spot_img
Latest Phone

ASUS ROG Luncurkan Jajaran Perangkat Gaming RTX 50 Series di Indonesia

Telko.id - ASUS Republic of Gamers (ROG) resmi memperkenalkan...

Garmin Luncurkan Forerunner 570 & 970, Revolusi Smartwatch untuk Pelari

Telko.id - Garmin Indonesia resmi meluncurkan dua smartwatch GPS...

iPadOS 26 Resmi Dirilis: Multitasking Lebih Canggih dan Desain Baru

Telko.id - Para pengguna iPad merasakan perangkat nya masih...

Apple Intelligence Tambah Fitur Baru, Tapi Siri Masih Belum Cerdas

Telko.id - Dalam konferensi Worldwide Developers Conference (WWDC) 2025,...

iOS 26 Resmi Dirilis: Desain Liquid Glass dan Fitur AI Terbaru

Telko.id - Apple baru saja meluncurkan iOS 26, yang...
Beranda blog Halaman 1101

Asyik! Kini Main Game Snake Bisa di Google Maps

Telko.id, Jakarta – Google menghadirkan sesuatu guna merayakan April Mop atau April Fool’s Day. Google mengadopsi game Snake yang populer di ponsel pada 1990-an. Uniknya, game itu diperuntukkan untuk platform Google Maps.

Game Snake di aplikasi peta milik Google tersebut hanya bisa diakses melalui versi situs di laman buatan Google, yakni snake.googlemaps.com. Game itu juga bisa diakses melalui aplikasi Google Maps di Android dan iOS.

Meski bernama Snake, pemain tidak akan melihat ular dalam game tersebut, melainkan transportasi umum. Pemain dapat memilih enam kota sebagai latar permainan, yaitu London, Tokyo, Sidney, Kairo, Sao Paulo, dan San Francisco.

{Baca juga: Seru! Begini Cara Main Game Snake di Google Maps}

Seperti dikutip Telko.id dari CNET, Senin (01/04/2019), pemain akan melihat transportasi umum yang berbeda di setiap kota di game Snake. Sebagai misal kereta di Tokyo, Jepang, dan bus tingkat merah atau double decker di London, Inggris.

Angkutan tersebut akan bertambah panjang jika pemain mengambil penumpang, seperti ular yang kian panjang kalau menabrak titik. Permainan juga akan berakhir jika angkutan pemain menabrak tepian layar.

{Baca juga: April Mop “Haram” untuk Karyawan Microsoft}

Kabarnya, game Snake akan tersedia seminggu di Google Maps. Lain Google, lain Microsoft. Microsoft melarang secara tegas para pegawainya ikut tradisi April Mop. Bahkan, ada memo internal perusahaan yang sudah terverifikasi terkait larangan para karyawan Microsoft mengikuti tradisi April Mop.

Kepala Pemasaran Microsoft, Chris Capossela, memperingatkan semua pegawai supaya tidak terlibat dalam lelucon itu. “Data mengungkapkan bahwa April Mop hanya memiliki sedikit dampak positif,” begitu tulisnya di memo perusahaan. (SN/FHP)

Unik! Ilmuwan Ciptakan Minuman Alkohol Anti Mabuk

Telko.id, Jakarta – Minuman alkohol bisa menyebabkan mabuk jika diminum berlebihan. Tapi tampaknya suatu saat nanti Anda tidak akan mabuk saat menenggak minuman beralkohol, karena para ilmuwan telah menemukan minuman alkohol “anti mabuk“.

Pasalnya ada ilmuwan yang berhasil menciptakan  alkohol sintetik yang bisa diminum tanpa harus khawatir akan mengalami mabuk.

Dilansir Telko.id dari Ubergizmo pada Senin (01/04/2019) David Nutt berhasil menciptakan alkohol sintetik yang bebas mabuk. Alkohol dengan nama Alcarelle ini memungkinkan peminum dapat merasakan kenikmatan menenggak alkohol tanpa khawatir menjadi mabuk.

{Baca juga: Keren! ‘Tato’ Ini Bisa Ukur Kadar Alkohol dalam Darah}

Nutt mengatakan bahwa alkohol sintetiknya, dapat berinteraksi dnegan tubuh sehingga tidak menyebabkan efek samping negatif kepada tubuh. “Efek alkoholnya rumit tapi Anda bisa menargetkan bagian otak yang ingin Anda targetkan,” kata Nutt.

Saat ini Alcarelle masih dalam tahap pengembangan. Nutt mengaku masih merancang agar alkohol buatannya dapat membuat peminum benar-benar seperti sedang menenggak alkohol tapi tidak mabuk.

Tujuannya akhir dari proyek ini adalah agar Alcarelle bisa dijual di pasaran. Hanya saja, jangan berharap menemukan minuman itu di bar dalam waktu dekat, karena perlu pengujian hingga lima tahun dan persetujuan lainnya, supaya minum tersebut benar-benar aman dikonsumsi.

Memang orang yang sedang dalam pengaruh alkohol acapkail bertindak diluar kehendak mereka. Misalnya penelitian terbaru di Amerika Serikat (AS) menunjukkan, setiap tahun lebih dari USD 48 miliar atau Rp 682 triliun dihabiskan para penenggak alkohol untuk belanja onlineketika sedang mabuk.

{Baca juga: Ini Bukti Kalau Penenggak Miras Juga Suka Belanja Online}

Nominal tersebut muncul lewat penghitungan khusus secara rigid. Jika dirata-rata, setiap orang merogoh USD 444 atau tak kurang dari Rp 6,3 juta per tahun untuk membeli barang secara online saat mabuk.

Studi melibatkan 2.174 orang dewasa asal AS yang mengonsumsi minuman keras. Dari angka tersebut, 79 persen di antaranya mengaku membeli barang lewat online paling tidak sebanyak satu kali ketika mabuk. [NM/HBS]

Sumber: Ubergizmo

Patriot Desa Digital Hadir Di 5 Kota Untuk Ciptakan Lapangan Kerja Baru

Telko.id – Telkomsel memperkuat keseriusannya untuk mendukung dalam meningkatkan ekonomi masyarakat melalui program Patriot Desa Digital. Patriot Desa Digital merupakan program CSR (Corporate Social Responsibilty) Telkomsel bekerjasama dengan Mobisaria yang menginisiasi pembentukan komunitas berliterasi digital dengan tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat dan kualitas warga desa atau pinggir kota kecil.

Program ini diluncurkan oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Director Human Capital Management Telkomsel Irfan A. Tachrir dan CEO Mobisaria Dadang Geminar di Gedung Sate, Bandung 1 April 2019.

“Melalui Patriot Desa Digital kami ingin membentuk komunitas yang berkualitas di wilayah pedesaan untuk memberikan edukasi digital guna pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat. Sehingga akan banyak local hero sebagai Patriot Desa Digital yang melek teknologi, menciptakan lapangan kerja baru di era digital serta membantu bisnis masyarakat dan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM),” ungkap Irfan.

Program Patriot Desa Digital akan diselenggarakan di 5 kota di Indonesia yaitu Bandung, Jakarta, Medan, Surabaya dan Makassar yang diperuntukkan bagi BUMDES, UMKM, BMT melalui edukasi literasi digital. Di dalam implementasinya akan melibatkan lembaga keuangan non-bank Lembaga Keuangan Mikro (LKM) atau Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS).

Beberapa aktivitas dalam program ini antara lain adalah seminar, workshop, serta asistensi dan monitoring kepada lebih dari 750 Patriot Desa Digital di 250 Desa seluruh Indonesia serta 50 BMT mulai bulan Maret hingga Desember 2019.

Seminar dan talkshow dengan tema pemberdayaan ekonomi desa dengan teknologi yang bertujuan memberikan wawasan kepada masyarakat desa tentang pemanfaatan produk dan aplikasi dalam membangun ekonomi digital serta semangat meraih kesuksesan usia muda di era digital. Seminar ini berlangsung selama 1 hari dan mengakomodir 300 peserta dari kalangan masyarakat desa sasaran, yang kemudian diseleksi untuk mendapatkan 150 Patriot Desa Digital di setiap Kota penyelenggaraan.

Selanjutnya para Patriot Desa Digital terpilih akan mengikuti workshop Training of Trainer yang berisi aktivitas Focus Discussion Group dan pendalaman materi mengenai digital marketing, fitur aplikasi, role play, serta pembentukan online forum sebagai sarana komunikasi dan informasi. Selain itu Patriot Desa Digital akan diberikan asistensi dan monitoring secara online dan visitasi berkala selama 6 bulan terkait problem solver, tips marketing dan juga forum diskusi.

Dalam pelaksanaannya, Telkomsel bekerjasama dengan Mobisaria yang merupakan sebuah platform digital yang menghubungkan antara masyarakat pedesaan dengan institusi keuangan, pasar serta bisnis modern. Mobisaria memanfaatkan tiga pondasi ekonomi desa yaitu: Koperasi/BMT, pesantren dan rumah tangga.

“Program Patriot Desa Digital kami harapkan dapat menciptakan sebuah ekosistem keuangan yang sehat, efektif serta efisien. Selain itu, dapat mendorong peningkatan literasi digital di wilayah rural sehingga menjadikannya sebagai cashless society yang dapat meningkatkan perekonomian negara,” tutup Irfan. (Icha)

 

Rudiantara Jelaskan Tiga Lapis Tindakan Tangkal Konten Hoaks

Telko.id, Jakarta – Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) melakukan tiga lapis tindakan untuk menangkal konten hoaks. Menurut Menkominfo Rudiantara, seluruh langkah itu sesuai dengan Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)

Dilansir Telko.id dari laman resmi Kominfo pada Senin (01/04/2019), tiga lapisan yang dimaksud adalah pertama upstream, yang kedua adalah midstream, dan ketiga disebut down stream.

Lapisan pertama atau upstream adalah literasi digial, sedangkan lapisan kedua atau midstream adalah pemutusan akses dan pemblokiran, sementara lapisan ketiga atau down stream adalah penegakan hukum yang dilakukan oleh aparat kepolisian.

“Kominfo support aparat penegak hukum yang bertindak seperti Polri, itu semua berdasarkan UU ITE. Kalau ini banyak dilakukan juga ini banyak yang kapok nantinya,” ujar Rudiantara di Jakarta, Jumat (29/03/2019)

Tiga lapis tindakan yang dilakukan Kominfo bukan tanpa sebab. Pasalnya menjelang Pemilu 2019, kuantitas penyebaran hoaks semakin bertambah.

Menurutnya, sebanyak 23% dari hoaks yang sudah tersebar berkaitan dengan politik dan mayoritas berkaitan dengan Pemilu Serentak 2019.

{Baca juga: Uji Palapa Ring, Rudiantara Video Call dengan Nelayan Natuna}

“Bulan Januari 2019 meningkat ada 175 hoaks, bulan kemarin 353 hoaks dan diantaranya 23% berkaitan dengan politik dan mayoritas adalah tentang Pemilu,” kata Rudiantara.

Untuk itu, Kominfo bekerja sama dengan dengan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)  dan Komisi Pemilihan Umum melalui Memorandum Of Understanding MoU ataupun Perjanjian Kerja Sama (PKS)

“Upaya bagaimana meng-adress hoaks ini harus rame-rame tidak bisa kominfo saja. Kita sudah ada MoU dan PKS dengan KPU dan Bawaslu,” imbuhnya.

Lebih jauh Menkominfo  menyatakan upaya klarifikasi hoaks bukanlah perkara yang mudah. Pasalnya, mereka harus menggunakan sumber yang valid dan sangat akurat.

“Jadi Kominfo tidak akan pernah mengecap hoaks kalau kita tidak bisa memvalidasinya. Jadi nanti dikasih tahu, ini loh yang hoaks, ini loh yang benarnya,” tandasnya.

{Baca juga: Kominfo: Konten Hoaks Semakin Banyak Jelang Pemilu}

Berdasarkan pantauan Direktorat Pengendalian Konten Internet Ditjen Aplikasi dan Informatika, penyebaran hoaks paling masif dikatakan melalui platform sosial media Whatsapp.

Hoaks yang disebar, pada umumnya, didahului dengan pembuatan akun palsu di media sosial selain Whatsapp. Lalu pelakunya menangkap layar serta menyebarkannya melalui platform Whatsapp.

Setelah itu, akun palsu tersebut pun dihapus atau akunnya dimatikan untuk menghapus jejak digital konten negatif. [NM/HBS]

Kominfo Identifikasi 453 Hoaks Selama Maret 2019

Telko.id – Mendekati pemilu, berita hoax masih tetap banyak. Kominfo Identifikasi 453 Hoaks Selama Maret 2019. Total jumlah hoaks yang ditemukenali oleh Kemkominfo menjadi 1.224 hoaks pada periode Agustus 2018 sampai dengan Maret 2019.

Dari 453 hoaks tersebut, terdapat 130  hoaks politik. Sehingga total hoaks politik yang diidentifikasi dan diverifikasi oleh Kementerian Kominfo menjadi 311 hoaks. Hoaks politik antara lain berupa kabar bohong yang menyerang pasangan calon presiden dan wakil presiden, partai politik peserta pemilu maupun penyelenggara pemilu.

Jumlah hoaks, kabar bohong, berita palsu dan ujaran kebencian terus meningkat menjelang hari pencoblosan 17 April 2019. Jumlah konten hoaks yang beredar di tengah masyarakat cenderung meningkat dari bulan ke bulan.

Di bulan Agustus 2018, hanya 25 informasi hoaks yang diidentifikasi oleh Tim AIS Subdit Pengendalian Konten Ditjen Aplikasi Informatika. Di Bulan September 2018, naik menjadi 27 hoaks, sementara pada Oktober dan November 2018 masing-masing di angka 53 dan 63 hoaks. Di bulan Desember 2018, jumlah info hoaks terus naik di angka 75 konten.

“Peningkatan jumlah konten hoaks sangat signifikan terjadi pada bulan Januari dan Februari 2019. Sebanyak 175 konten hoaks yang berhasil diverifikasi oleh Tim AIS Kementerian Kominfo. Angka itu naik dua kali lipat di Februari 2019 menjadi 353 konten hoaks. Angka tersebut menjadi 453 konten hoaks selama Maret 2019,” ungkap Ferdinandus Setu, Plt. Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo dalm penjelasan tertulisnya.

Fernandus menambahkah bahwa dari jumlah 453 hoaks yang diidentifikasi selama Maret 2019 tersebut, selain terkait isu politik, juga menyasar isu kesehatan, pemerintahan, hoaks berisikan fitnah terhadap individu tertentu, terkait kejahatan, isu agama, internasional, mengarah ke penipuan dan perdagangan serta isu pendidikan.

Tim AIS Kemkominfo dibentuk oleh Menteri Kominfo Rudiantara pada Januari 2018 untuk melakukan pengaisan, verifikasi dan validasi terhadap seluruh konten internet yang beredar di cyber space Indonesia, baik konten hoaks, terorisme dan radikalisme, pornografi, perjudian, maupun konten negatif lainnya. Saat ini Tim AIS berjumlah 100 personil didukung oleh mesin AIS yang bekerja 24 jam, 7 hari seminggu tanpa henti.

Kementerian Kominfo mengimbau warganet yang menerima informasi elektronik yang patut diduga diragukan kebenarannya dapat menyampaikan kepada kanal pengaduan konten melalui email: aduankonten@kominfo.go.id atau akun twitter @aduankonten. (Icha)

 

 

Disebut “Orang Gila”, Pria Ini Mantap jadi YouTuber

Telko.id, JakartaYoon Chang-hyun, pria asal Korea Selatan membuat keputusan berani. Ia keluar dari pekerjaan sebagai karyawan Samsung dengan gaji per bulan yang nominalnya tak main-main, dan memilih menjadi seorang YouTuber. Keputusan itu bahkan membuatnya dicap “orang gila“.

Selama bekerja di Samsung, Yoon Chang-hyun menjadi periset di kantor yang berlokasi di Korea Selatan. Gajinya tak main-main, yakni Rp 68 juta per bulan.

Pria berusia 32 tahun tersebut keluar dari Samsung untuk menjadi bintang di YouTube. Bahkan, ia sudah menyiapkan kanal khusus.

{Baca juga: Logan Paul ke Antartika Bareng Kaum Bumi Datar, Mau Ngapain?}

Menurut laporan Reuters, penghasilan Rp 68 juta sebulan termasuk besar di Korea Selatan. Apalagi, ia masih mendapatkan tunjangan asuransi dan lain-lain dari perusahaan. Makanya, banyak pihak merasa heran dengan keputusan Yoon Chang-hyun keluar dari Samsung.

Apapun kata publik, dikutip Telko.id, Senin (01/04/2019), Yoon Chang-hyun tetap bulat dengan pendiriannya. Ia mengaku tak ingin terus bekerja keras sebagai karyawan dengan beban lembur luar biasa. Ia cuek saja dengan predikat “orang gila” atas keputusannya itu.

“Saya banyak mendapatkan pertanyaan, kenapa nekat keluar dari Samsung. Saya bahkan dianggap gila. Bagi saya, pekerjaan kantoran membuat seseorang merasa kesepian. Beban yang ditanggung terlalu besar. Saya harus mencari kehidupan lain,” tegas Yoon Chang-hyun.

{Baca juga: YouTuber Vegan Ini Dihujat Gara-gara Makan Ikan}

Yoon Chang-hyun sekarang hidup dari pendapatannya sebagai YouTuber. Ia menjadi satu milenial yang tidak lagi memegang cita-cita lama orang Korea Selatan, yakni bekerja di perusahaan besar dan menjalani hidup stabil, mampu menghidupi keluarga, dan membeli apartemen.

Asal tahu saja, perusahaan kaya raya semacam Samsung, Hyundai, atau LG memang menjadi idaman lulusan perguruan tinggi di Korea Selatan. Namun, lambat laun, para sarjana mulai berganti pola pikir dengan memilih menjadi YouTuber ketimbang bekerja di konglomerasi tersebut. (SN/FHP)

Ada Penampakan UFO di Foto Ini, Benarkah?

Telko.id, Jakarta – Para pakar teori konspirasi mengklaim, ada penampakan UFO yang bersembunyi di dalam foto wanita ini. Scott C Waring, pengelola UFO Sightings Daily, percaya dirinya melihat UFO di belakang wanita di New Mexico ini.

Dia mengatakan, beberapa minggu lalu, seorang wanita sedang berfoto bersama teman-temannya di New Mexico. Secara tidak sengaja, sebuah benda logam tertangkap kamera.

“Seseorang mengambil foto dengan teman-temannya di New Mexico minggu lalu, ketika benda logam terbang melewati di belakangnya,” katanya.

Ia mengatakan, dari sekian foto yang diambil, hanya ada satu foto yang berhasil menangkap UFO tersebut. Namun, menurutnya itu sudah cukup untuk membuktikan keberadaan UFO.

{Baca juga: NASA: Alien Sudah Kunjungi Bumi}

“UFO tertangkap hanya dalam satu foto, tapi itu sudah cukup. Sepertinya dia mengambil Instagramphotos atau foto untuk beberapa media sosial lainnya, ketika mereka secara tidak sengaja menangkap pesawat alien ini,” ujarnya.

Waring memiliki keyakinan, bahwa benda yang tertangkap dalam foto itu adalah UFO, dan bukan pesawat komersial atau pesawat tanpa awak alias drone.

“Ketika saya membuat foto close-up UFO, saya tidak melihat sayap, baling-baling, jendela, untuk menunjukkan itu adalah pesawat atau jet,”katanya.

Namun, tidak semua orang sependapat dengannya. Kepada Mirror Online, Nigel Watson, penulis UFO Perang Dunia Pertama, mengatakan, sulit untuk menentukan objek itu karena jaraknya yang terlalu jauh.

“Karena objeknya sangat jauh, sulit untuk menentukan detail yang signifikan,” ujarnya.

{Baca juga: Pengguna Google Maps Tak Sengaja Lihat ‘UFO’ di Siang Bolong}

Ia menduga, benda berwarna metalik itu kemungkinan hanyalah balon. Ia tidak sependapat bahwa benda tersebut adalah pesawat ruang angkasa milik alien.

“Seperti yang terlihat, kemungkinan itu hanya balon mylar. Itu dapat bergerak cepat karena mereka cukup kecil dan pada ketinggian yang lebih tinggi angin bisa jauh lebih kuat daripada di permukaan tanah tempat pengambilan gambar,” jelasnya. [BA/HBS]

Sumber: Mirror

Berbeda Berkat Empat Kamera Leica

0

Telko.id – Menggelar acara khusus di kota Paris, Perancis, Huawei resmi menghadirkan trio P30 Series, masing-masing adalah Huawei P30, P30 Pro, dan P30 Lite. Meski ada tiga seri yang diperkenalkan, hanya satu saja yang benar-benar berbeda dan menonjol pada acara di kota romantis itu, yakni Huawei P30 Pro.

Smartphone ini memiliki berbagai teknologi dan fitur baru yang bahkan tidak dimiliki oleh dua saudaranya. Dari sisi layar, kamera Leica, bahkan sampai urusan baterai pun berbeda.

Nah, beberapa saat setelah peluncuran resminya, tim Telko.id langsung mendapat kesempatan untuk menggunakan smartphone ini secara langsung.

{Baca juga: Klaim “Terbaik”, Kamera Huawei P30 Pro Gak Punya 2 Fitur Ini}

Ya, kami menggunakan Huawei P30 Pro dengan versi 256GB dan dilapisi oleh warna gradasi Breathing Crystal. Lebih baik, yuk ikuti ilasan singkat kami lewat handson Huawei P30 Pro berikut ini. Check this out!

Desain

Huawei menjadi salah satu brand yang memberikan peningkatan cukup signifikan pada desain untuk smartphone flagship-nya. Jika melihat dari desain Huawei P20 Pro ke P30 Pro, akan terlihat sentuhan berbeda pada keduanya yang diberikan brand asal China ini.

Dari depan misalnya, kini P30 Pro mengusung layar berukuran 6,47 inci berjenis OLED yang melengkung di sisi kiri dan kanannya, dan memiliki teknologi sensor sidik jari di dalamnya. Resolusi layarnya mencapai maksimal Full HD+ (1080 x 2340 piksel) dengan aspek rasio 19,5 : 9.

Layar ini  telah mendukung teknologi HDR 10 yang mampu menampilkan konten dengan warna yang tajam. Mirip Huawei Mate 20, smartphone itu juga punya poni berukuran kecil di bagian atasnya sebagai tempat bagi kamera depan.

Ke bagian belakang, sentuhan berbeda juga diaplikasikan Huawei pada smartphone ini. Yang paling kentara adalah frame kameranya.

{Baca juga: Klaim “Terbaik”, Huawei Bandingkan P30 Pro dengan iPhone Xs, Galaxy 10+ dan Kamera DSLR}

Kini, ada empat kamera utama pada P30 Pro, tiga kamera diposisikan vertikal di body kiri atas smartphone. Kemudian di sebelahnya, ada LED Flash dan frame kamera keempat dari P30 Pro tepat di bawahnya.

Hadir juga logo Leica pada bagian bawah frame kamera tersebut, lengkap dengan konfigurasi yang diberikan Leica untuk P30 Pro.

Body P30 Pro diberikan warna gradasi yang keren, terlihat premium dan punya karakter dibandingkan smartphone lain di kelasnya. Unit yang kami gunakan berwarna Breathing Crystal, hasil perpaduan warna putih bersih dengan warna ungu muda, kelihatan berkelas.

Mirip bagian depan, body P30 Pro juga melengkung di sisi kiri dan kanannya. Desain itu membuatnya menjadi enak dan nyaman untuk digenggam menggunakan satu tangan. Feel-nya mirip-mirip seperti menggunakan Samsung Galaxy S10+, yap mirip banget.

Spesifikasi

Secara spesifikasi, Huawei P30 Pro masih menggunakan prosesor yang sama pada seri Mate 20 yang dirilis tahun lalu, yaitu prosesor octa-core (2×2.6 GHz Cortex-A76 & 2×1.92 GHz Cortex-A76 & 4×1.8 GHz Cortex-A55) HiSilicon Kirin 980.

Meski demikian, konfigurasi RAM, ROM, hingga baterai yang ada padanya berbeda. P30 Pro memiliki RAM 8GB, ROM 256GB, dan baterai berkapasitas 4,200 mAh yang mendukung fast charging 40W,
fast wireless charging 15W, dan reverse wireless charging.

Jadi, kalau soal benchmark menggunakan AnTuTu atau aplikasi lainnya, sampai performa, tentu tidak akan jauh berbeda. Yang menarik dari P30 Pro justru adalah kameranya.

P30 Pro dilengkapi dengan Leica Quad Camera System dengan resolusi masing-masing 40MP berteknologi Huawei SuperSpectrum Sensor sebagai lensa utama, 20MP lensa ultra-wide, 8MP lensa telephoto, dan lensa Time of Field (ToF). Sementara kamera depannya, beresolusi 32MP.

Sedikit membahas soal kameranya, teknologi Huawei SuperSpectrum Sensor merupakan teknologi sensor baru dengan konfigurasi RYYB, bukan RGGB seperti sensor kamera smartphone kebanyakan.

{Baca juga: Diluncurkan, Huawei P30 Pro Jagokan “Leica Quad Camera System”}

Sensor ini menggantikan piksel hijau dengan piksel kuning yang diklaim mampu meningkatkan ISO maksimum menjadi 409.600. Lewat konfigurasi tersebut, Huawei P30 Pro diklaim punya kemampuan handal dalam hal fotografi malam.

Lensa kamera smartphone ini pun didukung oleh teknologi SuperZoom yang mampu memperbesar gambar hingga 5x lipat dengan optical zoom, 10x lipat dengan hybrid zoom, dan 50x lipat dengan digital zoom. Kami sendiri sempat mencoba kamera P30 Pro untuk menangkap beberapa objek di berbagai kondisi pencahayaan, berikut beberapa hasil fotonya:

Selayaknya smartphone flagship, Huawei membanderol P30 Pro dengan harga yang cukup menguras kantong. Sebab, harga Huawei P30 Pro mencapai €999 atau setara Rp 15,9 jutaan untuk varian 8GB/128GB, €1.099 atau Rp 17,5 jutaan untuk model 8GB/256GB, dan €1.249 atau Rp 19,9 jutaan untuk versi 8GB/512GB. (FHP)

Inikah Tampang Seri Redmi dengan Snapdragon 855?

0

Telko.id, Jakarta – Bos Redmi, Lu Weibing telah memberikan konfirmasi soal kehadiran seri Redmi yang bakal masuk ke jajaran smartphone flagship dengan Snapdragon 855. Konfirmasi yang diungkapkan Weibing langsung diperkuat oleh sebuah foto yang memperlihatkan Redmi berprosesor Snapdragon 855.

Dalam foto tersebut, sebenarnya diperlihatkan CEO Xiaomi, Lei Jun yang sedang menggunakan smartphone-nya.

Namun seperti dilansir dari Gizmochina, Senin (01/04/2019), seorang informan asal China mengklaim bahwa salah smartphone lain yang tidak digunakan pada foto merupakan seri Redmi dengan Snapdragon 855.

{Baca juga: Gara-gara Ini, Redmi Note 7 “Batal” Punya Sidik Jari di Layar}

Dikatakan bahwa smartphone dengan bezel berwarna merah dan layar fullscreen tanpa adanya notch, yang diletakkan di atas meja merupakan seri Redmi yang akan diluncurkan.

Sayang, belum ada informasi lainnya soal smartphone tersebut. Namun apabila melihat bocoran foto berkualitas standar ini, bisa jadi smartphone tersebut akan dilengkapi dengan kamera pop-up, dan punya layar berjenis AMOLED dengan dukungan sensor sidik jari di dalam layarnya.

Sebelumnya, VP Redmi, Lu Weibing memberikan pertanyaan untuk para penggemar di Weibo soal fitur yang sebenarnya ingin mereka lihat di Redmi Note 7.

{Baca juga: Sayang Sekali, Redmi Note 7 Pro Gak Masuk ke Indonesia}

Secara mengejutkan, sebagian besar dari mereka mempertanyakan soal tidak adanya sensor sidik jari di layar smartphone tersebut. Lu Weibing langsung merespon pertanyaan itu.

Ia menyatakan, tidak adanya sidik jari di dalam layar smartphone itu karena menggunakan layar LCD, bukan AMOLED. Sekadar informasi, teknologi ini hanya bisa berfungsi di layar AMOLED, sementara smartphone Redmi tersebut hanya mengusung layar LCD berukuran 6,3 inci saja. (FHP)

Gara-gara Ini, Redmi Note 7 “Batal” Punya Sidik Jari di Layar

0

Telko.id, Jakarta – Saat pertama kali dirilis, Redmi Note 7 langsung menjadi salah satu smartphone kelas menengah yang menarik perhatian para Mi Fans (sebutan penggemar Xiaomi), termasuk di Indonesia. Meski demikian, para Mi Fans mempertanyakan keputusan Xiaomi yang tidak menghadirkan fitur yang mereka nantikan, yaitu sensor sidik jari di layar.

Melansir dari Gizmochina, Senin (01/04/2019), VP Redmi, Lu Weibing memberikan pertanyaan untuk para penggemar di Weibo soal fitur yang sebenarnya ingin mereka lihat di Redmi Note 7.

Secara mengejutkan, sebagian besar dari mereka mempertanyakan soal tidak adanya sensor sidik jari di layar smartphone tersebut.

{Baca juga: Redmi Note 7 Akhirnya Resmi Diluncurkan di Indonesia, Ini Harganya!}

Lu Weibing langsung merespon pertanyaan itu. Ia menyatakan, tidak adanya sidik jari di dalam layar smartphone itu karena menggunakan layar LCD, bukan AMOLED. Sekadar informasi, teknologi ini hanya bisa berfungsi di layar AMOLED, sementara smartphone Redmi tersebut hanya mengusung layar LCD berukuran 6,3 inci saja.

“Layar LCD tidak dapat mendukung sidik jari di layar, dan hanya AMOLED saja yang mendukungnya,” katanya.

Selain itu, ia pun beranggapan bahwa sensor sidik jari yang ditempatkan di sisi smartphone juga memiliki tingkat kegagalan yang tinggi. Apalagi, body Redmi Note 7 terbilang tipis, sehingga panel sensor pun akan jauh lebih kecil.

Lu Weibing malah tetap yakin dengan sensor sidik jari yang ditempatkan di body belakang smartphone. Sebab, sensor tersebut dinilai menjadi solusi keamanan terbaik bagi smartphone berlayar LCD.

{Baca juga: Sayang Sekali, Redmi Note 7 Pro Gak Masuk ke Indonesia}

Sebelumnya, smartphone tersebut akhirnya resmi hadir di Indonesia sebagai suksesor Redmi Note 6 yang diluncurkan tahun lalu. Di Indonesia, harga smartphone tersebut dengan varian RAM 3GB dan ROM 32GB mencapai Rp 1.999.000 dan varian 4GB/64GB Rp 2.599.000. (FHP)