Telko.id – Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang saat ini belum juga menemukan skema final nampaknya masih dalam penggodokan pihak regulator.
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu Kementerian Perindustrian mengeluarkan setidaknya lima skema yakni, skema 100 persen hardware, skema 100 persen software, kemudian komposisi 75 persen hardware dan 25 persen software, skema rasio rata dimana baik software maupun hardware memiliki masing-masing 50 persen, dan yang terakhir adalah hardware 25 persen serta software 75 persen.
Dari kelima skema ini, skema 100 persen software dirasa cukup merugikan bagi beberapa vendor smartphone yang telah menginvestasikan dana yang tidak bisa dibilang sedikit untuk membangun pabrik di Indonesia. Pasalnya, jika menggunakan 100 persen software, berarti mereka tidak perlu membangun pabrik disini.
Lantas, bagaimana menurut pandangan pihak regulator mengenai ‘tarik ulur’ skema TKDN ini.
Rudiantara selaku Menkominfo, saat ditemui pada penandatangan Palapa Ring paket tengah mengungkapkan, sangat mendukung roadmap dari Kementrian Perindustrian mengenai adanya unsur software didalam perhitungan TKDN.
“Artinya, jangan jadikan indonesia sebagai basis industri, Indonesia harus punya nilai tambah yaitu di software,” ujar pria yang sering disapa Chief RA (4/3).
Lebih lanjut, Ia menegaskan, “Saya sebagai menteri kominfo mendukung kebijakan Kementerian Perindustrian untuk hardware dan juga software.”
Sementara itu, I Gusti Putu Suryawirawan selaku dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika, Kementerian Perindustrian mengungkapkan terus mendorong hadirnya unsur software di dalam kandungan TKDN tadi.
Ia menyebut, “makanya kita memberikan solusi, untuk mencapai TKDN juga membutuhkan industri softwarenya, dengan industri software itu anak-anak Indonesia akan lebih banyak terlibat di dalam industri ponsel ini,” ujarnya ketika ditemui di acara penandatanganan proyek Palapa Ring paket Tengah (4/3).
Ia juga menambahkan, dengan adanya software lokal dalam skema TKDN, nantinya akan lebih banyak startup company yg bisa lebih berkreasi. Ia juga menambahkan, dalam era Jokowi-JK ini kita berencana menumbuhkan 1000 startup dalam waktu lima tahun. Dengan hadirnya unsur software ini akan banyak anak-anak Indonesia yang menjadi developer.
Sekali lagi, ia menekankan jika berfikir tidak hanya membuat pabrik, melainkan membuat industri, “pabrik itu bagian dari industri”.
Putu juga mengungkapkan, kalau pihak nya juga masih perlu berbicara lagi dengan industri ponsel untuk membuat rencana pengembangan industri ponsel di Indonesia.
Mengenai industri dan manufaktur, ia menyebutkan bahwa semua bahan masih diimpor dan belum benar-benar dibuat disini.
Sekedar informasi, saat ini total TKDN para vendor smartphone baru menyentuh angka 20% dan harus ditingkatkan menjadi 30% pada awal 2017 mendatang.
Mengenai hal tersebut, Putu mengungkapkan, “untuk naik dari 20 ke 30 kan gak mudah, makanya kami mengusulkan unsur software untuk menaikan itu, unsur software sendiri itu berupa aplikasi dan bukan platform.” Dengan harapan, nanti aplikasi lokal buatan Indonesia sudah langsung ‘embedded’ didalam sebuah ponsel 4G.
“Kita berharap kalau smartphone memiliki lokal konten, ketika baru dibuka dari kardusnya, maka yang akan muncul adalah aplikasi lokal kita yang berasal dari developer kita, jadi smartphone ini benar-benar menggunakan aplikasi buatan developer kita dan smartphone ini benar-benar menciptakan trafik buat internet yang ada di dalam republik Indonesia,” jelas Putu.
Disinggung soal apakah vendor smartphone seperti Apple mau memasukan konten lokal Indonesia, beliau menjawab dengan santai, “Ya harus mau, kalau gak mau ya gak usah masuk sini,” ujarnya.
Ia meminta agar semua stakeholder untuk optimis terhadap skema ini. “Kita harus optimis agar banyak anak-anak dengan aplikasi lokal Indonesia yang bermain di industri smartphone ini,” pungkasnya.
Sejatinya, para vendor smartphone boleh memilih skema-skema yang sudah disediakan oleh Kemenperin dan bukan harus mengikuti satu skema saja.
Kemudian, disinggung mengenai Proyek Palapa Ring, Putu menjawab, sejatinya terdapat 10 industri pembuat serat optik dan lokal konten di Indonesia. Dan selanjutnya, Kemenperin akan memanggil mereka untuk tahap lebih lanjutnya.