Telko.id – Ooredoo melaporkan awal yang kuat untuk tahun 2016, Operator menyatakan bahwa investasi yang mereka buat dalam jaringan dan layanan data mengarah ke tren operasional yang baik dari segi bisnis.
Dari 10 perusahaan yang beroperasi dalam Ooredoo, delapan diantaranya telah menawarkan layanan 4G. Sekadar informas, operator pertama yang meluncurkan 4G di Myanmar dan bergerak menuju peluncuran di Aljazair merupakan bagian dari Ooredoo Group.
Dilansir dari Mobile World Live (29/7), Perusahaan melaporkan laba bersih untuk Q2 mencapai QAR 583 juta, atau setara dengan USD 160 juta, angka ini sejatinya naik 16 persen secara year-on-year.
Sekadar informasi, profitabilitas setengah tahun ini didorong oleh kontribusi yang kuat dari Indonesia, Myanmar dan Aljazair, serta dukungan oleh gerakan devisa positif.
Sejatinya, Portofolio Ooredoo meliputi beberapa pasar yang sulit. Di Irak, mereka melihat peningkatan laba bersih meskipun pendapatan menurun, hal tersebut dipengaruhi oleh situasi keamanan, lingkungan ekonomi yang menantang dan penurunan daya beli konsumen.
Sedangkan di Tunisia, laba dan pendapatan turun, karena penderitaan ekonomi dari perlambatan pariwisata dan depresiasi Dinar. Paruh pertama tahun ini juga terlihat Ooredoo menyelesaikan akuisisi perusahaan ISP FASTtelco yang berbasis Kuwait dan membuang sahamnya di Wi-tribe Pakistan.
Ooredoo sendiri mengakhiri periode kuartal ini dengan subscriber sebesar 130 juta pelanggan atau naik sekira 14 persen secara year-on-year. Hal ini didorong oleh anak perusahaan mereka di Indonesia dan Myanmar.
Penjualan Saham di Singapura
Sementara itu, terdapat laporan pada minggu ini mengenai Ooredoo yang tengah mencari untuk menjual saham tidak langsung mereka yang berlaku dalam Operator terpadu Singapura StarHub. Bank HSBC telah ditunjuk sebagai penasehat, untuk mengukur potensi kepentingan dalam bisnis.
Ooredoo sejatinya memiliki 25 persen saham dari Asia Mobile Holdings, yang pada gilirannya memiliki 55,8 persen saham dari StarHub, hal ini memberikan Ooredoo saham yang setara dengan 14 persen kepemilikan dari operator. Sedangkan sisa saham di Asia Mobile Holdings dimiliki oleh ST Telemedia, sebuah unit dari perusahaan investasi Singapura milik negara.