Telko.id – Confirm! Satelit Nusantara Dua gagal terbang. Seperti dikutip dari nasaspaceflight.com. Rencananya, satelit yang diluncurkan oleh China Great Wall Industry Corporation pada hari Kamis ini menggunakan roket Long March-3B / G2 (Chang Zheng-3B / G2).
Namun, peluncuran yang berlangsung pukul 11:45 UTC pada pad LC2 di Pusat Peluncuran Satelit Xichang, dilaporkan gagal saat penerbangan tahap ketiga.
Menurut Johanes Indri Prijatmodjo, Presiden Direktur PSNS, dalam pernyataan resminya, satelit sudah menjalani proses lift off berjalan dengan baik. “Namun terjadi anomali ketika memasuki tahap pelepasan roket tingkat tiga, sehingga satelit tidak bisa mencapai orbit yang ditetapkan,” ujar nya.
“Nusantara Dua telah dilindungi oleh asuransi yang sepenuhnya memberikan perlindungan atas risiko peluncuran dan operasional satelit,” ungkap Johanes menambahkan.
Satelit tersebut, yang berbasis pada platform China DFH-4, akan digunakan oleh PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) bekerja sama dengan penyedia layanan telekomunikasi PT Indosat Ooredoo dan PT Pintar Nusantara Sejahtera (PNS), untuk menyediakan akses internet broadband dan layanan penyiaran berkualitas.
Laporan dari Tiongkok yang mencatat masalah dengan tahap ketiga Long March telah mengakibatkan misi digolongkan sebagai kegagalan.
Satelit Nusantara Dua ini merupakan hasil kerja sama antara Pasifik Satelit Nusantara (PSN) bersama Indosat Ooredoo dan Pintar Nusantara Sejahtera (PNS) yang dibentuk sejak 2017 lalu.
Baca juga : Hebat! Indonesia Bakal Jadi Negara Ke-4 Yang Punya Satelit Internet Cepat
Dan pada 17 Mei tahun itu dikontrak oleh China Great Wall Industry Corporation (CGWIC), anak perusahaan China Aerospace Science and Technology Corporation, untuk membangun satelit Palapa-N1 yang disebut juga Nusantara Satu-2, satelit ini akan menggantikan satelit Palapa-D pada posisi 113 ° BT di orbit geosinkron tempat ia akan beroperasi pada Juni 2020.
Dengan berat 5.550 kilogram, Palapa-N1 memiliki kapasitas 20 × 36 MHz C-band FSS transponder dan 9,5 gigabit-per-detik (Gbps) HTS. Satelit ini dapat mencakup wilayah di seluruh Asia Pasifik dan ke Australia untuk transponder C-band dan di seluruh Indonesia untuk HTS. Satelit bisa juga digunakan untuk layanan VSAT, siaran, broadband, backbone, dan backhaul.
Satelit ini rencananya akan memiliki masa hidup hingga 15 tahun mendatang dan memiliki teknologi serupa pendahulunya, yakni Nusantara Satu. Adapun teknologi itu termasuk Classic Fixed Satellite Service di C-band dan HTS di Ku-band.
Baca juga: Mantap! Wilayah 3T Bisa Internetan via Satelit Nusantara Satu
“Dengan itu, satelit menjadi lebih efisien namun tetap memiliki nilai tambah pada kehandalan tautan. Satelit ini pun dapat dimanfaatkan untuk VSAT, broadcast, broadband, backbone, serta backhaul,” tutur Johanes Indri Prijatmodjo, Presiden Direktur PSNS, beberapa waktu lalu.
Sekadar informasi, tahap awal pembangunan satelit ini dilakukan sejak 2017. Lalu pada awal Maret 2020, proses pre-shipment review satelit sudah selesai dan diperkirakan dapat mengantar satelit meluncur awal April 2020, lalu beroperasi Juni 2020.
Setidaknya, untuk meluncurkan Satelit Nusantara dua ini menghabiskan dana sebesar $70,000,000. (Icha)