Telko.id – Teknologi Artificial Intelligence (AI) kini dimanfaatkan penjahat siber untuk melakukan aksinya. Modusnya beragam, mulai dari deepfake, kloning suara, hingga phising canggih.
Laporan terbaru Forbes menyebut, tahun 2025 diprediksi sebagai era ancaman utama penipuan berbasis AI terhadap layanan fintech hingga rekening bank pribadi.
Di Hong Kong, penjahat siber AI ini berhasil menyamar sebagai bos perusahaan melalui panggilan Zoom palsu. Mereka menggunakan deepfake untuk memerintahkan transfer dana senilai Rp 480 miliar.
Kasus serupa juga terjadi di AS, di mana 53% profesional akuntansi mengaku pernah menjadi target serangan serupa.
Chatbot AI untuk Penipuan Asmara
Penipuan asmara kini semakin canggih dengan memanfaatkan chatbot AI otonom. Korban sulit membedakan percakapan bot karena alurnya natural dan tanpa aksen. Pelaku di Nigeria bahkan membocorkan modus ini melalui video viral di media sosial.
Pemerasan Deepfake ke Pejabat
Di Singapura, penjahat siber mengirim email berisi ancaman video deepfake yang mencatut wajah pejabat. Mereka menuntut pembayaran kripto hingga puluhan ribu dolar. Teknologi ini dibuat menggunakan foto dan video publik dari LinkedIn atau YouTube.
Baca Juga:
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat lebih dari 500 juta anomali trafik internet di Indonesia sepanjang 2024. Lonjakan ini menunjukkan infrastruktur digital belum sepenuhnya siap menghadapi serangan siber.
Untuk perlindungan, individu disarankan melakukan verifikasi melalui lebih dari satu jalur komunikasi. Perusahaan perlu mengadopsi autentikasi ganda dan deteksi biometrik berbasis AI, serta melatih karyawan mengenali pola penipuan digital.
Kasus lain yang patut diwaspadai adalah serangan siber terhadap gamer dan eksploitasi charger kendaraan listrik sebagai celah keamanan. (AGI/Icha)