spot_img
Latest Phone

Elon Musk Gugat Apple dan OpenAI Soal Integrasi ChatGPT di iPhone

Telko.id - Elon Musk melalui perusahaan xAI dan xAI...

iPhone Lipat Apple Akan Gunakan Touch ID, Bukan Face ID

Telko.id - Apple dikabarkan akan menggunakan teknologi Touch ID,...

Apple Gagal Wujudkan iPhone Lipat Tanpa Lipatan, Rilis 2026?

Telko.id - Apple dikabarkan gagal mewujudkan iPhone lipat dengan...

Google Pixel Watch 4, Dukung Koneksi Satelit dan Baterai Lebih Besar

Telko.id - Google secara resmi meluncurkan Pixel Watch 4...

Garmin Index Sleep Monitor Resmi Hadir di Indonesia

Telko.id - Garmin secara resmi meluncurkan Index Sleep Monitor,...
Beranda blog Halaman 1483

Resmikan ICS, Rudiantara Bicarakan Efisiensi Industri

0

Telko.id – Memasuki tahun ke 13 penyenggaraan, ajang Indonesian Cellular Show kembali digelar di tempat yang sama yakni Jakarta Convention Center (JCC). Berbeda dibandingkan dengan tahun lalu, pada penyelenggaraan tahun ini terjadi peningkatan dari segi peserta pameran yang hadir, yakni sebesar 56 peserta dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya menyentuh angka 42 peserta.

Sementara itu, berbicara mengenai target tahun ini, Marga Anggrianto, manager dyandra mengungkapkan, “Target tahun ini adalah 100 ribu pengunjung dengan peserta pameran mencapai 56 peserta yang berasal dari Hall A, B, dan C. Hall  A dikhususkan untuk peserta dari industri telko sementara B dan C untuk device dan juga e-commerce,” ujarnya selepas persemian kegiatan ini (2/6).

Ia juga menuturkan, hadirnya para pemain e-commerce justru semakin menambah jumlah peserta pameran. Uniknya, meskipun mereka ikut kedalam pameran ini, tapi para pemain e-commerce tadi tetap menjual barang dagangan mereka melalui jalur online dan barang akan dikirim ke rumah si pembeli.

Sementara itu, sebagai sekjen ATSI, Merza Fachyz menuturkan bahwa Perkembangan dari tahun ke tahun tentang ICS. Sampai tahun ini ICS telah mencapai kesuksesan yang luar biasa, hal ini terlihat dari pengunjungnya sampai dengan hari keempat selalu meningkat dari tahun ke tahun dengan tahun ini bertema revolusi digital.

Sekadar informasi, lahirnya teknologi 4G di Indonesia pada tahun lalu penetrasinya jauh lebih cepat bila dibandingkan dengan perubahan pada 2G menuju 3G pada 10 tahun lalu. 4G hari ini sudah melayani 200 kota di indonesia artinya sudah hampir 50% wilayah di indonesia tercover jaringan 4G.

Rudiantara Tegaskan Efisiensi

Membuka ajang ICS 2016, Rudiantara selaku Menkominfo menegaskan bahwa saat ini Kominfo sedang ‘menggembleng’ aplikasi sebagai salah satu dari ekosistem 4G.”Saat ini waktu saya lebih dihabiskan untuk membahas aplikasi. Kemarin siang, kami meluncurkan aplikasi tanahabangmarket.co.id, omset tanah abang setahun terakhir ini menurun, dan bagaimana mencoba memanfaatkan teknologi untuk kembali meningkatkan pendapatan mereka. Diharapkan ini bisa menjadi additional revenue bagi tanah abang,”ujar RA.

IMG_20160602_111622

Tidak lupa, pada sambutannya, Pria yang kerap disapa Chief RA ini juga mengharapkan adanya sebuah efisiensi di Industri telekomunikasi Indonesia.

“Yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana Membuat industri ini menjadi lebih efisien, kita harus coret biaya yg membuat beban industri seperti interkoneksi, sharing network, dan segala macam biaya yg memberatkan industri telekomunikasi,” Ujarnya.

Rudiantara juga mengungkapkan siap menurunkan tarif interkoneksi yang saat ini turun hingga 25% dibandingkan dengan tarif sebelumnya.

Sepi, Lelang Spektrum di Pakistan Hanya Diminati Satu Operator

0

Telko.id – Lelang spektrum di Pakistan tampaknya akan berjalan sangat sepi. Pasalnya, hanya ada satu nama yang disebut-sebut akan menjadi penawar untuk spektrum 850 MHz, yakni Telenor.

Operator Norwegia itu mengajukan permohonan untuk proses lelang Rabu kemarin, sementara beberapa pesaing utamanya telah mengindikasikan bahwa mereka tidak akan ambil bagian dalam lelang.

Menurut surat kabar setempat, hal ini telah dikonfirmasi dengan badan pengawas Pakistan Telecommunication Authority (PTA) bahwa Telenor sejauh ini menjadi satu-satunya penawar, mencatat bahwa batas waktu pengiriman adalah kemarin.

Mobilink, Ufone, dan Zong milik China Mobile telah dikonfirmasi tidak akan ambil bagian, lapor Totaltelecom, Kamis (2/6).

Tidak ada keterangan mengenai Warid Telecom, yang bisa dibilang salah satu operator kecil di negara tersebut, tetapi mengingat operator ini akan segera menjadi bagian dari Mobilink, kecil kemungkinan mereka akan maju secara mandiri dalam lelang.

Pada pertengahan Mei, PTA menerbitkan sebuah jadwal lelang yang menunjukkan penjualan akan berlangsung pada 13 Juni dengan batas akhir pengiriman aplikasi pada 1 Juni, tapi kini waktunya diundur. Menurut laporan media, penjualan akan berlangsung pada 20 Juni mendatang.

Regulator akan menjual 10 MHz spektrum di band 850 MHz – spektrum yang tersisa di lelang tahun 2014 – dengan harga dasar US$ 395 juta.

Sebagai satu-satunya penawar, Telenor kemungkinan akan mendapatkan spektrum ini pada harga terendah atau, menurut ProPakistani, pada tingkat yang lebih rendah untuk mengkompensasi kemungkinan masalah gangguan.

Komisi Eropa Minta Sikap Aktif OTT Terhadap Konten Berbahaya

0

Telko.id – Komisi Eropa telah menyetujui proposal untuk mereformasi aturan tentang Layanan Media Audiovisual dan memperbanyak regulasi untuk platform video online.

Menurut Telecompaper, Kamis (2/6), perubahan utama dari aturan ini akan terkait pada sikap aktif penyedia layanan online, dimana mereka harus lebih aktif dalam menyikapi konten berbahaya, seperti pornografi dan kekerasan, dan konten lainnya yang menghasut kebencian.

Selain itu, mereka juga akan diminta untuk memastikan setidaknya 20 persen dari konten dalam katalog mereka adalah asal Eropa, dan negara-negara Uni Eropa akan diizinkan untuk meminta penyedia video online untuk berkontribusi secara finansial untuk produksi konten.

Dalam upaya untuk membantu penyiaran bersaing lebih baik dengan sektor online, mereka akan diberikan lebih banyak kebebasan mengenai kapan mereka beriklan sepanjang hari. Sementara batas 20 persen dari waktu antara pukul 07.00 dan pukul 23.00 untuk iklan akan dipertahankan, maksimal 12 menit iklan per jam akan dicabut.

Untuk memastikan regulator penyiaran tetap independen dari pemerintah, Grup Regulator Eropa untuk Layanan Media Audiovisual akan diberikan lebih banyak kekuasaan untuk menilai peraturan kode etik dan memberi saran pada Komisi Eropa.

Komisi juga mengisyaratkan bahwa lebih banyak peraturan bagi penyedia layanan online bisa saja datang di kemudian hari. Menyusul konsultasi publik secara luas yang dilakukan pada platform online tahun lalu.

Perangkat IoT akan Salip Ponsel di 2018, Eropa Pimpin Pertumbuhan

Telko.id – Menurut riset terbaru yang dilakukan Ericsson Mobility Report, pada tahun 2018 nanti perangkat yang terhubung ke Internet of Things (IoT) akan melampaui jumlah ponsel.

Beberapa hal disebut Ericsson sebagai alasan, seperti meningkatnya permintaan untuk perangkat IoT yang terhubung ke perangkat cerdas dan mobil, serta turunnya hargadan aplikasi yang inovatif. Hal ini secara tidak langsung akan memicu pertumbuhan perangkat IoT yang terkoneksi menjadi sebesar 23% CAGR per tahun selama lima tahun ke depan.

Akibatnya, perangkat IoT yang terhubung akan menjadi 16 miliar dari total 28 miliar perangkat yang terhubung pada 2021, kata Ericsson.

Eropa Barat akan memimpin pertumbuhan dengan pasar yang diproyeksikan tumbuh 400 persen pada 2021, didorong oleh persyaratan peraturan di bidang utilitas pintar serta diimplementasikannya mobil Uni Eropa yang terhubung langsung dengan e-call, yakni pada 2018.

Selain itu, laporan itu juga mengungkapkan bahwa pelanggan smartphone diharapkan untuk menyalip jumlah tersebut untuk ponsel basic pada kuartal ketiga untuk pertama kalinya, sebelum meningkat dari 3.4 miliar menjadi 6.3 miliar di tahun 2021. Smartphone menyumbang hampir 80 persen dari semua ponsel yang dijual di tiga bulan pertama tahun itu, kata Ericsson seperti dilaporkan Telecompaper, Kamis (2/6).

Jumlah pelanggan mobile mencapai 7,4 miliar pada akhir Q1, naik 3 persen YoY, sementara jumlah pengguna unik sebenarnya melebihi 5 miliar, yang dipimpin oleh 21 juta net adds di India dan 5 juta di Myanmar.

Pelanggan LTE juga tumbuh pada tingkat yang tinggi pada kuartal pertama, dengan 150 juta pengguna baru menjadikan total global hampir 1,2 miliar. Pada akhir 2021, teknologi LTE akan meningkat menjadi total 4,3 miliar langganan. Ericsson menambahkan bahwa LTE dengan kecepatan data puncak 1 Gbps diharapkan telah tersedia secara komersial tahun ini di pasar seperti Jepang, Amerika Serikat, Korea Selatan dan China.

Sementara itu, lalu lintas data terus tumbuh pada tingkat yang fenomenal di Q1, dengan lalu lintas data mobile global meningkat 60 persen YoY disebabkan meningkatnya jumlah pelanggan smartphone dan meningkatnya konsumsi data per pelanggan. Pada akhir 2021, sekitar 90 persen dari lalu lintas data mobile akan berasal dari smartphone, pungkas Ericsson.

Luncurkan Satelit Sendiri, BRI Ingin Jangkau Daerah Terpencil

0

Telko.id – PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) memiliki rencana untuk meluncurkan satelit sendiri minggu depan. Dipanggil BRIsat, satelit ini merupakan yang pertama di dunia yang didedikasikan untuk layanan perbankan.

BRIsat yang ditujukan untuk menjangkau pelanggan di daerah terpencil ini diharapkan akan bisa online sebelum akhir Agustus.

Menurut Dealstreetasia, Rabu (1/6), BRIsat dijadwalkan akan mengorbit pada roket Arcane 5, milik Arienespace di Kourou, sebuah komune di Guyana, Amerika Selatan, pada tanggal 9 Juni mendatang, tepatnya pukul 3:30 WIB.

“Kami akan mencapai tonggak baru dalam sejarah industri perbankan, ketika BRI menjadi bank pertama yang mengoperasikan satelit,” kata Presiden Direktur BRI, Asmawi Syam.

Syam menambahkan, dengan satelit baru ini BRI berharap bisa menambah 10 juta pelanggan baru di seluruh Indonesia. Saat ini, bank milik negara itu melayani sekitar 50-60 juta pelanggan.

Satelit ini juga akan memungkinkan BRI untuk meningkatkan komunikasi perbankan dengan aman di lebih dari 10.300 cabang yang dimilikinya.

Setelah roket diluncurkan, BRIsat akan diposisikan pada orbitnya pada bujur 150 derajat Timur di atas langit Papua, dan akhirnya diserahkan kepada BRI pada bulan Agustus atau 50 hari setelah peluncuran.

Satelit ini memiliki 45 transponder, terdiri dari 18 untuk KU-band untuk melayani komunikasi non-keuangan dan untuk C-band, untuk memudahkan transaksi keuangan.

Riset : Penonton Konten Streaming Video di India Akan Meningkat

Telko.id – Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Spuul Global mengatakan bahwa potensi viewer untuk konten video pada jaringan telekomunikasi 3G dan 4G akan berkembang seiring dengan kualitas jaringan yang semakin baik serta tarif yang juga akan semakin murah.

Berbagai faktor seperti penetrasi smartphone, peluncuran layanan 4G dan konten beragam adalah faktor kunci yang akan mendorong permintaan video online pada industri meningkat di 2016 hinga 2017 di India. Berkaca dari laporan VNI Cisco, masyarakat di negeri Bollywood akan memiliki 650 juta smartphone pada 2019. Itu berbarti sekitar 650 juta televisi pribadi dalam saku pengguna. Sebagai perbandingan, hanya ada 168 juta TV rumah tangga  di India dengan mayoritas di antaranya hanya memiliki satu buah Televisi saja.

Dilansir dari TelecomLead (1/6), Satu-satunya batu sandungan, menuju pendakian cepat dari ruang Video-On-Demand (VOD) di India adalah infrastruktur fixed broadband berkecepatan tinggi dengan biaya rendah. Sementara perusahaan digital India mulai menjadikan fondasi utama dari usaha mereka mulai dari konten, konektivitas, serta data kecepatan tinggi.

Menurut laporan terbaru dari IAMAI dan IMRB Internasional, jumlah penduduk di India diperkirakan akan mencapai 371 juta jiwa pada Juni 2016. Dari angka ini, 60 persen mengkonsumsi internet pada handset mereka, seperti Smartphone, tablet, dll dan sebanyak 70 miliar menit konten video akan dilihat di India per bulan.

Namun, tidak semua lancar untuk industri VOD. Tantangan pertama yang dihadapi layanan VOD di India saat ini adalah biaya data. Streaming video, mengkonsumsi jumlah yang lebih besar dari data yang dibandingkan dengan layanan pesan seperti WhatsApp. Sebuah film berdurasi 3 jam, pada rendition setidaknya akan memakan sekitar 250MB data pengguna. Sementara 1 GB data 3G memerlukan biaya sekitar Rs 150 pada operator telekomunikasi saat ini, jadi jika menonton film secara keseluruhan akan memakan biaya sekitar Rs 40. Di India sendiri, jumlah ARPU rata-rata per pelanggan telekomunikasi adalah sekitar Rs 200, dengan Rs 40 adalah jumlah yang cukup signifikan.

Dengan biaya data yang tinggi berarti bahwa penyedia layanan VOD harus berinovasi untuk menangani masalah ini.

Peluncuran layanan 4G, seperti Reliance Jio Infocomm harus mengurangi biaya data bagi pengguna internet mobile. Reliance Communications, saat diluncurkan di awal tahun 2000 hadir dengan penawaran ponsel bersubsidi dan tarif suara. Diharapkan, akan ada sesuatu yang mirip dengan peluncuran Jio, menempatkan tekanan pada pemain lama industri untuk mengikuti dan mengakibatkan penurunan harga data bagi pelanggan.

Tantangan kedua yang harus dihadapi oleh layanan VOD di India adalah kecepatan jaringan yang tidak stabil. Streaming video memerlukan jaringan dengan stabilitas yang tinggi dengan kecepatan yang konsisten minimal 2-3 Mbps untuk memberikan pengalaman yang menarik bagi para pengguna. Suatu hal yang menarik untuk dicatat adalah bahwa lebih dari setahun setelah peluncuran 4G, adopsi 3G di India tetap tenang karena berbagai masalah seperti kualitas jaringan yang buruk dari operator yang kekurangan uang untuk dibelanjakan pada ekspansi 3G dan penetrasi rendah 3G karena handset.

Untuk keberhasilan penetrasi 4G di India, operator harus mengatasi tantangan kecepatan transfer tinggi serta bandwidth efisien sehingga konsumen mereka dapat menyaksikan konten video dengan mulus setiap saat. Tanda-tanda awal yang menjanjikan. Ketika Bharti Airtel meluncurkan layanan 4G di Delhi, pengguna secara konsisten melihat kecepatan 30Mbps keatas. Tidak diragukan lagi, kecepatan ini akan mengurangi pengguna 3G dan beralih ke layanan 4G. Akan tetapi, operator  masih harus cukup untuk memberikan layanan gratis. Sebagian besar pemain telekomunikasi telah mengumumkan peluncuran 4G, namun adopsi masih tergolong lambat. Saat ini, hanya 10-12 persen dari smartphone yang digunakan oleh pengguna merupakan ponsel 4G.

4G merupakan sebuah bagian kunci dalam teka-teki perkembangan VOD di India, dan operator seluler yang memiliki layanan VOD serta penyedia konten akan gembira jikalau transformasi ini berhasil dikemudia hari.

Lebih lanjut, berdasarkan laporan dari IDC mengatakan bahwa pelanggan di seluruh tingkatan kota semakin siap untuk menghadapi masa depan, dengan lebih memilih perangkat 4G ketimbang 3G, dengan lebih dari 65 persen dari smartphone menjadi 4G yang kompatibel di semua tingkatan kota. Juga, dengan operator telekomunikasi secara bertahap meningkatkan jejak 4G dan mempromosikan layanan 4G, ini diharapkan dapat menstimulus pertumbuhan eksponensial dalam beberapa bulan mendatang.

“China mulai masuk ke dalam pangsa pasar perangkat 4G dengan merek global di wilayah Tier-2 dan Tier-3, dengan hampir 40 persen dari permintaan yang dihasilkan oleh mereka,” kata Varun Singh,market analyst, Channels, IDC India.

Jelas, 4G akan memberikan bandwidth yang lebih baik dan keterjangkauan yang lebih besar. Hal ini juga akan menyebabkan proliferasi multi-layar atau perangkat yang terhubung lebih baik seperti smartphone, tablet, dan smart TV. Namun untuk mempermudah pengadopsian 4G, pembuat perangkat perlu menghadirkan smartphone dengan harga rendah yang tentunya akan memberikan lebih banyak konsumsi video.

Jika di India VOD akan meningkat di beberapa tahun kedepan, sama halnya dengan di Indonesia. kecenderungan masyarakat perkotaan yang mulai gemar menyaksikan konten televisi melalui jalur streaming akan mulai memberikan pengaruh kepada masyarakat yang tingga di pedesaan. Namun, tentu saja hal ini tidak terlepas dari kesiapan ekosistem yang ada, yakni Network yang murah, Device yang terjangkau serta Application atau konten yang user firendly dan juga menarik serta tidak lupa memberikan unsur edukasi bagi masyarakat.

 

 

Bulan Ini, Three UK Uji Coba Teknologi Ad Blocking

0

Telko.id – Operator 3 (Three) di Inggris telah mengkonfirmasi rencananya untuk menguji coba teknologi ad-blocking pada jaringannya pada bulan Juni ini.

Dalam sebuah pernyataan, perusahaan mengatakan bahwa pelanggan menjadi semakin frustrasi dengan iklan yang tidak relevan dan mengganggu, serta menyedot data mobile mereka.

Dilaporkan Telecompaper, Rabu (1/6), tes ini akan menguji kemampuan teknologi tersebut untuk menyaring iklan yang merusak pengalaman mobile browsing pelanggan tanpa mempengaruhi pengalaman jaringan mereka.

Three mengatakan teknologi ini akan memblokir 95% dari iklan dan pop-up di website, tapi iklan video pra-putar, artikel yang disponsori dan promosi di-feed di jaringan sosial seperti Twitter dan Facebook tidak akan diblokir.

Setidaknya 500.000 pelanggan akan dihubungi Three untuk dimintai kesediaannya berpartisipas dalam uji coba ini, yang rencananya akan dilangsungkan pada 13 Juni mendatang, lapor BBC.

Lebih dari 10 Juta Upaya Panggilan Penipuan Dihadapi Operator di Q1

0

Telko.id – Lebih dari 10 juta upaya panggilan penipuan pada jaringan pelanggan telah berhasil dideteksi dan diblokir oleh BICS – penyedia layanan suara dan mobile data yang berbasis di Belgia – selama tiga bulan pertama di tahun 2016. Hal ini tidak lain berkat platform perusahaan yang diberi nama FraudGuard.

FraudGuard sendiri memungkinkan operator nirkabel untuk secara proaktif melindungi pelanggan terhadap penipuan pada jaringan mereka. Dengan mengumpulkan rincian aktivitas jaringan yang mencurigakan di seluruh basis pelanggan global BICS, platform ini mampu mengidentifikasi dan memblokir aktivitas yang menjurus ke arah penipuan.

Saat ini, database penipuan komprehensif BICS telah diisi oleh lebih dari 400.000 nomor di seluruh dunia yang terkait dengan aktivitas kriminal.

Asosiasi Pengendalian Penipuan Komunikasi memperkirakan, penipuan telekomunikasi global menelan biaya industri sekitar € 3,3 miliar setiap tahun, dengan jenis yang paling umum adalah penipuan International Revenue Share, peretasan PBS dan Wangiri.

Solusi pencegahan penipuan BICS didukung oleh platform crowdsourcing global anti-fraud, yang selain menawarkan layanan VAS lainnya, dirancang untuk secara proaktif melindungi jaringan seluler dari ancaman penipuan saat ini dan yang umum terjadi.

Di antara beberapa operator yang telah mengadopsi FraudGuard adalah operator Prancis, Bouygues Telecom. Menurut PR Newswire, Rabu (1/6), dalam tiga bulan pertama 2016, BICS berhasil memblokir lebih dari 200 serangan yang ditujukan pada Bouygues, membuat operator menghemat sekitar € 130K atau setara Rp 2.5 miliar.

Menurut Katia Gonzalez, Head of Fraud Operations BICS, munculnya jaringan yang semuanya menggunakan IP secara tidak langsung menjadi pemicu kian cepat dan berkembangnya serangan terhadap industri telekomunikasi. Ditambah, industri ini juga menjadi industri yang benar-benar global sehingga memungkinkan serangan bisa datang dari mana spun dan kapan pun.

“Itu sebabnya penting bagi operator jaringan untuk berbagi pengetahuan tentang berbagai insiden untuk memungkinkan langkah-langkah proaktif yang akan diambil oleh rekan-rekan mereka. Hanya dengan kerjasama dan mengadopsi langkah-langkah proaktif lah industri dapat mencegah berkembangnya masalah ini,” katanya.

Hal yang tak jauh berbeda disampaikan Thierry Nedellec, Wholesale Manager di Bouygues. Menurutnya, melindungi pendapatan dari aktivitas penipuan adalah prioritas utama bagi Bouygues, dan perusahaan telah menuai manfaat dari pengadopsian platform FraudGuard dari BICS.

“Lebih dari 200 upaya penipuan diblokir pada awal tahun ini dan tidak ada insiden panggilan sah yang dicegah – semua dengan masukan minimal dari tim operasional kami,” tutupnya.

Operator Arab Ini Ingin Jual Menara

0

Telko.id – Saudi Telecom Co, yang juga merupakan operator telepon terbesar di Arab Saudi, sedang mempertimbangkan untuk menjual beberapa aset menara pemancar seluler mereka, ucap CEO Saudi Telecom.

Dilaporkan Bloomberg (1/6), Margin untuk layanan telekomunikasi tradisional yang tidak lagi digunakan oleh mereka cukup besar dan Saudi Telecom sedang mencari cara untuk mendiversifikasi pendapatan dan meningkatkan efisiensi, ujar Chief Executive Officer mereka, Khaled Bin Hussain Biyari mengatakan dalam sebuah wawancara di Bloomberg TV. Salah satu cara untuk mencapai efisiensi tersebut adalah dengan menjual menara yang mereka miliki.

“Kami serius mempertimbangkan itu, kita melakukan penilaian internal dalam hal apakah nilai itu akan menghadirkan hal yang positif bagi kami, ini bukan tentang uang. Ini tentang menciptakan efisiensi dalam operasi. “Ujar Biyari.

Perlambatan ekonomi di tengah merosotnya harga minyak adalah sebuah fakta lain dari situasi di Arab Saudi, meskipun perusahaan di kerajaan kaya minyak ini masih terus berkembang, namun Saudi Telecom telah berinvestasi besar dalam teknologi cloud, ucap Biyari.

Operator telekomunikasi Arab Saudi telah memeriksa pilihan mereka sehubungan dengan menara untuk beberapa waktu. Sementara itu, pada tahun lalu beberapa pesaing Saudi Telecom juga mengungkapkan telah mempertimbangkan untuk menjual aset menara.

Sedangkan, awal tahun ini ada laporan bahwa tiga operator seluler utama Arab Saudi – Saudi Telecom, Mobily dan Zain – sedang mempertimbangkan untuk menggabungkan aset menara mereka menjadi perusahaan yang terpisah.

Ketiga raksasa telko Arab ini sejatinya tidak berniat untuk bekerjasama dalam bentuk Joint Venture, namun pada bulan Maret lalu, CEO Mobily Ahmad Farroukh mnegatakan kepada Bloomberg bahwa mereka telah menerima sejumlah tawaran indikatif untuk menara telekomunikasi.

Sekadar informasi, tercatat bahwa sekitar 10.000 menara seluler milik Mobily bisa dihargai hingga USD $ 2 miliar. Namun, untuk Saudi Telecom sendiri, mereka tidak memberikan angka pasti mengenai nilai keseluruhan dari asset menara mereka.

Riset: 50% Konsumen China Beli Ponsel Secara Online

Telko.id – Menurut survei terbaru yang dilakukan ABI Research untuk pasar Cina, lebih dari 50% orang yang dimintai pendapat, alias menjadi responden, melaporkan bahwa mereka membeli ponsel secara online. Angka ini terbilang tinggi jika dibandingkan dengan survei serupa yang dilakukan di AS, dimana hanya sekitar 36% dari konsumen saja yang melakukan hal serupa.

Hal ini, menurut Analis Senior ABI Research, Marina Lu, tidak lain dikarenakan pasar telekomunikasi seluler China didominasi oleh prabayar, yang berarti bahwa konsumen China (mungkin) tidak merasa seperti diikat oleh penyedia layanan mobile seperti yang dirasakan konsumen AS. “Prinsip yang sama berlaku untuk pelanggan kontrak, karena hanya melibatkan penawaaran kontrak SIM di China tanpa mengikutsertakan ponsel,” katanya.

Selain itu, banyak operator seluler di wilayah ini juga mengurangi subsidi untuk smartphone dan membebankan pajak handset kepada pelanggan. Hal ini semakin melemahkan ikatan antara pelanggan dengan operator mobile dan mendorong konsumen untuk membeli ponsel secara online.

Ditambah lagi, tidak banyak toko fisik untuk merek ponsel besar, seperti Apple, Samsung, dan Huawei bisa ditemukan di China seperti halnya di AS. Apple, misalnya, hingga saat ini baru memiliki total 32 toko di China, bandingkan dengan di AS, dimana setidaknya 268 toko telah beroperasi.

Bahkan, beberapa merek lokal China, termasuk Huawei dan Xiaomi, memanfaatkan tren ini (membeli ponsel secara online -red) dengan menjual beberapa perangkat andalan mereka melalui toko online. Huawei Honor dan Xiaomi seri Mi adalah contoh yang paling masuk akal untuk tren ini.

“Toko fisik bisa sangat berguna, karena memungkinkan konsumen untuk mencoba produk terbaru mereka saat berbelanja dan, karena itu, membantu meningkatkan penjualan,” tambah Lu. “Namun mengingat toko fisik di China terbatas, konsumen mungkin berkecil hati dengan proses ini, karena banyaknya orang dan antrian yang panjang selama pemeriksaan.”