Telko.id – Trend cloud setiap tahun terus tumbuh. Banyak perusahaan yang sudah mulai mempercayakan data pada sistem cloud. Hal ini dibuktikan oleh Oracle yang menjabarkan prediksi mengenai Infrastructure-as-a-Service di tahun 2017.
Dalam kajiannya, Oracle melihat bahwa para pengguna cloud awalnya sedikit waspada saat mengadopsi infrastruktur cloud. Pengguna biasanya menghadapi keterbatasan untuk melakukan provisioning secara cepat, atau menghadapi kebingungan untuk mengurangi perangkat serta biaya operasional. Tapi manfaat yang didapat dari cloud sulit sekali untuk dipungkiri.
Pasalnya, cloud terus berevolusi dan mendapatkan kredibilitas dari berbagai industri. Kini, diharapkan semua sistem enterprise akan memiliki aspek transformatif terhadap cloud.
Melalui hasil riset yang dilakukan oleh Oracle, hal-hal di bawah inilah yang akan terjadi pada lanskap infrastructure-as-a-service atau IaaS di tahun 2017.
Pertama, Oracle melihat bahwa beban kerja berbasis cloud akan benar-benar dimulai tahun ini. Di mana sejak awal kemunculannya, cloud menjanjikan terjadinya migrasi beban kerja produksi di suatu perusahaan. Tapi migrasi itu masih saja tertunda.
Rintangan utama yang ditemukan dalam migrasi cloud adalah kurangnya komitmen dan sumber daya untuk mendukung hal tersebut. Di satu sisi, penyedia cloud membatasi akuntabilitas mereka karena kurangnya bala bantuan untuk mendukung portofolio yang dikostumisasi.
Di sisi lainnya, mereka gagal menyediakan kontrol yang cukup ke dalam data center publik. Penyedia solusi IaaS yang mampu menerima tanggungjawab lebih besar dan memenuhi permintaan pelanggan adalah yang akan mendorong migrasi ke cloud di tahun 2017.
Kedua, Oracle memprediksi bahwa jumlah pusat data yang dimiliki perusahaan akan berkurang pada tahun 2017 dan seterusnya. Padahal, beberapa tahun lalu, pernyataan ini mungkin terdengar berlebihan. Tapi sekarang sepertinya tidak bisa dihindari lagi.
Terutama, saat perusahaan memfokuskan pengeluaran IT mereka di komputasi cloud, mereka akan mulai memigrasi beban kerjanya dari pusat data yang dimiliki perusahaan ke fasilitas yang dibangun khusus, ditangani dan dijalankan oleh perusahaan penyedia cloud.
“Pusat data yang dimiliki langsung oleh perusahaan akan menurun hingga 80% di tahun 2025, dan sebanyak itu pula pengeluaran IT akan dialihkan untuk layanan cloud,” kata Mark Hurd, CEO Oracle.
Melihat hal ini, bisa jadi akan terdapat pengurangan investasi langsung untuk kapasitas komputasi, penyimpanan, dan layanan jaringan.
Ketiga, Oracle menilai bahwa cloud enterprise menjadi tempat paling aman untuk pemrosesan IT. Hal ini terjadi karena lanskap ancaman setiap tahun dapat berubah-ubah. Ancaman eksternal -berbarengan dengan kebutuhan untuk urusan governance dan privasi yang lebih baik -akan menjadikan keamanan sebagai prioritas utama di semua lini bisnis.
Sebelumnya, keamanan adalah rintangan utama dalam investasi cloud. Data souvereignity, privasi data, dan masalah kontrol membuat banyak perusahaan enggan untuk mengadopsi cloud. Tapi ke depannya, kekhawatiran itulah yang membuat perusahaan-perusahaan baru pindah ke cloud.
Terutama ke vendor cloud yang berpengalaman dengan rekam jejak keamanan yang solid dan memiliki keahlian serta sumber daya untuk menerapkan berlapis-lapis pertahanan yang tidak bisa dilakukan secara in-house yang akan dipilih.
Keempat, Oracle juga memprediksi kan bahwa cloud akan lebih memberdayakan inovasi pada bisnis skala kecil. Di mana, cloud menjadi kunci dari pertumbuhan bisnis skala kecil, memungkinkan mereka untuk berinovasi dengan bebas, menciptakan pasar baru, dan mengganggu status quo.
Hal ini akan mendukung pertumbuhan ekonomi digital yang menuntut perusahaan dari berbagai skala ukuran untuk bersaing berdasarkan teknologi. Sementara beberapa perusahaan ingin menumbuhkan praktik bisnis yang sudah ada, perusahaan lain ingin meluncurkan layanan baru yang mengeksploit kekuatan komputasi yang luas namun berbiaya rendah.
Secara tradisional, akses ke sumber daya berkinerja tinggi itu sebenarnya terlalu mahal untuk bisnis skala kecil. Tapi yang dulunya memakan biaya USD 100 juta, sekarang sudah ada yang berbiaya USD 10 per jam. Cloud memungkinkan bisnis untuk berinovasi, bereksperimen, dan mempertahankan profitabilitas.
Semua alasan itu lah yang membuat Oracle memprediksi kan bahwa 60% perusahaan IT memindahkan manajemen sistem ke cloud. Lebih dari 90% perusahaan memiliki banyak alat manajemen sistem, tapi hanya 6% yang mempercayai data mereka yang tidak lengkap itu.
Bersamaan dengan itu, bagian IT kesulitan menciptakan pendekatan manajemen yang efektif. Bisnis pun bergerak cepat. Saat banyak perusahaan mengadopsi praktik DevOps dan fokus pada pengalaman digital, mereka perlu mengeliminasi silo data dan memanfaatkan pembelajaran mesin untuk mengikuti kecepatan bisnis.
Itu sebabnya, beberapa perusahaan sudah memanfaatkan manajemen sistem di cloud, menyatukan data manajemen di banyak cloud dan on-premise. Yang lainnya memanfaatkan ilmu data yang diterapkan pada masalah manajemen operasional.
“Hanya Oracle Management Cloud yang menyediakan pendekatan berbasis cloud yang menyatu dan intelijen yang menerapkan pembelajaran mesin ke dalam set data operasional yang komplit. Dan saat banyak alat cloud dibangun khusus untuk sistem cloud, Oracle bisa melakukan keduanya,” kata Kirsten Gilbertson, Director, Cloud Platform Business Development, Oracle ASEAN dan SAGE.
Kirsten juga menambahkan bahwa “Di tahun 2020 nanti, diharapkan 60% perusahaan akan memindahkan manajemen sistem mereka ke cloud.” (Icha)