Jakarta – Popularitas yang tinggi tak selamanya dibarengi oleh kesuksesan. Paling tidak, itulah yang dialami pembuat Angry Birds, Rovio. Alih-alih menuai sukses besar lewat franchise game tersebut, perusahaan ini malah berjuang untuk kelangsungan hidupnya. Alhasil, Rovio pun merumahkan hampir sepertiga dari tenaga kerjanya.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan baru-baru ini, pengembang game asal Finlandia itu menegaskan pada publik, bahwa mereka telah memecat lebih dari 200 pekerjanya dan memulai reorganisasi besar-besaran.
“Rovio Entertainment Ltd telah tiba pada kesimpulannya mengenai negosiasi dengan karyawan yang diumumkan pada 26 Agustus tahun ini,” kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan yang diterima Fast Company, Kamis (22/10). “Akibatnya, Rovio akan mengurangi tenaga kerja di 213 posisi. Rovio Entertainment akan merestrukturisasi dan mengkonsentrasikan kegiatannya pada sekitar tiga bidang bisnis utama: game, media dan produk konsumen.”
Jumlah pengurangan di 213 posisi ini sebenarnya jauh lebih sedikit dibandingkan prediksi sebelumnya, dimana Rovio dikabarkan akan mengurangi setidaknya 260 pekerjaan. Rovio sendiri memiliki 670 pekerja sebelum PHK.
Menurut Phys.org, sebagian besar PHK akan mempengaruhi pekerja di Finlandia. Sementara sekitar 15 akan berada di luar negeri.
Rovio telah mempertahankan keberhasilan moderat dengan franchise Angry Birds, namun secara krusial telah gagal dalam mengembangkan game, produk, atau konsep lainnya. Perusahaan ini kini menempatkan banyak sumber dayanya di balik film animasi 3D, yang dijadwalkan akan dirilis tahun depan. Film berjudul “The Angry Birds Movie” ini konon akan membantu Rovio menghidupkan kembali minat orang atas Angry Birds.