Telko.id – Satelit Nano, sudah mampu dibuat oleh anak bangsa. Adalah para generasi muda atau mahasiswa Universitas Surya dari kota Tangerang Banten yang melakukan proses riset dan pengembangannya.
Kegiatannya ini sebenar nya sudah dilakukan sejak enam tahun lalu. Saat ini, pengembangan sudah dalam tahap final testing, dan pada Desember 2021, akan dikirimkan ke Jepang, lalu, pada April 2022, akan diluncurkan.
Kegiatan tersebut didukung oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui badan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), serta pihak swasta, yaitu PT Pasifik Satelit Nasional (PSN).
“Kemkominfo mendukung upaya kerja sama antara BRIN, melalui organisasi riset, dan Lapan untuk memberikan pendampingan serta resources, lalu pihak swasta, dalam hal ini PSN, dan akademisi” ujar Johnny G Plate, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) dalam virtual conference, Senin (25/10).
Menurut dia, peran PSN adalah menyumbangkan komponen satelit, lalu, Orari membantu dalam riset ground segmen, serta akademisi dari Universitas Surya mendorong penguatan riset dan penguasaan teknologi satelit nano.
Johnny menyampaikan, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas lebih dari 17 ribu pulau dan jumlah penduduk sekitar 270 juta jiwa, Indonesia punya tantangan tersendiri dalam mengentaskan akses internet kepada warganya.
Teknologi satelit nano memiliki peranan yang tak kalah penting dengan satelit besar lainnya. Keunggulannya, satelit nano akan lebih efisien karena komponennya yang dibuat lebih kecil dan ringan.
Johnny melanjutkan, sebagai bentuk dukungan, Kemkominfo mengambil peran untuk membantu perizinan failing orbit satelit kepada International Telecommnication Union (ITU) maupun proses-proses koordinasi satelit secara Internasional.
Sementara itu, Direktur Utama PSN Adi Rahman Adiwoso mengungkapkan, generasi muda yang membuat satelit nano akan mengirimkan risetnya ke Jepang pada Desember 2021 dan diluncurkan pada April 2022.
“Satelit sekarang dalam final testing. Kita apresiasi sekali bantuan BRIN dan Lapan dan instansi pemerintah lainnya, sehingga mereka bisa mengembangkan satelit nano. Semoga, karya inovasi anak bangsa ini akan membantu Indonesia dalam mejembatani kesenjangan digital,” pungkas Adi.
Satelit nano biasanya digunakan sebagai alat observasi atau aksesibilitas. Kominfo melihat riset dan pengembangan teknologi satelit perlu terus didukung karena Indonesia membutuhkan satelit terutama untuk komunikasi.
Oh iya, beberapa sumber menyebutkan harga satu unit satelit mungil ini sekitar Rp700 juta – Rp1 miliar. Jauh lebih murah dibandingkan satelit yang besar. Peluncuran Satelit Nano ini juga dapat dilakukan bersama dengan satelit konvensional. Bentuknya yang ringkas memungkin satelit ini menempel di satelit konvensional.
Indonesia sendiri, hingga 2030, kebutuhan kapasitas satelit telekomunikasi Indonesia diperkirakan sebesar 1TB per detik. Kapasitas tersebut dibutuhkan untuk menghadirkan kecepatan internet 10- hingga 20MB per detik.
Saat ini Indonesia baru memiliki 50GB per detik dengan memanfaatkan sembilan satelit, terdiri dari lima satelit telekomunikasi nasional dan menyewa ruang di empat satelit asing.
Untuk memenuhi kebutuhan kapasitas satelit tersebut, Indonesia sedang membangun satelit multifungsi SATRIA-1, berkapasitas 150GB per detik yang diperkirakan bisa beroperasi komersial pada kuartal keempat 2023. (Icha)