Telko.id – Smartfren diminta untuk meningggalkan frekuensi 1900 Mhz dengan batas maksimal setidaknya hingga akhir tahun 2016 mendatang. Hal tersebut dikarenakan aktifitas mereka di frekuensi ini mengganggu blok 11 dan 12 pada frekuensi 2100 Mhz yang dulunya dimiliki oleh Axis.
Pihak regulasi dalam hal ini Kementrian Kominfo meminta Smartfren untuk meninggalkan frekuensi 1900 Mhz dengan memberikan pengalokasian spektrum yang cukup ‘lega’ yakni sebesar 30Mhz di frekuensi 2300 Mhz, dan setelah mereka meninggalkan frekuensi 1900 Mhz, nantinya pemerintah akan melakukan pelelangan kembali pada Blok 11 dan 12 di spektrum 2100 Mhz tadi.
Jika berkaca pada komentar Menkominfo Rudiantara kepada tim Telko.id November tahun lalu, Ia menyatakan bahwa Pemerintah memberikan tenggat waktu kepada PT. Smartfren Tbk untuk mengosongkan frekuensi ini hinga akhir tahun 2016 mendatang.
Berbicara mengenai refarming, Chief RA menambahkan, “Sementara untuk pengalokasian spektrum 2100 Mhz bisa lebih cepat dari akhir tahun 2016, tapi implementasi tergantung dari kita bersih-bersih frekuensinya,” ucapnya kepada Tim Telko.id pada November 2015 silam.
Yang menjadi permasalahan adalah spektrum 1900 Mhz Smartfren ini merupakan spektrum yang dihuni oleh pelanggan CDMA mereka. Bahkan, sempat terdengar desas-desus bahwa masa aktif layanan CDMA milik smartfren akan tamat pada akhir tahun 2016 mendatang.
Hal ini tentunya akan menjadi sebuah kerisauan bagi para pelanggan CDMA mereka, mengingat mereka memiliki pelanggan CDMA lebih dari 10 juta pelanggan sampai dengan saat ini.
Menanggapi hal tersebut, Direktur mereka, Roberto Saputra menegaskan bahwa Smartfren akan tetap mempertahankan layanan CDMA mereka meski harus bermigrasi ke spektrum lainnya. Ia juga menambahkan bahwa frekuensi CDMA mereka juga terdapat di frekuensi lainnya sehingga jika memang harus pindah maka Smartren masih bisa mempertahankan layanan CDMA mereka.
“Kami memiliki dua sprktrum untuk layanan CDMA kami, yakni di frekuensi 850 Mhz dan juga di frekuensi 1900 Mhz sehingga kalaupun kami harus pindah dari 1900 Mhz, maka layanan CDMA masih bisa digunakan karena kita juga memiliki device CDMA yang mendukung dual band, dalam arti bisa digunakan untuk frekuensi 850 Mhz dan 1900 Mhz,”tutunya kepada tim Telko.id (16/2).
Jawaban dari Roberto Saputra ini tentu menjadi sebuah kabar yang sangat mengembirakan bagi pelanggan CDMA Smartfren. Bukan hanya itu, komentar ini juga sekaligus menjawab opini publik akan nasib pengguna CDMA di Indonesia. Seperti diketahui bersama, belum lama ini Bakrie telecom yang juga menjadi salah satu pemain CDMA di Indonesia telah mengumumkan untuk menuup layanan CDMA mereka.
Berbicara mengenai perpindahan spektrum ini, apa dampak yang dirasakan oleh pengguna mereka? Menjawab pertanyaan tersebut, Hartadi Novianto selaku Mass Production Dept. Head Smartfren mengungkapkan, “Sebenarnya tidak terlalu terasa bagi para pelanggan kita, hanya saja kapasitasnya yang akan kurang, mengingat 1900 Mhz memiliki kapasitas yang lebih besar ketimbang 850 Mhz,”ucapnya.
Ia juga mengungkapkan Smartfren akan tetap mengembalikan spektrum 1900 Mhz kepada Pemerintah. Disinggung mengenai migrasi ke frekuensi 850 Mhz, Hartadi juga mengngkapkan sampai dengan saat ini, hampir semua pelanggan CDMA di 1900 Mhz sudah berhasil di migrasikan ke spektrum 850 Mhz.
Sekedar informasi, di frekuensi 850 Mhz, Smartfren saat ini telah mengalokasikan 5 Mhz untuk layanan CDMA. Smartfren akan benar-benar menghilangkan layanan CDMA ketika semua pengguna layanan ini telah bermigrasi ke 4G LTE mereka.