Telko.id – Industri digital, kini sedang menghadapi badai PHK. Apakah trend nya kan terus terjadi pada tahun depan, atau setelah badai PHK ini, ke depan akan semakin baik?
Heru Sutadi Direktur Eksekutif ICT Institute concern pada badai PHK yang dihadapi industri digital RI saat ini. Menurut dia penurunan investasi startup dunia akan berdampak ke pengembangan bisnis digital di RI sehingga banyak startup didorong masuk IPO.
Untuk industri telko, bisnis digital ini menarik, sebaiknya PHK jangan terlalu besar karena efeknya domino ke daya beli masyarakat.
“Indonesia secara fundamental digitalnya kuat karena pengguna riil 30 juta, pengguna internet RI rata-rata habiskan 8 jam 3 menit sehingga pemirsa TV berkurang. Masalah infrastruktur jaringan tetap penting untuk soking ekonomi digital RI. Seperti upaya Palapa Ring hingga BTS 4G di 8.000 desa,” katanya.
Rudiantara menggarisbawahi, adanya PHK startup yang melanda Indonesia. Menurut dia, PHK tak selamanya jelek sebab PHK industri garmen dan alas kaki lebih besar sampai 80.000 orang sementara di digital tidak sampai 10.000.
“PHK juga bisa membuat bisnis digital jauh lebih baik dan sehat karena yang dikejar keuntungan bukan lagi jumlah pengunduh,” lanjutnya.
Nailul Huda Analis Indef mengatakan, pada 2023 Indonesia kemungkinan besar tidak akan masuk resesi namun masuk perlambatan ekonomi. Bahkan, Indonesia bisa jadi episentrum ekonomi di tengah perlambatan tahun depan.
“Tahun 2021 investasi digital RI 144 triliun, banyak sekali perusahan startup digital dapat dana fantastis misal di pendidikan ruanggguru, dapat dana ya eskpansi besar. 2022 saat cost investment naik gara-gara cost of fund, investasi digotal RI hanya 53,58 Trilun per November 2022, turun 50 persen lebih. Kalau startup masih andalkan pendanaan maka cashflow terancam maka efisiensi dengan PHK,” lanjutnya.
Lantas, bagaimana RI bisa jadi episentrum ekonomi dunia? Menurut Nailul, percepatan pertumbuhan transaksi digital besar, seperti e-commmerce yang nomor satu, sebagai penopang ekonomi digital RI. untuk itu, penting untuk menjaga daya beli masyakarat terkait konsumsi digital.
“Karena 50 persen ekonomi RI ditopang konsumsi oleh karena itu harus fokus jaga daya beli,” katanya. (Icha)