spot_img
Latest Phone

ASUS Vivobook S14: Laptop AI 45+ TOPS untuk Produktivitas Tanpa Batas

Telko.id - ASUS Vivobook S14 (S3407QA), laptop terbaru yang...

Garmin vívoactive 6, Tak Sekadar Pintar, Dukung Gaya Hidup Aktif dan Tampil Lebih Gaya

Telko.id - Garmin Indonesia memperkenalkan vívoactive 6, smartwatch wellness...

Lebih Bugar Setelah Lebaran dengan Smartwatch Garmin

Telko.id - Pernahkah Anda merasa tubuh terasa berat dan...

PC Global Melonjak 4,9% di Q1 2025, Tapi Tarif China Ancam Pasokan

Telko.id - Angka-angka terbaru dari IDC mengungkap fakta mengejutkan:...

Lenovo Yoga Slim 9i: Laptop Premium Pertama dengan Kamera di Bawah Layar

Telko.id - Bayangkan sebuah laptop yang tidak hanya memukau...
Beranda blog Halaman 950

‘Serangan Balik’ China Bikin AS Ciut, Embargo Huawei Dicabut?

Telko.id, Jakarta – Meski awalnya terlihat garang menekan China lewat Huawei, namun Amerika Serikat (AS) mulai mengendurkan ancaman saat melihat China mulai ancang-ancang melakukan serangan balasan. Buktinya, Presiden Donald Trump akhirnya bersedia mencabut embargo Huawei, dengan beberapa syarat.

Pernyataan sikap pemerintah AS yang mulai melunak itu disampaikan oleh Menteri Keuangan Amerika Serikat Steve Mnuchin. Tapi kelonggaran yang diberikan itu tetap ada syaratnya, yakni melihat progress dalam perjanjian dagang dengan pemerintah China.

“Apa yang dikatakan presiden adalah tentang ada tidaknya progres dalam perdagangan yang membuat dia bersedia melakukan hal-hal tertentu pada Huawei, jika ia mendapat jaminan kenyamanan tertentu dari China. Karena ini soal isu keamanan nasional,” kata Mnuchin, dikutip Telko.id dari Reuters, Senin (10/6/2019).

{Baca juga: Google Rayu Pemerintah AS Izinkan Huawei Tetap Pakai Android}

Namun, kata Mnuchin, jika AS dan China tidak mencapai kata sepakat dalam perjanjian dagang, pemerintah AS akan tetap menerapkan kebijakan tarif untuk memangkas defisit dagang mereka.

Sikap pemerintah AS yang disampaikan Mnuchin ini terkesan plin-plan. Namun tanda-tanda AS mulai melunak sebenarnya sudah terlihat beberapa minggu lalu, saat Donald Trump mengisyaratkan akan membuka negosiasi, terkait embargo bisnis Huawei sebagai bagian dari deal dengan China.

Ini artinya, jika ada kesepakatan antara kedua negara raksasa ekonomi dunia itu, maka kemungkinan sanksi embargo Huawei akan dicabut.

Dugaan ini diperkuat dengan surat yang dilayangkan Acting Director Office of Management and Budget AS, Russell Vought kepada Wakil Presiden Mike Pence dan sembilan anggota kongres untuk menunda pelarangan produk buatan Huawei.

Seperti diketahui, kebijakan pelarangan ini merupakan salah satu bagian dari National Defense Authorization Act yang ditetapkan Trump pada akhir tahun lalu. Dalam kebijakan itu ada perintah yang melarang badan pemerintah dan kontraktor AS memakai perangkat buatan Huawei dan ZTE, dengan alasan keamanan nasional.

{Baca juga: Terkait Embargo Huawei, China Bakal Serang Balik AS}

Vought mengatakan dalam suratnya, bahwa pelarangan untuk memakai komponen Huawei lebih baik dilakukan dalam empat tahun ke depan, bukan dua tahun seperti yang dibuat dalam ketentuan awal. Penundaan itu dimaksudkan agar adanya tambahan waktu yang memungkinkan untuk mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan dan mencari solusinya.

Tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan China memang kian panas, sebagai akibat dari dicekalnya Huawei. Mendapat tekanan dari AS dan para sekutunya, tidak membuat China gentar. Sebaliknya, embargo Huawei ini justru bakal semakin memanas, setelah China mengungkap rencananya untuk “menyerang balik”.

Seperti dilaporkan The Verge, Sabtu, (1/6), pemerintah Negeri Tirai Bambu itu konon siap mengambil langkah serangan balik untuk menanggapi larangan Amerika untuk melakukan bisnis dengan Huawei.

Bloomberg bahkan melaporkan bahwa China telah menyiapkan rencana untuk membatasi ekspor mineral tanah jarang ke AS, sambil menyiapkan daftar hitam “entitas yang tidak dapat diandalkan” untuk perusahaan asing yang tidak menguntungkan.

Pembatasan ekspor mineral tanah jarang ini tampaknya menjadi upaya China untuk menyerang balik. Kepemimpinan di Beijing menandakan bahwa mereka siap dan bersedia untuk mengerahkan langkah yang berat ini, meskipun, menurut Bloomberg, itu hanya akan semakin memanaskan hubungan dagang kedua negara.

Sebagai informasi, neodymium adalah salah satu dari mineral tanah jarang yang paling dikenal, karena banyak digunakan dalam pembuatan magnet. Menurut para ekonom dan pengamat perdagangan internasional bahwa perusahaan-perusahaan AS tidak memiliki sumber alternatif yang baik untuk itu di luar China.

Huawei sendiri tak tinggal diam mendapat tekanan dari Amerika Serikat. Bukannya ciut, Huawei malah merapat ke Rusia. Perusahaan teknologi asal China itu baru saja menandatangani perjanjian kerjasama pengembangan jaringan 5G di negara yang menjadi musuh bebuyutan AS tersebut.

Raksasa teknologi China itu telah menandatangani perjanjian dengan perusahaan telekomunikasi Rusia MTS untuk mengembangkan jaringan nirkabel generasi kelima di negara itu.

{Baca juga: Diboikot Amerika Serikat, Huawei Merapat ke Rusia}

MTS adalah perusahaan telekomunikasi terbesar di Rusia, memegang 31 persen pangsa pasar dan memiliki 78,3 juta pelanggan. Tak hanya menguasai pasar Rusia, MTS juga beroperasi di Ukraina, Armenia dan Belarus.

Perusahaan itu mengatakan bahwa dengan adanya perjanjian kerjasama itu, mereka akan mengizinkan Huawei mengembangkan jaringan 5G di Rusia. Kedua perusahaan akan melakukan uji coba jaringan seluler generasi kelima itu pada 2019-2020. [HBS]

Hapus Aplikasi Lebih Mudah di iOS 13, Begini Caranya

Telko.id, Jakarta – Apple bakal memudahkan pengguna dalam hapus aplikasi di perangkat lewat sistem operasi terbaru iOS 13. Pengguna cukup menghapus aplikasi melalui daftar update atau pembaruan.

Daftar update adalah bagian dari App Store. Dikutip Telko.id dari Ubergizmo, Senin (10/6/2019), pengguna akan menemukan daftar aplikasi yang terinstal di iPhone yang menunggu untuk diperbarui.

Lantas, bagaimana caranya? Cukup menggeser ke kiri aplikasi dalam daftar. Setelahnya, ada pilihan bagi pengguna untuk menghapus. Pengguna harus konfirmasi jika ingin menghapus aplikasi yang tak diinginkan.

{Baca juga: iOS 13 Punya Fitur untuk Tolak Panggilan Misterius}

Sekadar informasi, Apple menggadang iOS 13 bisa rilis pada akhir 2019 mendatang bersamaan iPhone baru. Beberapa waktu lalu, Apple telah pamer keunggulan sistem operasi terbarunya itu di panggung WWDC 2019.

Selain kemudahan bagi pengguna iPhone untuk menghapus aplikasi tak diinginkan, Apple kabarnya juga segera menghadirkan fitur baru yang mampu menangani panggilan tak dikenal alias spam.

Dengan iOS 13, Apple akan memberi pengguna opsi untuk secara otomatis memblokir panggilan dari nomor tidak dikenal dan mengirimkannya ke voicemail. Selanjutnya, pengguna tidak perlu melakukan apa pun.

{Baca juga: Dengan iOS 13, Pengguna Bisa Mainkan PS4 via iPhone}

Seperti dikutip Telko.id dari Ubergizmo, Sabtu (8/6/2019), fitur itu sebenarnya akan mampu menggali kontak dan email Anda untuk mencari nomor yang menelepon. Tujuannya untuk mengidentifikasi. [SN/HBS]

Sumber: Ubergizmo

Tak Mau Terjebak Macet? Coba Pakai Uber Copter

Telko.id, Jakarta – Mulai bulan depan, Uber akan menawari pengguna naik helikopter dengan layanan dari bandar udara JFK dan Lower Manhattan, Amerika Serikat. Layanan baru itu bernama Uber Copter. Pengguna bisa mengaksesnya via aplikasi Uber.

Seperti dikutip Telko.id dari Ubergizmo, Senin (10/6/2019), penerbangan menggunakan Uber Copter dari Lower Manhattan ke JFK cuma delapan menit. Biayanya USD 200 hingga USD 225 atau Rp 2,8 juta hingga Rp 3,2 juta per orang.

Pengguna bisa memesan helikopter sampai lima hari ke depan. Uber mengklaim, layanan Uber Copter bisa menghemat waktu perjalanan dari Lower Manhattan ke JFK sekira 30 menit, termasuk menuju helipad menggunakan mobil Uber.

{Baca juga: Uber Coba Bisnis Skuter di San Francisco}

Asal tahu saja, biasanya warga butuh waktu satu jam untuk melakukan perjalanan dari Lower Manhattan ke JFK. Bahkan, jika jalanan macet, waktu yang diperlukan mencapai dua jam. Kehadiran Uber Copter pun sangat membantu.

Sayang, layanan Uber Copter tidak tersedia untuk semua orang. Pengguna yang ingin memesannya harus menjadi anggota Platinum atau Diamond Uber Rewards. Setiap penerbangan menampung lima penumpang serta kargo 18 kilogram.

Sebelumnya, Uber menghadirkan fitur baru yang cukup menarik bagi para pelanggan. Fitur tersebut memungkinkan para pelanggan untuk memilih pengemudi atau driver favorit. Artinya, pemilihan pengemudi bisa tak secara acak.

{Baca juga: 8 Kejadian Kocak Naik Ojek Online, Nomor 3 Asli Bikin Tepuk Jidat}

Keberadaan fitur baru itu diketahui oleh peneliti aplikasi Jane Manchun Wong. Ia memastikan bahwa fitur tersebut akan hadir di Uber pada masa depan. Sejauh ini, belum ada layanan tranportasi daring lain yang memiliki fitur serupa. [SN/HBS]

Sumber: Ubergizmo

Hati-hati! Malware RTF Incar Aplikasi Microsoft via Email

Telko.id, Jakarta – Microsoft memperingatkan para pengguna untuk mewaspadai serangan malware RTF yang mendompleng di email tak dikenal. Malware tersebut menyaru dalam bentuk dokumen dan memanfaatkan aplikasi milik Microsoft.

Dilansir ZDNet, malware yang menyelinap di email tak dikenal menyerang dalam bentuk dokumen Rich Text Format alias RTF. Dokumen itu menggunakan aplikasi di Microsoft Office maupun Wordpad, lalu membuka segel keamanan perangkat.

Menurut Microsoft, dikutip Telko.id, Senin (10/6/2019), ditemukan celah keamanan bernama CVE-2017-11882 di Microsoft Office maupun Wordpad yang memungkinkan file dokumen berisi malware dibuka secara mudah dan menjalankan perintah serangan.

{Baca juga: Awas! Malware Ini Disebar via Messenger dan Skype}

Saat dibuka, dokumen berformat RTF tersebut padahal hanya berisi susunan huruf dan angka yang tidak bisa dibaca. Microsoft menyatakan bahwa malware di dalam dokumen mengoperasikan beragam program atau script yang menyerang aplikasi.

Kumpulan script yang berjalan secara diam-diam nakal membuat perangkat diserang. Malware mengunduh komponen data untuk melancarkan serangan. Sialnya, serangan malware tersebut bisa sampai mengambil alih secara penuh kontrol atas perangkat.

Beruntung, serangan itu belum meluas. Laporan yang masuk menunjukkan bahwa malware yang bersembunyi di email itu baru bergerilya di kawasan Eropa. Malware hadir dalam bentuk dokumen RTF dan secara fasih menyambangi pengguna lewat beragam bahasa.

{Baca juga: Hati-hati! Malware Ini Menyamar jadi Aplikasi VPN Palsu}

Sampai sekarang, Microsoft belum berhasil mendeteksi oknum penyebar malware tersebut. Serangan serupa pernah terjadi pada 2017 lalu. Saat itu, Microsoft langsung memperbaiki celah keamanan di aplikasi Microsoft Office dan Wordpad. [SN/HBS]

Sumber: ZDNet

Ngeri! Asteroid Raksasa akan Tabrak Bumi, Apa Dampaknya?

Telko.id, Jakarta – European Space Agency (ESA) memberi informasi penting terkait ancaman asteroid raksasa terhadap Bumi. ESA menyatakan, asteroid 2006 QV89 berukuran lebih kurang 50 meter berpeluang akan tabrak Bumi pada 9 September 2019 pagi.

Menurut laporan Live Science, seperti dikutip Telko.id, Senin (10/6/2019), peluang asteroid 2006 QV89 menabrak Bumi berkisar 1:7.000. Selama ini, asteroid berbentuk bongkahan batu tersebut memang masuk daftar 10 benda angkasa paling berbahaya.

Sayang, dampak hantaman asteroid terhadap Bumi belum diungkapkan secara detail oleh ESA. Yang jelas, asteroid 2006 QV89 berukuran raksasa, dua kali lebih besar ketimbang asteroid yang mengakibatkan kaca jendela di Rusia pecah pada 2013 silam.

{Baca juga: JAXA Berhasil Daratkan Dua Rover di Asteroid}

Berdasarkan pengalaman, kemungkinan asteroid ini untuk menabrak Bumi memang cenderung kecil. Namun, ESA maupun NASA tetap melakukan antisipasi guna meminimalisasi potensi terburuk. ESA bahkan melakukan simulasi dampak hantaman asteroid.

ESA menjelaskan bahwa asteroid 2006 QV89 diperkirakan melewati Bumi dengan jarak jutaan mil pada akhir 2019. Kendati begitu, Bumi harus menghadapi ancaman lain berupa potensi benturan dengan asteroid 2009JF1 berukuran sekitar 16 meter.

Dua tahun lalu, NASA melaporkan bahwa ada asteriod raksasa yang mendekati Bumi. NASA melihat asteroid tersebut melintas di Bumi pada 1 September 2017. Asteroid itu bernama Florence, melintas sekitar 72 juta kilometer dari Bumi meski minim terjadi benturan.

{Baca juga: Wah, Sebuah Asteroid Raksasa Dekati Bumi, Amankah?}

Florence adalah asteroid terbesar yang melintas di dekat Bumi. Asteroid itu berukuran sebesar restoran. Florence melintas di seperdelapan jarak dari Bumi ke Bulan. Namun, kemudian tak ada kabar, apakah Florence akhirnya benar-benar mendekati Bumi. [SN/HBS]

Sumber: Live Science

Ada Fitur Speedometer di Google Maps, Apa Fungsinya?

Telko.id, Jakarta – Google sedang mengembangkan fitur baru di aplikasi Google Maps. Aplikasi navigasi tersebut akan memiliki fitur indikator kecepatan berkendara atau Speedometer demi keselamatan pengguna saat berkendara.

Dilansir Telko.id dari The Verge pada Senin (10/06/2019) fitur tersebut memungkinkan Anda untuk mengawasi apakah kecepatan berkendara Anda masih aman atau sudah diluar batas normal kecepatan.

Fitur penunjuk kecepatan ini dapat dilihat di bagian kiri bawah layar ketika menggunakan layanan penunjuk arah di Google Maps. Untuk mengaktifkannya Anda bisa membuka aplikasi dan klik ikon tiga garis horizontal yang ada di sisi kiri atas layar.

Lalu, sentuh ke bawah dan pilih menu Settings kemudian klik Navigation Settings. Setelah itu ke menu Driving Options lalu klik toggle untuk Speedometer dan fitur akan aktif. Sayangnya Speedometer Google Maps masih tahap uji coba dan belum tersedia secara global.

{Baca juga: Fitur Waze di Google Maps Hadir di 40 Negara, Indonesia Kebagian Gak?}

Tetapi fitur tersebut muncul di Argentina, Australia, Belgia, Brasil, Kanada, Republik Ceko, Finlandia, Jerman, India, Belanda, Polandia, Portugal, Swedia, Taiwan, Inggris, dan Amerika Serikat.

Perlu diketahui jika fitur ini hanyalah satu dari sekian banyak fitur ciptaan Waze yang masuk ke Google Maps. Selepas membeli Waze di tahun 2013, Google terus mengadopsi fitur-fitur Waze untuk dimasukan ke Google Maps.

Bahkan di Waze ada juga fitur pendukung speedometer yakni pelaporan insiden, yang memungkinkan Anda untuk memberi tahu pengemudi lain tentang kecelakaan, pos pemeriksaan polisi, dan kamera kecepatan.

{Baca juga: Google Maps Luncurkan Fitur Rekomendasi Makanan Favorit}

Sebelumnya, Google juga meluncurkan fitur berupa rekomendasi makanan favorit di sebuah restoran yang bisa pengguna pilih ketika berkunjung ke sana. Pengguna bisa mendapatkan foto, ulasan dan peringkat restoran di layanan peta buatan Google tersebut.

Selain itu, Anda akan mendapatkan informasi tentang makanan paling favorit di sebuah restoran yang bisa dipesan di restoran tersebut. [NM/HBS]

Sumber: The Verge

Lagi Diboikot, Huawei Mate X Dibanderol Rp 37 Juta, Ada yang Beli?

Telko.id, Jakarta – Huawei masuk daftar hitam Departemen Perdagangan Amerika Serikat. Masa depan Huawei Mate X pun menjadi semakin tidak jelas. Meski begitu, ponsel layar lipat ini kabarnya akan dipatok pada harga yang mahal, yakni Rp 37 juta. Pertanyaannya, apakah ada yang mau beli?

Bulan lalu, Google menghapus Huawei Mate X dan Huawei P30 Pro dari situs resmi Android.com. Huawei mengklaim telah menimbun chip dan komponen selama satu tahun sebagai antisipasi.

Dengan cara itu, Huawei ingin meyakinkan konsumen bahwa ponsel lipat tersebut kemungkinan bisa rilis pada musim panas tahun ini. Ponsel ini kabarnya akan menjadi yang pertama memakai sistem operasi buatan sendiri, yang bernama HongMeng OS atau Ark OS, bukan Android.

{Baca juga: Spek Huawei Mate 30 Bocor, Tak Lagi Pakai Android?}

Seperti dikutip Telko.id dari Phone Arena, Minggu (9/6/2019), keberadaan sistem operasi Oak atau Ark OS buatan Huawei dinilai masih sulit bersaing dengan Android, karena kurang populer, khususnya di negara-negara di luar China.

Mate X, memiliki layar menghadap ke depan 6,6 inci dengan resolusi 1.148 x 2.480 piksel. Pada saat yang sama, tampilan belakang berukuran 6,4 inci dengan resolusi serupa.

Saat perangkat dibuka, kedua layar menjadi tablet 8 inci yang hampir berbentuk bujur sangkar dengan resolusi 2.200 x 2.480. Lalu, bagaimana nantinya bisa mendapatkan Huawei Mate X?

Kemungkinan, satu-satunya cara untuk mendapatkan Huawei Mate X di Amerika Serikat adalah dengan membeli secara impor. Namun, apakah sistem operasi itu bisa berjalan secara maksimal?

{Baca juga: Sistem Operasi Huawei, HongMeng OS akan Meluncur Tahun Ini}

Pihak Huawei belum bisa menjawabnya. Yang jelas, usulan penetapan harga untuk ponsel tersebut adalah USD 2.600 atau lebih kurang Rp 37 juta per unit. Lakukah Huawei Mate X semahal itu? [SN/HBS]

Sumber: PhoneArena

Libur Lebaran, Trafik Data XL Axiata Melonjak 57%

0

Telko.id, Jakarta – Operator seluler XL Axiata (XL Axiata) berhasil melalui masa krusial periode libur Lebaran 2019 dengan performa yang baik. Bahkan trafik Internet melonjak sekitar 57% dibandingkan Lebaran tahun lalu.

Sedangkan jika dibandingkan dengan hari biasa juga terjadi peningkatan layanan data hingga 24% ketika lebaran 2019 kemarin. Selain ada trafik layanan SMS juga meningkat sebesar 3% dan layanan voice cenderung mengalami penurunan.

Direktur Teknologi XL Axiata, Yessie D. Yosetya mengatakan hal yang paling krusial selama libur lebaran adalah menyediakan layanan berkualitas yang merupakan kombinasi antara jaringan dengan performa tinggi dan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

“Jika kami bisa memastikan semua berjalan baik, maka pelanggan akan nyaman dan trafik dengan sendirinya juga meningkat” kata Yessie.

{Baca juga: Pendapatan XL Axiata di Q1 2019 Naik 9%}

Berdasarkan pusat monitoring jaringan XL, kenaikan trafik tertinggi berada di wilayah-wilayah yang menjadi tujuan mudik. Jepara menjadi kota dengan trafik tertinggi dengan naik 137% dibanding hari biasa, disusul oleh Kuningan dengan 102% dan Kabupaten Pemalang yaitu 83%.

Di Kalimantan trafik tertinggi dimiliki oleh Kabupaten Kutai Kartanegara dengan kenaikan 79% kemudian Kota Tanah Laut yang naik 51% dan Balikpapan 40%. Sementara di Sulawesi, trafik data di Kabupaten Pinrang mengalami kenaikan tertinggi dengan 81% dan Kota Manado naik 16%.

Berdasarkan keterangan resmi yang diterima Tim Telko.id pada Senin (10/06/2019) lonjakan trafik data juga berpengaruh pada penggunaan aplikasi layanan di smartphone.  Trafik layanan pesan berbasis data seperti WhatsApp, LINE dan sebagainya rata-rata mengalami peningkatan 48%.

{Baca juga: Siapkan Capex Rp 7,5 Triliun, Ini Target XL Axiata}

Kemudian trafik di layanan jejaring sosial seperti Facebook, Twitter dan Instagram  juga meningkat 22% dan trafik data di aplikasi games juga menanjak sebesar 15% dibandingkan hari biasa.  Ada juga peningkatan trafik di Waze sebesar 93%, Spotify 8% dan Netflix 77%. [NM/HBS]

Asyik! Ada Mode Street Football dan Futsal di FIFA 20  

Telko.id, Jakarta – Di tengah berlangsungnya ajang internasional E3 2019 di Amerika Serikat, Electronic Arts (EA) mengumumkan bahwa game FIFA 20 bakal rilis pada 27 September 2019. Dalam presentasinya, EA mengungkap bahwa ada mode ‘Street Footbal dan Futsal di FIFA 20

Seperti dilansir GameSpot, ada mode anyar di FIFA 20 yang akan memanjakan para gamer itu diberi nama mode Volta, yang memberi sentuhan baru di lapangan hijau untuk sepak bola konvensional.

Mode Volta membawa pemain ke lapangan berukuran lebih kecil dan punya aturan main berbeda. Orang mengenalnya dengan street football dan futsal. Mode Volta pada FIFA 20 menghadirkan kustomisasi yang lebih luas.

{Baca juga: FIFA dan EA Gelar ‘Piala Dunia Online’}

Nantinya, EA mengajak pemain menciptakan karakter sendiri, lengkap dengan pakaian dan sepatunya. EA menyatakan, pemain bisa bertanding dalam beberapa pilihan, seperti 3 lawan 3 tanpa penjaga gawang.

Pemain juga bisa bertanding empat lawan empat dan lima lawan lima. Permainan bisa menggunakan lapangan dengan tembok seperti street football atau tanpa tembok layaknya pertandingan futsal profesional.

Ukuran lapangan pun hadir dengan lebih banyak pilihan sesuai mode permainan. FIFA 20 diklaim menjanjikan beberapa arena permainan yang tidak membosankan, seperti lapangan warga di London atau di atap gedung di Tokyo.

{Baca juga: Ini Game PS4 Terlaris di 2017, FIFA dan PES Bersaing!}

Mode Volta juga akan menawarkan cerita dalam mode Story dan mengajak seluruh pemain untuk adu kemampuan dalam ajang Volta League. FIFA 20 bakal tersedia untuk PC, Xbox One, dan PlayStation 4. [BA/HBS]

Sumber: Gamespot

Italia akan Bangun Inkubator Startup di Indonesia

Telko.id, Jakarta – Pemerintah Italia akan mengembangkan inkubator startup Indonesia. Hal ini dikatakan oleh Menkominfo Rudiantara usai melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Pembangunan Ekonomi, Buruh dan Kebijakan Sosial Italia, Luigi Di Maio dalam pertemuan negara G20 di Jepang Minggu (09/06/2019) kemarin.

“Italia baru saja merilis Startup Exchanged Program, dimana startup mereka ditempatkan di inkubator-inkubator negara-negara G20, selanjutnya mereka mau kembangkan dengan Indonesia juga,” ucap Menkominfo.

Dilansir Telko.id dari laman resmi Kominfo pada Senin (10/06/2019), Italia juga akan meluncurkan Program Promosi Teknologi di Indonesia. Tujuannya untuk memperkenalkan teknologi buatan Italia di Tanah Air.

“Italia juga akan me-launch program Promoting Italy in Technology di Indonesia, dan meminta bantuan untuk dalam mencari lokasi yang crowded dan banyak orang lalu lalang,” ungkapnya.

{Baca juga: Rudiantara Rayu Singapura Investasi di Indonesia}

Dalam pertemuan itu Rudiantara juga mengundang Italia sebagai penasehat dalam inisiatif Inclusive Digital Economy Accelerator Hub (IDEA Hub). Inisiatif tersebut berupa pembentukan platform repository digital yang berisi informasi tentang model bisnis ekonomi digital.

“Indonesia mengundang Italia untu menjadi Board of Advisor G20 IDEA Hub Organizing Body,” jelasnya.

Pertemuan bilateral itu berlangsung di sela Forum Menteri Perdagangan dan Menteri Digital Negara G20. Dalam pertemuan itu, Menteri Kominfo didampingi oleh Staf Khusus Menteri Bidang Ekonomi Digital, Lis Sutjiati dan Direktur Pos Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Ikhsan Baidirus. 

{Baca juga: Indonesia Dorong Pertukaran Data Antar Negara G20}

Forum ini sendiri berlangsung sejak tanggal 8-9 Juni 2019 di Tsukuba, Perfektur Ibaraki, Jepang. Pertemuan menteri lintas negara tersebut mendiskusikan cara mengamankan keselamatan dan privasi dalam menghadapi penyebaran data elektronik dan kecerdasan buatan yang cepat di seluruh dunia. [NM/HBS]