spot_img
Latest Phone

Bocoran Samsung Galaxy Watch8: Desain Baru, Tapi Kecepatan Isi Daya Masih Sama?

Telko.id - Bocoran resmi dari sertifikasi 3C di China...

Garmin Instinct 3 Tactical Edition: Smartwatch Tangguh untuk Misi Ekstrem

Telko.id - Garmin baru saja menghadirkan Instinct 3 –...

ASUS Vivobook S14: Laptop AI 45+ TOPS untuk Produktivitas Tanpa Batas

Telko.id - ASUS Vivobook S14 (S3407QA), laptop terbaru yang...

Garmin vívoactive 6, Tak Sekadar Pintar, Dukung Gaya Hidup Aktif dan Tampil Lebih Gaya

Telko.id - Garmin Indonesia memperkenalkan vívoactive 6, smartwatch wellness...

Lebih Bugar Setelah Lebaran dengan Smartwatch Garmin

Telko.id - Pernahkah Anda merasa tubuh terasa berat dan...
Beranda blog Halaman 1504

Ingin Jadi Raja Digital, Indosat Belum Mau Kembangkan Konten Digital

0

Telko.id – Salah satu operator seluler terbesar di Indonesia yakni Indosat Ooredoo kembali menegaskan niat mereka untuk merajai industri digital Telco di Indonesia.

Hal tersebut tergambar pada statemen CMO mereka pada peluncuran paket internet freedom mereka pada Rabu (13/1).

Chief marketing officer Indosat Ooredoo, Andreas Gregori, menyebutkan, “Kami akan menjadi juara di Indonesia untuk segi digital Telco, sebagai informasi, pada Desember tahun lalu, ada sekitar 27 kota telah dialiri oleh jaringan 4G kami dan akan menjangkau 14 kota lagi di tahun ini dengan total mengcover lebih dari 40 juta pelanggan Indonesia dan bertambah 5 juta di setiap tahunnya,” tukas Andreas.

Namun, ketika disinggung mengenai konten digital mereka, pihak Indosat Ooredoo mengaku belum akan mengembangkan bisnis tersebut di tahun ini. Sungguh unik memang, ketika para pesaing mereka sudah mulai menggalakan konten digital di tahun ini.

Adalah Syarif Mahfoedz selaku Division Head Data Services – Product Indosat Ooredoo yang berkata demikian. Ia menyebut, di tahun ini mereka lebih cenderung berkonsentrasi pada ekosistem internet mereka.

“Saat ini kami lebih terfokus pada basic service kami dengan memperbanyak coverage dan menambah kapasitas internet sebesar 5 juta user setiap tahunnya, menggelar 4G di 14 kota lagi, edukasi 4G, serta tarif dan penggunaan data,” ucapnya.

Jika dilihat dari total pendapatan mereka di tahun kemarin, memang sumbangan terbesar mereka berasal dari penggunaan data serta voice untuk 2G. Namun, jika berkaca pada statemen CEO mereka Alexander Rusli beberapa waktu lalu, memang Indosat Ooredoo berniat untuk menjadi Raja Digital di Indonesia.

Berbicara mengenai kehadiran Netflix, Syarif mengungkapkan Indosat akan bekrjasama dan mematuhi peraturan pemerintah. Namun, Ia menyebut bahwasanya semakin banyak penggunaan data mereka tentunya akan semakin baik.

Mengenai kerjasama dengan pihak Netflix, Ia mengaku pihaknya belum melakukan kerjasama apapun dengan raksasa Streaming asal Negeri Paman Sam itu, namun Ia tetap menekankan akan selalu mendukung Pemerintah, dalam hal ini Kementrian Kominfo sebagai pihak regulasi.

Dekati Tanggal ‘Kadaluarsa’, Lithuania Mulai Gelar Penjualan Spektrum

0

Telko.id – Lithuania telah memulai proses pengalokasian spektrum di band 900 MHz dan 1800 MHz yang saat ini berada di tangan tiga operator mobile utama, yakni Bite, Omnitel milik TeliaSonera dan Tele2. Ketiganya memegang lisensi frekuensi 900 MHz dan 1800 yang akan berakhir pada akhir Oktober tahun depan.

Dengan demikian, regulator komunikasi negara yang bersangkutan, atau lebih dikenal sebagai RRT, telah resmi meluncurkan kompetisi untuk lisensi spektrum itu selama 15 tahun, dari 1 November 2017 hingga 31 Oktober 2032.

Baik Bite, Omnitel maupun Tele2 telah mengindikasikan bahwa mereka akan mengambil bagian dalam kontes ini dan telah mengumpulkan dokumen yang diperlukan.

RRT, seperti dilaporkan Totaltele, Rabu (13/1), mengatakan telah membagi spektrum yang tersedia dalam tiga lot, masing-masing dengan harga mulai dari €10 juta atau sekitar Rp 150 miliar.

Kenaikan harga tawaran minimum adalah €100.000 dan peserta akan dapat menawar sampai ambang €80 juta. Berdasarkan pernyataan regulator, sulit untuk memastikan apakah penawaran untuk setiap blok akan diizinkan di atas €80 juta.

FCC Ingin Membagi Spektrum WiFi dengan Mobil Pintar

0

Telko.id – Pembahasan mengenai network sharing tampaknya telah menjadi rahasia umum dewasa ini. Entah itu yang ditujukan untuk LTE ataupun yang lainnya. Di Amerika Serikat, misalnya, di sebuah acara bertajuk “The Road to Gigabit Wi-Fi,” komisaris FCC berbicara tentang perlunya untuk membagi spektrum 5.9GHz WiFi dengan mobil pintar untuk memungkinkan ekspansi masa depan.

Pada tahun 1999, FCC mengalokasikan 75 MHz dari spektrum 5.9GHz untuk sistem yang disebut DSRC (Dedicated Short-range Communication), yang akan digunakan oleh ‘solusi transportasi cerdas’ di masa depan.

17 tahun kemudian, sementara beberapa sistem DSRC telah dilaksanakan di negara-negara seperti Singapura, standar ini tampak hanya sedikit diadopsi. Sementara itu, spektrum Wi-Fi pada 2.4GHz dan 5GHz telah mulai padat, dan regulator mulai melihat ke ruang berikutnya – yang saat ini disediakan untuk mobil.

Dalam pidatonya, anggota dewan komisaris FCC, Jessica Rosenworcel dan Michael O’Rielly, fokus untuk secara efektif membagi kecilnya spektrum yang digunakan dengan industri mobil di masa depan, sehingga kecepatan dan kemampuan Wi-Fi dapat dengan mudah ditingkatkan.

“Kita perlu Gigabit Wi-Fi dan lebih banyak perangkat telah disertifikasi untuk menggunakan band 2,4 GHz dari band lainnya yang ada,” ungkap Rosenworced.

Rosenworcel juga mengatakan bahwa ketika DSRC masih baru, mobil tanpa pengemudi adalah barang dari fiksi ilmiah. Tapi kendaraan otonom dan semi-otonom kini tidak hanya dipamerkan di Consumer Electronics Show – mereka sedang diuji di jalan raya.

Melanjutkan, ia berpendapat bahwa “[…] berbagai teknologi baru yang datang ke pasar yang mendukung fitur seperti rem otomatis dan peringatan perubahan jalur yang menggunakan radar dan teknologi spektrum lainnya tidak tergantung pada DSRC.”

Akibatnya, FCC dan industri otomotif telah mencapai kesepakatan untuk menguji berbagi spektrum DSRC, sehingga sistem keamanan mobil dan WiFi rumah Anda bisa berbagi ruang yang sama di masa depan.

Menurut Rosenworcel, band 5.9GHz adalah “tempat yang ideal” untuk mengeksplorasi ekspansi WiFi, yang akan membantu memberikan kecepatan jaringan di atas 1 gigabit per detik.

Perusahaan otomotif prihatin bahwa berbagi spektrum dengan Wi-Fi bisa menyebabkan gangguan, itu sebabnya pengujian dijadwalkan akan dimulai pada tahun-tahun mendatang.

DSCR sendiri, seperti ditambahka O’Rielly, selain kurang dimanfaatkan juga tidak cukup mengesankan, sehingga masuk akal jika kita belum akan melihat penyebaran pertamanya di luar area pengujian sampai 2017, ketika Cadillac membekali CTC-nya dengan DSRC. Sedangkan industri lainnya tidak diharapkan untuk mengikuti “setidaknya dua tahun lagi.”

Jika FCC berhasil memisahkan dan membagi spektrum 5.9GHz, ini adalah proposisi yang menjanjikan untuk WiFi rumah – sekarang Anda akan bisa mendapatkan kecepatan yang hanya mampu dikirimkan melalui kabel jaringan. Demikian diwartakan The Next Web, Rabu (13/1).

Permudah Konsumen, Indosat Hadirkan Paket Internet Baru

0

Telko.id – Indosat Oredoo menghadirkan inovasi baru untuk lebih mempermudah konsumen mereka memilih paket internet. Saat ini, banyak pelanggan yang merasa tertipu dengan tarif internet di beberapa operator.

Indosat Ooredoo menghadirkan beberapa paket internet yang mereka sebut ‘Freedom’, freedom disini yang dimaksudkan adalah kebebasan waktu untuk mengakses internet di manapun dan kapanpun.

Syarif Mahfoedz, Division Head Data Services – Product Indosat menyebutkan, “Paket freedom combo terdiri dari empat paket yakni M, L, XL, serta XXL dan untuk nelpon dan sms selalu unlimited di dalam paket tersebut,” ucapnya.

Sekedar informasi, saat ini setidaknya ada 3 hal yang menjadi isu ditengah pengguna paket data internet. Seperti, tidak transparan, banyak limitasi seperti kuota, waktu serta zona wilayah, dan kompleksitas dalam pemilihan paket internet.

Paket M terdiri dari kuota internet 1GB plus bonus 1GB dan gratis nelpon dan sms secara unlimited selama sebulan sesama pengguna Indosat.

Sementara paket L sebesar 3GB dengan bonus yang sama dengan kuota tersebut dan mendapatkan gratis unlimited sms dan nelpon dalam sebulan sesama pengguna Indosat.

Untuk paket XL, pengguna akan mendapatkan kuota sebesar 5GB dengan bonus kuota 5GB serta bonus unlimited sms dan nelpon dalam sebulan sesama pengguna Indosat.

Sementara paket terakhir yakni XXL, tersedia kuota sebesar 10 GB dengan bonus kuota 10GB serta bonus unlimited sms dan nelpon dalam sebulan sesama pengguna Indosat.

Kesemua paket tersebut dapat dinikmati selama 24 jam tanpa perlu menunggu waktu siang atau malam serta lokasi dimanapun.

Mengenai harga, paket tersebut bisa didapatkan oleh pengguna dengan harga mulai dari Rp.59.000,- pengguna pun tidak perlu membeli starterpack baru, hanya saja pengguna harus memiliki device 4G karena harus mengganti sim card mereka dengan Usim 4G.

Akhiri Layanan di Luar Jakarta dan Bandung, Esia Tinggal Tunggu Waktu?

0

Telko.id – Kabar buruk datang bagi pengguna Esia di luar Jakarta dan Bandung. Pasalnya, penyedia jasa seluler PT Bakrie Telecom Tbk dikabarkan telah meghentikan layanan seluler berbasis CDMA itu, terhitung sejak Januari ini.

Hal ini terungkap setelah pengamat teknologi, Herry SW mengunggah kabar tersebut di blog miliknya, mengatakan bahwa pengguna Esia di luar Jakarta dan Bandung tak bisa lagi menggunakan nomornya. Beberapa foto berisi pesan singkat yang dikirimkan pihak Esia kepada pelanggannya pun tak lupa diunggah Herry di blog-nya.

“Pelanggan Yth, penghentian layanan kami di area Anda akan dilakukan bertahap mulai 1 Januari 2016,” demikian bunyi pesan singkat tersebut.

Kabar mengenai bakal matinya CDMA ini sebenarnya bukan lagi berita baru. Bahkan, bisa dibilang sudah menjadi rahasia umum. Banyak hal diduga menjadi penyebabnya, mulai dari sudah tak ada laginya penambahan jumlah pelanggan, tak ada lagi penambahan jaringan dan kegiatan pemasaran, hingga tak ada lagi vendor telekomunikasi yang mau memproduksi perangkat CDMA. Tak heran, jika kemudian satu per satu penyedia layanan ini rontok di tengah jalan.

Pada 2014 lalu, sejalan dengan program Pemerintah tentang Penataan Pita Frekuensi dan Pengalihan Izin Penggunaan Frekuensi 800 Mhz, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom) resmi menghentikan layanan Telkom Flexi, dan mengalihkan seluruh pelanggannya ke anak usahanya PT Telekomunikasi Seluler Tbk. (Telkomsel). Bersamaan dengan itu, Telkom menawarkan upgrade layanan Flexi ke produk Kartu As Flexi (Prabayar) dan Kartu Halo Flexi (Pasca Bayar).

Hal yang tak jauh berbeda dialami StarOne, yang resmi mengakhiri layanannya pada Juni 2015 lalu. Saat itu, PT Indosat Tbk (Indosat), atau kini Indosat Ooredoo, resmi menghenttikan layanan berbasis teknologi CDMA-nya ini, dan mengajak seluruh pelanggan StarOne untuk bermigrasi ke Indosat.

Saat itu, perusahaan memberi kompensasi kepada pelanggan dalam berbagai bentuk, mulai dari kartu SIM GSM, Fasilitas Call Forwarding, hingga saldo Indosat Dompetku yang besarnya tergantung rata-rata penggunaan layanan Starone dalam tiga bulan.

Nah, lalu bagaimana dengan nasib Esia sekarang dengan telah dihentikannya layanan di luar Jakarta dan Bandung ini? Akankah anak usaha Bakrie ini benar-benar akan menyusul dua rekannya dan mengakhiri hidupnya tahun ini? Dan bagaimana reaksi pelanggan terkait keputusan ini? Yang pasti, jargon berbunyi, ‘untung pakai esia’, tak akan berlaku lagi di sini.

 

Resmi Gelar Program Penelitian 5G, Ini Langkah yang Ditempuh China

0

Telko.id – ITU boleh saja menetapkan 2025 sebagai tahun dimana 5G akan resmi diluncurkan, namun tidak berarti penelitian terkait teknologi teranyar ini dilakukan nanti-nanti. Pemerintah China misalnya, baru-baru ini Departemen Perindustrian dan Teknologi Informasi (MIIT) negara tersebut telah mengumumkan dimulainya program penelitian 5G resmi dan menargetkan peluncuran komersial operator pada 2020.

“Tujuan dari penelitian dan ujicoba ini adalah untuk mendukung perumusan standar 5G global dan meningkatkan perkembangan industri telekomunikasi,” ungkap Cao Shumin, Kepala tim R&D 5G MIIT seperti dilansir Telecoms, Rabu (13/1).

Rincian lebih lanjut diperoleh oleh situs teknologi China C114, yang mengungkapkan bahwa MIIT berencana untuk memulai pengujian komersial pada tahun 2018 setelah lebih dulu melewati proses verifikasi teknologi tiga tahap. Diharapkan roadmap ini bertepatan dengan apa yang direncanakan ITU, 3GPP, dan lain-lain.

“Tes 5G dibagi menjadi dua langkah: pertama adalah tes teknologi R&D (2015-2018), yang akan diselenggarakan oleh CAICT dan bersama-sama diikuti oleh operator, vendor peralatan dan lembaga penelitian ilmiah; yang kedua adalah tes produk R&D (2018-2020), yang diselenggarakan oleh operator domestik dan diikuti oleh vendor peralatan dan lembaga penelitian ilmiah,” tambah Shumin.

Tidak disebutkan secara eksplisit mengenai kesepakatan yang dibuat China dengan Eropa terkait 5G September lalu, ataupun kesepakatan lain yang tak terhitung jumlahnya, MOU dan perjanjian kolaborasi yang terus diumumkan terkait 5G. Agaknya, MIIT akan mengkoordinasikan pekerjaannya dengan dunia, tapi jelas bahwa China ingin menjadi pemimpin bukan pengikut di generasi berikutnya dari teknologi mobile.

Inilah Alasan LSF Minta Netflix Diblokir

0

Telko.id – Lembaga Sensor Film (LSF) nampaknya tidak setuju dengan kehadiran layanan streaming film asal Amerika Serikat, Netflix. Ada beberapa alasan mengapa layanan streaming yang usianya belum genap satu minggu di Indonesia itu diminta untuk diblokir kehadirannya di Indonesia. Ahmad Yani Basuki, Selaku ketua LSF mengungkapkan telah menyaksikan beberapa film di layanan streaming ini bersama para anggota yang lain, dan mereka mengaku sangat tidak setuju apabila layanan streaming ini tetap hadir di Indonesia.

Ahmad juga mengungkapkan, bahwa di antara film-film Netflix ada yang tidak layak tayang. “Ada yang pernah kami tolak sensornya saat akan tayang di bioskop,” tuturnya saat ditemui wartawan pada Senin (12/1).

Beberapa alasan yang mengharuskan layanan Netflix diblokir diantaranya terjadi unsur kekerasan, judi, dan penyalahgunaan narkotik. Bukan hanya itu, adegan pornografi juga kerap hadir pada beberapa Film yang disuguhkan oleh Netflix. Beberapa hal lain seperti, pertentangan suku, agama serta Ras juga sering ditonjolkan dalam conten streaming tersebut.

Netflix-Home

Sekedar informasi, Jika satu film terlalu banyak menampilkan adegan tersebut, maka LSF tak hanya akan memotong pita film melainkan menolak sensor dan otomatis mencegah penayangannya.

Ahmad juga menyebutkan, bahwa dalam Undang-undang nomor 33 tahun 2009 tentang Perfilman disebutkan bahwa tiap film yang akan dipertontonkan pada khalayak harus mengantongi surat tanda sensor dari LSF. Sementara, perusahaan teknologi asal Amerika Serikat itu sama sekali belum mengajukan permohonan sensor untuk film-film yang ditayangkannya.

“Tanpa memenuhi ketentuan tersebut, kami akan merekomendasikan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk memblokir layanan tersebut,” tuturnya.

Sampai dengan saat ini, Netflix juga belum mengantongi izin dari Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Layanan Streaming Netflix hadir di Indonesia pada tanggal 7 Januari lalu. Perusahaan streaming asal Amerika Serikat ini pun bertekad untuk memperluas pasar mereka dengan merambah ke beberapa negara di Asia Tenggara. Pernyataan tersebut tergambar dari pernyataan Co-Founder mereka Reed Hasting pada ajang CES 2016 beberapa waktu lalu.

Well, kita tunggu saja bagaimana tindakan dari Chief RA sebagai pemimpin di Kementrian Komunikasi dan Informatika dalam menanggapi kasus ini.

Jadi Target Serangan Siber, ARIM Technologies hadirkan Solusi Internet Security

0

Telko.id – Pengguna internet di Indonesia yang semakin meningkat nampaknya menjadi sumber potensial bagi dunia usaha. Namun, hadirnya banyak pelaku usaha yang memanfaatkan perkembangan inernet juga menjadikan ancaman kejahatan siber semakin meningkat dan banyak juga para peretas yang berlomba-lomba untuk mencuri data atau hanya sekedar merusak sistem keamanan dari perusahaan tersebut.

Berkaca dari data yang dirilis oleh Akamai bertajuk State Of The Internet Report,  Indonesia menempati urutan ke  dua di dunia dalam hal serangan siber.

Posisi Pertama ditempati Cina, kemudian bertengger di posisi ketiga ada Amerika Serikat, Turki Dan Rusia yang juga membuntuti satu level dibawahnya. Sekedar informasi, pada kuartal pertama di tahun 2013 lalu Indonesia juga sempat menempati peringkat pertama dengan 21% dari negara yang paling sering terkena serangan siber.

Riset tersebut juga diperkuat oleh data yang dipublikasikan oleh Security Incident Response Team on Internet infrastruktur (SIRTI) yang menyatakan pada tahun 2014, Indonesia mengalami Serangan siber sebanyak 48, 8 juta serangan.

Berkaca dari hal tersebut, ARIM Technologies bersama dengan PT. Jaringan Intech Indonesia menciptakan sebuah solusi yang bernama MSSP.

MSSP yang merupakan kepanjangan dari Managed Security Service Provider merupakan penyedia layanan yang mengelola perangkat keamanan serta sistem yang tersedia seperti deteksi intrusi, virtual private network, enkripsi, spam backling serta beberapa solusi untuk keamanan internet perusahaan.

“Kami ingin memperkenalkan teknologi yang inovatif, yang dapat menyesuaikan diri dengan ancaman siber yang terus berkembang,” ucap Ivan Goh, CEO ARIM Technologies.

Berdasarkan keterangan rilis yang diterima oleh tim Telko.id, kerjasama dengan Jaringan Intech Indonesia juga diharapkan dapat memberikan rasa aman bagi para pelanggan mereka agar para pelanggan dapat tetap berfokus pada bisnis yang di jalani.

Menghitung Jumlah Orang dengan Sinyal WiFi

0

Telko.id – Sebuah penelitian yang dilakukan profesor Yasaimin Mostofi di UC Santa Barbara membuktikan bahwa sinyal nirkabel dapat melakukan lebih dari sekadar menyediakan akses Internet. Mereka telah menunjukkan bahwa sinyal WiFi dapat digunakan untuk menghitung jumlah orang dalam ruangan tertentu, yang mengarah ke beragam aplikasi, mulai dari efisiensi energi hingga pencarian dan keselamatan.

“Pendekatan kami dapat memperkirakan jumlah orang yang berjalan di suatu daerah, hanya berdasarkan pengukuran daya yang diterima dari link WiFi,” kata Mostofi, yang tak lain merupakan seorang profesor teknik listrik dan komputer. Ia menambahkan, pendekatan ini tidak memerlukan seseorang untuk membawa perangkat telekomunikasi dengan konektivitas WiFi untuk menghitungnya.

Untuk mencapai prestasi dalam menghitung orang ini, para peneliti menempatkan dua kartu WiFi di ujung-ujung daerah sasaran, sebuah ruang dengan luas sekitar 70 meter persegi. Dengan hanya menggunakan ukuran daya yang diterima dari hubungan antara dua kartu, pendekatan mereka dapat memperkirakan jumlah orang yang berjalan di daerah itu. Sejauh ini, mereka telah berhasil menguji dengan hingga sembilan orang di kedua pengaturan indoor dan outdoor.

“Ini adalah tentang menghitung orang yang berjalan, yang adalah sangat menantang,” kata Mostofi seperti dilaporkan Phys.org, Selasa (12/1). “Menghitung orang sebanyak ini di sebuah daerah kecil dengan hanya ukuran kekuatan WiFi dari satu link adalah masalah sulit, dan motivasi utama untuk pekerjaan ini.”

Metode menghitung orang ini, seperti ditambahkan para peneliti, bergantung sebagian besar pada perubahan sinyal nirkabel yang diterima. Kehadiran orang melemahkan sinyal dalam berhadapan langsung antara kartu WiFi jika seseorang melintasi garis pandang, dan tubuh manusia juga menyebarkan sinyal yang mengakibatkan fenomena yang disebut multi-path fading – ketika mereka tidak berada dalam jalur yang berhadapan langsung. Dengan mengembangkan kerangka matematika probabilistik berdasarkan dua fenomena kunci ini, para peneliti kemudian mengusulkan cara memperkirakan jumlah orang yang berjalan di ruang itu.

Dengan WiFi di sekitar di banyak pengaturan, temuan para peneliti memiliki potensi untuk beragam aplikasi. Misalnya, kemampuan untuk memperkirakan jumlah orang dalam ruang yang diberikan dapat digunakan di rumah-rumah dan bangunan pintar, sehingga AC dan pemanas dapat disesuaikan dengan tingkat hunian.

“Toko bisa mendapatkan keuntungan dari penghitungan jumlah pembeli untuk perencanaan bisnis yang lebih baik,” catat Mostofi lagi.

Keamanan dan operasi pencarian dan penyelamatan juga bisa mengambil keuntungan dari estimasi hunian. Sebelumnya, bekerja di laboratorium penelitian melibatkan pencitraan stasioner benda/manusia melalui dinding dengan sinyal WiFi, dan Mostofi berencana untuk akhirnya menyatukan dua proyek ini bersama-sama di masa depan.

Meksiko Gelar Tender untuk Jaringan LTE Bersama

0

Telko.id – 29 Januari dipilih Meksiko sebagai hari diluncurkannya tender untuk jaringan LTE bersama. Proyek ini telah menjadi fokus utama Kementerian Komunikasi dan Transportasi serta regulator telekomunikasi setempat – Federal Telecommunication Institute (IFT) – setelah Meksiko menyelesaikan peralihan digital pada 31 Desember lalu.

Meksiko berencana untuk menggelar jaringan seluler bersama secara keseluruhan dengan menggunakan 90 MHz spektrum 700 MHz, yang dibebaskan oleh peralihan digital tersebut.

Selain meningkatkan cakupan dan kapasitas, diharapkan jaringan yang baru juga akan meningkatkan persaingan dengan membantu pemain yang lebih kecil dan MVNOs untuk mengimbangi pemain besar yang dipimpin oleh America Movil.

Awalnya, proyek ini akan menelan biaya USD 10 miliar, namun pemerintah mengurangi jumlahnya menjadi USD 7 miliar pada Mei 2015 lalu setelah menyimpulkan bahwa jaringan dapat diselesaikan dengan menggunakan lebih sedikit menara dari perkiraan semula.

Secara keseluruhan, seperti dilaporkan Total Telecom, Selasa (12/1), ada setidaknya 37 perusahaan telah menyatakan minatnya dalam proyek ini, termasuk China Telecom, Cisco, Ericsson, Huawei, dan Nokia.

Skenario jaringan bersama (sharing network) sendiri, seperti diketahui, memungkinkan operator tanpa lisensi UMTS/LTE untuk berbagi jaringan dan menyediakan pelanggan dengan layanan 3G/4G. Sebagai contoh, operator 2G dapat menyediakan pelanggan dengan layanan 3G/4G menggunakan spektrum yang dialokasikan operator lain.