Namanya frekuensi bagi operator adalah hal vital. Karena dengan memiliki ijin frekuensi maka operator dapat melayani para pelanggannya. Masalahnya, frekuensi itu terbatas. Jadi diperlukan teknologi yang terbaik agar dapat memanfaatkan frekuensi yang ada. Baik memanfaatkan yang berijin maupun yang tidak atau sering disebut dengan un-licensed.
Di dunia frekuensi 5 Ghz adalah frekuensi un- licensed. Frekuensi ini biasa digunakan untuk WiFi yang siapa saja bisa menggunakan akses point sendiri dan menggunakan frekuensi ini. XL Axiata melihat peluang untuk memanfaatkan frekuensi ini. Terlebih, Ericsson mampu memberikan solusi yang dapat memanfaatkan teknologi 4G LTE dengan frekuensi 5 GHz ini. Dengan demikian, XL akan dapat menambah kapasitas layanan pada pelanggannya.
“Jika diliat spektrum yang ada maka tidak akan cukup melayani pelanggan yang menggunakan broadband semua. Apalagi, dengan 4G akan mulai dikomersialkan secara nasional, maka XL membutuhkan solusi untuk memaksimalkan layanan pada pelanggan,” ujar Yessie. D. Yosetya, Chief Service Management Officer XL menjelaskan.
Di sisi lain, XL membutuhkan teknologi yang mampu menjamin terjadinya smooth connectivity antara jaringan yang ada dan jika menggunakan un-license frekuensi tersebut. Itu lah yang ditawarkan oleh Ericsson. Teknologi tersebut namanya, LTE-Advanced License Assited Access.
Hanya saja, penggunaan dari frekuensi 5 GHz belum ada standarisasinya. Masih dalam penggodokan oleh 3GPP. Itu sebabnya, saat ini belum banyak yang mengaplikasikan secara komersial. Kecuali penggunaan untuk WiFi.
Teknologi LTE-Advanced LAA ini adalah bagian dari perkembangan teknologi LTE-Advanced yang menggabungkan frekuensi yang dimiliki oleh operator yakni licensed band 900 MHz, 1800 MHz dan 2100 MHz dengan frekuensi un-licensed di 5GHz yang dapat digunakan secara bersamaan dengan pelayanan WiFi. Kegunaan teknologi ini adalah untuk meningkatkan kecepatan menjadi lebih maksimum sampai dengan 300 Mbps dan memberikan kapasitas LTE menjadi lebih besar yaitu dari 150 Mbps menjadi 300 Mbps.
“Solusi Ericsson yang dapat memberikan layanan LTE-A LAA ini adalah RBS 6402,” ujar Stanislaus Bawono, Teknologi & Information Manager Ericsson menjelaskan.
Bagi pelangganmanfaat yang dapat dirasakan dari implementasi teknologi baru ini adalah tetap maksimal melakukan kegiatan digital dengan lebih cepat pada saat berada di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Walaupun pada saat yang bersamaan, sedang dalam kondisi padat. Termasuk melakukan video streaming.
Penerapan teknologi ini oleh XL akan berjalan seiring dengan dengan pergelaran 4G BTS di beberapa lokasi hotspot. Seperti Mall, ketika konser maupun tempat wisata yang memang merupakan lokasi padat. Jadi BTS 4G milik XL nanti nya akan menggunakan spektrum licensed (1800 MHz) dan juga sebagai tambahan akan dapat menggunakan frekuensi un-licensed 5GHz.
Saat ini, sebagian besar infrstruktur jaringan milik XL sudah siap untuk implementasi 4G-LTE. Sekaligus, siap juga untuk implementasi LTE-Advanced yang menggunakan metode Carrier Aggregation (CA) atau penggabungan bandwidth LTE di spektrum 1800 MHz, 2100MHz dan 900 MHz. Penggelaran LTE-A ini akan dilakukan dengan sinkronisasi ketersediaan terminal atau handset yang mendukung layanan ini. Diperkirakan baru tahun 2016 smartphone dengan spesifikasi Cat 6 akan tersedia di pasar. Untuk itu, XL harus mendahului dengan mengoptimalisasi spektrum yang dimiliki. Dari 10 MHz menjadi 15MHz dan kemudian 20 MHz.
XL sudah menggelar layanan 4G secara komersial di Medan, Bogor, Yogyakarta, Mataram, Denpasar, dan Surabaya. Dan akan menyusul di Bandung dan Jakarta pada akhir tahun. Kemudian dilanjutkan ke beberapa kota lainnya di Indonesia. Sampai akhir tahun, layanan 4G XL akan dilayani oleh total 2500 unit BTS 4G. (Icha)