Telko.id – Pada saat jelang lebaran, masyarakat perkotaan melakukan eksodus ke kampung halamannya. Saat ini, wilayah yang akan terjadi penumpukan masyarakat harus tetap bisa dilayani. Itu sebabnya, Tri Indonesia ‘kejar tayang’ untuk jaringannya. Setidaknya, 50% dari total 8.000 site 4G atau 4.5G digeber agar dapat melayani pelanggannya yang mudik.
“Saya tidak mau hanya on saja, tetapi 50% site dari total 8.000 site 4G atau 4.5G sudah harus ready dengan prima melayani pelanggan kami,” ujar Dolly Susanto, Chief Commercial Officer 3 Indonesia.
Menurut Gustiansyah Wilson, Vice President Strategic Network Planning and Customer Experience Management Tri, seluruh site yang berjumalah 4.000 tersebut merupakan site yang dibangun baru. Hingga kini, sudah 10.000 pedesaan dan 300 kota serta kabupaten tercover jaringan 4.5g tersebut. Adapun beberapa lokasi yang telah tercover yakni Asahan, Bireun, Jombang, Blitar, Magelang, Serang, Tarakan, Tuban, Wonogiri, dan Tulungagung.
“Jika tidak prima, bagaimana kami bisa jualan?” sahut Dolly
“Kami akuisisi atau bangun baru lebih bangun baru. Namun, Teknisnya macem-macem, ada tower sharing, ada yang bangun baru,” tuturnya menambahkan.
Ia melanjutkan untuk lokasi seperti di Kalimantan sites yang dimiliki merupakan bangun baru. Sedangkan untuk lokasi di Jawa mayoritas tower sharing.
Arus mudik kali ini juga sedikit berbeda dengan tahun sebelum nya. Pasalnya, jalan tol Trans Jawa sudah digunakan. Mulai dari Merak sampai Sidoarjo. Untuk melayani para pengguna Trans Jawa ini, Tri Indonesia memilih untuk menambah 37 mobile site di jalur mudik.
Memang, Tri Indonesia tidak akan mulus menemani pemudik, tetapi setidaknya, mobile BTS yang dipasang atau digunakan dapat menambah kapasitas di tempat tinggi traffic seperti pintu tol atau rest area.
Agresivitas dari Tri Indonesia bisa jadi merupakan langkah strategis karena baru saja mendapatkan suntikan dana besar hingga Rp.47 Triliun. Apalagi, Dolly menekankan bahwa dana yang diperoleh tersebut sebagian besar akan digunakan untuk memperkuat jaringan Tri di Indonesia. Namun, seberapa besar dana yang dialokasikan? Sayangnya, Dolly tidak mau merinci nya.
Demikian juga dengan Desmon Cheung, Chief Technical Officer Hutchison 3 Indonesia. “Dana yang disediakan banyak, jadi saya tidak khawatir untuk membangun jaringan untuk pelanggan Tri,” tutur nya.
Apalagi, kini Tri Indonesia juga sedang membangun bukan hanya jaringan, tetapi juga back end dari semua jaringannya. Baik pipa maupun penggunaan teknologi network function virtualization yang akan mempermudah operator ini menghadapi pertumbuhan pelanggan yang cepat maupun ‘eksodus’ pelanggan yang sesaat. Semua nya dilakukan berbasis IT.
Asal Muasal Dana Rp.47 Triliun
Dana tersebut berasal dari suntikan modal segar sekitar Rp.47 Triliun dari pembelian saham baru yang diterbitkan PT Hutchison 3 Indonesia oleh Hutchison Asia Telecom (HAT) dan PT Tiga Telekomunikasi yang terafiliasi dengan pengusaha Garibaldi Thohir.
Penerbitan saham baru itu diserap oleh Hutchison Asia Telecom dan Tiga Telekomunikasi, sedangkan PT Cyber Access Communications yang sebelumnya merupakan pemegang saham mayoritas sebesar 65% tidak mengeksekusi seluruh haknya.
Setelah aksi korporasi itu rampung, Hutchison Asia Telecom bakal menjadi pemegang saham mayoritas sebesar 66% dengan menyerap saham baru senilai Rp31 triliun, sedangkan kepemilikan Cyber Access Communications turun menjadi 1%.
Sementara itu, kepemilikan Tiga Telekomunikasi turun menjadi 33% dari sebelumnya 35% karena perusahaan tersebut hanya membeli saham baru sebesar Rp16 triliun— Rp17 triliun. (Icha)