untuk kali pertama, kami semua tidak percaya. Benar-benar spektakuler,” ujarnya. [SN/HBS]
Sumber: CNET