spot_img
Latest Phone

Bocoran Samsung Galaxy Watch8: Desain Baru, Tapi Kecepatan Isi Daya Masih Sama?

Telko.id - Bocoran resmi dari sertifikasi 3C di China...

Garmin Instinct 3 Tactical Edition: Smartwatch Tangguh untuk Misi Ekstrem

Telko.id - Garmin baru saja menghadirkan Instinct 3 –...

ASUS Vivobook S14: Laptop AI 45+ TOPS untuk Produktivitas Tanpa Batas

Telko.id - ASUS Vivobook S14 (S3407QA), laptop terbaru yang...

Garmin vívoactive 6, Tak Sekadar Pintar, Dukung Gaya Hidup Aktif dan Tampil Lebih Gaya

Telko.id - Garmin Indonesia memperkenalkan vívoactive 6, smartwatch wellness...

Lebih Bugar Setelah Lebaran dengan Smartwatch Garmin

Telko.id - Pernahkah Anda merasa tubuh terasa berat dan...
Beranda blog Halaman 1503

Telkomsel Ragu Network Sharing Berikan Manfaat Bagi Pelanggan

0

Telko.id – Belum juga diterapkan, namun konsep network sharing sepertinya telah lebih dulu dipertanyakan oleh operator. Salah satunya adalah Telkomsel. Raksasa operator Indonesia ini secara tidak langsung mengurai ketidaksepahamannya dengan kebijakan network sharing yang sedang digodok Pemerintah.

Dalam diskusi Percepatan Pita Lebar Indonesia yang Efisien Melalui Kebijakan network sharing, Vice President 4G Telkomsel, Ivan Permana, mengungkapkan bahwasanya pertimbangan ini kurang memberikan manfaat bagi para pelanggan.

“Semakin banyak sharing, kontrolnya akan semakin berkurang. Contohnya, jika ada satu komponen yang rusak, maka coverage sinyal suatu wilayah akan menghilang begitu saja serta SLI ke pelanggan akan semakin sulit di kontrol,” ucapnya.

Ia juga mengungkapkan, terdapat banyak kendala apabila menerapkan network sharing untuk industri telekomunikasi Indonesia.

Bukan hanya itu, keamanan jaringan juga harus dibagi, belum lagi dengan kompleksitas operasional. Namun, Ivan tidak menampik adanya keuntungan dari network sharing, yaitu peningkatan efisiensi dari segi biaya.

Sementara itu, Ivan juga menghimbau para operator agar tidak menurunkan nilai investasi mereka. Pasalnya, dana dari hasil efisiensi ini bisa dialihkan untuk mempercepat proyek pita lebar di Indonesia.

Sekedar informasi, saat ini saja beban pelanggan per BTS di Telkomsel sebanyak 1665 user. Sementara untuk operator di negara-negara maju seperti NTT docomo di Jepang saja hanya melayani 724 user dan sebanyak 573 pelanggan per BTS untuk SK Telecom di Korea Selatan.

“Kalau mempercepat broadband, perlu percepatan pembangunan BTS demi menyamai pelayanan di negara maju,” tambahnya.

Dari sisi regulator, Ivan mengharapkan adanya aturan yang bisa memastikan para pelaku industri terkait, termasuk operator dan vendor infrastruktur. Selain itu, ia juga menginginkan adanya penambahan pembangunan BTS dari operator lain jika kebijakannetwork sharing ini memang benar-benar diterapkan, yang tentunya bertujuan untuk percepatan pita lebar di Indonesia. [ak/if]

Giliran Medan Yang Jadi Sasaran Telkomsel untuk Push Pelanggan 4G

0

Telko.id –  Agar 4G berhasil di Indonesia, memang dibutuhkan terbangunnya ekosistem. Sehingga, investasi yang ditanamkan oleh operator untuk menggelar jaringan berbasis 4G pun tidak percuma. Hanya saja, saat ini masih perlu dilakukan edukasi lebih gencar dan handset yang sesuai agar masyarakat Indonesia mau menggunakan layanan ini. Itu sebabnya, Telkomsel rajin menggelar program di daerah untuk melakukan edukasi ini. Program ini disebut dengan DIGILIFE Festival.

Kali ini, masyarakat Medan yang menjadi ‘sasaran’ Telkomsel. Ajang kreasi digital ini dilakukan untuk memperkenalkan layanan digital lifestyle terkini dan dilakukan sejak Kamis (14/1) hingga Minggu (17/1) di Plaza Medan Fair. Pada event tersebut, dihadirkan berbagai inovasi teknologi terbaru dan keseruan dunia digital Telkomsel.

General Manager Sales Regional Sumbagut Telkomsel, Nurcahyo Priyadi, mengatakan “DIGILIFE Festival kami gelar di Medan, untuk memperkenalkan layanan digital terbaru Telkomsel kepada masyarakat kota Medan. Kami melihat Medan sebagai salah satu kota yang yang aktif menggunakan layanan digital, dan dapat terlihat dari banyaknya gamers dan developers.”

Nurcahyo juga menambahkan bahwa dengan telah beroperasinya layanan Telkomsel 4G LTE di Medan yang menawarkan kecepatan dan kestabilan mobile broadband yang lebih baik, maka hal ini akan membuat pengalaman pelanggan dalam menikmati berbagai layanan digital lifestyle menjadi lebih maksimal. Ke depannya diharapkan tercipta ekonomi digital yang terintegrasi, dimana masyarakat digital Medan mampu benar-benar memanfaatkan layanan digital dari Telkomsel.

Saat ini secara nasional, layanan digital Telkomsel tumbuh sebesar 39% pada kuartal III 2015 jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini juga diiringi dengan peningkatan penggunaan layanan data yang naik dengan sangat signifikan yaitu lebih dari 119% dibandingkan tahun 2014.

Adapun pelanggan yang mengunjungi DIGILIFE Festival dapat mencoba sederetan layanan digital Telkomsel, seperti TCASH, LangitMusik, Moovigo, eKado, hingga layanan M2M (Machine to Machine) Telkomsel T-Drive.

Bagi pengunjung yang merasa kreatif dan punya bakat di bidang entertainment, ada berbagai games dan kompetisi menarik, seperti di booth My NSP, dimana pengunjung bisa menciptakan nada sambung pribadi versi sendiri dan bahkan dijual secara komersial. Ada juga Stand Up Comedy & Beat Box competition untuk menunjukkan bakat sekaligus menghibur banyak orang.

Penggemar fotografi atau yang punya cita-cita menjadi reporter, dapat mengikuti Digifest Journal dan Digifest Moment Hunter yang berhadiah smartphone dan kamera. Di Digifest Journal, peserta bisa meliput keseruan yang ada di event Digifest melalui livetweet.

Sedangkan di Digifest Moment Hunter, peserta ditantang untuk memotret momen seru di sepanjang acara.

Di acara ini para gamers bisa membuktikan skill dan strateginya di berbagai kompetisi games yang sedang hits saat ini, seperti Duel Otak, Line Getrich, dan Dota 2 & Point Blank dengan banyak hadiah seru.

Bagi para penggemar otomotif, dapat mencoba teknologi terbaru T-Bike dan T-Drive yang akan memudahkan pelanggan untuk melacak dan mendeteksi kondisi mesin kendaraan. Pengunjung acara juga dapat menjelajahi dunia virtual di booth Oculus dan Mindwave.  Ada juga booth Ekado dan T-Loker yang sangat bermanfaat dimana penggunanya bisa mendapatkan berbagai kupon belanja serta informasi lowongan pekerjaan terbaru.

Selain itu bagi pelanggan yang mengaktifkan layanan digital dengan menghubungi *500*81# dengan melakukan pembelian layanan digital seperti Nada Sambung Pribadi (NSP), voucher games dan LangitMusik MP3 berkesempatan memenangkan hadiah. Untuk setiap pembelian yang dilakukan pelanggan akan mendapatkan kupon yang akan diundi untuk dapat memenangkan hadiah 1 unit Samsung Galaxy S6 Edge, 1 unit Kamera Fuji Film XM1, 4 unit Samsung Galaxy A5, 3 unit Xiaomi Mi4 dan hadiah utama 1 unit Datsun Go. Program UMB Digifest ditujukan bagi pelanggan area Sumatera dan berlangsung hingga 11 April 2016.

Telkomsel DIGILIFE Festival kali ini juga didukung dan melibatkan berbagai komunitas digital dan kreatif di Medan, seperti diantaranya komunitas gamers, photography, video, pendidikan dan automotif. Acara ini juga menghadirkan talkshow dengan judul ‘Peluang Bisnis di Dunia Digital’ dengan pembicara General Manager Digital Lifestyle Marketing Telkomsel Aris Sudewo. (Icha)

Telkomsel Keberatan Infrastruktur Sharing. Kenapa?

0

 

Telko.id – Dari semua operator yang ada di Indonesia, Telkomsel adalah operator yang sangat agresif menggelar jaringan. Maklum saja, dana yang dimiliki banyak dan dengan mudah untuk membangun. Berbeda dengan operator lainnya. Tak heran, Telkomsel merasa keberatan jika infrastruktur sharing ini diberlakukan. Apakah hanya itu? Apa pertimbangan lain sehingga operator nomor satu ini ‘keberatan’.

Menurut Ivan C Purnama, VP Technology & System Telkomsel dalam Focus Group Discussion yang Digelar Kamis, 14 Januari 2016. Dari 10 Negara pengguna selular terbesar, hanya 2 negara yang melakukanActive Network Sharing yakni Brasil dan Rusia. Jika dilihat dari market share di kedua Negara tersebut, tidak ada operator yang dominan. Dan Active Network Sharing tersebut dilakukan antar operator dengan market share yang setara.

Telkomsel juga melihat bahwa tidak ada Negara yang memberlakukan Active Network Sharing di Negara-negara yang memiliki operator yang dominan. “Jadi, tidak ada benchmark yang memadai untuk Indonesia melakukan langkah ini,” ujar Ivan lebih lanjut.

Bahkan, Telkomsel melihat bahwa Active Network Sharing ini tidak memberikan manfaat lebih kepada pelanggan dan Operator. Padahal, untuk mendukung program percepatan pita lebar, efisiensi biaya dari Active Network Sharing harus dialokasi kepada percepatan penggelaran jaringan.

Dalam Rencana Pita Lebar Indonesia (RPI), perlu adanya percepatan pembangunan BTS. Setidaknya dapat menyamai layanan pitalebar seperti di negara-negara maju. Jika dibandingkan dengan Negara lain, di Indonesia atau di Telkomsel satu BTS itu menanggung beban 1665 pelanggan. Sedangkan di Airtel India menanggung beban 1520. Di China Mobile menanggung 984 pelanggan. Di NTT DoCoMo Jepang menanggung sebanyak 724 pelanggan. Dan yang paling longgar adalah di SK Telecom Korea sebanyak 573 pelanggan.

Pada tahun 2019, diharapkan Indonesia untuk Prasarana Perkotaan dapat memenuhi kebutuhan Pitalebar Akses Tetap dapat melayani 71% dengan kecepatan 20 Mbps, di gedung-gedung sudah 100% di cover dengan kecepatan 1 Gbps dan 30% penduduk sudah mampu menikmati layanan pitalebar ini. Untuk Pitalebar akses bergerak sudah mampu melayani 100% dari populasi dengan kecepatan 10 Mbps.

Sedangkan untuk prasarana pedesaan, diharapkan pada tahun 2019 sudah mampu melayani 49% pelanggan rumah tangga dengan kecepatan 10 Mbps dan 6% dari populasi. Untuk Pitalebar akses bergerak, diharapkan sudah dapat dinikmati oleh 52% populasi dengan kecepatan 1 Mbps.

Selanjutnya, Ivan juga menyatakan bahwa Active Network Sharing tidak menjamin kesetaraan dan keseimbangan pembangunan jaringan. Alasannya?

  1. UU RI 36/ 1999 Tentang Telekomunikasi menimbang Point b : bahwa penyelenggaraan telekomunikasi mempunyai arti strategis dalam upaya memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, memperlancar kegiatan pemerintahan, mendukung terciptanya tujuan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, serta meningkatkan hubungan antar bangsa.
  1. Lisensi 3G yang diberikan bersama-sama pada tahun 2006 tidak disertai dengan komitmen pembangunan yang sama untuk semua operator sehingga beberapa operator hanya membangun di daerah-daerah yang menguntungkan saja. Hal ini bertentangan dengan semangat pemerataan pembangunan yang diamanatkan UU. Terlihat adanya kelemahan pada reward dan punishement.

Kebijakan network sharing harus memperhatikan komitmen pembangunan yang merata dan seimbang bukan hanya sekedar efisiensi biaya usaha.

Telkomsel juga melihat bahwa langkah untuk melakukan Active Network Sharing ini hanya berpotensi menghemat devisase besar 0.13-0.27% dari total Impor Indonesia. Sehingga kebijakan Active Network Sharing dengan tujuan menghemat Devisa bertentangan dengan keinginan untuk melakukan percepatan pembangunan pitalebar di Indonesia, di mana saat ini pembangunan BTS Indonesia perlu ditingkatkan.

Sebagai gambaran, untuk total impor komponen network adalah 2,288 juta USD. Sebesar 70% adalah belanja untuk network Telko atau sebesar 1,601.6 juta USD yang digunakan untuk Impor komponen BTS. Sedangkan untuk Network Sharing akan memberikan saving sebesar 30% dari impor komponen BTS atau sebesar 480.5 juta USD.

Namun, jika pun pemerintah tetap mengambil langkah untuk melakukan Active Network Sharing, Telkomsel menyarankan beberapa point agar strategi pemerintah tersebut dapat mencapai Rencana Pitalebar Indonesia atau RPI.

  1. Active Network Sharing tidak ditujukan untuk efisiensi biaya operator dan penghematan devisa, namun harus ditujukan untuk percepatan pembangunan BTS di seluruh pelosok Indonesia dalam bentuk komitmen pembangunan.
  2. Komitmen operator untuk membangun lebih banyak, lebih merata dan seimbang harus seiring dengan efisiensi yang didapatkan.
  3. Penyempurnaan dan pelaksanaan system reward and punishment sehingga operator yang melampaui komitmen mendapatkan insentif lebih.

Menanggapi keberatan dari Telkomsel, pemerintah dalam hal ini disampaikan oleh Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia tetap akan menjalankan langkah infrastruktur sharing ini. “Jika operator besar ikut maka efisiensi yang diharapkan pemerintah demi manfaat yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia akan lebih cepat. Tapi jika pun tidak, tetap akan tercapai tapi pasti waktunya lebih lama”.

Lebih lanjut, Rudiantara yang sering dipanggil dengan Chief RA tersebut juga mengatakan bahwa Infrastruktur sharing ini nanti nya akan diserahkan pada industry dalam pelaksanannya. Jadi tetap akan mengedepankan aspek bisnis atau B to B. (Icha)

UU Baru Bisa Paksa Apple dan Google Sediakan Akses Backdoor

0

Telko.id -BlackBerry sepertinya tidak akan menjadi satu-satunya perusahaan yang dibuat pusing oleh ulah pemerintah (dalam hal ini Pakistan) yang menginginkan akses backdoor ke informasi pelanggan dan perangkatnya. Dua perusahaan teknoloi asal AS, yakni Apple dan Google, yang sejauh ini telah berhasil memerangi pemerintah dalam hal menolak akses backdoor pun tampaknya harus menuai nasib serupa. Sebuah RUU baru yang sedang diusulkan di New York kemungkinan akan memaksa mereka mengubah pendirian.

Penolakan yang dilakukan Apple dan Google ini sendiri juga sebenarnya bukan tanpa sebab. Ini bukan tentang masalah mereka kooperatif atau tidak dengan pemerintah, melainkan lebih kepada bagaimana akses backdoor pemerintah juga berpotensi menjadi cara bagi orang-orang jahat untuk masuk.

Dilaporkan Ubergizmo, Kamis (14/1), RUU ini pada dasarnya, jika diberlakukan, akan membuat semua perusahaan teknologi wajib memberikan akses backdoor ke perangkat kepada lembaga penegak hukum, serta kemampuan untuk mendekripsi informasi yang mereka cari.

Rancangan undang-undang ini berbunyi bahwa “setiap smartphone yang diproduksi pada atau setelah tanggal 1 Januari 2016, dan dijual atau disewakan di New York, harus bisa didekripsi dan dibuka oleh produsen atau penyedia sistem operasi.” Jika perusahaan atau pembuat ponsel tidak menuruti, maka mereka bisa didenda sampai USD2.500 per perangkat yang melanggar.

Hmm… PR besar tentunya bagi perusahaan sekelas Apple, yang menjual ponsel dalam jumlah jutaan.

Sebelumnya, proposal serupa telah banyak dibuat di negara-negara seperti Inggris dan China. Sementara pemerintah Belanda, justru memilih rute sebaliknya, yakni menginginkan enkripsi yang lebih kuat.

Saat ini undang-undang tersebut baru sebatas rancangan dan belum diberlakukan, sehingga selalu ada kemungkinan bahwa hal ini mungkin saja tidak akan pernah terjadi.

Brazil Terus Alami Penurunan Jumlah Pelanggan Ponsel

0

Telko. id – Sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, Brazil tak bisa dipungkiri lagi telah sejak bertahun-tahun lalu menjadi negara dengan potensi pasar yang sangat besar, khususnya di sektor telekomunikasi. Pada akhir tahun 2008 saja, jumlah pengguna ponsel di negara tersebut telah menembus angka 150 juta, meningkat 24,52 persen dibandingkan dengan akhir tahun 2007. Sementara pada akhir Juni 2009, jumlah pengguna mencapai hampir 160 juta. Nah, bagaimana dengan sekarang?

Menurut angka yang diterbitkan oleh Badan telekomunikasi Nasional (Anatel), Brazil mengakhiri November 2015 lalu dengan 269.59 juta pengguna selular aktif dan tingkat penetrasi 131,5 persen. Ini merupakan penurunan 1,53 persen dari bulan Oktober dan 3,87 persen dibanding bulan November 2014.

Dilansir dari Telecompaper, Kamis (14/), ini adalah bulan keenam berturut-turut negara tersebut mengalami penurunan dalam jumlah pengguna ponsel. Alasannya adalah, banyak operator telah memperketat kebijakan kredit mereka dan memutus pengguna tidak aktif atau mereka yang tidak membayar.

Dari total pelanggan, 196.61 juta adalah pelanggan prabayar (72,93%) dan 72.98 juta adalah pasca bayar (27,07%). Vivo (Telefonica Brasil), dalam hal ini tetap bertahan sebagai pemimpin pasar dengan 79.49 juta pelanggan atau 29,49 persen dari total (dibandingkan dengan 29% pada bulan Oktober). Di posisi kedua, TIM Brasil unjuk gigi dengan 69.3 juta dan 25,7 persen pangsa pasar (26,26%). Diikuti oleh Claro (kelompok America Movil) yang memiliki jumlah pelanggan 67.37 juta dan 24,99 persen pangsa (25,2%), Oi dengan jumlah pelanggan 49.2 juta dan 18,25 persen pangsa, serta Nextel yang memiliki 2,5 juta pelanggan dan 0,93 persen pangsa pasar (0,9%).

Dalam hal teknologi akses, 2G/GSM turun dari 77,0 juta pengguna pada bulan Oktober menjadi 76.26 juta pada bulan November; 3G juga turun dari 159.4 juta pengguna pada bulan Oktober menjadi 156.4 juta pada bulan November; sedangkan 4G/LTE tumbuh dari 20.45 juta pengguna pada bulan Oktober menjadi 22.58 juta pada bulan November.

Ericsson ‘Pede’ Hadapi Network Sharing di Indonesia

0

Telko.id – Network sharing kian menjadi pembahasan yang hangat saja di industri telekomunikasi, tak terkecuali di Indonesia. Lalu, apa dampaknya jika sistem ini benar-benar diterapkan di tanah air? Akankah berimbas pada turunnya permintaan terhadap infrastruktur teknologi oleh para operator? Lalu bagaimana nasib penyedia infrastruktur?

Tentu saja, hal ini bukannya tidak mungkin akan mengancam kestabilan dari perusahaan yang bermain di sektor itu. Betapa tidak, pasalnya jika kesepakatan mengenai network sharing benar-benar tercapai, para operator kemungkinan besar tidak akan lagi membutuhkan BTS sendiri-sendiri, karena mereka akan berbagi BTS. Pun demikian terkait spektrum yang dimiliki. Hal ini secara tidak langsung akan mengurangi permintaan untuk infrastruktur kepada vendor.

Ditemui di gedung Kominfo, Kamis (14/1), Thomas Jull, selaku Presiden Direktur Ericsson Indonesia mengungkapkan, diberlakukannya network sharing tentu saja mempunyai efek besar terhadap perusahaannya. Pasalnya, mereka dalam hal ini adalah bertidak sebagai penyedia infrastruktur atau penjual perangkat. Hal ini diakui Jull akan mengurangi jumlah penjualan, namun tidak berarti bisnis akan mati. Menurutnya, ini bukan masalah utama, karena yang terpenting adalah pertumbuhan ekonomi.

“Dengan penetrasi mobile broadband sebanyak 10% di suatu negara, berdampak pada satu 1% pertumbuhan GDP dan peningkatan kecepatan broadband sampai 2 kali lipat, berdampak pada kenaikan 2 sampai 3 kali lipat GDP,” katanya.

“Tentu saja kami akan menjual lebih sedikit alat inrtastruktur, namun akan menyumbang lebih pada peningkatan dan utilisasi ekonomi,” ujar Thomas.

Dengan pengalaman Ericsson pada network sharing di luar negeri, seperti di India, Amerika, dan Inggris, mereka bisa dikatakan telah memiliki modal yang cukup untuk memaksimalkan peluang ini.

Apalagi, penerapan network sharing juga tidak tergantung pada kondisi geografis, yang artinya tidak akan ada banyak kendala selama regulasinya bisa mempertemukan beberapa pihak yang terkait.

Thomas pun menyebut, peningkatan ekonomi nantinya akan memberikan peluang baru bagi operator untuk menambah jumlah infrastruktur mereka. Hal ini tentunya akan menambah jumlah pemasukan dari setiap penyedia infrastruktur.

“Dengan pengalaman kami di luar negeri dan teknologi yang kami miliki, kami siap untuk berkompetisi,” ucap Thomas percaya diri.

Ia juga menambahkan, berbagai infrastruktur sharing sejatinya juga sudah diterapkan di Indonesia, seperti berbagi tower dan sebagainya, hanya saja belum se-aktif network sharing. [ak/if]

Network Sharing, akankah Menghasilkan Efisiensi?

0

Telko.id – Para pemangku kepentingan di industrri Telekomunikasi Indonesia hari ini (14/1) berkumpul di gedung Kementrian Komunikasi dan Informatika guna membahas mengenai ‘Percepatan Pitalebar Indonesia yang Efisien Melalui Kebijakan Network Sharing.’

Sekedar informasi, dari 10 negara yang populasi penduduknya paling banyak di dunia, baru Brazil dan Rusia yang melakukan aktive network sharing.

Dalam sambutannya, Menkominfo Rudiantara mengungkapkan perlu adanya efisiensi untuk industri telekomunikasi di Indonesia dan salah satunya dengan Network Sharing.

“Yang terpenting adalah bagaimana membuat industri ini semakin efisien, ketersediaan pasar dan dan efisien dari segi industri harus bisa jalan bareng,” ucap Rudiantara.

Ia juga menyebutkan, tantangan saat ini adalah bagaimana mengimplementasi broadband di Indonesia, dan bagaimana membuat industri Telekomunikasi ini jadi lebih efisien.

Sejatinya, network sharing pasti akan menurunkan biaya operasi dari para operator, namun hal ini tentunya juga akan berdampak pada penurunan jumlah pemasukan dari setiap vendor infrastruktur serta para subcon di Indonesia.

Menanggapi hal tersebut, Chief RA mengungkapkan, mungkin untuk satu dan dua tahun setelah implementasi ini, para vendor jaringan akan merasakan dampak negatifnya, namun setelah itu mereka dapat mencapai revenue yang cukup tinggi.

“Semua masyarakat yang waras akan mendukung efisiensi karena tujuannya akan mendukung market,” tambahnya.

Ke depannya, Rudiantara tetap mengharapkan adanya konsolidasi dari para operator agar tercipta skala ekonomi dan terciptanya efisiensi.

Mengenai skema implementasi, ada setidaknya dua pilihan untuk melakukan network sharing, yaitu Moran dan Mcon.

Untuk Moran, para operator akan melakukan sharing di sektor RAN (Radio Acces Network) mereka. Sementara untuk Mcon, yang di-sharing adalah spektrum frekuensi yang mereka miliki.

Dari kedua cara tersebut, secara teoritis Mcon akan lebih menguntungkan dan memberikan efisiensi yang lebih besar ketimbang Moran.

Menurut Deni Setiawan, Kasubdit Alokasi Spektrum Kominfo, “Mcon dapat memberikan penghematan dari capex opex yang signifikan dengan 5.2 triliun capex dan 1.4 triliun bagi para operator.”

Deni menambahkan, “Mcon juga seharusnya bisa dimanfaatkan untuk daerah rural dan USO, bukan hanya untuk percepatan infrastruktur 4G.”

Deni berharap, Pemerintah dapat memfasilitasi percepatan pembangunan seperti galian lobang agar dapat membantu operator.

Namun, hadirnya network sharing juga dapat merugikan para pelanggan seluler. Hal tersebut tergambar dari paparan Telkomsel yang menyebutkan akan terjadi kontrol yang semakin kurang, karena semakin banyak layanan yang dishare dan apabila kualitas layanan turun karena semakin banyak disharing, SLI ke pelannggan akan semakin sulit dikontrol.

Mengenai hal ini, Chief RA meguraikan bahwa dirinya tidak akan mau menandatangani nota kesepahaman mengenai network sharing, jika memang dirasa tidak menguntungkan bagi masyarakat.

Kita tunggu saja, apakah solusi ini akan menghasilkan efisiensi, atau justru menurunkan layanan kepada rakyat.

Kerjasama, China Unicom & China Telecom Siap Goyang China Mobile

0

Telko.id – Banyak cara ditempuh operator kecil untuk menandingi kedigdayaan operator penguasa, salah satunya adalah dengan menjalin kerjasama dengan sesama operator kecil. China Unicom dan China Telecom misalnya, keduanya memutuskan untuk membentuk kerjasama strategis yang akan mencakup pembagian peralatan jaringan. Hal ini harusnya membantu mereka dalam bersaing dengan China Mobile, khususnya di sektor 4G yang saat ini tengah berkembang pesat.

Dua operator telah berjanji untuk bekerjasama dalam mempercepat penyebaran infrastruktur bersama dalam upaya untuk meningkatkan cakupan mobile dan kinerja yang lebih cepat. Mereka juga akan bekerjasama untuk mengembalikan satu layanan lain yang sempat dihentikan lantaran bencana alam dan keadaan darurat utama.

Dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir dari Totaltele, Kamis (14/1), China Unicom dan China Telecom mengatakan bahwa mereka juga akan “mempromosikan reformasi struktural di sisi penawaran,” lebih spesifiknya handset dan peralatan jaringan, dalam rangka “menurunkan biaya sementara tetap meningkatkan efisiensi operasional.”

Dengan meningkatkan kualitas di sisi penawaran, kedua perusahaan telekomunikasi ini berharap untuk menyediakan jaringan dan jasa yang lebih baik kepada pelanggannya.

Selain itu, China Unicom dan China Telecom telah sepakat untuk meningkatkan interkoneksi antara jaringan masing-masing untuk meningkatkan pengalaman pelanggan, dan juga akan bekerjasama dengan operator asing dalam rangka meningkatkan kualitas layanan roaming internasional.

china market

Baik China Unicom maupun China Mobile telah berjuang untuk menutup kesenjangan 4G yang besar dengan China Mobile. Pada bulan November, China Mobile mengklaim telah melayani sekitar 287 juta pelanggan 4G dan memiliki lebih dari 825 juta pelanggan mobile.

Bandingkan dengan China Unicom yang memiliki 287 juta pelanggan seluler, dimana 180 juta di antaranya menggunakan layanan 3G atau 4G, dan China Telecom yang memiliki basis pelanggan ponsel sebanyak 197 juta termasuk 141 juta pengguna 3G atau 4G.

Terkait kerjasama kedua operator ini, analis Financial Times mencatat bahwa kesepakatan yang diumumkan hari ini bisa mengakibatkan penghematan belanja modal antara 30% dan 40% untuk mitra baru dan mengurangi pengeluaran operasional mereka hingga 50%.

Pengumuman ini juga menimbulkan spekulasi tentang kemungkinan merger penuh antara China Unicom dan China Telecom berikut pergolakan industri baru-baru ini. Demikian dilaporkan Lightreading.

Sulitnya Menggaet Pelanggan 4G

0

Telko.id – Adanya layanan 4G di Indonesia mungkin tidak seperti yang dibayangkan. Bahwa, masyarakat akan berbondong-bondong mengganti atau menambah kartu baru agar dapat menikmati layanan 4G. Apalagi, bagi masyarakat yang tidak ingin mengganti nomor nya harus datang ke pusat layanan operator yang dipakainya. Rupanya ini menjadi barrier tersendiri. Selain itu, harga smartphone berbasis 4G pun masih sulit dijangkau oleh kalangan menengah yang jumlahnya cukup tinggi.

Tak pelak, operator pun harus membuat program untuk mendorong agar ekosistem layana 4G ini terbentuk. Seperti yang dilakukan oleh operator nomor satu di Indonesia yang menggelar TelkomselFest agar masyarakat dapat merasakan pengalaman berselancar dengan internet cepat melalui layanan 4G LTE.

Program TelkomselFest ini digelar di beberapa kota seperti Jakarta (13-17 Januari 2016), setelah sebelumnya diadakan di Yogyakarta (14-18 Januari 2016), Makassar & Medan (23-27 Desember 2015). Festival digital ini akan disemarakkan dengan berbagai layanan dan produk digital terkini Telkomsel yang akan memberikan pengalaman digital terbaik bagi para pelanggan melalui mobile broadband yang cepat dan stabil dari Telkomsel.

Executive Vice President Area Jabotabek Jabar Telkomsel, Venusiana Papasi, mengatakan, “TelkomselFest akhirnya digelar di kota Jakarta untuk lebih memperkenalkan layanan digital terbaru Telkomsel kepada masyarakat setempat, sehingga pengalaman pelanggan, khususnya yang berada di kota besar seperti Jakarta, dalam menikmati berbagai layanan digital lifestyle di kesehariannya menjadi lebih maksimal.”

“Selain itu, dengan berbagai pilihan aplikasi dan layanan digital berkualitas, serta didukung dengan tersedianya jaringan dan device 4G LTE, maka ekosistem digital di kota ini pun diharapkan semakin matang dan akan membantu mengakselerasi masyarakat digital Indonesia.”, lanjut Venusiana.

Pada festival ini, pelanggan dapat menukarkan simcard mereka dengan uSIM 4G, dan langsung merasakan digital experience dari sejumlah layanan digital Telkomsel seperti LangitMusik, TCASH, dan Moovigo. Pelanggan dapat melakukan registrasi dan cash in TCASH, dimana pelanggan bisa mendapatkan diskon khusus dibanyak merchant lainnya. Tersedia juga penawaran menarik untuk pembelian device dan produk seputar layanan 4G seperti paket kuota internet 8GB hanya Rp. 99 ribu.

Tidak hanya ini, akan ada juga talkshow atau coaching clinic yang akan diisi dengan pembicara dari Blanja.com, Matahari Mall, Zalora, Microsoft, dan lain-lain. Pelanggan dapat menukarkan Poin Telkomsel nya untuk mendapatkan promo lelang smartphone dan banyak benefit lainnya, khususnya redeem poin untuk diskon dari sejumlah e-commerce ternama. Keseruan acara ini juga dimeriahkan oleh penampilan dari Raisa dan Grup Band Mocca.

Saat ini secara nasional, layanan digital Telkomsel tumbuh sebesar 39% pada semester III 2015 jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini juga diiringi dengan peningkatan penggunaan layanan data yang naik dengan sangat signifikan yaitu lebih dari 119% dibandingkan tahun 2014. (Icha)

 

 

Smartfren Gandeng Lenovo untuk Push Penjualan 4G

0

Telko.id – Kerja sendiri memang berat. Hal itulah yang dilakukan oleh Smartfren ketika masih melayani pelanggannya dengan Andromaxnya. Bayangkan saja, beli handset sendiri dengan subsidi lalu jualan juga sendiri. Kini dengan melakukan strategi Open Market Hadset, Smartfren paling tidak ada temannya untuk ‘berjuang’ di pasar menjajakan produk dan layanannya.

“Dengan semakin banyaknya perangkat 4G LTE yang tersedia, diharapkan pula akan semakin mempercepat penetrasi pengguna layanan 4G di Indonesia. Terlebih kini Smartfren telah bekerjasama dengan beberapa vendor smartphone terkemuka di dunia, seperti Lenovo,” kata Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys.

Andromax sendiri masih belum ada rencana untuk dimatikan karena menurut Sukaca Purwokardjono, Head Division Device Planning & Management Smartfren, masih banyak pelanggan yang membutuhkan smartphone yang terjangkau tetapi dengan spesifikasi yang bagus. Segmen itulah yang disasar oleh Andromax.

Sedangkan untuk open market handset, terutama yang merupakan brand global, juga memiliki pengguna yang loyal. Jadi, kalau mau menikmati layanan 4G dapat menggunakan layanan dari 4G LTE dari Smartfren.

Tak heran, yang diajak kerjasama bundling oleh Smartfen juga tidak sembarang merek. Setelah Hisense yang memiliki keterikatan ‘batin’ yang kuat dengan Smartfren karena sudah lama berkejasama, mulai dari awal program Andromax hingga program OMH yang diluncurkan ketika pertama kali Smartfren mulai melayani 4G. Kemudian di susul oleh Samsung dan terakhir adalah dengan Lenovo.

Lenovo ini, kini merek nya cukup dikenal bagi masyarakat terutama yang ingin menikmati layanan 4G. Pasalnya, smartphone Lenovo yang sudah mampu bekerja di jaringan 4G cukup banyak. Kali ini, yang dibuatkan program bundling dengan Smartfren adalah seri A6010. “Seri ini adalah salah satu yang cukup laris dipasar dan sudah merupakan produksi dalam negeri karena bekerjasama dengan PT TDK,” ujar Adrie R. Suhadi, Country Lead for Smartphone, Lenovo Indonesia.

Pelanggan Smartfren yang sudah menggunakan layanan 4G hingga diakhir 2015 lalu sudah mencapai 1 juta. Baik yang menikmati melalui smartfren maupun melalui MiFi. Untuk di tahun 2016, Smartfren akan mengejar penambahan pelanggan hingga diakhir tahun dapat mencapai 5 juta pelanggan yang menggunakan 4G.

Cara lain untuk mencapai target itu adalah melakukan menggali terus potensi untuk kerjasama dengan Global bran, lalu meningkatkan layanan dan Smartfren juga akan improve layanan post paid yang ada. Selain itu juga akan terus digalakkan, program retention bagi para pelanggannya yang masih menggunakan layanan CDMA nya untuk menikmati layanan 4G. Caranya dengan memberikan offering handset 4G yang disesuaikan dengan lama pemakaian dan ARPU (Average Rate Per Usages).

Di sisi lain, ternyata konsumen yang ingin menggunakan layanan 4G enggan untuk harus mengganti kartu ke pusat layanan operator. Ketika Smartfren memberikan pilihan, membeli handset dan langsung dapat digunakan, hal ini menjadi alternative yang menarik bagi konsumen. (Icha)