Telko.id – Dengan sekitar 92% dari lalu lintas Verizon berjalan di jaringan LTE, operator terbesar AS itu berencana untuk mematikan jaringan 2G CDMA 1x-nya pada bulan Desember 2019. Verizon akan menata ulang spektrum untuk penggunaan LTE.
Saat ini, seperti dilansir dari PhoneArena, Jumat (15/7), jaringan CDMA 1x digunakan untuk panggilan suara oleh beberapa pelanggan Verizon, namun pada 2019 sebagian besar harus bermigrasi ke ponsel yang memiliki kemampuan VoLTE.
Verizon juga mencatat bahwa mesin M2M berkecepatan rendah masih menggunakan CDMA 1x, seperti pembaca meteran air jarak jauh. Verizon telah berupaya untuk memindahkan pelanggan ini ke LTE.
Menurut juru bicara Verizon, Chuck Hamby, operator tidak akan meninggalkan pelanggan tanpa layanan nirkabel. “Kami tidak akan meninggalkan satu pelanggan,” kata Hamby. “Kami akan bekerja sama dengan masing-masing pelanggan satu-satu. Selalu ada yang ketinggalan, kami akan terus bekerja dengan mereka.”
Rencana Verizon untuk meniadakan CDMA sendiri sebenarnya telah digaungkan sejak jauh-jauh hari. Tepatnya tahun 2012 lalu. Saat itu, perusahaan mengumumkan bahwa mereka akan menutup jaringan 2G dan 3G CDMA pada tahun 2021. Tanggal itu ternyata menjadi “pedoman,” sangat mirip dengan Desember 2019 yang diumumkan baru-baru ini.
Tahun lalu, CFO Verizon Fran Shammo ditanya mengenai berapa lama perusahaan akan menjalankan jaringan CDMA. Eksekutif itu memuji jaringan CDMA Verizon yang disebutnya sebagai “jaringan yang sangat efisien.” Tetapi bahkan jaringan yang efisien termakan juga oleh waktu, yang menjadi alasan kenapa Verizon berencana untuk menyudahi perjalanannya bersama 2G CDMA 1x dalam tiga setengah tahun.
Bagaimana dengan Smartfren di Indonesia?
Sebenarnya telah menjadi rahasia umum, bahwa masa hidup jaringan CDMA di tanah air pun tinggal menunggu waktu. Itu mulai kelihatan ketika salah satu penyedia jaringan CDMA terbesar, yakni Smartfren mulai mengalihkan dirinya ke ranah 4G LTE. Meskipun sempat ditegaskan berulang kali, bahwa Smartfren nantinya akan tetap mempertahankan dan terus menjaga jaringan CDMA, pun meski 4G LTE telah diadopsi, toh kenyataan di luar berkata lain.
Perusahaan kian gencar ‘memasarkan’ LTE, sambil sedikit demi sedikit mengajak pelanggannya bermigrasi. Bahkan, Smartfren berjanji akan memberikan sebuah kompensasi terkait proses migrasi pelanggan ini, termasuk bagi mereka pelanggan CDMA-nya.
Sekadar Informasi, sampai saat ini jumlah pengguna Smartfren mencapai lebih dari 12 juta pelanggan, dimana 1,4 juta diantaranya pelanggan 4G.
Hal lain yang mungkin bisa dijadikan indikasi terkait akan berakhirnya jaringan CDMA Smartfren di tanah air bisa dilihat dari keluarnya seruan regulator, dalam hal ini Kementrian Kominfo, yang meminta Smartfren untuk meninggalkan frekuensi 1900 Mhz.
Frekuensi 1900 MHz ini sendiri, seperti diketahui, merupakan spektrum yang dihuni oleh pelanggan CDMA Smartfren.
Lantas, dengan Pemerintah memberikan tenggat waktu hingga akhir tahun 2016 untuk mengosongkan frekuensi, apakah itu berarti CDMA Smartfren akan segera berakhir?
Menanggapi hal tersebut, Direktur Smartfren Roberto Saputra menegaskan kepada tim Telko.id Februari lalu, bahwa Smartfren akan tetap mempertahankan layanan CDMA-nya meskipun harus bermigrasi ke spektrum lain.
“Kami memiliki dua spektrum untuk layanan CDMA kami, yakni di frekuensi 850 Mhz dan juga di frekuensi 1900 Mhz, sehingga kalaupun kami harus pindah dari 1900 Mhz, maka layanan CDMA masih bisa digunakan karena kita juga memiliki device CDMA yang mendukung dual band, dalam arti bisa digunakan untuk frekuensi 850 Mhz dan 1900 Mhz,” katanya.
Sekedar informasi, di frekuensi 850 Mhz, saat ini Smartfren telah mengalokasikan 5 Mhz untuk layanan CDMA. Dan ketika semua pelanggan telah beralih ke 4G LTE, maka hanya tinggal menunggu waktu hingga layanan CDMA perusahaan menemui akhirnya. Apakah itu akan benar-benar terjadi akhir tahun ini seperti instruksi Pemerintah? Kita lihat saja.