spot_img
Latest Phone

Google Pixel Watch 4, Dukung Koneksi Satelit dan Baterai Lebih Besar

Telko.id - Google secara resmi meluncurkan Pixel Watch 4...

Garmin Index Sleep Monitor Resmi Hadir di Indonesia

Telko.id - Garmin secara resmi meluncurkan Index Sleep Monitor,...

Google Photos Hadirkan Fitur Edit AI dengan Perintah Suara di Pixel 10

Telko.id - Google resmi meluncurkan fitur editing berbasis kecerdasan...

Galaxy Watch8 Series Jadi Wellness Coach Pribadi untuk Gaya Hidup Sehat

Telko.id - Samsung Galaxy Watch8 Series hadir sebagai smartwatch...

Garmin Venu X1 Dukung Performa Padel dengan Fitur Canggih

Telko.id - Garmin resmi menghadirkan Venu X1, smartwatch premium...
Beranda blog Halaman 1264

ITU: Separuh Penduduk Dunia Sudah Menggunakan Internet

0

Telko.id – ITU, badan khusus PBB untuk teknologi informasi dan komunikasi (TIK), memperkirakan bahwa pada akhir 2018, 51,2 persen dari populasi global, atau 3,9 miliar orang, akan menggunakan Internet.

“ITU memperkirakan, secara global dan regional di tahun 2018 ini menunjukan langkah besar yang sedang dibuat dunia untuk membangun masyarakat informasi global yang lebih inklusif,” kata Houlin Zhao, Sekretaris Jenderal ITU.

Zhao menambahkan bahwa “Pada akhir 2018, kami akan melampaui 50 / 50 tonggak untuk penggunaan Internet Ini mewakili langkah penting menuju masyarakat informasi global yang lebih inklusif, namun terlalu banyak orang di seluruh dunia yang masih menunggu untuk menuai manfaat ekonomi digital, Kita harus mendorong lebih banyak investasi dari publik dan swasta. sektor dan menciptakan lingkungan yang baik untuk menarik investasi, dan mendukung teknologi dan inovasi bisnis sehingga revolusi digital tidak meninggalkan satu pun secara offline.”

“Perkiraan baru tahun 2018 mengungkapkan bahwa terus ada kecenderungan umum dalam akses dan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi,” kata Brahima Sanou, Direktur Biro Pengembangan Telekomunikasi ITU.

Menurut Brahima, akses ke jaringan telekomunikasi terus meningkat, di khususnya dalam koneksi seluler. Namun, keterjangkauan akan terus berada urutan pertama prioritas ITU, terutama agar ekonomi digital menjadi kenyataan bagi semua orang.

Pengguna Internet Dunia

Menurut ITU, di negara-negara maju, pertumbuhan yang lambat dan stabil meningkatkan persentase penduduk yang menggunakan Internet, dari 51,3 persen pada tahun 2005 menjadi 80,9 persen pada tahun 2018.

Di negara-negara berkembang, pertumbuhan telah jauh lebih tinggi peningkatannya, dari 7,7 persen di 2005 menjadi 45,3 persen pada akhir 2018. Dari semua wilayah ITU, pertumbuhan terkuat dilaporkan di Afrika, di mana persentase orang yang menggunakan Internet meningkat dari 2,1 persen pada 2005 menjadi 24,4 persen pada 2018.

Menurut perkiraan, wilayah dengan tingkat pertumbuhan terendah adalah Eropa, dengan 79,6 persen, dan Amerika, dengan 69,6 persen penduduk menggunakan Internet. Sedangkan di wilayah Commonwealth of Independent States (CIS), 71,3 persen akan menggunakan Internet; 54,7 persen di Negara-negara Arab dan 47 persen di kawasan Asia-Pasifik.

Akses Seluler Dunia

Akses seluler kini semakin dominan dibandingkan dengan layanan telekomunikasi dasar. Sementara langganan telepon tetap terus menurun dengan tingkat penetrasi 12,4 persen pada tahun 2018. Sedangkan jumlah langganan telepon seluler terus meningkat bahkan lebih besar dibandingkan dengan populasi global.

Pertumbuhan dalam langganan seluler dalam lima tahun terakhir didorong oleh negara-negara di kawasan Asia-Pasifik dan Afrika. Pertumbuhan kecil di Amerika dan wilayah CIS sementara penurunan diamati di Eropa dan Negara-negara Arab.

Pelanggan Fixed dan Mobile Broadband

Akses broadband terus menunjukkan pertumbuhan yang berkelanjutan. Langganan fixed-broadband terus meningkat. Melanjutkan tren yang dilaporkan pada tahun 2017, ada lebih banyak koneksi fixed-broadband, 1,1 miliar pada tahun 2018 dibandingkan sambungan telepon tetap (942 juta).

Pertumbuhan dalam langganan mobile-broadband aktif telah jauh lebih kuat, dengan tingkat penetrasi meningkat dari 4,0 langganan per 100 penduduk pada tahun 2007 menjadi 69,3 pada tahun 2018.

Jumlah langganan seluler-broadband yang aktif pun terus meningkat.  Dari 268 juta pada tahun 2007 menjadi 5,3 miliar pada tahun 2018. Negara berkembang mencatat pertumbuhan yang jauh lebih cepat dalam langganan broadband seluler dibandingkan dengan negara-negara maju.

Di negara berkembang, tingkat penetrasi telah mencapai 61 per 100 penduduk pada tahun 2018, dengan lebih banyak ruang untuk pertumbuhan lebih lanjut di tahun-tahun mendatang. Di LDC, tingkat penetrasi naik dari nol pada tahun 2007 menjadi 28,4 langganan per 100 pada tahun 2018. Pertumbuhan terkuat dalam langganan broadband seluler telah diamati di Asia-Pasifik, Negara-negara Arab dan Afrika.

Coverage Jaringan Seluler

Hampir seluruh penduduk dunia, atau 96 persen, sekarang tinggal dalam jangkauan jaringan seluler. Selain itu, 90 persen populasi global dapat mengakses Internet melalui jaringan berkecepatan 3G atau lebih tinggi.

Komputer Dalam Rumah Tangga

ITU memperkirakan bahwa, secara global pada tahun 2018, hampir separuh dari semua rumah tangga memiliki setidaknya satu komputer, naik dari hanya di atas seperempat pada tahun 2005. Di negara-negara maju, 83,2 persen rumah tangga memiliki komputer pada tahun 2018, dibandingkan dengan 36,3 persen pada negara berkembang.

LDC menunjukkan pertumbuhan terkuat selama periode 2005-2018. Pada 2018, kurang dari 10 persen rumah tangga di LDC memiliki komputer. Tingkat pertumbuhan terkuat diamati di Negara-negara Arab dan wilayah CIS. Di Afrika, proporsi rumah tangga dengan akses ke komputer meningkat dari 3,6 persen pada tahun 2005 menjadi 9,2 persen pada 2018.

Akses Internet Dalam Rumah Tangga

Akses internet di rumah mendapatkan daya tarik. ITU memperkirakan bahwa hampir 60 persen rumah tangga memiliki akses internet di rumah pada tahun 2018, naik dari kurang dari 20 persen pada tahun 2005. Di negara berkembang, hampir separuh dari semua rumah tangga memiliki akses Internet di rumah, peningkatan yang cukup besar dibandingkan dengan 8,4 persen pada tahun 2005. Perkembangan daerah secara luas mengikuti tren yang diamati untuk rumah tangga dengan komputer. (Icha)

XL Axiata Sosialisasikan Aplikasi ‘Laut Nusantara’ di Jawa Timur

0

Telko.id – Pontesi kelautan Indonesia begitu besar. Dengan sentuhan teknologi, diharapkan setiap potensi yang ada dapat digali sebaik mungkin. Termasuk juga dengan penggunaan aplikasi ‘Laut Nusantara’ XL Axiata.

Kali ini sosialisasi aplikasi ‘Laut Nusantara’ ini dilakukan oleh XL Axiata sebagai inisiator ke wilayah Jawa Timur. Ada tiga kabupaten di Jawa Timur, yaitu Kabupaten Malang, Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten Situbondo.

Pada sosialisasi ini, masyarakat nelayan di masing-masing daerah mendapatkan semacam pelatihan pemanfaatan aplikasi digital Laut Nusantara untuk meningkatkan produktivitas sekaligus keamanan mereka dalam bekerja.

“Setelah beberapa waktu yang lalu diluncurkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Ibu Susi Pudjiastuti, XL Axiata mengenalkannya kepada masyarakat nelayan di berbagai daerah. Tujuan kami tidak hanya membuat saja, tetapi bisa benar-benar dimanfaatkan oleh masyarakat nelayan untuk meningkatkan produktivitas dan pada akhirnya akan membantu memperbaiki kualitas hidup mereka. Karena itu, kami juga memiliki program sosialisasi langsung kepada masyatakat nelayan di berbagai daerah, termasuk di Jawa Timur yang tersebar di berbagai kota dan kabupaten,” ujar Mochamad Imam Mualim, Group Head XL Axiata East Region.

Imam Mualim melanjutkan, pada program sosialisasi ini tim dari XL Axiata mengajarkan langsung penggunaan aplikasi Laut Nusantara kepada para nelayan. Tidak lupa, kepada mereka juga diberikan pemahaman mengenai manfaat dari pemanfaatan teknologi digital untuk membantu meningkatkan hasil tangkapan ikan di laut, sekaligus memastikan keamanan mereka dalam bekerja.

Salah satu fitur yang mereka butuhkan adalah petunjuk lokasi tempat ikan berada, yang selama ini tidak bisa mereka perkirakan. Teknologi digital yang didukung data satelit mampu memberikan data-data ini.

Pelatihan diikuti oleh sedikitnya 100 orang nelayan di masing-masing kabupaten. Kepada mereka, XL Axiata dan Kementerian Kelautan dan Perikanan berharap pengetahuan dan materi edukasi yang sudah diberikan selanjutnya bisa diteruskan kepada warga nelayan lainnya.

Dengan demikian, aplikasi Laut Nusantara bisa dimanfaatkan oleh masyarakat yang lebih luas. Bersamaan dengan pelatihan tersebut, XL Axiata juga menyerahkan donasi perangkat smartphone yang sudah dilengkapi dengan aplikasi Laut Nusantara dan paket data selama 1 bulan.

Sosialisasi aplikasi Laut Nusantara ini juga melibatkan tim dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Mereka memberikan dukungan dalam bentuk penyediaan data nelayan yang berhak mendapatkan donasi di dua Kabupaten yaitu Malang dan Trenggalek.

Didukung data lengkap dari Kementerian Kelautan dan Perikanan

Aplikasi “Laut Nusantara” yang dibangun selama kurang lebih 5 bulan ini didukung basis informasi yang lengkap dan real time. Serta sumber data sepenuhnya dari Balai Riset dan Observasi Laut (BROL). Sebagai lembaga riset dan observasi kelautan di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan, BROL memiliki data kelautan yang sangat lengkap dan sangat berguna untuk pengembangan di bidang kelautan, termasuk manfaat praktis bagi nelayan kecil.

Data-data dari BROL juga up to date dan berdasarkan riset dan observasi laut di seluruh wilayah nusantara. Semua informasi kelautan yang terdapat dalam Aplikasi Laut Nusantara ini didapat secara langsung dari stasiun bumi Balai Riset dan Observasi Laut, sehingga tidak diragukan keakuratannya.

Updating data dilakukan setiap tiga hari berdasarkan data dari satelit khusus. Sementara itu, data yang bersifat prakiraan berdasarkan analisa data selama 20 tahun ke belakang. Tim XL Axiata dan BROL sebelumnya sudah melakukan penelitian dan survey ke sejumlah komunitas nelayan di berbagai daerah untuk mengetahui kebutuhan mereka terkait informasi seputar aktivitas penangkapan ikan.

Masyarakat nelayan di seluruh Indonesia bisa mengunduh aplikasi Laut Nusantara di Play Store secara gratis melalui smartphone Android dengan menggunakan operator layanan data. Aplikasi ini bisa dipergunakan oleh nelayan saat melaut sejauh smartphone mereka masih bisa menangkap sinyal data dari operator.

Berdasarkan ujicoba di sejumlah daerah, aplikasi masih bisa dibuka hingga jarak 10 mil dari pantai. Jarak ini masih sangat relevan mengingat nelayan kecil, dengan perahu berjungkung dan bentuk perahu tradisional berukuran kecil lainnya memiliki daya jangkau rata-rata kurang dari 20 mil laut.

Selain informasi berbasis data untuk meningkatkan produktivitas kerja, aplikasi Laut Nusantara juga menyajikan informasi yang bersifat edukasi mengenai potensi dan isu kelautan lainnya. Informasi dan data tersebut antara lain mencakup keberadaan terumbu karang, pelestarian biota laut, hingga ancaman pencemaran. XL Axiata dan BROL akan terus mengembangkan aplikasi ini sehingga manfaatnya bisa menjadi lebih luas lagi. (Icha)

 

 

 

Solusi IoT Telkomsel Merambah Ke Industri Akuakultur

0

Telko.id – Internet of Things tidak akan tumbuh berkembang jika belum terbentuk ekosistemnya. Dengan menggandeng eFishery dan Japfa melalui anak perusahaannya Suri Tani Pemuka (STP), Telkomsel membentuk ekosistem di industri akuakultur dengan menghadirkan Kampung Perikanan Digital untuk mewujudkan digital innovation village di Indonesia.

Pengembangan ekosistem IoT ini diwujudkan melalui penerapan teknologi NB-IoT (Narrowband Internet of Things) dengan pemanfaatan mesin automatic fish feeder di kolam-kolam ikan untuk meningkatkan efisiensi pakan serta mempercepat siklus panen ikan.

“IoT menjadi salah satu elemen penting untuk mendukung roadmap pemerintah Indonesia “Making Indonesia 4.0”. Telkomsel secara konsisten terus meningkatkan kesiapan teknologi dan jaringan untuk menghadapi tren IoT yang sedang berkembang secara global. Melalui kolaborasi antara Telkomsel, eFishery dan Japfa membuktikan bahwa teknologi IoT kini sudah memasuki seluruh sendi-sendi kehidupan tidak hanya di industri besar tetapi juga dapat diterapkan ke semua sektor industri termasuk sektor perikanan,” ujar Andi Kristianto, Vice President Corporate Planning Telkomsel.

Harapannya adalah meningkatkan produktivitas dan efisiensi budidaya ikan melalui penerapan teknologi NB-IoT.

NB-IoT sendiri merupakan teknologi telekomunikasi terbaru yang dirancang secara khusus agar komunikasi antar mesin yang semakin masif dengan coveragejaringan telekomunikasi yang semakin luas dapat dilakukan secara efisien, serta penggunaan daya pada perangkat pengguna semakin hemat.

Teknologi radio akses NB-IoT, yang merupakan salah satu jenis teknologi jaringan Low Power Wide Area (LPWA), memungkinkan perangkat beroperasi hingga bertahun-tahun tanpa pengisian daya ulang baterai sehingga sangat menghemat biaya. Teknologi ini juga mampu menghasilkan kapasitas koneksi yang masif untuk solusi dan aplikasi berbasis IoT.

Dengan adanya penerapan teknologi NB-IoT dalam mesin automatic fish feeder akan menghasilkan simplifikasi proses pemberian makan ikan di kolam yang luas sekalipun. Teknologi ini dapat mengatur pemberian pakan otomatis, sehingga memudahkan petani untuk memantau dan menjadwalkan pemberian pakan menggunakan aplikasi smartphone.

Selain itu juga akan membantu petani meningkatkan efisiensi pakan serta mempercepat siklus panen ikan. Dalam kolaborasi ini, STP juga turut menghadirkan pakan-pakan ikan berkualitas untuk kolam-kolam ikan di Kampung Perikanan Digital ini.

Program Kampung Perikanan Digital ini juga mendapat apresiasi langsung dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat karena telah mendukung program Desa Digital Jabar. Dalam program Desa Digital Jabar ini, Pemerintah Provinsi Jawa Barat ingin mengimplementasikan inovasi digital di 10 desa dari 5 kota yang berada di Jawa Barat melalui adopsi layanan IoT yang digelar Telkomsel khususnya dalam budidaya ikan.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan Desa Digital adalah bagian dari skenario Jawa Barat yang siap dalam mewujudkan revolusi industri 4.0. Menurutnya, lewat program itu masyarakat desa bisa memanfaatkan aplikasi digital untuk meningkatkan pendapatan serta mengembangkan potensinya.

Ridwan Kamil juga menjelaskan dengan hadirnya program Desa Digital masyakat desa bisa menjadi lebih produktif. “Tak hanya urusan wifi-wifi tapi mengubah cara berdagang, mengubah cara berkomunikasi, memetakan potensi, mempromosikan wisata desanya melalui sebuah digital ekosistem,” ujarnya.

Gibran Huzaifah sebagai founder eFishery mengatakan “Perikanan merupakan industri yang besar, dan petani-pembudidaya Indonesia merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Karenanya kenapa tidak Indonesia benar-benar jadi pionir dalam praktek budidaya yang mengedepankan teknologi”.

Dengan adanya peranan Telkomsel sebagai penyedia layanan digital terbesar, serta STP sebagai penyedia produk perikanan terbesar, dan digabungkan dengan Pemprov yang memiliki visi yang luar biasa untuk membangun wilayah pedesaan, kolaborasi ini akan membantu petani Indonesia agar semakin besar.

“Dan kami bahagia inisiatif dan produk kami dapat memfasilitasi kolaborasi tersebut. Ini sesuai dengan visi kami yaitu bring the future of aquaculture,” ujar Gibran.

Kerjasama ini juga menurut President Director Suri Tani Pemuka JAPFA Group, Ardi Budiono membuktikan keseriusan Suri Tani Pemuka dalam mengembangkan industri budidaya perikanan yang berkelanjutan khususnya di Desa Losarang, Indramayu. Sinergi dengan Efishery dan Telkomsel juga menandakan bahwa dalam memajukan industri budidaya perikanan di Indonesia pun sudah mengikuti perkembangan teknologi.

Keseriusan Telkomsel dalam pengembangan teknologi IoT akan menjadikan layanan yang tepat bagi Enterprise Customers yang menghubungkan perangkat, mesin dan objek yang berisi teknologi internet dengan tujuan membantu mengembangkan perusahaan bisnis serta memajukan kehidupan masyarakat di semua bidang.

Mulai dari Automotive & Transportation (Fleet Management 2W & 4W, Order Management, Workforce Management), agriculture, environment monitoring,utility smart metering (water, gas and electricity), smart cities (parking and waste management), sampai smart building (alarm systems and access control). (Icha)

 

 

Instagram Luncurkan Fitur Baru ‘Anti Bullying’

0

Telko.id – Perundungan (bullying), ujaran kebencian, pelecehan seksual, dan komentar spam semakin banyak di media sosial. Itu sebabnya, Instagram mengumumkan perluasan fitur penyaring komentar dalam Bahasa Indonesia sebagai salah satu upaya untuk menjaga Instagram sebagai tempat yang aman dan positif untuk berekspresi dan membagikan minat pengguna di Indonesia.

Fitur ini dibuat dengan teknologi mesin pembelajaran (machine learning) yang secara otomatis akan menyaring komentar yang dapat membuat pengguna merasa tidak nyaman seperti perundungan (bullying), ujaran kebencian, pelecehan seksual, dan komentar spam. Dengan teknologi ini, komentar-komentar yang mengganggu akan secara otomatis disaring dan disembunyikan, sehingga orang tidak dapat melihat atau menyadari keberadaan komentar tersebut.

Kategori pertama yang disaring oleh fitur ini adalah komentar bersifat perundungan atau bullying. Pedoman Komunitas Instagram melarang keberadaan konten perundungan di Instagram dan filter ini akan menyaring tingkah laku yang dapat membuat orang merasa tidak nyaman dan bersifat agresif terhadap pengguna lain.

Fitur ini juga dapat memberikan notifikasi kepada Instagram apabila sebuah akun memposting konten agresif berulang kali, sehingga Instagram dapat segera mengambil tindakan untuk menghapus keberadaan akun tersebut.

Selain itu, fitur ini juga akan menyaring komentar yang berkaitan dengan ujaran kebencian atau hate speech, terutama komentar yang mengancam kelompok agama atau etnik tertentu. Dua kategori komentar lainnya yang disaring adalah komentar yang menggunakan bahasa seksual yang ditujukan untuk melecehkan orang lain, serta komentar tidak otentik yang dikenal sebagai spam.

Fitur penyaring komentar merupakan fitur yang tersedia secara otomatis di Instagram. Anda dapat mengaktifkan atau menon-aktifkan fitur dengan mengakses profil Anda, pilih Pengaturan, dan Kontrol Komentar. Untuk menon-aktifkan fitur ini, matikan pilihan ‘Sembunyikan Komentar Ofensif’ pada pengaturan Kontrol Komentar.

Instagram mengembangkan fitur ini untuk secara otomatis menemukan dan menyembunyikan komentar yang tidak pantas, fitur ini memungkinkan Instagram untuk melakukan proses peninjauan dan penghapusan komentar maupun konten yang melanggar Pedoman Komunitas dengan lebih efektif.

Aplikasi ini juga mengklaim bahwa tingkat akurasi fitur penyaring komentar di Instagram telah mencapai 95% dengan pemeriksaan berkelanjutan oleh tim Instagram.

Saat ini, ada ratusan juta komentar yang diposting di Instagram setiap harinya, dan tim Instagram secara manual mengevaluasi komentar tersebut sebelum melakukan input ke dalam model pembelajaran komputer. Setiap komentar ditinjau oleh tim Instagram setidaknya dua kali sebelum diinput ke dalam model pembelajaran untuk menjamin akurasi.

Fitur penyaring komentar secara otomatis ini pertama kali diperkenalkan pada bulan Oktober 2016 untuk menyaring komentar dalam bahasa Inggris di Feed. Pada bulan Juni 2017, fitur ini diperluas ke dalam 8 bahasa lainnya, yaitu Spanyol, Portugis, Arab, Perancis, Jerman, Rusia, Jepang, dan Mandarin. Pada bulan Oktober 2018, fitur ini kembali dikembangkan untuk dapat menyaring komentar di Feed, Profil, dan Instagram Live.

Kini fitur filter komentar kembali dikembangkan dan tersedia dalam bahasa Indonesia. Ke depannya, Instagram akan terus memperluas keberadaan filter ini di bagian fitur Instagram lainnya.

Selain itu, Instagram juga mengajak Anda turut mengambil bagian dalam menjadikan Instagram sebagai tempat yang aman untuk berbagi dengan melaporkan postingan atau komentar tidak pantas ke Instagram. Anda dapat menekan simbol tiga titik di bagian kanan atas untuk melaporkan postingan yang tidak pantas atau geser ke kiri pada komentar yang menggangu dan tekan tanda seru untuk melaporkan komentar tersebut. (Icha)

 

Sebelum Wisata Orang Indonesia habiskan Waktu 8 Jam Untuk Online

0

Telko.id – Facebook IQ berkolaborasi dengan Accenture untuk mempelajari perilaku penikmat wisata di Indonesia. Salah satu hasilnya adalah Orang dewasa di Indonesia menghabiskan rata-rata 8 jam untuk online setiap harinya.

Survei dilakukan kepada 947 penikmat wisata di Indonesia, usia 18 tahun ke atas, yang pernah memesan tiket pesawat, akomodasi, ataupun melakukan perjalanan selama 3 bulan terakhir.

Dalam dunia digital seperti sekarang ini banyak pilihan yang membuat para penikmat wisata harus melakukan banyak pencarian informasi sampai akhirnya menemukan yang sesuai. Inilah yang membuat banyak waktu yang digunakan untuk online.

Mulai dari menentukan destinasi wisata untuk berlibur bersama keluarga maupun pasangan, menilai beragam pilihan, melakukan reservasi perjalanan sampai menentukan cara pembelian. Satu hal yang pasti adalah pentingnya pengaruh sosial bagi para penikmat wisata ini.

Jika ditelaah lebih jauh lagi, dari hasil survei ini ditemukan bahwa untuk masalah penerbangan, 81% menemukan produk secara online, 99% dipengaruhi oleh rekomendasi dari teman dan keluarga ketika memilih moda transportasi yang akan dipesan. Lalu 69% akan melakukan diskusi dengan teman mengenai perjalanan menggunakan WhatsApp.

Untuk pembelian tiket pun, 90% akan dilakukan secara online. Setelah itu, 95% para penikmat wisata itu mengharapkan ada interaksi dengan produk atau merek setelah transaksi pembelian.

Hal yang sama juga terlihat dari masalah Akomodasi. Sebanyak 86% penikmat wisata ini menemukan produk secara online. Sebanyak 99% dipengaruhi oleh rekomendasi dari teman dan keluarga ketika memilih moda 
transportasi yang akan dipesan. Usai itu, 71% akan menggunakan WhatsApp untuk berdiskusi dengan teman mengenai perjalanannya.

Para penikmat wisata ini, 90% juga akan membeli tiket perjalanan secara online dan 96% mengharapkan interaksi dengan produk/merek setelah transaksi pembelian.

Demikian juga tentang pengalaman perjalanan.Sebanyak 69% para penikmat wisata ini menemukan produk secara online. Dalam pemilihan moda transportasi yang akan dipesan, sebesar 99% dipengaruhi oleh rekomendasi dari teman dan keluarga. Sebanyak 70% akan berdikusi dengan teman mengenai perjalanan menggunakan WhatsApp. Dan, sebanyak 74% akan membeli tiket perjalanan secara online. Setelah itu, 96% mengharapkan interaksi dengan produk/merek setelah transaksi pembelian.

“Kami juga menemukan bahwa platform media sosial berperan penting bagi penikmat wisata dalam menemukan alternatif baru untuk berlibur. Seluruh produk aplikasi Facebook menjadi saluran online utama untuk menemukan informasi bagi 73% responden,” ujar Sri Widowati, Country Director Facebook di Indonesia, dalam acara Press Circle December 2018: Looking Back at 2018 di Jakarta (11/12).

Sri menambahkan, bahwa di Indonesia, 72% responden yang menggunakan Facebook setiap minggunya menggunakan Facebook Lite, dan ini merupakan informasi yang sangat penting bagi pemasar ketika ingin membangun aspek kreatifitas dalam skala regional ataupun global.

Dalam survei tersebut, Facbook juga menemukan bahwa 84% dari penikmat wisata setuju tentang pentingnya kemudahan akses dalam pemesanan secara online, mungkin inilah alasan 92% dari mereka memilih untuk memesan tiket penerbangan dan 90% memesan akomodasi secara online.

Khusus untuk pengguna perangkat mobile, dalam survei tersebut ditemukan bahwa 67% dari mereka memesan tiket pesawat, 65% memesan akomodasi, dan 50% memesan tempat wisata melalui smartphone atau tablet.

Para penikmat wisata di usia 18-34 tahun, terlihat memiliki kemungkinan 1.25 kali lebih sering memesan via ponsel pintar dibanding mereka yang berumur 35 tahun keatas.

Jadi saat ini, merencanakan liburan tidaklah harus dimulai dengan memesan kepada agen perjalanan atau ke laman penyedia perjalanan wisata.

“Dengan kenyataan bahwa orang dewasa di Indonesia menghabiskan waktu 8 jam untuk online setiap harinya, 81 persen dari mereka menemukan merek dan produk perjalanan wisata baru secara online. Kami juga menemukan platform media sosial berperan penting dalam menemukan pilihan destinasi wisata terbaru. Seluruh produk aplikasi Facebook pun menjadi saluran online utama untuk menemukan destinasi bagi 73% penikmat wisata. Dan ada 72% responden yang menggunakan Facebook tiap minggu, menggunakan aplikasi Facebook Lite,” ujar Sri menambahkan.

Dari survei tersebut juga ditemukan hal menarik. Dimana, para penikmat wisata yang lebih muda memiliki kecenderungan 1.4 kali lebih besar untuk menemukan tujuan wisata melalui perangkat mobile dibanding mereka yang berumur 35 tahun ke atas.

Selain itu, 76% dari mereka memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap industri pariwisata, dengan ketertarikan menggunakan Augmented Reality (AR) atau Virtual Reality (VR) untuk mengeksplor produk sebelum membelinya. (Icha)

 

TCASH dan Pemerintah Uji Coba Salurkan Kredit Ultra Mikro

0

Telko.id – Belum semua masyarakat Indonesia dapat mengakses layanan keuangan formal. Padahal, banyak yang membutuhkan bantuan keuangan untuk mengembangkan bisnisnya. TCASH dan bersama Kementerian Keuangan; BAKTI Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta Lembaga keuangan digital lainnya, melakukan uji coba digitalisasi penyaluran pembiayaan kredit Ultra Mikro (UMI).

Pada tahap uji coba ini, TCASH menyasar masyarakat anggota koperasi di kawasan Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, dimana penyaluran kredit UMI ini diarahkan sebagai pembiayaan modal bisnis anggota koperasi, khususnya untuk pengembangan Konter Pembayaran Resmi Bang TCASH di wilayah tersebut.

Saat ini di area Lombok Timur, terdapat lebih dari 1.200 debitur koperasi yang masih menerima pinjaman dalam bentuk uang tunai, yang menjadi target sasaran TCASH untuk ditransformasikan ke dalam bentuk non-tunai.

“Wilayah ini secara khusus dipilih sebagai salah satu upaya TCASH dalam membantu masyarakat setempat yang memiliki keterbatasan akses terhadap layanan keuangan formal, untuk pengembangan bisnis mereka,” ujar Danu Wicaksana, CEO TCASH menjelaskan saat peluncuran program ini, (11/12).

Cara yang mudah, hanya memanfaatkan salah satu metode pembayaran yaitu Kode Akses USSD *800#, TCASH pun yakin menjadi satu-satunya uang elektronik dalam periode uji coba ini yang mampu melayani masyarakat unbanked yang masih menggunakan feature phone.

Penggunaan TCASH sebagai metode non-tunai penyaluran pembiayaan kredit UMI ini juga akan memudahkan masyarakat dalam memanfaatkan ekosistem lokal yang telah dibangun TCASH di pelosok negeri, seperti merchant lokal; Konter Pembayaran Resmi Bang TCASH; toko ritel modern; serta mitra TCASH lainnya yang melayani pembayaran tagihan PPOB dan layanan keuangan.

Kemudahan ini diharapkan dapat terus membantu memasyarakatkan gaya hidup non-tunai dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, dengan layanan ini, TCASH pun turut berkomitmen membantu pemerintah dalam menyajikan data penerima kredit secara akurat, cepat, dan real-time, sehingga penyaluran kredit UMI ini pun tepat sasaran.

“Layanan penyaluran pembiayaan kredit UMI ini sejalan dengan fokus bisnis TCASH di tahun mendatang, yaitu pemberdayaan masyarakat di segmen underbanked melalui kemudahan akses terhadap layanan keuangan,” ungkap Danu.

Bahkan Danu optimis layanan ini dapat diterima dengan baik dan turut membantu pengembangan bisnis lokal masyarakat di Lombok Timur.

“Ke depan, TCASH akan memperluas cakupan wilayah penyaluran pembiayaan kredit UMI ke wilayah lainnya di pelosok negeri, seperti Medan, Semarang, Yogyakarta, dan Probolinggo,” ujar Danu.

Menutup akhir 2018, TCASH telah menjangkau lebih dari 30 Juta pelanggan lintas operator telekomunikasi di 34 provinsi di Indonesia, dengan lebih dari 20 Juta transaksi bulanan yang berasal dari layanan di lebih dari 75.000 merchant outlets.

Layanan penyaluran pembiayaan kredit UMI akan turut serta melengkapi beragam layanan lainnya yang telah dihadirkan TCASH, seperti pembelian paket pulsa dan data; pembayaran tagihan (tagihan air bersih di 155 kota, BPJS, listrik, internet); donasi digital; pengiriman dana antar-pengguna (peer-to-peer transfer).

Dapat juga digunakan untuk pembayaran parkir dengan aplikasi Parkee (di Ciputra Mall dan Artha Gading), serta di beberapa mall, seperti Mall Cambridge Medan, Mall Ambarukmo Yogyakarta, dan Mall Hartono Solo

Pembayaran transportasi, seperti pembelian tiket kereta api lokal Bandung Raya melalui aplikasi KAI Access, kereta bandara Railink di Soekarno-Hatta Cengkareng dan Kualanamu Medan, BRT Semarang, taksi Bluebird, dan pembelian tiket melalui aplikasi Tiket Damri Bandara di wilayah Jakarta dan sekitarnya juga sudah bisa dilakukan.

Selain itu, TCASH sudah bisa digunakan untuk pembelian micro insurance Sun Life; remitansi domestik dan internasional; linked-account, bersama BTPN, BTN, dan Bank BNI; hingga pembelian BBM secara non-tunai di 230 SPBU Pertamina, serta SPBU Total. (Icha)

 

 

Beberapa Masukan Dari Operator Ke Pemerintah Untuk Regulasi 5G

0

Telko.id  – Pemerintah sangat ini masih menggodok regulasi yang berkaitan dengan 5G di Indonesia. Belum terlalu mendesak regulasi ini karena pemerintah sendiri masih belum melihat kebutuhan 5G di masyarakat. Di tambah lagi, secara global, baru tahun 2020, 5G mulai akan digelar di beberapa negara.

Walau demikian, pemerintah didesak juga oleh operator agar regulasi 5G ini jangan terlalu lama. Paling tidak pada tahun 2019 sudah dikeluarkan. Pasalnya, jika seperti rencana nya pemerintah regulasi baru akan dikeluarkan pada 2021, maka terlalu mepet bagi operator untuk bersiap=siap dalam menggelar jaringan 5G ini.

“Kami berharap, regulasi 5G dari pemerintah ini secepatnya. Jadi kami operator pun punya waktu untuk mempersiapkannya. Kalau pemerintah baru menggelar regulasinya pada 2021, setidaknya kami butuh waktu satu tahun, artinya baru bisa menggelar 5G di tahun 2022. Terlalu lama,” kata Joko Riswadi, Division Head RAN/Access NSAS Indosat Ooredoo berharap.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Dian Siswarini, CEO XL Axiata. “Sebaiknya, regulasinya dikeluarkan oleh pemerintah secepatnya. Kalau regulasi baru siap 2021, terlalu lambat untuk kita operator membangun jaringannya”.

Selain itu, masukan dari operator adalah masalah frekuensi. Rencananya, Indonesia akan mempersiapkan tiga frekuensi untuk bisa digunakan 5G, yaitu spektrum 3,5GHz, 2,6GHz atau 2,8GHz.

“Masalah penentuan frekuensi yang akan digunakan untuk 5G perlu juga diperhatian oleh pemerintah. Kalau memungkinkan, kami mengusulkan supaya menggunakan frekuensi unlisenced,” ujar Dian.

Sedangkan Indosat mengusulkan masalah frekuensi ini adalah ketika memilih frekuensi 2,6 GHz atau 2,8 GHz. Pasalnya, frekuensi ini sangat tinggi. Dengan demikian akan membutuhkan banyak spot untuk membangun BTS. “Jadi akan perlu infrastruktur sharing. Hal ini sebaiknya diperhatikan oleh pemerintah juga,” ujar Joko menambahkan.

Selain itu, Dian juga berharap Biaya Hak Penggunaan Frekuensi jangan terlalu mahal. Soalnya, 5G yang kami lihat akan banyak digunakan untuk IoT yang akan mengkoneksi banyak sensor. Kalau terlalu mahal, maka akan menjadi affordable di masyarakat”.

Dian menambahkan, “Satu lagi yang cukup penting bagi operator adalah spesifikasi teknologi yang akan dipilih oleh pemerintah. Kami berharap pemerintah dapat memilih teknologi Narrow Band IoT  atau NB-IoT. Soalnya, teknologi ini sangat pas diaplikasikan oleh operator seperti XL”. (Icha)

 

 

 

 

 

 

 

Akhirnya Jaringan 4G Plus Indosat Ooredoo Sampai Juga Ke Sumut

0

Telko.id – Tahun 2018 ini memang jadi moment cukup penting bagi Indosat karena mulai membangun banyak jaringan 4G Plus di luar pulau Jawa. Setelah Lampung, Banjarmasin dan Makasar, kini giliran Sumatera Utara.

“Perluasan dan penambahan jaringan di luar Pulau Jawa merupakan komitmen Indosat Ooredoo untuk menyatukan Indonesia menjadi bangsa digital. Di tahun 2018 ini kami telah memenuhi komitmen melakukan perluasan jaringan 4G Plus di Lampung, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan hari ini di Sumatera Utara,” ujar Haroon S. Hameed, Director & Chief Operating Officer Indosat Ooredoo mengatakan dalam peresmian jaringan 4G Plus untuk wilayah Sumatera Utara di kantor pusat Indosat Ooredoo Jakarta (11/12).

Haroon menambahkan bahwa “Pengembangan jaringan 4G Plus di BTS yang ada saat ini di seluruh Indonesia akan terus berlanjut dan selesai di Februari tahun 2019”.

Setidaknya, kini jaringan 4G Plus Indosat Ooredoo di  wilayah Sumatera Utara meliputi 586 spot 4G Plus baru dan akan terus berkembang pada fase II dengan menambah 244 spot 4G Plus baru yang selesai pada bulan Februari 2019.

Perluasan jaringan 4G Plus Indosat Ooredoo hingga saat ini tersebar di 250 kecamatan dan 29 kabupaten yang terdiri dari sites untuk jaringan 4G Plus baru dan sites untuk jaringan 3G yang dimodernisasi menjadi jaringan 4G Plus. Selain itu, secara nasional, jaringan 4G Plus Indosat Ooredoo telah hadir di lebih dari 280 kota/kabupaten.

Dengan adanya penambahan jaringan ini, Indosat Ooredoo mengklaim bahwa pangsa pasarnya pun turut meningkat. Di Lampung misalnya menjadi 30% dari sebelumnya hanya 15%. Pelanggan datanya juga naik menjadi 30%.

Hal yang sama juga terjadi di Makasar market share nya menjadi 25% dengan pelanggan data nya juga meningkat menjadi 25%. Sedangkan trafik data nya naik sangat signifikan di semua wilayah yang dibangun jaringan 4G Plus nya.

Total sampai saat ini ada 11 ribu BTS 4G Plus yang sudah digelar di seluruh Indonesia. Dan pada tahun depan akan bertambah lagi. Setidaknya ada 28 level kota dan kabupaten. Ditambah lagi 8 kota provinsi yang akan dibangun jaringan 4G Plus nya. Total akan menjadi 36 kota sampai tahun 2019.

Harapannya, dengan peningkatan dan ekspansi jaringan 4G Plus ini, pelanggan Indosat Ooredoo dapat menikmati internetan lebih seru, mulai dari streaming video, download/upload semakin cepat, bermain game online, YouTube tanpa buffering, Instagram tanpa putus, hingga mengakses aplikasi dan konten favorit mereka secara instan. (Icha)

Begini Cara 3 Indonesia Menarik Perhatian Pelanggan Milenialnya

0

Telko.id – Suksesnya program BonsTri yang sempat dilakukan oleh 3 Indonesia membuat operator ini mencoba mengulanginya dengan beberapa penyesuaian baru. Ada dua program yang diluncurkan untuk monarki perhatian pelanggan milenialnya. Pertama,  program 2x Lebih Banyak dan ke dua, program loyalty BonsTri Point.

“Inovasi dan pembaharuan yang kami lakukan kali ini terinspirasi dari kerasnya tantangan hidup anak muda yang memiliki beragam keinginannya yang membuat mereka menjadi semakin kreatif dan inovatif. Program kali ini memberikan keuntungan ganda saat isi ulang pertama dan menawarkan lebih banyak keuntungan serta kemudahan dengan BonsTri Points,” ujar Dolly Susanto, Chief Commercial Officer 3 Indonesia menjelaskan saat peluncuran program terbaru nya itu di Jakarta (11/12).

Untuk program pertama yakni 2X Lebih banyak, pelanggan 3 akan mendapatkan dobel pulsa hingga maksimum Rp.50,000 setiap isi ulang pertama mulai dari Rp 1.000. Lalu ada tambahan manfaat langsung seperti kuota internet atau paket langganan nonton film korea maupun produk digital lainnya.

Selain itu, setiap isi ulang pelanggan dapat menikmati BonsTri Points yang kini dikemas menjadi lebih menarik dengan mekanisme tukar poin yang sangat mudah. Beragam keuntungan terdiri dari kebutuhan dasar teleponi, kuota, hiburan seperti games, musik dan film, bahkan kuliner hingga traveling bisa didapatkan dengan tukar poin BonsTri.

Untuk mendukung program nya tersebut, ada lebih dari 222 merchant yang telah bergabung untuk memanjakan para pelanggan 3, diantaranya e-commerce papan atas seperti Tokopedia, Bukalapak, Shope, JD.Id, Blibli.com. Telah bergabung juga Ayopop, aplikasi lokal untuk pembayaran tagihan secara online serta aplikasi travel dan hotel yang sudah sangat dikenal luas oleh traveller muda yaitu RedDoorz dan ZENRooms.

“Sudah menjadi komitmen kami untuk menjadi provider terdepan yang menyediakan fasilitas digital lifestyle bagi pelanggan kami, khususnya anak muda Indonesia yang dimanis,” imbuh Dolly Susanto.

3 Indonesia saat ini memiliki lebih dari 37 Juta pelanggan di seluruh Indonesia yang terbentang dari Aceh hingga Gorontalo. Sekitar 80% dari pelanggan ini adalah anak muda usia produktif dan 90% adalah pengguna smartphone yang digital native.  Mereka membutuhkan aktualisasi diri di media sosial, menikmati berbelanja maupun hiburan secara daring, serta gemar unjuk bakat dan karya di media digital. (Icha)

Prospek Fintech Yang Cerah Tercoreng Fintech Ilegal

0

Telko.id – Financial Technology atau fintech, tahun ini sedang naik daun. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan – OJK, sampai dengan 7 Desember 2018 jumlah P2P yang terdaftar/berizin di OJK adalah 75 penyelenggara. Penyelenggara Fintech Lending yang tidak berstatuskan terdaftar/berizin di OJK dikategorikan sebagai fintech lending/P2P illegal.

Terhitung sampai September 2018, jumlah rekening penyedia dana atau lender sudah mencapai 161.297  entitas,yang diawal tahun hanya berjumlah  115.939. Sedangkan jumlah rekening peminjam (borrower) mencapai 2.300.007 entitas atau meningkat pesat dari bulan Januari yang hanya   330.154 entitas.

Di periode yang sama, total penyaluran pinjaman lebih dari Rp 13,84 triliun atau meningkat tajam dari awal tahun yang hanya sekitar Rp3 triliun. Uniknya, dari jumlah penyalur yang besar itu, ternyata kredit macetnya rendah, hanya 1.2% saja.

Tentu, dengan melihat kondisi tersebut, fintech ini memiliki prospek yang cerah di Indonesia.

Sayang, ternyata dibalik gemerlapnya industry fintech ini, menjadi ‘ladang’ juga bagi oknum-oknum nakal yang mencari keuntungan sendiri. Satgas Waspada Investasi OJK, di medio awal September lalu mencatat ada 182 entitas fintech pinjam meminjam (peer to peer lending) yang beroperasi tanpa mengantongi izin usaha dari otoritas.

Ketua Satgas Waspada Investasi, Tongam Lumban Tobing, menyatakan ratusan fintech ilegal tersebut diketahui berdasarkan pemeriksaan pada website dan platform penyedia aplikasi di Google Playstore.

“Kami menemukan ada 182 entitas yang melakukan kegiatan Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi (fintech peer to peer lending) tanpa izin OJK sesuai POJK 77/POJK.01/2016 yang berpotensi merugikan masyarakat,” kata Tongam dalam siaran pers nya.

Tongam mengimbau entitas fintech tersebut segera menghentikan kegiatan pinjam meminjam dan menghapus semua aplikasi penawaran pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi.

Jika ingin tetap beroperasi, OJK mendorong entitas tersebut untuk mengurus perizinan sesuai ketentuan perundang-undangan. Seluruh instansi terkait telah berkomitmen untuk memperlancar proses perizinan kegiatan usaha tersebut sepanjang memenuhi persyaratan.

Total, temuan OJK bertambah menjadi 407 entitas dari temuan sebelumnya hanya 227 entitas peminjaman uang yang beroperasi tanpa ijin OJK.

Seiring dengan itu, ternyata laporan aduan masyarakat yang masuk ke Lembaga Bantuan Hukum (LBH) juga tinggi. Ada sampai lebih dari 500 laporan yang masuk dari sampai September lalu dari 2016. Kemudian terus bertambah hingga November 2018 menerima 1.330 aduan terkait aplikasi fintech lending.

Pengacara Publik LBH Jakarta, Jeanny Silvia Sari Sirait, pun menjelaskan rata-rata pengaduan dilakukan secara kelompok — bukan perorangan.

Lalu, mayoritas pengadu mengaku terlilit utang pada lebih dari 10 fintech. Bahkan, ada juga yang punya utang pada 35 fintech sekaligus. Apalagi didukung dengan banyaknya fintech pinjam meminjam di Indonesia.

Dari aduan tersebut, sebanyak 89 perusahaan terindikasi melanggar aturan. Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rudiantara pun angkat bicara.

Rudiantara menyatakan, jajarannya akan mendiskusikan hal tersebut dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Koordinasi itu meliputi perizinan, apakah fintech lending yang dilaporkan itu terdaftar di OJK.

Jika tidak terdaftar, maka Kementerian Kominfo akan memblokirnya. “Begitu kami tangkap, kami cek ke OJK, tidak usah pakai surat. Langsung kami blokir,” kata Rudiantara di kantornya, Jakarta, Senin (10/12).

Selama ini, ia mencatat instansinya sudah memblokir 400 lebih aplikasi dan laman fintech lending ilegal. Tindak lanjut pemblokiran itu baik yang berasal dari laporan masyarakat ataupun permintaan OJK.

Agar tidak tertipu fintech illegal, kominfo telah mengimbau masyarakat untuk membaca, memahami dan memastikan terlebih dahulu syarat serta ketentuan aplikasi pinjaman “online” atau “peer-to-peer lending”.

 “Kami mengimbau kepada para netizen atau warganet yang sehari-hari selalu aktif di Internet untuk terus berhati-hati dan waspada terhadap semua aplikasi yang akan diunduh dan digunakan melalui smartphone kita. Pastikan dulu membaca syarat dan ketentuannya,” ujar Ferdinandus Setu, Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo pada suatu kesempatan.

Bahkan Kominfo tak segan meminta Google Play Store dan Apple App Store untuk menurunkan aplikasi tersebut.

“Untuk aplikasi kami sudah bekerja sama dengan Google Play Store dan Apple App Store, jadi kalau memang ilegal mereka akan kita kirimin surat untuk tidak boleh di-download lewat App Store atau pun Play Store,” kata Semuel Abrijani, Dirjen Aplikasi dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), seperti dikutip dari CNN Indonesia.  (Icha)