spot_img
Latest Phone

Facebook Gelar Tiga Hari Festival bertajuk Nyasar ke Dimensi Facebook, Ini Targetnya

Telko.id – Facebook Indonesia siap meramaikan akhir pekan ini...

Garmin Manfaatkan Data Wearable, Pengendalian Diabetes Personal

Telko.id - Memperingati Hari Diabetes Sedunia, Garmin Indonesia menyoroti...

Garmin Instinct Crossover AMOLED Resmi Hadir di Indonesia

Telko.id - Garmin Indonesia secara resmi meluncurkan dan memperkenalkan...

Garmin Run Indonesia 2025 dan Limbah.id berhasil Kumpulkan Hampir 3 Ton Sampah

Telko.id — Garmin Indonesia sukses menggelar ajang lari tahunan...

Instagram Safety Camp: Peran Orang Tua Kunci Keamanan Digital Remaja

Telko.id - Meta menyelenggarakan Instagram Safety Camp di Indonesia...
Beranda blog Halaman 1280

Apple Gelar Hajatan di 25 Maret, Rilis Layanan Streaming Video?

Telko.id, Jakarta – Apple menyebar undangan acara peluncuran produk di Steve Jobs Theatre, Cupertino, Amerika Serikat, pada 25 Maret 2019 mendatang. Kira-kira, produk apa yang bakal diperkenalkan oleh Apple? Rumornya layanan streaming video. Benarkah?

Apple kemungkinan akan meluncurkan layanan konten berita dan video. Hal itu diketahui dari poster undangan yang baru-baru ini tersebar di dunia maya. Poster tersebut berdesain sederhana, menampilkan logo Apple.

Dilansir Business Insider, di poster berlatar belakang warna hitam itu juga terpampang slogan, tempat, tanggal, dan waktu acara. Seperti dikutip Telko.id, Selasa (12/3/2019), Apple mengusung slogan Iit”s show time”.

{Baca juga: Apple Video Debut April, Tanpa HBO dan Netflix}

Slogan tersebut mirip acara Apple pada 2006 silam. Pada 13 tahun lalu, Apple meluncurkan layanan hiburan bernama Apple TV. Karenanya, 25 Maret 2019 nanti, Apple kemungkinan merilis layanan serupa, yakni terkait hiburan.

Banyak pihak memprediksi, layanan itu berupa streaming video mirip Hulu atau Netflix. Meski demikian, belum diketahui seperti apa bentuk layanan atau produk yang bakal diluncurkan oleh Apple pada tanggal tersebut.

Sebelumnya, Apple sepertinya benar-benar total dalam menghadirkan layanan streaming seperti yang digarap oleh Netflix, Amazon, HBO, dan lainnya. Kabar terbaru menyebut, layanan streaming perusahaan asal Cupertino ini akan berbiaya langganan lebih murah dibanding para kompetitor.

Menurut rumor bahwa Apple bakal meluncurkan sekitar 10 acara baru dan konten orisinal pada tahun ini. Kini, Apple memberi konfirmasi bahwa layanan streaming besutannya akan dibanderol terjangkau, seharga USD 9,99 atau tak lebih dari Rp 140 ribu per bulan.

Biaya berlangganan sebesar itu jelas di bawah harga bulanan akses Netflix yang diketahui sebesar USD 11 atau sekitar Rp 150 ribu. Bahkan, Apple akan memberi bonus bagi pelanggan berupa paket video, musik, serta layanan dukungan terpadu AppleCare.

Menurut laporan The Sun, dengan perpaduan harga berlangganan nan murah serta basis instalasi dan penonton potensial sebanyak lebih dari satu miliar orang di iTunes, Apple diperkirakan bisa langsung meraup kesuksesan di bisnis layanan streaming.

{Baca juga: Lebih Murah, Layanan Streaming Video Apple Siap Saingi Netflix dkk}

Ditambah, ada suguhan menarik dan berguna bagi pelanggan mengingat Apple secara resmi telah menandatangani kesepakatan selama beberapa tahun ke depan dengan aktris kondang Oprah Winfrey. Keduanya bekerja sama membuat program baru yang menarik.

Apple tidak memberi bocoran apapun terkait produk atau layanan apa saja yang akan diluncurkan pada 25 Maret 2019 nanti. Tapi, sangat diyakini, Apple juga akan meluncurkan sejumlah perangkat baru pada gelaran itu.

Perangkat yang dimaksud bisa jadi berupa iPad seri terbaru, AirPower Charging Pad, dan iPod Touch generasi teranyar. Fans Apple tentu sudah tak sabar menunggu perhelatan tersebut digelar. Bagaimana dengan Anda? [SN/HBS]

Sumber: Business Insider

BlackBerry Ogah Bikin Smartphone Layar Lipat

0

Telko.id, Jakarta – Huawei dan Samsung meyakini smartphone layar lipat merupakan masa depan ponsel cerdas. Namun, tidak demikian dengan CEO BlackBerry, John Chen, yang mengaku lebih skeptis menyoal daya tarik perangkat ini.

Orang nomor satu di BlackBerry itu berpendapat bahwa smartphone lipat kurang memiliki daya tarik, akibat sedikitnya inovasi yang diusungnya.

Secara personal, Chen mengaku menginginkan sesuatu lebih cepat dengan peningkatan fungsional, namun, menurut Chen, tidak ada terobosan baru yang akan tersedia.

{Baca juga: Tahun Ini BlackBerry Tidak Luncurkan Ponsel Baru}

Dalam beberapa tahun terakhir, elemen seperti pemindai sidik jari, pengenal wajah, dan pemindai iris mata telah diperkenalkan. Kini, fokus lebih dititikberatkan pada penciptaan layar berukuran lebih besar, hal yang dinilai Chen menghasilkan perangkat berdimensi lebih tebal dan tidak selalu menyuguhkan pengguna dengan peningkatan spesifik.

Dilansir Gizmochina, Chen berpendapat bahwa konsumen umumnya menginginkan lebih dari sekadar layar lebih besar dan peningkatan yang berulang. Sebagai informasi, BlackBerry belum memproduksi smartphone karyanya sejak tahun 2016 lalu.

BlackBerry lebih terfokus pada layanan keamanan dan komunikasi, serta software selama beberapa tahun terakhir. Perangkat terbaru bermerek BlackBerry yang saat ini tersedia di pasar diproduksi oleh TCL, di bawah naungan kesepakatan lisensi.

Berbeda dengan CEO BlackBerry, TCL menyambut baik smartphone berdesain lipat tersebut. Produsen ini belum merilis perangkat dengan desain serupa, namun baru-baru ini mengumumkan desain DragonHinge di ajang MWC 2019 pada bulan Februari lalu.

{Baca juga: TCL Ikut Bikin Ponsel Layar Lipat, Bisa Jadi Smartwatch}

Produk ini akan menjadi dasar dari perangkat berdesain lipat terbaru mereka, dan diprediksi akan diumumkan pada tahun 2020 mendatang. Hal ini juga mengindikasikan peluang kehadiran smartphone lipat bermerek BlackBerry, meski John Chen kurang meminati smartphone dengan bentuk tersebut. [BA/HBS]

Sumber: Gizmochina

70% Pekerja Kantoran Senang “Dibantu” AI

Telko.id, Jakarta – Selama ini muncul kekhawatiran bahwa kehadiran teknologi Artificial Intelligence (AI) dapat menggantikan pekerjaan manusia. Tetapi survei terbaru menunjukan bahwa 70% karyawan menilai bahwa teknologi AI justru membantu mereka dalam bekerja.

Menurut Presiden Direktur, Microsoft Indonesia, Harris Izmee terdapat 4 kategori jawaban ketika mereka bertanya soal teknologi AI. Dua kategori jawaban yang menunjukan AI justru dianggap membantu pekerjaan manusia.

Sebanyak 53% karyawan menilai bahwa AI bisa membuat hasil pekerjaan menjadi lebih baik. Kemudian sebanyak 17% karyawan menilai AI dapat mengurangi tugas rutin mereka dalam pekerjaan.

“Jadi 70% karyawan percaya AI tidak akan menggantikan manusia, tetapi melahirkan jenis pekerjaan baru yang mengharuskan masyarakat memiliki keterampilan yang memadai,” ucap Harris di The Ritz-Carlton Hotel, Jakarta Selasa (12/03/2019).

{Baca juga: Pertama di Dunia, “Robot AI” Jadi Pembaca Berita TV di China}

Kemudian ada 15% karyawan yang menilai jika AI dapat memberikan pengetahuan baru bagi karyawan. Selain itu 10% menilai bahwa AI tidak berdampak bagi pekerjaan mereka. Sisanya presentase tanggapan teknologi AI menggantikan pekerjaan hanya dibawah 10%.

“Hanya 5% karyawan yang percaya bahwa AI dapat mengambil pekerjaan mereka bahkan menggantikannya,” tambah Harris.

Perlu diketahui bahwa  Microsoft dan IDC Asia Pasifik melakukan studi tentang adopsi Artificial Intelligence (AI) di Asia Pasifik dan Indonesia. Studi ini menunjukan bahwa hanya 14% perusahaan di Indonesia, yang menerapkan AI dalam startegi bisnis dan organisasi mereka.

“Ada 14% organisasi yang adopting AI dalam core strategy mereka. Lalu ada 42% perusahaan yang mulai bereksperimen dengan AI sebagai bagian dari strategi organisasi,” ujar Haris.

{Baca juga: Baru 14% Perusahaan di Indonesia yang Terapkan AI}

Survei ini dilakukan terhadap 112 pemimpin bisnis dan 101 karyawan di Indonesia. Survei juga dilakukan oleh 1605 pemimpin bisnis dan 1585 karywan berpartisipasi dalam penelitian ini. Dari ribuan tersebut, ada 112 pemimpin bisnis dan 101 karyawan di Indonesia.

Adapun 15 negara kawasan Asia Pasifik terlibat dalam penelitian ini seperti Australia, China, Hongkong, Indonesia, India, Jepang, Korea, Malaysia, New Zealand, Filipina, Singapura, Sri Lanka, Taiwan, Thailand dan Vietnam. [NM/HBS]

Artikel 70% Pekerja Kantoran Senang “Dibantu” AI dan info teknologi terkini lainnya bisa Anda dapatkan di Telset.

Nonton Film Gratis dengan 3 Aplikasi ini, Dosa Tanggung Sendiri!

Telko.id – LayarKaca21, LK21, Indoxxi, dan website berakhiran kata xx1 beberapa tahun belakangan ini jadi tempat nongkrong favorit para pecinta film tanah air. Alasannya simple, selain untuk nonton film gratis, website-website tersebut juga jadi referensi lengkap dan update tentang film-film yang sudah atau bahkan belum tayang di Indonesia. Film-film yang ada di dalamnya bahkan bisa didownload untuk ditonton secara offline, baik di PC, TV, Laptop maupun handphone.

Ini pula yang menjadi alasan utama kenapa pemerintah seringkali mem-blok domain-domain tersebut. Ada hak cipta yang dilanggar. Sehingga status ilegal pun disematkan pada website nonton film gratis seperti LayarKaca21, LK21, Indoxxi, xx1, dan lain-lain.

Tapi hal tersebut tak melunturkan semangat mereka dalam menawarkan fasilitas nonton film gratis kepada para pecinta setianya. Untuk itu, mereka menyiasatinya dengan beragam cara. Mulai dari berganti domain hingga membuat aplikasi berbasis Android.

Cara terakhir terbilang paling memudahkan, karena pengguna tidak harus melacak ulang domain baru mereka, saat yang lama di blok pemerintah. Dan seperti halnya versi website, film-film yang ada didalam aplikasi juga sama banyaknya. Pengguna juga bisa nonton film gratis secara streaming maupun download.

Nah, berikut adalah beberapa rekomendasi aplikasi nonton film gratis yang bisa Anda download dari Google Play Store. Check this out!

1. LayarKaca21 (LK21)

Aplikasi yang menampilkan konten-konten film yang ada di LayarKaca21, LK21, maupun Indoxxi ini bisa ditemukan di Google Play Store dengan nama KLIK21. Konon, aplikasi kembangan Jangkrik ini adalah aplikasi resmi dari LayarKaca21. Sampai berita ini diturunkan, aplikasi ini sudah didownload oleh lebih dari 100 ribu perangkat.

Aplikasinya sendiri terbilang ringan dan cocok diinstall di hampir semua smartphone android, jadi tidak perlu khawatir perangkat tidak compatible. Dan salah satu hal yang paling penting, iklan-iklan yang ada di dalamnya tidak terlalu mengganggu seperti halnya versi web. Film-film nya pun cukup update dengan kualitas film yang sama baiknya dengan streaming lewat PC, bisa sampai 1080p Blu-Ray. Lengkap dengan subtitle bahasa Indonesia. Jadi tinggal nonton film gratis!

{Baca juga: LayarKaca21, Aplikasi Nonton Film Gratis Paling Ngehits }

2. Nobi

Sama seperti KLIK21, aplikasi kembangan Sukroni Dev ini menawarkan database film yang cukup lengkap, baik dari sisi genre maupun negara asal film. Interface-nya juga cukup rapih, dan iklan-iklannya relatif tidak terlalu mengganggu. Anda bisa menonton film dengan beragam pilihan resolusi. Lengkap dengan beragam pilihan server untuk memastikan proses streaming berjalan lancar.

Seperti halnya KLIK21, NOBI memanjakan pengguna dengan subtitle berbahasa Indonesia. Hampir setiap film yang ada di NOBI juga dilengkapi dengan sinopsis, trailler dan juga fasilitas download. So, feel nya gak jauh dengan nonton film di aplikasi video streaming berbayar. Sebagai informasi, saat ini aplikasi NOBI sudah di download oleh lebih dari 100 ribu pengguna.

3. Drakor.id

Lain halnya dengan Layarkaca21 dkk, yang lebih condong ke film-film terbaru, Drakor.id – sesuai kepanjangannya, menjadi rumah bagi drama dan reality show asal Korea.Dengan tambahan drama produksi negara Asia lainnya, semisal China, Taiwan dan Jepang. Sepintas, tak jauh-jauh beda dengan situs web drama Korea lainnya, sebut saja Dramacool, KissAsian, MyAsianTV atau Watchasian. Namun sementara nama-nama yang kami sebut tadi berpotensi membuat Anda mencari-cari lantaran domain yang bisa saja berubah, Drakor.id lebih settle lantaran dibuat dalam bentuk aplikasi. Yah, kecuali kenyataan bahwa ini dipenuhi iklan yang kadang menjengkelkan.

But hei, setidaknya ratusan judul drama, dari yang terbaru hingga beberapa tahun ke belakang bisa Anda temukan di perpustakaan Drakor.id. Dan gratis. Kabar baiknya lagi, ini juga tersedia dalam subtitle bahasa Indonesia.

Begini Wujud Smartphone Layar Lipat Samsung Selanjutnya?

0

Telko.id, JakartaSamsung telah meluncurkan smartphone layar lipat pertamanya, Samsung Galaxy Fold. Namun rupanya itu bukan yang terakhir. Raksasa elektronik Korea Selatan itu diketahui tengah menyiapkan dua smartphone berdesain lipat berikutnya.

Samsung dilaporkan tengah mempersiapkan dua smartphone berdesain lipat terbaru, salah satunya akan berbekal fitur serupa desain yang diusung Huawei Mate X.

Informasi ini terkuak dari paten yang didaftarkan Samsung. Salah satu paten itu mengungkap tampilan smartphone lipat baru tersebut.

Tampilan smartphone lipat baru Samsung ini kabarnya  lebih baik jika dibandingkan dengan generasi pertama Galaxy Fold. Sebab, perangkat ini akan hadir dengan desain fleksibel di bagian tengah, menjadikannya dapat menutup secara mulus saat sepenuhnya terbuka.

Menurut laporan Phone Arena, gambar pada paten baru Samsung ini juga mengungkap sejumlah tuas geser yang berfungsi sebagai kunci untuk memastikan bahwa ponsel tetap rata saat dalam kondisi terbuka.

{Baca juga: Samsung Galaxy Fold vs Huawei Mate X: “El Clásico” Smartphone Lipat}

Kehadiran tuas ini menghilangkan kebutuhan untuk mengimplementasikan engsel lebih kokoh untuk menjaga ponsel tetap rata saat dibuka.

Jika Samsung berencana untuk meluncurkan produk tersebut, maka perangkat ini akan menjadi smartphone lipat pertama Samsung dengan bekal arah layar ke luar, serupa desain layar yamg diusung Mate X.

{Baca juga: Samsung “Beri Kode” Kalau Galaxy Fold Unggul dari Huawei Mate X}

Sebagai informasi, dua produsen smartphone besar, yakni Samsung dan Huawei, telah mengumumkan smartphone lipat pertama mereka, Galaxy Fold dan Mate X, dengan jarak waktu tidak terlalu jauh.

Kedua smartphone itu mengusung konsep lipat serupa, namun menggunakan teknologi berbeda. Hal ini memicu dilaporkan persaingan antara kedua perusahaan dan juga penggemar mereka. Selain spesifikasinya, perbedaan utama dua smartphone ini adalah pada cara layar dilipat.

Galaxy Fold hadir dengan layar besar yang dilipat ke arah dalam perangkat. Sedangkan layar Mate X dilipat ke arah luar, dengan separuh layar yang menjadi bagian belakang dari perangkat menjadi non-aktif.

{Baca juga: Bos Huawei Sindir Samsung Galaxy Fold, Apa Katanya?}

Sejumlah pihak menyebut solusi yang ditawarkan Huawei pada Mate X soal desain lebih baik, meski bagian layarnya berpotensi tergores akibat penggunaan desain tersebut.

Perbedaan soal desain ini memicu debat panas antar keduanya. Samsung dan Huawei saling klaim bahwa desain smartphone layar lipat merekalah yang terbaik. Bagaimana menurut Anda? [BA/HBS]

Sumber: PhoneArena 

Pelaku Pelecehan Seksual “Dibayar” Google Rp 641 Miliar

Telko.id, Jakarta – Dewan Direktur Google setuju membayar USD 45 juta atau setara Rp 641 miliar kepada mantan eksekutif Google yang dituduh melakukan pelecehan seksual. Hal itu sesuai dengan dokumen yang dikeluarkan oleh pengadilan.

Menurut laporan New York Times, seperti dikutip Telko.id, Selasa (12/03/2019), pesangon Rp 641 miliar tersebut diberikan kepada Amit Singhal, eks Head of Search Unit Google. Ia telah mengundurkan diri dari perusahaan pada 2016 lalu.

Berdasarkan risalah yang ada di dokumen, tuduhan yang dimasukkan ke pengadilan pada Januari 2019 itu menyatakan bahwa Google telah menutup-nutupi pelecehan seksual yang dilakukan oleh para eksekutif perusahaan.

{Baca juga: Pedofil Manfaatkan TikTok untuk Buntuti Gadis Remaja?}

Tak hanya Singhal, raksasa pencarian ini juga memberi pesangon kepada Andy Rubin, pencipta sistem operasi Android sekaligus mantan eksekutif Google. Bentuknya berupa saham senilai USD 150 juta atau Rp 2,1 triliun.

Salah satu pendiri Google, Larry Page, meminta kepada Rubin untuk mengundurkan diri setelah muncul kabar soal pelecehan seksual yang dilakukan dirinya. Rubin kabarnya mendorong seorang karyawan wanita untuk melakukan oral seks di kamar hotel pada 2013.

Sama halnya Rubin, Singhal mengundurkan diri dari Google pada 2016 setelah dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap pekerja wanita yang bertugas di departemen lain. Seolah tak kapok, pada 2017 Singhal lagi-lagi terlibat kasus pelecehan seksual di Uber.

{Baca juga: Protes Kasus Andy Rubin, Karyawan Google Gelar Mogok Kerja}

Namun demikian, Rubin maupun Singhal kompak membantah tuduhan tersebut. Google bergeming, tetap meminta keduanya untuk mundur dari perusahaan.

“Beberapa tahun belakangan, kami telah membuat banyak perubahan di perusahaan. Kami mengambil kebijakan tegas terkait perilaku yang pantas bagi orang-orang yang mendapatkan posisi dengan kekuasaan,” kata Google. (SN/FHP)

Jerman Jalan Bareng Huawei, Amerika Serikat ‘Ngambek’

Telko.id, JakartaJerman kemungkinan besar tetap mengizinkan Huawei untuk beroperasi. Jerman tampak tak terpengaruh oleh bujuk rayu Amerika Serikat (AS). Melihat sikap Jerman, pemerintah AS pun panas, kemudian melontarkan ancaman.

Menurut laporan CNN, Duta Besar AS untuk Jerman, Richard Grenell, telah mengirim surat. Isinya berupa pernyataan ancaman AS untuk menutup akses intelijen ke Jerman jika Huawei benar-benar diizinkan untuk membangun jaringan 5G.

“Kementerian Federal Urusan Ekonomi dan Energi sudah menerima sebuah surat. Kami akan membalas secepatnya,” ungkap juru bicara kedutaan Jerman di Washington, Matthias Wehler, seperti dikutip Telko.id, Selasa (12/3/2019).

AS memang sangat khawatir terhadap keberadaan Huawei. AS menuding Huawei menjadi sarana pemerintah China untuk melakukan aksi mata-mata. Kendati begitu, sampai sekarang, AS belum bisa membuktikan tuduhan yang dialamatkan ke Huawei.

{Baca juga: Amerika Serikat Serukan “Anti Huawei” ke Negara Sekutu}

Para analis dan eksekutif industri menyatakan, Huawei telah mengembangkan teknologi utama di jaringan 5G sehingga sulit digantikan oleh vendor lain. Jerman, pada 7 Maret 2019, siap menerima perusahaan manapun terkait proyek jaringan 5G.

Sebelumnya, Inggris pun mengeluarkan keputusan serupa. Namun, AS tetap mendesak negara-negara sekutu untuk menghindari Huawei. Kalau mereka tidak menurut, AS siap melakukan boikot, termasuk dalam hal kerja sama di bidang pertahanan.

Di lain sisi, pendiri Huawei, Ren Zhengfei, meyakini bahwa tekanan AS tidak akan menghancurkan perusahaannya.

{Baca juga: Amerika Tuduh Huawei Penipu dan Pencuri Teknologi}

“Tidak ada cara bagi AS untuk bisa menghancurkan kami. Dunia tidak bisa meninggalkan kami. Semua tahu kami lebih maju,” tegasnya. [SN/HBS]

Sumber: CNN

Sistem Operasi Huawei akan Gantikan Android

Telko.id, Jakarta – Huawei dikabarkan sedang menyiapkan sistem operasi bikinan sendiri untuk perangkatnya di masa mendatang. Nantinya, sistem operasi Huawei akan menjadi pengganti sistem operasi Android dari Google.

CEO Huawei, Richard Yu dalam sebuah wawancara membenarkan bahwa mereka sedang membangun dan mengembangkan sistem operasi Huawei untuk mengganti Android. Namun ia menyebut, proyek itu merupakan bentuk antisipasi.

Dengan kata lain, jika suatu waktu tak lagi bisa menggunakan Android, Huawei sudah mempunyai sistem operasi sendiri. Namun demikian, saat ini Huawei merasa masih nyaman menggunakan ekosistem buatan Google dan Microsoft.

{Baca juga: Saat iOS ‘Berwajah’ Windows 95}

“Kami sudah menyiapkan sistem operasi sendiri. Jadi, kalau tak lagi bisa menggunakan Android, kami sudah siap. Proyek ini adalah rencana alternatif. Tapi, kami masih senang memakai ekosistem punya Google dan Microsoft,” ujar Yu.

Seperti dikutip Telko.id dari BGR, Selasa (12/03/2019), rencana alternatif Huawei itu mungkin bisa dipahami. Sebab, ada aksi pemboikotan secara berjemaah oleh sejumlah negara terkait penggunaan perangkat buatan Huawei.

Namun, Huawei kabarnya sedang menyiapkan gugatan hukum untuk pemerintah Amerika Serikat terkait tuduhan pembatasan akses pasar. Pengumuman Huawei mengajukan tuntutan dilakukan pada Kamis (07/03) waktu setempat.

{Baca juga: Segera Diluncurkan! Trio Huawei P30 Kantongi Sertifikat TKDN}

Seorang sumber menyebut bahwa gugatan itu diajukan di Distrik Timur Texas, wilayah yang sama dengan lokasi kantor pusat Huawei di Amerika Serikat. Langkah tersebut sebagai upaya perusahaan untuk mempertahankan bisnis.

Asal tahu saja, Huawei bukan satu-satunya perusahaan yang mengembangkan platform alternatif pengganti Android. Samsung sebelumnya juga punya Tizen, yang bahkan sudah sempat dipakai di sejumlah perangkat di pasaran. (SN/FHP)

Baru 14% Perusahaan di Indonesia yang Terapkan AI

Telko.id, Jakarta Microsoft dan IDC Asia Pasifik melakukan studi tentang adopsi Artificial Intelligence (AI) di Asia Pasifik dan Indonesia. Studi ini menunjukan bahwa hanya 14% perusahaan di Indonesia, yang menerapkan AI dalam startegi bisnis dan organisasi mereka.

Presiden Direktur Microsoft Indonesia, Haris Izmee telah melakukan survei terhadap 112 pemimpin bisnis dan 101 karyawan di Indonesia. Hasilnya terlepas dari potensi ekonomi Indonesia, nyatanya hanya 14% dari perusahaan yang benar-benar mengimplementasikan AI.

“Ada 14% organisasi yang adopting AI dalam core strategy mereka. Lalu ada 42% perusahaan yang mulai bereksperimen dengan AI sebagai bagian dari strategi organisasi,” ujar Haris di The Ritz-Carlton Hotel, Jakarta Selasa (12/03/2019).

Haris menambahkan bahwa masih ada perusahaan yang belum melakukan transformasi ke AI. Berdasarkan survei ada 30% perusahaan yang masih menunggu untuk mengadopsi AI, dan 14% perusahaan mengaku belum ada rencana untuk menggunakan AI.

{Baca juga: Microsoft Rilis Aplikasi AR untuk Android dan iOS}

“14% perusahaan belum memulai dan mempertimbangkan untuk menggunakan AI sebagai strategi bisnisnya,” tutur Haris.

Dalam pemaparannya, Haris juga menjelaskan terkait 3 tantangan adopsi AI di Indonesia. Tantangan yang pertama adalah kepemimpinan. Sekitar 30% responden kurang memiliki komitmen untuk investasi di bidang AI.

Tantangan kedua adalah kemampuan atau skills. Menurut Haris ada 23% responden yang kurang berkomitmen untuk belajar teknologi terbaru seperti AI. Sedangkan tantangan terakhir adalah culture atau budaya. Maksudnya masih ada pihak yang mempertahankan budaya lama perusahaan mereka.

“Ada 13% yang masih mempertahankan budaya organisasi sehingga itu menjadi tantangan tersendiri dalam adopsi AI,” tutur Haris.

Walaupun begitu Haris tetap optimis dengan adopsi AI di Indonesia. Pasalnya, pada tahun 2021, diprediksi Indonesia akan mengalahkan negara Asia Pasifik lainnya. Menurut penelitian tersebut, Indonesia akan memiliki nilai perbaikan inovasi sebesar 57% sedangkan negara kawasan Asia Tenggara hanya 42%.

“Sedangkan untuk produktivitas karyawan di tahun yang sama, Indonesia memiliki nilai sebesar 46% atau 10% lebih tinggi dari nilai negara kawasan asia pasifik yang hanya 36%,” tutup Haris.

{Baca juga: Makin Canggih, Microsoft Excel Bisa Olah Data dari Gambar}

Perlu diketahui bahwa survei ini dilakukan oleh 1605 pemimpin bisnis dan 1585 karywan berpartisipasi dalam penelitian ini. Dari ribuan tersebut, ada 112 pemimpin bisnis dan 101 karyawan di Indonesia.

Adapun 15 negara kawasan Asia Pasifik terlibat dalam penelitian ini seperti Australia, China, Hongkong, Indonesia, India, Jepang, Korea, Malaysia, New Zealand, Filipina, Singapura, Sri Lanka, Taiwan, Thailand dan Vietnam. [NM/HBS]

Tampilan Kece dan Punya Helio P60, Berapa Harga Realme 3?

0

Telko.id, Jakarta – Realme 3 bisa dibilang menjadi salah satu smartphone menengah yang mampu menarik perhatian konsumen Tanah Air di tahun ini. Alasannya, meski disematkan berbagai fitur dan teknologi mumpuni di dalamnya, harga Realme 3 terbilang dapat dijangkau oleh masyarakat Indonesia.

Smartphone ini dibanderol dengan harga mulai dari Rp 1,9 jutaan untuk versi 3GB/32GB, Rp 2 jutaan untuk 3GB/64GB, dan Rp 2,3 jutaan untuk versi 4GB/64GB.

“Realme 3 punya performa maksimal dengan harga bersaing di kelasnya,” ucap Felix Christian, Product Manager Realme Indonesia di acara peluncuran Realme 3 di Jakarta, Selasa (12/03/2019).

{Baca juga: Realme Rilis Smartphone Mumpuni nan Kekinian, Realme 3}

Soal desain misalnya, Realme 3 punya desain yang terbilang kece dan bagus. Di sisi layar, smartphone ini punya layar dengan desain dewdrop berukuran 6,22 inci dengan resolusi HD+ (720 x 1520 piksel).

Dengan desain tersebut, layarnya punya aspek rasio terhadap body yang besar, tepatnya 19 : 9. Layar bergaya dewdrop sendiri mirip seperti desain waterdrop seperti Oppo F9, Oppo R17 Pro, dan lainnya. Bahkan, desainnya juga hampir sama dengan pendahulunya, Realme 2.

Selain itu, pada bagian body juga Realme mengadopsi desain 3D Gradient Unibody yang membuatnya terlihat premium, berbeda, dan juga nyaman digenggam. Ada dua warna, yakni Dynamic Black dan Radiant Blue.

Dijelaskan Felix, Dynamic Black menggabungkan warna hitam dan ungu kebiru-biruan yang dipadu dengan partikel mutiara di bawahnya. Sementara Radiant Blue, memadukan warna halus dengan adanya kilauan silver.

“Bahkan di bagian kamera ada lingkaran berwarna kuning yang jadi ciri khas kamera Realme,” jelasnya.

Tak cuma desain, spesifikasi juga menjadik perhatian Realme pada smartphone barunya. Smartphone ini mengusung prosesor octa-core 2.0 GHz MediaTek Helio P60, RAM 3GB/4GB, ROM 32GB/64GB, baterai berkapasitas 4,230 mAh, dan sistem operasi ColorOS 6 berbasis Android 9 Pie.

{Baca juga: Review Realme 3: Desain Menarik, Performa Apik}

Felix menyatakan, sistem operasi ini punya pengalaman mirip Android 9 Pie murni. Seperti kemampuan Google Assistant, adanya App Drawer yang bisa diakses dengan swipe ke atas, sampai sistem navigasinya.

Terdapat juga sejumlah fitur anyar, seperti Motor Riding Mode, yang dapat menonaktifkan notifikasi dan menolak panggilan telepon ketika pengguna sedang berkendara. Kemudian, AI Board yang dapat memberikan cars subscription kepada pengguna secara optimal.

Di sektor kameranya, Realme 3 memiliki kamera ganda di bagian belakangnya. Resolusinya masing-masing 13 MP aperture f/1.8 dan 2MP lensa depth. Kamera ini telah didukung oleh fitur berbasis Artificial Intelligence (AI), seperti AI Scenes Recognition yang dapat mengenali 13 skenario berbeda dan 100 kombinasi skenario foto secara otomatis.

Selain AI Scenes Recognition, ada fitur baru juga bernama Chroma Boost yang membuat foto lebih detail dan lebih hidup. Hadir pula  fitur Nightscape yang membuat foto malam menjadi lebih baik dan minim noise.

“Nightscape jadi fitur pertama di smartphone dengan harga yang hampir sama,” klaim Felix.

Sementara kamera depannya, beresolusi 13MP aperture f/2.0 yang juga didukung fitur berbasis AI bernama AI Beauty 2.0 yang dapat menyesuaikan efek cantik untuk wajah pengguna secara otomatis.

Realme 3 akan tersedia secara resmi pada 20 Maret mendatang pukul 11.00 WIB di e-commerce Lazada. Sedangkan ketersediaan secara offline, Realme akan menjualnya pada 30 Maret mendatang untuk versi 3GB/64GB dan 4GB/64GB. (FHP)